Nur Aflah : Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi Panggul Sempit, 2010.
Mengert 1948 dan Kaltreider 1952, dengan menggunakan pelvimetri radiologis,
membuktikan bahwa insiden kesulitan melahirkan lebih meningkat apabila diameter anteroposterior dan transversa sama-sama kurang dari normal dibandingkan apabila hanya
salah satu yang kecil.
23
Wanita bertubuh kecil kemungkinan besar memiliki panggul kecil, tetapi ia juga
kemungkinan mempunyai bayi kecil. Thoms 1937 mempelajari 362 wanita nullipara dan
mendapatkan rerata berat lahir anak secara bermakna lebih rendah 280 gr pada wanita dengan panggul sempit dari pada mereka dengan panggul sedang atau luas.
23,40
Pada nullipara normal aterm, bagian terbawah janin sering sudah turun ke dalam rongga panggul sebelum persalinan dimulai. Namun, apabila pintu atas mengalami
penyempitan yang cukup berarti, penurunan belum terjadi sampai timbul tanda-tanda inpartu.
23,40
Tingkatan kesempitan panggul berdasarkan ukuran konjugata vera: Tingkat I : panggul sempit borderline jika ukuran CV
≥9 dan 10 cm Tingkat II : panggul sempit relatif jika ukuran CV
≥8 dan 9 cm Tingkat III : panggul sempit ekstrim jika ukuran CV
≥6 dan 8 cm Tingkat IV : panggul sempit mutlak jika ukuran CV 6 cm
B. 2. Kesempitan pintu tengah panggul mid pelvis :
Hal ini lebih sering dijumpai dari pada penyempitan pintu atas panggul. Penyempitan pintu tengah panggul ini sering menyebabkan terhentinya kepala janin pada bidang
transversa. Rata-rata ukuran diameter pintu tengah panggul adalah sebagai berikut : diameter
transversa interspinarum, 10,5 cm; diameter anteroposterior dari batas bawah simfisis pubis ke perbatasan antara tulang vertebra keempat dan kelima, 11,5 cm; dan diameter
sagitalis posterior dari titik tengah garis interspinarum ke titik tengah di sakrum, 5 cm.
Nur Aflah : Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi Panggul Sempit, 2010.
Walaupun definisi penyempitan pintu tengah panggul belum ditentukan secara pasti seperti pada penyempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul kemungkinan besar dikatakan
sempit apabila jumlah diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tengah
≤13,5 cm. Konsep ini ditekankan oleh Chen dan Huang 1982 dalam mengevaluasi
kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul dimana kita patut mencurigai adanya penyempitan panggul tengah apabila diameter interspinarum kurang dari 10 cm.
23,40
Eller dan Mengert 1947 menunjukkan bahwa hubungan antara diameter
intertuberosum dan interspinarum cukup konstan sehingga adanya penyempitan diameter interspinarum dapat diantisipasi apabila diameter intertuberosum sempit. Namun, diameter
intertuberosum yang normal tidak selalu menjamin diameter interspinarum tidak menyempit.
23
B. 3. Kesempitan pintu bawah panggul pelvic outlet :
Hal ini biasanya didefinisikan sebagai pemendekan diameter intertuberosum hingga 8 cm atau kurang. Pintu bawah panggul secara kasar dapat dianggap sebagai dua segitiga
dengan diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Sisi – sisi segitiga anterior dibentuk oleh kedua ramus pubis dan puncaknya adalah permukaan posterior inferior simfisis
pubis.
23,40
Menyempitnya diameter intertuberosum yang menyebabkan penyempitan segitiga anterior akan mendorong kepala janin kearah posterior. Dengan demikian, penentuan apakah
janin dapat lahir sebagian bergantung pada ukuran segitiga posterior atau secara lebih spesifik pada diameter intertuberosum dan diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul. Pintu
bawah yang sempit dapat menyebabkan distosia bukan sebagai penyebab tunggal karena sebagian besar diseratai penyempitan pintu tengah panggul. Penyempitan pintu bawah
panggul tanpa disertai penyempitan pintu tengah panggul jarang terjadi.
23
Nur Aflah : Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi Panggul Sempit, 2010.
Komplikasi Panggul Sempit pada Kehamilan
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat berupa partus
lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, infeksi intrapartum, ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau
fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan
pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada os parietalis.
10,23
Penanganan Panggul Sempit
Dewasa ini ada dua pilihan penanganan persalinan dengan panggul sempit, yakni seksio sesarea atau partus percobaan.
Berdasarkan perhitungan konjugata vera pada pintu atas panggul dapat diambil tindakan berikut ini:
10
• Jika CV 8-10 cm maka pilihan penanganan berupa partus percobaan
• Jika CV kurang dari 8 cm maka pilihan penanganan berupa SC primer
Partus percobaan adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan aterm, janin presentasi belakang kepala dengan suspek disproporsi sefalopelvik CPD. Tindakan
partus percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase aktif.
Penilaian berdasarkan komponen kemajuan persalinan terdiri dari: 1 pembukaan serviks 2 turunnya kepala 3 putar paksi dalam yang penilaiannya dilakukan setiap 2 jam. Bila terdapat
perubahan yang bermakna dari komponen yang dinilai, maka partus percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada kemajuan yang bermakna,
Nur Aflah : Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi Panggul Sempit, 2010.
maka partus percobaan dikatakan gagal, dan dipastikan ada CPD, persalinan dilanjutkan dengan seksio sesarea.
10,24
Penelitian Krishnamurthy 2005 pada 331 wanita yang melahirkan pertama secara
seksio sesarea, terhadap hasil pelvimetri radiologis, di dapati pelvis tidak adekuat sebanyak 248 wanita 75 dan pelvis adekuat sebanyak 83 wanita 25. Wanita yang secara
radiologis pelvisnya tidak adekuat sebanyak 172 melakukan seksio sesarea elektif pada kehamilan berikutnya dan 76 wanita mengalami percobaan. Hasilnya sebanyak 51 wanita
berhasil melahirkan pervaginam dan 25 wanita menjalani seksio sesarea emergensi. Pada wanita yang secara radiologi pelviknya adekuat, 61 wanita berhasil melahirkan secara
pervaginam, sebanyak 22 wanita melahirkan secara seksio sesarea. Terdapat 3 kasus ruptura uteri yang terjadi pada wanita yang secara radiologi memeliki pelvis yang adekuat.
21
Menurut Mahmood A.Tahir 2008, yang melakukan lateral X-ray pelvimetri pada
424 ibu hamil yang akan melahirkan dengan partus pervaginam atas indikasi presentasi bokong. Di peroleh kesimpulan bahwa partus percobaan tingkat keberhasilannya lebih tinggi
pada ukuran pelvik inlet yang lebih lebar, dan berat janin yang 3500 gr memiliki kesempatan kurang dari 50 untuk partus pervaginam.
26
C. PERUBAHAN ANATOMI PANGGUL PADA WANITA HAMIL