Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau dari Rasio Profitabilitas Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM)

(1)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1-EKSTENSI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

DITINJAU DARI RASIO PROFITABILITAS PADA PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM)

SKRIPSI

Oleh:

TAUFIK HIDAYAT DAMANIK 030521052

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RASIO PROFITABILITAS PADA PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM)”. Penulisan skripsi ini disusun dan dimaksudkan Guna Memenuhi Syarat untuk Menyelesaikan Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program S-1 Ekstensi USU Medan.

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dan dorongan dari semua pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta serta saudara-saudaraku tersayang yang telah memberikan dorongan, perhatian, do’a restu dan bantuan moril serta materil selama menempuh pendidikan serta tercapainya cita-cita hingga terwujudnya skripsi ini.

Dalam kesempatan ini rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc., selaku Dekan Fakultas Ekonomi USU Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si., selaku Ketua Departemen Manajemen Program S1-Ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Program S1-Ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan dan merangkap sebagai Dosen Wali dan Dosen Penguji 1.


(3)

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan begitu banyak waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah memberi begitu banyak masukan guna kesempurnaan skripsi ini.

6. Kepada seluruh Dosen/Staf Pengajar, beserta pegawai Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Program S1-Ekstensi USU.

7. Seluruh Staff dan Pimpinan Perusahaan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam memperoleh data-data yang sangat berguna bagi penulisan skripsi ini.

8. Seluruh keluarga tercinta: Ayah, Ibu, kakak, Abang, Adik serta seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas do’a dan dukungannya selama penyelesaian skripsi ini.

9. Rekan-rekanku angkatan 2003: Andika Prawira, Yotham Jupri’, Razief, Faisal, terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama perkuliahan sampai penyelesaian skripsi. Serta teman-teman ekstensi angkatan 2003 Novi, Bogel, Bastian, Dolly, Kristanty, Windu, Maimun, Susan, Iva, serta seluruh rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya.

10.Seluruh pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, semoga Allah S.W.T. melimpahkan rahmat-Nya yang berlipat ganda kepada kita semua dan semoga kita senantiasa dalam lindungannya. Amin….

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Februari 2008 Penulis,


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ……….. 5 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. INALUM ... 37 Gambar 4.1 Trend Perkembangan Gross Profit Margin PT. INALUM ... 57 Gambar 4.2 Trend Perkembangan Operating Profit Margin PT. INALUM . 60 Gambar 4.3 Trend Perkembangan Net Profit Margin PT. INALUM ... .. 62 Gambar 4.4 Trend Perkembangan Return on Investment PT. INALUM .... 64 Gambar 4.5 Trend Perkembangan Return on Equity PT. INALUM ... 66


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Pos-Pos yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan PT. INALUM 5

Tabel 3.1 Laporan Laba Rugi PT. INALUM ... 46

Tabel 3.2 Neraca PT. INALUM ... 47

Tabel 3.3 Gambaran Kinerja Rasio Profitabilitas PT. INALUM ... 53

Tabel 4.1 Gambaran Rasio Profitabilitas PT. INALUM... .. 57


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ……….. v

DAFTAR GAMBAR ……….. vi

ABSTRAK ……….. vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual .………. 4

D. Hipotesis ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Metode Penelitian ... ... 7

1. Batasan Operasional ……… 7

2. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 7

3. Jenis Data ... 8

4. Teknik Pengumpulan Data ... 8

5. Metode Analisis Data ... 9

BAB II : LANDASAN TEORITIS ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Pengertian Laporan Keuangan ... 11


(7)

D. Rasio Profitabilitas ... 20

BAB III : GAMBARAN UMUM PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) ……… 28

A. Sejarah Singkat PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) ……… 28

B. Struktur Organisasi PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) ………... 30

C. Laporan Keuangan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) ……… 38

D. Rasio Pengukuran Profitabilitas PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) ……… 47

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ……… 54

A. Analisis Terhadap Kinerja Profitabilitas ……… 54

B. Analisis Kinerja Profitabilitas di PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) ……… 55

C. Evaluasi Kinerja Profitabilitas ………. 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 74

A. Kesimpulan ……….. 74

B. Saran ……… 75

DAFTAR PUSTAKA ………. 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….


(8)

ABSTRAK

Taufik Hidayat Damanik (2008), Anlisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau dari Rasio Profitabilitas Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), Ketua Departemen Manajemen : Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe, Msi, Dosen Pembimbing : Drs. Syahyunan, MSi, Penguji I : Drs. Nisrul Irawati, MSi, Penguji II : Drs. Liasta Ginting, MSi.

Rasio Keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan keuangan (financial statement). Analisis rasio keuangan digunakan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan terutama bagi pihak manajemen. Rasio keuangan mempunyai manfaat untuk menilai kinerja manajer investasi, pendapatan dan manajer perusahaan, dimana dengan hasil analisis rasio tersebut maka akan dapat diketahui apakah manajer keuangan tersebut mempunyai kinerja. Analisis rasio terhadap laporan keuangan akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dimana hasil analisa dapat dijadikan alat dalam pengambilan keputusan usaha.

PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sendiri merupakan satu-satunya pabrik peleburan aluminium (aluminium smelting plant) di Indonesia yang menghasilkan produk berupa aluminium batangan (aluminium ingot) yang akan diperdagangkan ke negara Jepang sebagai tujuan ekspor utama. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan telah ditemukan bahwa biaya penjualan (other expense) yang terus meningkat sangan mempengaruhi kemampulabaan (profitabilitas) perusahaan, bahkan pada tahun 2002 menyebabkan terjadinya kerugian (loss). Dengan demikian untuk tetap bertahan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) harus memperhatikan kinerja profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan hasil data maka diketahui bahwa penjualan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, walaupun peningkatan penjualan tersebut belum tentu berdampak positif bagi perusahaan, disamping itu penggunaan biaya setiap tahunnya mengalami peningkatan sehingga perusahaan mengalami kerugian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Rasio profitabilitas PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) bila dilihat dari gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on investment , dan return on equity-nya untuk periode tahun 2000 sampai 2006 mengalami fluktuasi yang berbeda-beda. Analisis rasio keuangan dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja perusahaan apakah perusahaan tersebut tetap stabil atau sebaliknya sehingga perusahaan mampu tetap bersaing dan berkembang sesuai dengan harapan. Berdasarkan hasil pengolahan data maka diketahui bahwa kinerja perusahaan secara umum baik kecuali ditahun 2002 disebabkan adanya peningkatan biaya-biaya yang tidak terkontrol oleh perusahaan sehingga perusahaan mengalami kerugian.


(9)

ABSTRAK

Taufik Hidayat Damanik (2008), Anlisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau dari Rasio Profitabilitas Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), Ketua Departemen Manajemen : Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe, Msi, Dosen Pembimbing : Drs. Syahyunan, MSi, Penguji I : Drs. Nisrul Irawati, MSi, Penguji II : Drs. Liasta Ginting, MSi.

Rasio Keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan keuangan (financial statement). Analisis rasio keuangan digunakan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan terutama bagi pihak manajemen. Rasio keuangan mempunyai manfaat untuk menilai kinerja manajer investasi, pendapatan dan manajer perusahaan, dimana dengan hasil analisis rasio tersebut maka akan dapat diketahui apakah manajer keuangan tersebut mempunyai kinerja. Analisis rasio terhadap laporan keuangan akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dimana hasil analisa dapat dijadikan alat dalam pengambilan keputusan usaha.

PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sendiri merupakan satu-satunya pabrik peleburan aluminium (aluminium smelting plant) di Indonesia yang menghasilkan produk berupa aluminium batangan (aluminium ingot) yang akan diperdagangkan ke negara Jepang sebagai tujuan ekspor utama. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan telah ditemukan bahwa biaya penjualan (other expense) yang terus meningkat sangan mempengaruhi kemampulabaan (profitabilitas) perusahaan, bahkan pada tahun 2002 menyebabkan terjadinya kerugian (loss). Dengan demikian untuk tetap bertahan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) harus memperhatikan kinerja profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan hasil data maka diketahui bahwa penjualan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, walaupun peningkatan penjualan tersebut belum tentu berdampak positif bagi perusahaan, disamping itu penggunaan biaya setiap tahunnya mengalami peningkatan sehingga perusahaan mengalami kerugian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Rasio profitabilitas PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) bila dilihat dari gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on investment , dan return on equity-nya untuk periode tahun 2000 sampai 2006 mengalami fluktuasi yang berbeda-beda. Analisis rasio keuangan dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja perusahaan apakah perusahaan tersebut tetap stabil atau sebaliknya sehingga perusahaan mampu tetap bersaing dan berkembang sesuai dengan harapan. Berdasarkan hasil pengolahan data maka diketahui bahwa kinerja perusahaan secara umum baik kecuali ditahun 2002 disebabkan adanya peningkatan biaya-biaya yang tidak terkontrol oleh perusahaan sehingga perusahaan mengalami kerugian.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rasio keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan keuangan (financial statement). Analisis rasio keuangan digunakan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan terutama bagi pihak manajemen. Rasio keuangan mempunyai manfaat untuk menilai kinerja manajer investasi, pendapatan dan manajer perusahaan, dimana dengan hasil analisis rasio tersebut maka akan dapat diketahui apakah manajer keuangan tersebut mempunyai kinerja yang baik atau sebaliknya.

Kondisi keuangan perusahaan secara garis besar tertera pada laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Pada awalnya laporan keuangan dijadikan sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan tetapi selanjutnya laporan keuangan sudah digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pada perusahaan dan sudah dijadikan sebagai alat untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan satu bagian dari akuntansi. Laporan keuangan dibutuhkan untuk melihat tingkat profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan, dan kemampuan perusahaan mengelola aset-aset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba yang diinginkan serta melihat kinerja perusahaan. Dalam hal ini kemampuan manajemen dalam menjaga kondisi keuangan yang baik merupakan tuntutan dari pemilik modal. Manajer keuangan


(11)

dalam perusahaan merupakan orang yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan di perusahaan baik itu sebagai upaya perusahaan mempertahankan aktivitasnya maupun upaya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari keseluruhan pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.

Analisis rasio terhadap laporan keuangan akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dimana hasil analisa dapat dijadikan alat dalam pengambilan keputusan usaha. Dengan kata lain, laporan keuangan suatu perusahaan perlu dianalisa karena dengan analisis tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

Penilaian kinerja suatu perusahaan sangat penting untuk melihat apakah perusahaan tersebut mampu bertahan dan menghasilkan laba sesuai dengan harapan atau tidak. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bambang Riyanto (2000:28) yang menyatakan bahwa “Penilaian kinerja suatu perusahaan dimaksudkan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas”.

PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sendiri merupakan satu-satunya pabrik peleburan aluminium (aluminium smelting plant) di Indonesia yang menghasilkan produk berupa aluminium batangan (ingot) yang akan diperdagangkan ke negara Jepang sebagai tujuan utama ekspor. Ekspor perdana dilakukan pada tanggal 14 Oktober 1982 yaitu sebanyak 4.800 ton aluminium ingot.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), telah ditemukan bahwa biaya penjualan (other


(12)

expense) yang terus meningkat sangat mempengaruhi kemampulabaan (profitabilitas) perusahaan, bahkan pada tahun 2002 menyebabkan terjadinya kerugian (loss). Dengan demikian untuk tetap bertahan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) harus memperhatikan kinerja profitabilitas perusahaan.

Pos-pos yang mempengaruhi kinerja keuangan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1 Pos-pos yang mempengaruhi kinerja Keuangan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM)

Tahun 2000 s/d 2006 (dalam US$)

Sumber : PT. Inalum, 2007

Dari Tabel 1.1 dapat diamati bahwa penjualan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, walaupun peningkatan penjualan tersebut belum tentu berdampak positif bagi perusahaan, disamping itu penggunaan biaya setiap tahunnya mengalami peningkatan sehingga perusahaan mengalami kerugian.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk menuangkan dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau Dari Rasio Profitabilitas Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM)”.

N

o Rasio Keuangan

Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

1 Net Sales 157.463.112 186.463.112 196.302.231 206.112.012 409.931.254 472.303.878 590.912.301 2 Cost of good sold (139.862.332) (142.210.011) (144.044.724) (155.256.310) (280.946.870) (313.403.091) (301.598.000) 3 Operating expense (13.589.655) (14.560.580) (20.150.666) (11.569.115) (19.040.111) (21.475.894) (22.895.631) 4 Other expense (31.258.955) (28.556.155) (34.723.514) (29.568.011) (38.831.639) (48.392.550) (144.598.516) 5

Exchange gain

(loss) 19.588.255 11.588.255 (12.118.048) 4.910.203 22.519.870 33.659.509 10.181.768 6 Income before

income Tax benefit 22.626.868 11.724.621 (17.605.465) 14.628.779 93.632.510 123.052.059 132.001.922 7 Net income 22.174.331 11.490.128 (32.340.188) 14.336.203 91.759.859 120.591.017 129.361.884


(13)

B. Perumusan Masalah

Dari penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, penulis mencoba merumuskan masalah “Bagaimana kinerja keuangan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) selama tahun 2000 sampai dengan 2006 khususnya ditinjau dari profitabilitas?”

C. Kerangka Konseptual

Kinerja perusahaan sangat perlu diperhatikan sebab perusahaan yang mempunyai tingkat kinerja yang baik, dari segi likuiditas dan rentabilitas akan mampu bersaing dan bertahan. Tingkat kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang disajikan. Sebab laporan keuangan akan menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai kondisi keuangan yang baik atau sebaliknya. Analisis yang dilakukan terhadap laporan keuangan akan mengarah kepada penarikan kesimpulan tentang kondisi perusahaan.

Menurut Harahap (2001) yang menyatakan bahwa “Rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan, misalnya perbandingan penjualan dan biaya yang dikeluarkan, modal dengan hutang, antara kas dan total asset dan sebagainya”.

Penilaian kinerja suatu perusahaan sangat penting untuk melihat apakah perusahaan tersebut mampu bertahan dan menghasilkan laba sesuai dengan harapan atau tidak. Hal ini diperkuat oleh pendapat Hill (2004) yang menyatakan bahwa “Penilaian kinerja suatu perusahaan dimaksudkan untuk melihat


(14)

kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas”.

Menurut Render (2001) menyatakan bahwa “Tingkat kinerja suatu perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan, sehingga dengan laporan keuangan perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan akan mengetahui apakah perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik atau tidak”.

Gambar berikut ini merupakan skema dari kerangka konseptual dari penelitian, yang dapat diperlihatkan pada Gambar 1.1

Kerangka Konseptual

Sumber: Sofyan Safri Harahap, 2002

Analisis PT. Indonesia Asahan Aluminium

(INALUM)

Laporan Keuangan, terdiri dari Neraca dan Laporan laba rugi

Rasio Keuangan

Menghasilkan Informasi terhadap kondisi keuangan

perusahaan


(15)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan terutama ditinjau dari segi profitabilitas

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dijumpai oleh PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), dalam upaya pencapaian profitabilitas yang diharapkan.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dibidang yang diteliti baik secara teori maupun aplikasinya dilapangan 2. Bagi perusahaan, sebagai sumbangsih berupa saran yang akan berguna

untuk mengambil keputusan menyangkut usaha-usaha peningkatan profitabilitas perusahaan

3. Bagi peneliti lain, sebagai acuan dan perbandingan dalam penelitian yang sama dimasa mendatang.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara untuk memperoleh data atau informasi yang sehingga penelitian ini dilakukan secara sistematis, berencana dan mengikuti konsep ilmiah. Sistematika artinya dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai yang kompleks agar tercapai tujuan secara efektif dan


(16)

efisien. Berencana artinya direncanakan dengan adanya unsur kesengajaan karena sebelum dilaksanakan telah dipikirkan langkah-langkah untuk mencapainya. Mengikuti konsep ilmiah artinya mulai dari awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara tertentu dalam prinsip ilmu pengetahuan.

1. Batasan Operasional

Untuk memperoleh pemecahan masalah yang objektif dan terarah perlu dipertimbangkan keterbatasan ruang lingkup penulisan penelitian ini. Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan maka penulis membatasi masalah yang diteliti hanya tentang kinerja perusahaan ditinjau dari segi profitabilitas untuk periode tahun 2000 sampai dengan 2006.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) yang beralamat di Kuala Tanjuung, Batubara, Sumatera Utara, Indonesia. Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai dengan Desember 2007.

3. Jenis Data.

Adapun jenis data yang diperlukan untuk dianalisis adalah: a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber utamanya yaitu pimpinan bagian keuangan, baik data kualitatif maupun data kuantitatif.


(17)

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari penelitian lapangan, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Jenis data yang dikenal dengan data eksternal dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya laporan keuangan perusahaan, buku-buku perpustakaan, bahan kuliah yang digunakan sebagai bahan referensi dalam rangka penulisan skripsi ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi dengan menelaah buku-buku artikel dan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Wawancara

Mengadakan wawancara langsung dengan kepala bagian keuangan PT. Indonesia Asahan Aluminium dan bagian lain berkaitan dengan perolehan data tentang perusahaan. Merupakan data yang diperoleh dan digali dari sumber utamanya, baik data kualitatif maupun data kuantitatif yaitu berupa informasi data-data keuangan yang diperoleh langsung dari bagian keuangan, pimpinan, atau sejarah perkembangan perusahaan yang diperoleh dari bagian umum perusahaan.


(18)

5. Metode Analisis Data

a. Metode Deskriptif

Metode yang digunakan dengan cara menggambarkan secara teoritis tujuan pemecahan masalah dengan menganalisis, mengklasifikasi, dan menginterpretasikannya, lalu menarik suatu kesimpulan.

b. Metode Trend Analisis.

Metode yang digunakan untuk mengetahui tendensi atau kecendrungan keadaan keuangan pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dimasa mendatang baik kecendrungan naik, turun atau tetap.


(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu.

Berdasarkan hasil penelitian Arfizal, (2005) dengan judul analisis laporan keuangan dalam mengukur kinerja keuangan pada Perum Pegadaian Medan dengan menggunakan metode diskriptif komperatif maka dapat diketahui bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang kurang baik sebab hutang lancar yang mereka miliki kurang dapat dijamin dengan aktiva lancar yang ada, sedangkan tingkat rentabilitas pada tahun 2003 dan 2004 perusahaan mempunyai tingkat rentabilitas yang kurang baik, sebab perusahaan kurang dapat mengelola seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang diinginkan, bahkan perusahaan mengalami kerugian, hal ini menunjukan bahwa perusahaan harus memperbaiki kinerja keuangannya agar tujuan yang diharapkan dapat direalisasikan dengan baik

Berdasarkan hasil penelitian Siti (2007) dengan judul analisis laporan keuangan dalam mengukur kinerja keuangan pada PTP. Nusantara III Medan dengan menggunakan metode diskriptif maka dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan terhadap aktiva lancar, total aktiva, hutang lancar, penjualan dan peningkatan tersebut kurang baik bagi perusahaan sebab terjadi kelebihan dana atau banyaknya dana yang mengganggur dalam perusahaan dan kurang dimanfaatkan dengan baik

Menurut Lestari (2002) penelitian dengan judul analisis rasio likuiditas dan rentabilitas pada PT. Mostindo Perkasa Medan dengan menggunakan


(20)

metode diskriptif dapat diketahui bahwa perusahaan memiliki tingkat Current ratio sebesar 202,91 % pada tahun 2002. hal tersebut mengandung arti bahwa setiap Rp. 1 hutang lancar perusahaan dijamin oleh 2,02 aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 2003 tingkat Current ratio perusahaan mengalami peningkatan menjadi sebesar 227,24 %, hal ini mengandung arti bahwa Rp. 1 hutang lancar perusahaan dijamin 2,27 aktiva lancar perusahaan

B. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan bertujuan untuk menyajikan kondisi keuangan dan kemampuan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasional serta berhubungan juga dengan prospektus perusahaan di masa yang akan datang. Laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan akan memberikan gambaran kepada pemilik tentang kemampuan manajemen perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan. Sedangkan kreditur akan menjadikan laporan keuangan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan pemberian atau penolakan pemberian kredit kepada perusahaan. Di laporan keuangan akan tersaji kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran terhadap utang yang diberikan kepadanya. Laporan keuangan yang dibuat akan memberikan informasi yang sangat penting bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap kondisi perkembangan perusahaan tersebut.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang


(21)

berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah: pemilik perusahaan, manager pemerintah yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah di mana perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya lagi.

Sedangkan Munawir (2002:7) dalam bukunya yang berjudul Financial Statement Analysis mengatakan yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah:

Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan).

Menurut Harahap (2002:121) memberikan pengertian tentang “Laporan keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, dan laporan penggunaan sumber dan penggunaan dana”.

Menurut Arifin (2003:1) “laporan keuangan merupakan proses untuk membedah laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan modal, laporan lain-lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergral dari laporan keuangan”.

Menurut Simangunsong (2003:33), “Laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan neraca suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu”.

Dari uraian diatas maka laporan keuangan merupakan kumpulan laporan terhadap aktivitas yang dilakukan perusahaan dan dinyatakan dalam satuan uang. Semua pihak yang mempunyai hubungan dengan perusahaan,


(22)

baik, pemilik perusahaan, pemegang saham, pemberi kredit dan pemerintah harus mengetahui pertumbuhan atau perkembangan perusahaan, hal tersebut diketahui jika dalam periode tertentu, dengan melihat laporan:

a. Laporan laba rugi

b. Laporan perubahan modal

c. Laporan neraca. Dari laporan neraca dapat diketahui:

- Nilai harta–harta dan hutang–hutang perusahaan serta modal - Likuiditas perusahaan

Menurut Munawir (2002:3) disamping itu laporan keuangan akan dapat digunakan oleh manajemen untuk:

a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan

b. Untuk menentukan/mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggungjawab

d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Jadi melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi daripada aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha/pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar, serta nilai–nilai buku tiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.

Laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan umumnya dicatat dalam bentuk neraca dan rugi laba. Menurut Al Haryono Yusuf (2003:5) dalam membagi laporan keuangan kedalam beberapa bagian yaitu:


(23)

1. Neraca

Neraca adalah suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan), kewajiban dan modal yang dimiliki oleh perusahaan pada satu saat tertentu. Munawir (2002:7) menyatakan bahwa neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Menurut Simangungsong (2003:34) “Neraca adalah laporan mengenai keadaan keuangan (harta, hutang dan modal) suatu usaha pada tanggal tertentu”.

Neraca disusun dengan maksud untuk menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada satu waktu tertentu. Neraca yang disusun terbagi dalam dua bagian yaitu bagian aktiva dan pasiva. Bagian aktiva terletak di kolom neraca sebelah kiri. Sedangkan pasiva terletak pada kolom neraca sebelah kanan. Sisi pasiva tertera laporan yang berkaitan dengan kewajiban dan modal. Prinsip yang dianut dalam neraca adalah persamaan akuntansi dimana sisi kiri dan kanan selalu menunjukkan angka yang sama atau dengan kata lain jumlah aktiva dan pasiva selalu sama.

Informasi dalam neraca tercantum sisa bersih pos harta, hutang, dan modal pada tanggal penyusuanan neraca tersebut. Informasi yang terdapat dalam neraca dapat menunjukan total aktiva (aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain–lain) hutang (hutang lancar, hutang jangka panjang) dan modal pada tanggal neraca.

2. Laporan rugi laba

Laporan rugi laba menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai oleh perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Dengan kata lain laporan rugi laba menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan yaitu pencapaian laba maksimal.


(24)

Laporan laba rugi disusun sesuai dengan kebutuhan, periode laporan laba rugi dapat 1 bulan, 3 bulan atau 6 bulan (1 semester), tetapi umumnya laporan laba rugi disusun untuk satu tahun akuntansi. Laporan rugi laba terdiri dari 2 bagian besar yaitu laporan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan adalah aliran penerimaan kas atau harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang atau pemberian jasa. Sedangkan biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikorbankan untuk menghasilkan pendapatan. Laba atau rugi suatu perusahaan merupakan selisih antara pendapatan dan biaya.

3. Laporan Perubahan Modal

Dalam laporan ini akan terlihat pertambahan atau pengurangan modal dari awal periode ke akhir periode akuntansi. Laporan ini menyajikan modal awal, investasi tambahan, saldo laba/rugi, pengambilan prive dan modal akhir.

Prinsip-prinsip yang dianut dalam akuntansi ditetapkan oleh lembaga yang kompeten. Di Indonesia prinsip-prinsip ini ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang terdapat dalam hasil kongres Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 1973. Prinsip-prinsip yang dianut dalam akuntansi ditetapkan sebanyak 3 prinsip yaitu (Yusuf, 2001:15):

a. Konsep Entitas.

Konsep ini merupakan konsep yang paling mendasar dari akuntansi. Konsep entitas atau konsep kesatuan usaha adalah satu organisasi atau bagian organisasi yang berdiri sendiri terpisah dari organisasi lain. Ditinjau dari sisi akuntansi maka satu kesatuan usaha dengan kesatuan usaha lain atau dengan pemiliknya terdapat garis pemisah yang tegas. Ini berarti kejadian keuangan


(25)

yang menyangkut kesatuan keuangan usaha tidak boleh dicampur dengan kesatuan usaha lain atau dengan pemiliknya.

b. Prinsip Obyektivitas.

Prinsip obyektivitas adalah catatan dan laporan keuangan harus didasarkan pada data yang bisa dipercaya sebagai laporan yang menyajikan informasi yang tepat dan berguna. Data yang bisa dipercaya adalah data yang bisa di verifikasi kebenarannya. Oleh sebab itu data yang dicatat pada akuntansi harus berdasar pada informasi yang berawal dari kegiatan yang didokumentasikan dalam bentuk bukti yang obyektif.

c. Prinsip Cost (Biaya).

Prinsip cost atau prinsip biaya menetapkan bahwa harta atau jasa yang dibeli harus dicatat atas dasar biaya yang sesungguhnya. Meskipun perusahaan membeli dibawah harga pasar (melewati proses tawar menawar) maka yang dicatat adalah harga yang benar-benar dibayar oleh perusahaan.

Analisa rasio keuangan dilakukan pada adalah analisa rasio berdasarkan

historical ratio sebagai perbandingan yaitu dengan membandingkan rasio dari tahun ke tahun terhadap posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan adalah:


(26)

1. Pihak Intern

Termasuk dalam kelompok intern dalam perusahaan adalah sebai berikut: a. Pemilik perusahaan

Pemilik perusahaan atau pemegang saham sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan guna melihat keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini dilihat dengan laba yang diperoleh perusahaan.

b. Pimpinan perusahaan atau manajer

Dengan mengetahui posisi keuangan sebelumnya, dapat dijadikan pedoman dalam menyusun rencana yang lebih tepat, akurat serta dapat dijadikan alat pengawasan dalam menentukan kebijaksanaan yang akan diambil.

Disamping itu laporan keuangan dalam perusahaan dapat digunakan oleh manajemen untuk:

a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan

b. Untuk mengukur / menentukan efisiensi tiap – tiap bagian, proses atau produksi serta menentukan derajat keuntungan (rentabilitas) yang dapat dicapai oleh perusahaan

c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap – tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggungjawab

d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik

e. Dan untk mengukur tingkat kinerja perusahaan dalam suatu periode akuntansi.


(27)

2. Pihak ekstern

Orang – orang yang terlibat langsung dalam operasi perusahaan tetapi dapat mempengaruhi kebijaksanaan antara lain:

a. Investor

Investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan. Hal ini berguna untuk melihat perkembangan perusahaan, jaminan investasi, kondisi kerja dan kondisi keuangan jangka pendek. Para investor (penanam modal jangka panjang), sangat berkepentingan atau memerlukan laporan keuangan perusahaan, dimana mereka ini menanamkan modalnya. mereka ini berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dari perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. dari hasil analisa tersebut para investor, akan dapat menentukan langkah – langkah yang harus ditempuh.

Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan memperoleh keuntungan atau rate of return yang ckup baik atau tidak. b. Pemerintah.

Sebagaimana yang diketahui bahwa sebagian dari laba yang diperoleh perusahaan harus disetor kepada pemerintah dalam bentuk pajak perseroan yang didasarkan pada besar kecilnya laba yang diperoleh.


(28)

C. Pengertian Rasio Keuangan.

Analisis keuangan (financial analisys) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan. Beberapa pertanyaan dapat membantu fokus analisis keuangan. Satu set pertanyaan berorientasi ke depan. Sebagai contoh apakah perusahaan memiliki sumber daya untuk berhasil dan berkembang, apakah perusahaan memiliki sumber daya untuk berinvestasi pada proyek-proyek baru. Analisis keuangan terdiri atas tiga bagian besar yaitu analisis profitabilitas, analisis risiko serta analisis sumber dan penggunaan dana.

Untuk memperoleh gambaran yang ongkrit mengenai kondisi suatu perusahaan pada suatu periode tertentu maka diperlukan adanya satu analisis terhadap laporan keuangan yang telah disusun. Terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk menganalisa suatu laporan keuangan salah satunya adalah analisa rasio.

Adapun teknik dan metode lain yang lazim digunakan untuk menganalisa laporan keuangan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Analisa rasio keuangan

2. Analisa titik impas (break even point)

3. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja 4. Analisa perubahan laba kotor

5. Analisa perbandingan

6. Analisa trend, indeks berseri, dan commonsize 7. Analisa kredit.


(29)

Analisis profitabilitas merupakan evaluasi atas tingkat pengembalian investasi perusahaan, analisis ini berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat profitabilitasnya dan melibatkan identifikasi dan pengukuran dampak berbagai pemicu profitabiliitas. Analisis ini juga mencakup evaluasi atas dua sumber utama profitabilitas–margin dan perputaran penggunaan modal. Analisis profitabilitas juga berfokus pada penyebab perubahan profitabilitas dan daya tahan laba.

Menurut Munawir (2002:5) “Analisis resiko keuangan merupakan evaluasi atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya. Analisis resiko melibatkan penilaian atas solvabilitas dan likuiditas perusahaan sejalan dengan variasi laba”.

Menurut Wild, et.al., (2005:3) “Analisis rasio keuangan merupakan pengukuran rasio dan pengukuran arus kas untuk memprediksikan laba dan penilaian ekuitas”.

Menurut Arifin (2004:1) Analisis rasio keuangan merupakan proses untuk membedah laporan keuangan, menelaah masing-masing unsur dan menelaah hubungan di atara unsur tersebut dan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laoran keuangan”.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diketahui analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua


(30)

periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

Faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian oleh penganalisa adalah likuiditas, solvabilitas dan rentalbilitas atau profitabilitas serta stabilitas usaha. Faktor-faktor tersebut akan diketahui dengan cara menganalisa dan menginterprestasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik analisa yang tepat/sesuai dengan tujuan analisa. Kondisi keuangan perusahaan secara garis besar tertera pada laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa ratio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka ratio tersebut dibandingkan dengan angka ratio pembanding yang digunakan sebagai standart. Pada awalnya laporan keuangan dijadikan sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan tetapi selanjutnya laporan keuangan sudah digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pada perusahaan dan sudah dijadikan sebagai alat untuk menilai kondisi keuangan perusahaan.

Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Namun perannya sering disalah pahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingannya sering dilebih-lebihkan. Sebuah rasio menyatakan hubungan matematis antara suatu kuantitas. Rasio 200 terhadap 100 dinyatakan sebagai 2 : 1 atau cukup 2. meskipun perhitungan rasio merupakan


(31)

operasi aritmatika sederhana, interprestasinya lebih kompleks. Agar bermakna, sebuah rasio hasus mengacu pada hubungan ekonomis yang penting.

Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan trend dan ukurannya di masa depan. Karenanya kegunaan rasio tergantung pada keahlian penerapan dan interprestasi.

Menurut Bambang Riyanto (2000:31) :Apabila tingkat likuiditas perusahaan bagus maka mereka akan mampu menghasilkan laba dari hasil operasional dengan baik juga sehingga kinerja manajemen perusahaan tersebut akan ikut baik juga sebab perusahaan dapat mengelola aktivitas kegiatan operasional dengan aktiva lancar yang dimiliki dan menghasilkan tingkat laba yang akan diharapkan, kinerja manajemen dapat dikatakan baik apabila mereka akan dapat menekan penyimpangan biaya dibawah atau sama dengan 100% dan dapat mencapai pendapatan dan laba sama dengan atau di atas 100%.

Menurut Munawir (2002:11) juga membagi analisa ratio kedalam beberapa bagian berdasarkan sumber datanya, yaitu:

a. Rasio-rasio neraca (Balance sheet ratios)

Rasio-rasio neraca adalah semua rasio yang semua datanya diambil dari atau bersumber dari neraca. Neraca yang juga disebut dengan persamaan akuntansi, merupakan dasar sistem akuntansi: aktiva = kewajiban + ekuitas. Sisi kiri persamaan ini terkait dengan sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva. Sumber daya ini merupakan investasi yang diharapkan untuk menghasilkan laba dimasa depan melalui aktivitas operasi. Untuk menjalankan aktivitas operasi, perusahaan membutuhkan pendanaan untuk membiayai. Sisi kanan persamaan ini mengidentifikasi sumber pendanaan.

b. Rasio-rasio laporan rugi laba (income statement ratios)

Rasio-rasio laporan rugi laba adalah semua rasio yang semua datanya diambil dari atau bersumber dari laporan rugi laba. Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu.


(32)

c. Rasio-rasio antar laporan (inter statement ratios)

Rasio-rasio antar laporan adalah semua rasio yang beberapa bagian datanya diambil dari neraca dan bagian yang lain bersumber dari laporan rugi laba”.

Rasio harus diinterprestasikan dengan hati-hati karena faktor-faktor yag mempengaruhi pembilang dapat berkorelasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebut. Sebagai contoh, perusahaan dapat memperbaiki rasio beban operasi terhadap penjualan dengan mengurangi biaya yang menstimulasi penjualan. Pengurangan jenis biaya seperti ini kemungkinan berakibat pada penurunan penjualan atau pangsa pasar jangka panjang. Dengan demikian, profitabilitas yang tampaknya membaik dalam jangka pendek dapat merusak prospek perusahaan dimasa depan.

Rasio keuangan itu merupakan suatu satu alat analisis keuangan yang digunakan dengan cara membandingkan angka yang satu dengan angka yang lainnya dari suatu lapporan keuangan perusahaan. Melalui analisa rasio dapat diketahui gambaran baik atau buruk kondisi keuangan perusahaan bila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio standart. Dalam membuat interprestasi dan analisis laporan keuangan dari perusahaan yang sedang teliti.

Analisis rasio keuangan merupakan alat analiasa yang paling sering dan selalu digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yanga da di bidang keuangan memahami apa yang perlu dilakukan apabila menemukan gejala suatu masalah, mencari penyebab masalah dan menentukan cara-cara untuk mengatasinya berdasarkan informasi yang tersedia pada laporan keuangan perusahaan.


(33)

Apabila ditinjau dari sumber datanya maka angka rasio dapat dibedakan antara lain:

1. Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio) yang tergolong dalam kategori ini adalah semua rasio yang semuanya datanya diambil atau bersumber pada neraca.

2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratio) yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari laporan laba rugi.

3. Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratio) ialah semua angka rasio yang penyusunannya datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi, misalnya tingkat perputaran piutang, persediaan, dan sebagainya.

Menurut Hill (2004:38) Analisis rasio dalam laporan keuangan dalam satu perusahaan biasanya dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Analisis kredit (risiko)

a. Likuiditas. Untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek

b. Struktur modal dan solvabilitas. Untuk menilai kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang

2. Analisis profitabilitas

a. Tingkat pengembalian atas investasi. Untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pedanaan ekuitas dan utang.


(34)

c. Pemanfaatan aktiva. Untuk mengevaluasi efektivitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan penjualan disebut dengan perputaran. 3. Penialian. Untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (saham)

Berikut ini lima alat pengenalan dalam melakukan analisis keuangan sebagai berikut:

1. Analisis laporan keuangan komperatif 2. Analisis laporan kuangan common size 3. Analisis rasio

4. Analisis arus kas 5. Penilaian

Menurut Bernstein dalam Harahap (2001:13) membagi angka-angka keuangan kedalam beberapa bagian yaitu:

a. Rasio-rasio untuk menilai liquiditas

b. Rasio-rasio untuk menilai struktur modal dan solvabilitas c. Return on Investement Ratios

d. Rasio untuk menilai hasil produksi

e. Rasio-rasio untuk menilai penggunaan aktiva yaitu rasio perimbangan antara penjualan dengan kas, persediaan, modal kerja, aktiva tetap dan aktiva-aktiva lain”.

Sedangkan Riyanto (2000:18) mengklasifikasikan angka-angka rasio keuangan beberapa bagian yaitu:

a. Rasio Liquiditas

1) Current ratio 2) Cash Ratio 3) Acid Test Ratio

4) Working Capital to total assets ratio

b. Rasio Keuntungan

1) Gross profit margin 2) Operating income rasio 3) Operating ratio

4) Net Profit margin


(35)

Menurut Munawir (2004:66) terdapat beberapa bentuk standart rasio keuangan yaitu:

1. Pengumpulan laporan keuangan dari perusahaan yang data diperbandingkan dalam industri

2. Menghitung angka rasio yang dipilih untuk tiap-tiap perusahaan industri 3. Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah

dan menghapuskan rasio yang extrame (terlalu tinggi atau terlalu rendah) 4. Menghitung rata-rata hitungnya atau menentukan mediannya.

Menurut Keown et.al., (2001:102) Analisis rasio memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya. Adapun kelemahan atau keterbatasan analisis rasio antara lain:

a. Kesulitan dalam mengidentfikasikan kategori industri di mana perusahaan beroperasi dengan beberapa bidang usaha, perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusunan atau metode penilaian persediaan.

2. Rasio keuntungan dari data akuntansi dan dat tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipulasi.

3. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

D. Rasio Profitabilitas.

Rasio-rasio keuangan sangat banyak jenisnya, sebab rasio dapat dibuat menurut kebutuhan pengganalisa. Setiap analisa rasio mempunyai tujuan dan


(36)

kegunaan yang menentukan perbedaan penekanan yang sesuai dengan tujuan dan analisa yang dilakukan seorang manajer keuangan misalnya ingin menginterprestasikan posisi keuangan jangka pendek dalam memanfaatkan aktiva yang ada dan menjadi milik dari perusahaan yang dikelolanya dan berapa yang dikelolannya dan berapa hasil laba yang didapat dari sumber pemanfaatan dari sumber daya keuangan tadi. Manajer tersebut akan lebih menekankan pada rasio-rasio likuiditas dan rentabilitas. Hal serupa juga berlaku bagi kondisi-kondisi perusahaan yang memerlukan penekanan pada bidang-bidang yang dianggap perlu dianalisa lebih lanjut.

Rasio keuangan diperoleh dengan cara membandingkan elemen-elemen laporan keuangan dan utamanya adalah elemen-elemen yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi. Rasio untuk mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut (rentabilitas) atau mengukkur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal kerja yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Harahap (2001:304) rentabilitas atau yang disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut operating ratio.


(37)

Menurut Riyanto (2000:28) perbandingan tersebut dirumuskan secara

umum sebagai berikut: 100%

M L as

Rentabilit = x Dimana L adalah jumlah laba

yang diperoleh selama periode tertentu dan M adalah modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Menurut David (2002:86) “Rasio profitabilitas adalah rasio yang bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut ”.Menurut Hadibroto (2003:7) “Rasio profitabilitas / rentabilitas adalah kemampulabaan perusahaan dari hasil operasi dengan memperoleh pendapatan yang direncanakan”.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Munawir (2002:86 ) yang menyatakan bahwa

Rasio untuk mengukur profit yang diperoleh dari modal – modal yang digunakan untuk operasi tersebut (profitabilitas) atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Yang dapat diukur dengan menggunakan beberapa ratio diantaranya adalah rasio laba dengan aktiva usaha, perputaran aktiva usaha, gross margin ratio, operating margin ratio, net margin rasio, rate of ROI, net rate of ROI, rentabilitas modal sendiri, laba perlembar saham biasa.

Berdasarkan laporan laba rugi diatas maka dapat diketahui perhitungan rasio keuntungan (rentabilitas) sebagai berikut:

1). Gross Profit margin

Gross profit margin, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bruto per rupiah penjualan. Dan efisiensi pengendalian harga pokok (biaya produksi) atau kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.


(38)

Operasi Pendapatan Operasi Laba margin

Profit =

2). Operating Income Ratio (OIR)

Operating income ratio atau operting profit margin, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan

Operasi Biaya Operasi Pendapatan OIR =

3). Net Profit Margin

Net Profit Margin, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan melalui penjualan yang dilakukan

Sales Profit Net Margin Profit

Net =

4). Return On Investment

Return On Investment, digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal kerja perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi + saham).

Asset Total Profit Net Invesment On

Return =

5. Return On Equity,

Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal kerja perusahaan yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan.

Net Worth Profit Net Invesment On


(39)

Sedangkan menurut Hansen (2000:28) menyatakan profitabilitas merupakan suatu kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan”. Rasio-rasio yang digunakan dalam rasio rentabilitas adalah:

1. Ratio Operating Income dengan Operating Asset

Profitabilitas perusahaan dapat dilakukan dengan menghubungkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau aset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan itu. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

Assets Operating

Income Operating

Assets Operating to

Income Operating

Ratio =

Turn over dari Operating Assets

Merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

Penjualan Assets Operating Assets

Operating Over

Turn =

2. Return On Investment

Return On Investment merupakan analisa keuangan yang bersifat komprehensif. ROI bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan untung.


(40)

a. Turn over dari operating assets

b. Profit margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: margin Profit x turnover assets

Operating ROI=

atau

Penjualan usaha Laba x assets Operating

Penjualan

ROI= atau

Assets Operating

Usaha Laba ROI=

Menurut Munawir (2002:92) menyatakan kegunaan dan kelemahan ROI sebagai alat analisis Laporan keuangan adalah sebagai berikut:

Kegunaan:

a. Kegunaan yang bersifat menyeluruh

b. Bisa digunakan sebagai bahan perbandingan dengan data indutri. c. Dapat dilakukan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh divisi pada perusahaan.

d. Analisa ROI dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

e. ROI diperlukan dalam melakukan kontrol dan juga diperlukan dalam proses perencanaan.

Kelemahannya adalah:

a. Kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.

b. Kelemahan lain adalah adanya fluktuasi nilai dari nilai uang.

Analisis keuangan (Financial analisys) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisisi posisi dan kinerja keuangan perusahaan dan untuk


(41)

membantu focus analisis keuangan. Analisis keuangan terdiri atas tiga bagian besar yaitu analisis profitanilitas, analisis resiko serta analisis sumber dan penggunaan dana. Analisis profitailitas merupakan evaluasi atas tingkat pengembalian investasi perusahaan. Analisis ini berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat profitabilitasnya dan melibatkan identifikasi dan pengukuran dampak berbagai pemicu profitabilitas. Analisis ini juga mencakup evaluasi atas dua sumber utama profitabilitas yaitu margin (bagian dari penjualan yang tidak tertutup oleh biaya) dan perputaran (penggunaan modal).

Analisis rasio merupakan evaluasi atas kemampuan perusahaa untuk memenuhi komitmennya. Analisis resiko melibatkan penilaian atas solvabilitas dan likuiditas perusahaan sejalan dengan variasi laba. Karena resiko menjadi perhatian utama kreditor


(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Indonesia Asahan Aluminium.

Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia. Oleh karena itu letaknya tinggi dan ruang akumulasinya yang besar, maka danau ini sangat ideal untuk kemungkinan pengolahan tenaga air. Gagasan untuk mengolah tenaga air sungai Asahan sebagai pembangkit listrik dimulai sejak tahun 1908. Pada tahun 1919, barulah perusahaan Hindia Belanda mengadakan studi kelayakan proyek. Pada tahun 1939 perusahaan Belanda Maatschappij Tot Exploitatie Van De Waterkracht in de Asahan Rivier (MEWA), memulai pembangunan PLTA Sigura-gura tetapi dengan pecahnya perang Dunia II proyek ini tidak diteruskan.

Usaha untuk mendayagunakan sungai Asahan, satu-satunya sungai yang mengalir air Danau Toba menuju ke Laut Selat Malaka, sudah dilakukan berulang-ulang selama dan sesudah pendudukan Jepang. Tahun 1962 pemerintah Indonesia dan Rusia (USSR) menandatanganni perjanjian kerja sama untuk mengadakan studi kelayakan tentang pembangunan proyek Asahan, tetapi kondisi politik dan ekonomi tahun 1966 telah menyebabkan proyek ini gagal. Tahun 1968, Nippon Koei, perusahaan konsultan Jepang meyerahkan laporan kelayakan interim proyek Aluminium Asahan, disusul dengan laporan mengenai Power Development Project. Pada tahun 1970, dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian antara Departemen Pekerjaan Umum dan Tanaga Listrik (PUTL), dengan Nipon Koei tentang perencanaan


(43)

dan penelitian secara terperinci untuk pembangunan proyek PLTA nomor 2 dari pengembangan pembangunan Asahan. Laporan akhir diserahkan tahun 1972 yang menyatakan bahwa PLTA Asahan layak dibangun dengan sebuah peleburan Alumunium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan.

Dalam tahun 1972, pemerintah Indonesia menyelegarakan pelelangan untuk membangun pabrik peleburan Aluminium dan PLTA sebagai satu paket Penanaman Modal Asing. Tetapi hingga pelelangan ditutup pada tahun 1973, tidak satupun yang menyerahkan penawarannya karena proyek membutuhkan investasi yang sangat besar. Pada tanggal 7 Juli 1975, di Tokyo, setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang, pemerintah Republik Indonesia dan para penanam Modal Jepang menandatanganni perjanjian Induk untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan aluminium Asahan. Dan bulan November 1975, dua belas perusahaan penanaman modal Jepang membentuk sebuah konsorsium di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co, Ltd (NAA), 50% saham perusahaan ini dimiliki lembaga keuangan Pemerintag Jepang.

Untuk menlaksanakan pembangunan dan pengoperasian proyek Asahan ini, maka pada tanggal 6 Januari 1976, di Jakarta didirikan PT. Indonesia Asahan Aluminium. (PT. Inalum), suatu perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd, dengan perbandingan saham masing-masing 10 % dan 90 %. Tangga 29 September 1979 perbandingan saham masing-masing menjadi 25 % dan 75 %. Kemudian berubah lagi pada tanggal 24 Juni 1987 menjadi 41,13 % dan


(44)

58,87 %. Pada tanggal 26 Mei 1997 sampai dengan sekarang perbandingan saham masing-masing menjadi 41,12 % dan 58,58,88 %.

Untuk menyelenggarakan pembinaan, perluasan dan pengawasan atas pelaksanaan pembangunan proyek, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Kepres No. 5/1976 tentang pembentukan Badan Pembinaan Proyek Asahan dan Otorita Pengembagan Proyek Asahan. Tanggal 20 Januari 1982, Presiden Soeharto yang datang bersama pejabat-pejabat tinggi pemerintah lainnya, meresmikan operasi tahap pertama pabrik peleburan aluminium PT. Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung dan menyebut proyek ini sebagai “Impian yang menjadi kenyataan”. Dan tanggal 14 Oktober 1982 dilakukan eksport perdana produksi PT. Indonesia Asahan Aluminium, dan Indonesia pun menjadi salah satu pengeksport aluminium batangan di dunia. Untuk pemasangan dalam negeri, pemerintah Indonesia pada tahun 1984 telah menunjuk PT. PP Berdikari sebagai distributaor nasional.

B. Struktur Organisasi PT. Indonesia Asahan Aluminium ((INALUM).

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa PT. Indonesia Asahan Aluminium, merupakan perusahaan industri yang bergerak di bidang peleburan Aluminium dengan memanfaatkan tenaga listrik PLTA Sigura-gura dan tenaga dari potensial sungai Asahan. Dengan demikian terdapat 2 (dua) plat di perusahaan ini, yaitu smelting plant (paabrik peleburan aluminium) di Kuala Tanjung dan power plant (pusat pembangkit tenaga listrik) di


(45)

Sigura-gura dan Tangga Tapanuli Utara. Sedangkan kantor pusat terdapat di Jakarta dan di Tokyo Jepang sebagai kantor penghubung.

Pihak-pihak yang mengelola perusahaan diatur sedemikian rupa dalam suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan hasil dari proses pengorganisasian. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar tertentu yang menunjukan hubungan satuan-satuan organisasi dan individu-individu yang berada di dalam suatu organisasi. Melalui struktur organisasi maka tugas-tugas wewenang dan tanggungjawab setiap pejabat dapat diketahui dengan jelas dan tegas. Sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi dapat bekerja bersama-sama secara harmonis.

Untuk perubahan mencapai keberhasilan yang diharapkan memperhatikan struktur organisasi perusahaan, yang merupakan salah satu unsur yang menentukan sukses tidaknya perusahaan mencapai tujuan yang diharapkan. Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat pengatur maupun pengawas usaha pelaksanaan pencapaian tujuan perusahaan, sehingga usaha-usaha yang dilakukan dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Struktur organisasi perusahaan adalah merupakan suatu kerangka kegiatan perusahaan yang menentukan dan memperjelas tentang pembagian tugas atau pekerjaan, pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam suatu sistem komunikasi yang serasi sehingga dapat mencapai suatu koordinasi yang baik. Struktur organisasi PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) menerapkan dan menganut struktur organisasi garis dan staff berdasarkan fungsinya yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:


(46)

(47)

Berikut ini uraian tugas dari masing-masing bagian pada PT. Indonesia Asahan Aluminium.

1. Komisaris. - Keanggotaan

a. Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota, salah seorang diantaranya bertindak sebagai Presiden Komisaris. b. Para anggota Komisaris dan Presiden Komisaris diangkat oleh RUPS

dari calon-calon yang diusulkan oleh para pemegang Saham pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota Komisaris harus dari calon yang diusulkan oleh pemegang saham pihak Indonesia.

c. Anggota Komisaris dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham untuk memberhentikan para anggota Komisaris sewaktu-waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

2. Direksi

- Keanggotaan

a. Direksi terdiri dari sekurang-kurangnya 6 (enam) orang anggota diantaranya seseorang sebagai Presiden Direktur

b. Para anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham


(48)

c. Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan oleh para pemegang Saham, pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota Direksi harus dari calon yang diusulkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia.

d. Tidak kurang dari 2 (dua) orang anggota Direksi termasuk seorang anggota yang dicalonkan oleh pemegang Saham Indonesia harus berkebangsaan Indonesia.

- Masa Jabatan

a. Para anggota direksi dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat Umum Pemegang Saham tahun Kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham untuk memberhentikan para anggota Direksi sewaktu-waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

b. Dalam hal terdapat penambahan anggota Direksi, maka masa jabatan anggota Direksi tersebut akan berakhir bersama dengan berakhirnya masa jabatan anggota Direksi lainnya yang telah ada, kecuali Rapat Umum Pemegang saham menetapkan lain.

- Tugas dan Wewenang

a. Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.


(49)

b. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan wewenang tersebut oleh Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Komisaris. c. Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawab sendiri, berhak

pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasa yang diatur dalam surat kuasa.

d. Direksi berhak mewakili Perseroan di dalam atau diluar pengadilan serta melakukan segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan serta mengikuti Perseroan dengan pihak lain dan atau pihak lain dengan perseroan, dengan pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

3. Presiden Direktur

Presiden Direktur adalah salah seorang Direksi yang oleh karena jabatannya berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili perseroan

4. Direktur

Direktur adalah anggota Direksi yang oleh karena jabatannya melaksanakan tugas untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas atau fungsi masing-masing seperti tersebut dibawah ini:

- Umum dan Personalia - Perencanaan dan Keuangan - Bisnis


(50)

- Pembangkit listrik

5. Divisi

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk membantu Direktur dalam menuangkan ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang lingkup atau fungsi Direktur masing-masing. Divisi dikepalai oleh General Manager.

1. Departemen

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk mengawasai pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan atau ditentukan oleh Divisi masing-masing. Departemen dikepalai oleh Senior Manager.

2. Seksi

Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan yang telah ditentukan atau digariskan oleh Departemen masing-masing Seksi dikepalai oleh Manager.

3. Auditor Internal

Auditor Internal merupakan unit organisasi yang berdiri sendiri yang bertanggung jawab atas pemeriksaan dan penilaian kegiatan perusahaan dan melaporkan hasil pemeriksaan dan penilaian tersebut kepada Presiden Direktur. Auditor Internal dibawah pengawasan Presiden Direktur membantu anggota organisasi yang bertanggung jawab atas tugas yang mereka dengan cara memberikan analis, penilaian, rekomendasi, pemberian nasihat dan informasi.


(51)

4. Wakil Manajemen Untuk ISO 9002 (MR)

Wakil manajemen untuk sistem Mutu (ISO 9002) dan bertanggung jawab kepada Presiden Direktur.

- Tugas Dan Tanggung Jawab Wakil Manajemen Antara Lain:

a. Memberikan arahan dan petunjuk kepada seluruh tingkatan Manajemen mengenai implementasi sistem mutu perusahaan.

b. Sebagai penghubung antara perusahaan dengan Badan Sertifikasi Sistem Mutu (ISO 9002)

c. memberikan saran kepada Presiden Direktur untuk melakukan tinjauan manajemen mengenai implementasi Sistem Mutu dan tindakan pencegahan serta koreksi sesuai dengan prosedur mutu.

d. Bertanggung jawab atas fungsi Jaminan Mutu dengan memberikan masukan-masukan kepada Presiden Direktur dan atau Direktur terkait.

- Tugas Dan Tanggung Jawab Wakil Manajemen Antara Lain:

a. Memberikan arahan dan petunjuk kepada seluruh tingkatan Manajemen mengenai implementasi sistem mutu perusahaan.

b. Sebagai penghubung antara perusahaan dengan Badan Sertifikasi Sistem Mutu (ISO 9002)

c. Memberikan saran kepada Presiden Direktur untuk melakukan tinjauan manajemen mengenai implementasi Sistem Mutu dan tindakan pencegahan serta koreksi sesuai dengan prosedur mutu.

d. Bertanggung jawab atas fungsi Jaminan Mutu dengan memberikan masukan-masukan kepada Presiden Direktur dan atau Direktur terkait.


(52)

C. Laporan Keuangan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM).

Kondisi keuangan perusahaan secara garis besar tertera pada laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Pada awalnya laporan keuangan dijadikan sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan tetapi selanjutnya laporan keuangan sudah digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pada perusahaan dan sudah dijadikan sebagai alat untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan dibutuhkan untuk melihat tingkat likuiditas yang dimiliki oleh perusahaan, dan kemampuan perusahaan mengelola aset –aset yang dimilikinya, selain itu laporan keuangan, juga dimaksudkan untuk melihat apakah perusahaan mempunyai kemampulabaan dan untuk melihat kinerja perusahaan. Dalam hal ini kemampuan manajemen dalam menjaga kondisi keuangan yang baik merupakan tuntutan dari pemilik modal.

Laporan keuangan merupakan proses untuk membedah laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan modal, laporan lain lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergral dari laporan keuangan dibuat pimpinan perusahaan dalam rangka mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang telah diselesaikannya dalam menjalankan operasinya kepada pemilik perusahaan.

Tujuan laporan keuangan adalah menyajikan informasi keuangan dari suatu kegiatan usaha yang berguna dalam pengambilan keputusan. Alat pengukuran hasil usaha, alat pengawasan efisiensi bagi pihak manajemen, investor, kreditor dan pihak lain yang memerlukannya dan sebagai alat untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang, mengdiagnosis


(53)

adanya masalah yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan dan masalah lain serta sebagai alat evaluasi kinerja manajemen, operasional maupun efisiensi.

Laporan keuangan bagi PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), merupakan suatu alat penguji keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, dan sebagai dasar untuk menentukan dan menilai posisi keuangan serta kinerja perusahaan. Laporan keuangan dibuat pimpinan perusahaan dalam rangka mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang telah diselesaikannya dalam menjalankan operasinya kepada pemilik perusahaan. Dengan laporan keuangan maka seluruh pihak yang berkepentingan akan dapat mengambil keputusan.

Disamping itu biasanya laporan keuangan yang disajikan digunakan oleh manajemen untuk melakukan pengukuran terhadap:

a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan

b. Untuk menentukan efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab.

d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Laporan keuangan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) terdiri dari:


(54)

a. Neraca (Balance sheet) b. Laporan laba rugi

c. Laporan perubahan ekuitas d. Laporan arus kas

e. Informasi yang diperlukan sebagai bagian dari laporan keuangan yang terdiri dari iktisar kebijakan akuntansi dan penjelasan pos-pos neraca dan laba rugi.

Dalah hal ini penulis hanya akan membatasi laporan keuangan yang akan disajikan adalah Laporan Laba Rugi dan Neraca.

Laporan laba rugi perusahaan periode 2000 sampai dengan 2006. hal ini karena hanya data keuangan dari laporan laba rugi perusahaan yang dibutuhkan dalam memperoleh rasio-rasio profitabilitas untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan laba rugi periode tahun 2000 sampai 2006 disajikan oleh penulis pada tabel dibawah ini:


(55)

Tabel 3.1

PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Laporan Laba Rugi

Tahun 2000 – 2006

No Description Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

$ $ $ $ $ $ $

17 Net sales 157.463.112 186.463.112 196.302.231 206.112.012 409.931.254 472.303.878 590.912.301 18 Cost of good sold (119.862.332) (142.210.011) (144.044.724) (155.256.310) (280.946.870) (313.403.091) (401.598.000) Gros profit 37.600.780 44.253.101 52.257.507 50.855.702 128.984.384 158.900.787 189.314.301 20 Operating Expenses (11.589.655) (14.560.580) (20.150.666) (11.569.115) (19.040.111) (21.475.894) (22.895.631) Operating income 26.011.125 29.692.521 32.106.841 39.286.587 109.944.273 137.424.893 166.418.670 Other income

(expenses)

Interest income 1.192.583 1.014.204 1.658.032 2.113.520 2.223.500 6.800.726 6.916.292 21 Financing charges (19.986.998) (26.895.230) (40.939.536) (27.895.610) (37.106.564) (35.254.275) (57.939.536)

Loss on disposal of property and equiqment

(103.560) (111.563) (1.589.650) (104.111) (138.903) (712.390) (1.569.409)

25 Insurance claim - - - 2.393.014 Miscellaneous, net (2.360.980) (2.563.566) (2.852.360) (3.681.810) (3.809.672) (19.226.611) 37.851 Other expenses, net (21.258.955) (28.556.155) (44.723.514) (29.568.011) (38.831.639) (48.392.550) (50.161.788) Propit before

exechange gain (loss)

4.752.170 1.136.366 (12.616.673) 9.718.576 52.137.097 89.032.343 116.256.882

26 Exchange gain (loss) 17.874.698 11.588.255 (19.988.792) 4.910.203 41.495.413 34.019.716 15.745.040 Profit (loss) before

income tax

22.626.868 11.724.621 (32.605.465) 14.628.779 93.632.510 123.052.059 132.001.922

Income tax benefit 452.537 234.493 265.272 292.576 1.872.651 2.461.042 2.640.038 8 Net income 22.174.331 11.490.128 (32.340.188) 14.336.203 91.759.859 120.591.017 129.361.884


(56)

Tabel 3.2

PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Neraca

Tahun 2000 – 2006

Description Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

$ $ $ $ $ $ $

ASSET Current Asset

Cash & Equivalenst 175.633.005 178.633.321 178.650.112 180.560.123 185.637.133 212.708.893 242.289.988 Time deposits 36.556.002 35.533.011 37.651.125 40.560.310 42.009.651 32.882.857 66.163.373 Trade receivables 12.256.333 14.566.322 14.658.230 15.650.050 17.673.644 22.597.181 28.733.384 Other receivables 130.301 133.569 135.689 140.250 141.204 410.396 1.120.830 Inventory 82.653.006 84.356.222 85.691.322 89.653.203 90.657.734 115.073.973 135.654.059 Advance payments 771.260 773.658 779.655 789.560 799.146 911.546 304.979 Prepaid taxes 2.355.610 2.355.631 2.360.011 2.560.355 2.277.362 723.840 1.172.402 Prepaid expenses 479.363 499.003 499.350 598.353 608.100 905.309 1.221.655 Total current asset 310.834.880 316.850.737 320.425.494 330.512.204 339.803.974 386.213.995 476.660.670 Non current asset

Fixed asset 863.214.010 888.365.001 832.001.500 841.052.001 842.053.421 780.010.639 718.753.354 Deferred tax asset 22.563.112 23.569.331 28.963.312 31.560.003 31.240.101 32.701.412 35.990.273 Deferred charges 3.566.002 2.996.356 3.569.699 3.989.561 4.294.269 3.853.724 3.413.180 Other non current asset 221.113 222.336 289.501 266.107 268.006 569.352 523.465 Total non current asset 884.564.237 914.921.668 889.566.771 876.867.672 877.855.797 817.135.127 758.680.272 TOTAL ASSET 1.200.399.117 1.231.772.405 1.185.249.506 1.207.379.876 1.217.659.771 1.203.349.122 1.235.340.942 LIABILITIES &

EQUITY Curent Liabilities

Trade paybles 6.533.335 8.556.331 6.655.005 6.897.005 6.240.681 18.641.740 34.323.034 Other payables 1.003.566 1.556.322 1.256.112 1.356.255 1.545.131 1.094.955 189.847 Advances received 4.003.002 4.336.366 4.125.622 4.658.922 4.806.401 4.328.902 4.580.477 Accrued expenses 2.001.101 2.223.111 1.256.311 1.560.003 1.524.893 1.451.118 7.799.478 Payables to shareholders 7.899.633 9.663.899 12.566.001 13.501.007 13.491.516 11.342.312 13.146.846 Taxes payable 201.311 203.005 269.633 300.005 308.590 314.590 162.378 Hedging payables 1.001.000 - - - - 3.579.165 52.683.725 Current maturities of

logterm shareholders loans

78.669.003 98.668.331 109.658.001 118.966.520 118.603.785 116.342.336 108.558.770

TOTAL CURRENT LIABILITIES

100.310.951 125.207.365 135.786.685 147.239.717 146.520.997 157.095.118 221.444.555 LONG TERM

LIABILITIES Long term shareholders loans net of current maturities

669.003.500 669.335.500 899.522.100 911.235.001 917.335.387 781.498.926 639.601.839

Provision for employee benefits

9.663.225 9.663.255 8.995.021 9.002.321 9.219.598 8.800.531 10.103.641 TOTAL LONG TERM

LIABILITIES

678.666.725 678.998.755 908.517.121 920.237.322 926.554.985 790.299.457 649.705.480 EQUITY

Share capital 920.476.000 920.476.000 920.476.000 920.476.000 920.476.000 920.476.000 920.476.000 Revalution increment of

fixed asset

449.388.251 449.388.251 449.388.251 449.388.251 449.388.251 449.388.251 449.388.251 Other comprehensive

loss

- - - (3.579.165) (52.683.725) Accumulated losses (948.442.810) (992.297.966) (1.093.131.866) (1.1.229.961.573) (1.225.280.462) (1.110.330.539) (952.989.619) TOTAL EQUITY 421.421.441 427.566.285 276.732.385 239.902.678 144.583.789 255.954.547 364.190.907 TOTAL LIABILITIES

& Equity

1.200.399.117 1.231.772.405 1.185.249.506 1.207.379.876 1.217.659.771 1.203.349.122 1.235.340.942 Sumber : PT. Inalum, 2007.


(57)

D. Pengukuran Terhadap Rasio Profitabilitas PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM).

Rasio keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu Laporan keuangan. Laporan keuangan yang dimaksud antara lain adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi mencerminkan hasil yang dicapai oleh perusahaan selama suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.

Analisis rasio keuangan terhadap suatu perusahaan digunakan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan terutama bagi pihak manajemen. Hasil analisis dapat digunakan untuk melihat kelemahan perusahaan selama periode berjalan. Kelemahan yang terdapat di perusahaan dapat segera diperbaiki, sedangkan hasil yang cukup harus dipertahankan pada waktu mendatang. Selanjutnya analisis historis tersebut dapat digunakan untuk penyusunan rencana dan kebijakan di tahun mendatang.

Ratio rentabilitas suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang diharapkan dengan keseluruhan aktiva yang dimilikinya dalam suatu periode akuntansi tertentu. Atau dengan kata lain rasio rentabilitas menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal kerja yang menghasilkan laba tersebut. Pengukuran rasio rentabilitas berdasarkan keseluruhan pendapatan dan laba yang dihasilkan oleh perusahaan dan dibandingkan dengan keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Ratio rentabilitas pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) adalah


(58)

sebagai berikut: gross profit margin, operating income ratio atau operating profit margin, operating ratio, earning power of total investment.

Ratio rentabilitas suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang diharapkan dengan keseluruhan aktiva yang dimilikinya dalam suatu periode akuntansi tertentu. Atau dengan kata lain rasio rentabilitas menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal kerja yang menghasilkan laba tersebut. Pengukuran rasio rentabilitas berdasarkan keseluruhan pendapatan dan laba yang dihasilkan oleh perusahaan dan dibandingkan dengan keseluruhan aktiva yang dimilikinya.

Dalam penghitungan rasio rentabilitas maka berikut ini penulis menyajikan sebagai berikut:

Rasio profitabilitas (rentabilitas), digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan, hubungannya dengan penjualan, aktiva maupun modal sendiri. Rentabilitas adalah ratio yang mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan Rasio rentabilitas terdiri dari:

1. Gross profit margin, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bruto per rupiah penjualan. Dan efisiensi pengendalian harga pokok (biaya produksi) atau kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Dengan rumus sebagai berikut

Sales

Profit Gross

Margin Profit

Gross =

Tahun 2000 100% 23,88%

2 157.463.11

$

37.600.780

$

=


(1)

mengalami kerugian dan penurunan tersebut menjadi (-2,73%), pada tahun 2003 perusahaan dapat memperbaiki sehingga mengalami peningkatan menjadi 1,19%, tahun 2004 kembali mengalami peningkatan menjadi 7,54%, dan pada tahun 2005 terus mengalami peningkatan kembali menjadi 10,02%, pada tahun 2006 kembali mengalami peningkatan menjadi 14,47%. Hal ini menunjukan bahwa PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), dalam hal pengembalian investasi dinilai kurang mampu, hal ini dapat dilihat dari Return On Investment yang kecil persentasenya. Kurang mampunya perusahaan dalam mengembalikan investasi diakibatkan tingginya biaya operasional yang ditanggung oleh perusahaan yang mengakibatkan berkurangnya margin keuntungan yang diperoleh dari kegiatan operasional.

e. Return On Equity

Tingkat pengembalian modal pemegang saham pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), untuk tahun 2000 sampai dengan 2006 mengalami fluktuasi. Dimana tingkat pengembalian modal pemegang saham tahun 2000 adalah sebesar 2,41%, menunjukan bahwa setiap $100 dari laba bersih mampu mengembalikan modal pemegang saham sebesar 2,41%. Sedangkan untuk tahun 2001 mengalami penurunan menjadi 1,25%, tahun 2002 kembali mengalami penurunan bahkan minus menjadi (-3,51%) sehingga perusahaan tidak mampu mengembalikan modal pemegang saham. Pada tahun 2003 mengalami peningkatan menjadi 1,56%, dan tahun 2004 kembali mengalami peningkatan kembali mejadi 13,10%, dan tahun 2006

meningkat kembali menjadi 14,05%. Hal ini menunjukan bahwa


(2)

PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), dalam hal pengembalian investasi dinilai kurang mampu, hal ini dapat dilihat dari Return On Equity yang presentasenya mengalami fluktuasi yang cukup signifikan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2006.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Dari Ratio Profitabilitas Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), adalah sebagai berikut:

1. Rasio profitabilitas PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) bila dilihat dari gros profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on investment, dan return on equity nya untuk periode tahun 2000 sampai dengan 2006 mengalami fluktuasi yang berbeda-beda.

2. Analisis rasio keuangan dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja perusahaan apakah perusahaan tersebut tetap stabil atau sebaliknya sehingga perusahaan mampu tetap bersaing dan berkembang sesuai dengan harapan. Berdasarkan hasil pengolahan data maka diketahui bahwa kinerja perusahaan periode tahun 2000 s/d 2006 dinilai sangat baik hanya pada tahun 2002 perusahaan memiliki kinerja yang tidak baik hal ini disebabkan peningkatan biaya operasional sedangkan perusahaan tidak dapat meningkatkan harga jual produk dimana sebagian besar produksi dijual dengan cara hedging (kontrak berjangka) ditambah meningkatnya biaya perawatan peralatan operasi sebagai akibat dari umur peralatan yang semakin tua sehingga perusahaan mengalami kerugian.

74


(4)

B. Saran.

Setelah membandingkan antara teoritis, maka penulis memberikan beberapa saran yang mungkin berguna sebagai masukan bagi perusahaan. 1. Rasio keuangan pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM),

untuk 7 (tujuh) tahun yaitu 2000 sampai dengan 2006 banyak yang mengalami fluktuasi yaitu turun naik walaupun ada juga yang mengalami kenaikan juga penurunan, sebaiknya rasio keuangan dapat dipertahankan kenaikannya walaupun bernilai kecil, karena apabila rasio keuangan yang terlihat berfluktuasi akan memperlihatkan kondisi perusahaan yang tidak stabil.

2. Disarankan perusahaan lebih meningkatkan aktiva lancar dengan jalan menjual aktiva tetap yang tidak produktif lagi, yang dapat menambah jumlah modal kerja yang ada dalam perusahaan.

3. Kepada perusahaan disarankan untuk mencari sumber energi alternatif atau melakukan pembelian energi listrik dari pihak lain sehingga tidak hanya tergantung pada debit air di danau toba sehingga pasokan energi listrik yang sangat vital bagi peleburan aluminium tetap stabil, yang akhirnya akan berpengaruh pada stabilnya hasil produksi perusahaan.


(5)

Arifin, Johar (2005), Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kelima, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE’ Yogyakarta.

Bary Render, S, Reeve, James Philip E. (2001) Prinsip-prinsip Akuntansi, Penterjemah Alfonsus Sirait, Edisi ke Sembilan Belas, Erlangga, Jakarta. Bernstein, Leopald A. (2001) Financial statement analysis theory, application

and intepretationI, Terjemahan Harsono, Salemba Empat, Jakarta.

Hadibroto, S (2003) Masalah Akuntansi, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri (2002) Teori Akuntansi, Cetakan Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia (2002). Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

John Wild. Fred Weston & Eugene (2005) Dasar – dasar Manajemen Keuangan, Edidi Kesembilan, Erlangga, Jakarta.

Munawir S (2002), Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Kelima, Liberty, Yogyakarta.

Mulyadi (2002) Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Nasional, Yogyakarta.

Niswonger C. Rollin (1999) Prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid I Edisi 16 Terjemahan Hygenus Ruswirarto dan Herman Wibowo. Jakarta.

Philip E. Fess S Rollin, Niswonger & Garls Waren (2000) Prinsip-prinsip Akuntansi, Cetakan ke Sembilan Belas, Edisi Revisi, Penterjemah Alfonsus Sirait, M. Bus dan Helda Gunawan, Erlangga, Jakarta.

Popi Lestari (2002), Analisa Rasio Likuiditas & Rentabilitas Pada PT. Mostindo Perkasa, USU Press, Medan

Riyanto, Bambang (2000), Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Tiga Cetakan Keenambelas Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.

Simangungsong A. O (2003) Dasar-dasar Akuntansi Keuangan, Edisi Ketiga, penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

76


(6)

Siti Nuraini (2004), Analisa Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada PTP. Nusantara III, USU Press, Medan.

Subramanyam K.R & Robert F Helsey (2004) Financial Statement Analisis, (Analisis Laporan Keuangan) Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiono (2002) Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Pertama, Penerbit Alfabeta,ta, Bandung.

Yusuf, Al Harjono (2003), Pedoman Penyajian laporan Keuangan, Cetakan Kedua, Penerbit Gramedia, Jakarta.