Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer

(1)

David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio

KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA

WANITA PASCA PERSALINAN NORMAL DAN

PASCA SEKSIO SESAREA DENGAN

PERINEOMETER

T E S I S

OLEH :

DAVID LUTHER LUBIS

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

RSUP.H.ADAM MALIK- RSUD. Dr. PIRNGADI

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA WANITA PASCA PERSALINAN NORMAL DAN PASCA SEKSIO SESAREA DENGAN

PERINEOMETER”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat:

Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.


(3)

Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi FK - USU Medan; Dr. M. Rusda Harahap, SpOG, Sekretaris Bagian Obstetri dan Ginekologi FK – USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK – USU Medan; Dr. Deri Edianto, SpOG(K), Sekretaris

Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK–USU Medan; Prof. Dr. M.Yusuf Hanafiah, SpOG(K); Dr. Erdjan Albar, SpOG(K);

Prof. Dr. Herbert Hutabarat, SpOG; Prof. Dr. Pandapotan Simanjuntak,

MPH, SpOG (Alm), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG(K); Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung,

SpOG(K) yang secara bersama – sama telah berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Prof.Dr.R.Haryono.Roeshadi, SpOG(K) bersama Dr.M.Rhiza Tala, SpOG,(K) yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai. Dr.Christoffel L.Tobing, SpOG(K), Dr.Syamsul Arifin, SpOG,Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) selaku tim penyanggah dan nara sumber dalam penulisan tesis ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam perbaikan tesis ini.


(4)

Dr.Hotma P.Partogi, SpOG, selaku pembimbing Referat Mini Fetomaternal saya berjudul “Supresi Laktasi” ;Kepada Dr.M.Rusda Harahap,SpOG selaku pembimbing Referat Mini Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi saya berjudul “Disfungsi Seksual “ dan kepada Prof.Dr.M.Fauzie Sahil, SpOG(K) selaku pembimbing Referat Mini Onkologi saya berjudul “Low

Malignant Potential Tumor ”.

Prof.Dr.R.Haryono Roeshadi, SpOG(K), selaku bapak angkat saya selama menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing, dan memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.

Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG(K) beserta keluarga yang telah memberikan saya kesempatan, motivasi sekaligus semangat bagi saya untuk dapat mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK – USU.

Drs.Abdul Jalil Amri,,M.Kes, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.

Seluruh staf pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK – USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha pengasih membalas budi baik guru – guru saya tersebut.


(5)

Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan Dr. Rushakim Lubis SpOG, RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan sarana bekerja selama mengikuti pendidikan.

Direktur RS PTPN II Tembakau Deli Medan, Dr. Sofian Abdul Illah, SpOG dan Dr. Nazaruddin Jafar, SpOG(K) beserta staf yang telah memberi kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.

Direktur RS. Sundari Medan,Ibu Sundari,Am.Keb dan dr. M.Hadir, MHA, SpOG yang telah memberikan ijin kesempatan untuk meneliti dan

mengumpulkan sampel penelitian.

Direktur RSU.Pandan Tapanuli Tengah, beserta staf atas kesempatan kerja dan bantuan moril selama saya bertugas di rumah sakit tersebut. Kepala Departemen Patologi Anatomi FK - USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di departemen tersebut.


(6)

Teman – teman sejawat asisten ahli, dokter muda, bidan dan paramedis yang telah ikut membantu dan bekerja sama dalam menjalani pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi di FK USU / RSUP H. Adam Malik – RSUD Dr. Pirngadi Medan. Terima kasih atas dorongan dan semangat yang telah diberikan kepada saya.

Seluruh karyawan dan karyawati serta para pasien di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU / RSUP H. Adam Malik – RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Ibu Asnawaty Hasibuan dan Ibu Hj. Sosmalawati atas kerjasama dan saling pengertian yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Abang dan kakak saya dalam pendidikan, Dr. Harry C. Simanjuntak SpOG, Dr. Binsar Ricky Sitompul SpOG, Dr. M. Birza Rizaldi SpOG, Dr. Riza Rivani SpOG, Dr. Ronny Siddik SpOG, Dr. Cut Adeya Adella SpOG, Dr. Arika Husnayanti Abubakar SpOG, Dr. Roy Yustin Simanjuntak SpOG, Dr. Johny Marpaung SpOG, Dr. Melvin NG. Barus SpOG, Dr. M. Oki Prabudi SpOG, Dr. Dudy Aldiansyah SpOG, Dr. Hayu Lestari Haryono SpOG, Dr. Juni Hardi Tarigan SpOG, Dr. Abdul Hadi SpOG, Dr. T.M. Rizky SpOG, Dr. Panuturi G Sidabutar SpOG, Dr. Tomy SpOG, Dr.Sim Romi SpOG, Dr.Dwi Faradina SpOG, Dr.Hj.Dessy Hasibuan SpOG, Dr.Alim Sahid,Dr.Ronny P.Bangun,Dr.Yusmardi,Dr.Nur Aflah terima kasih atas dorongan dan bantuan yang telah banyak diberikan selama saya


(7)

Teman satu angkatan saya Dr.Siti S.Sylvia, Dr.Gorga IVW.Udjung,Dr.Ilham S.Lubis,Dr.Anggia M.Lubis, Dr.Maya Hasmita, Dr.Benny Marpaung terima kasih atas kebersamaan dan dorongan yang diberikan selama ini.

Tim jaga saya yang kompak, Dr.M.Rizky Yaznil , Dr. T. Jeffry Abdillah, Dr.Errol Hamzah,Dr. Hatsari Marintan S, Dr. Rizka Heriansyah, Dr. Heika N. Silitonga, Dr. Elvira M. Sungkar, Dr. Ali Akbar, Dr. M.Yusuf terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, kenangan indah ini akan saya ingat selamanya.Dan juga kepada junior saya Dr.M.Ikhwan,Dr.Edward,Dr.Riza H.Nst, Dr.Aidil, Dr.Ismail, Dr.T.Johan, Dr.Aries, Dr.Irwansyah Dr.Liza Marosa, Dr.Yudha Sudewo,Dr.Pantas dan khususnya Dr.Meity Elvina dan Dr.Ferdiansyah P.Harahap, yang telah banyak membantu saya.

Terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada Ompung

Alm.Sahara Oloan Panggabean yang telah membesarkan ,membimbing, dan mendidik saya sampai saya bisa menyelesaikan program pendidikan dokter spesialis.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya Bapak Manahan Lubis dan Ibu R.br.Saragih, yang telah membesarkan, membimbing, dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga saya meraih


(8)

cita-cita, tanpa kenal lelah memberikan semangat, motivasi, perhatian dan doa.

Terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua kakak saya, Delina Juni Artha Lubis,SH.Mkn dan Eka Mei Selly Lubis,S.Sos yang telah banyak membantu, mendoakan dan memberikan dorongan dan perhatian kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Akhirnya kepada seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan baik moril dan materil, saya ucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Medan, July 2009


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Grafik ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

Daftar Singkatan ... xiv

Abstrak ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian……….... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Panggul ... 4

2.2 Kekuatan Otot Dasar Panggul ... 5

2.3 Evaluasi dan Pengukuran Kekuatan Otot Dasar Panggul…….. 8

2.4 Persalinan ... 11


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... 14

3.2 Tempat Penelitian ... 14

3.3 Populasi dan Sampel ... 14

3.4 Kriteria Sampel ... 15

3.5 Cara Pengambilan Data ... 16

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.7 Metode Analisis Data ... 20

3.8 Penyajian Data ... 20

3.9 Aspek Etis ... 20

3.10 Alur Penelitian ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 22

4.2 Pembahasan ... 32

4.2.1 Karakteristik Sampel ... 32

4.2.2 Perbandingan Kekuatan ODP Wanita Pasca PPN dan Pasca Seksio Sesarea ... 34

4.2.3 Perbandingan Kekuatan ODP antara Tanpa Kontraksi dan Kontraksi ... 36

4.2.4 Kelemahan ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 38


(11)

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

Gambar 1 Anatomi Otot Dasar Panggul Wanita ... 5 Gambar 2 Alat Perineometer ... 17 Gambar 3 Cara Pengambilan Sampel ... 19


(12)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 1 Karakteristik Sampel Menurut Umur ... 22

Tabel 2 Karakteristik Sampel Menurut Usia Kehamilan ... 23

Tabel 3 Karakteristik Sampel Menurut IMT ... 24

Tabel 4 Karakteristik Sampel Menurut BBL ... 25

Tabel 5. Korelasi berat badan lahir dengan kekuatan otot dasar panggul pada kelompok pasca PPN dan pasca SS……….. 26

Tabel 6 Perbandingan Kekuatan ODP antara PPN dan SS ... 27

Tabel 7 Perbandingan Kekuatan ODP Tanpa Kontraksi dan Kontraksi ... 30


(13)

DAFTAR GRAFIK

Judul Halaman

Grafik 1 Perbandingan Kekuatan ODP tanpa Kontraksi antara

PPN dan SS ... 28 Grafik 2 Perbandingan Kekuatan ODP dengan Adanya Kontraksi

antara PPN dan SS ... 29 Grafik 3 Perbandingan Kekuatan ODP tanpa Kontraksi dan

Kontrasi pada PPN ... 31 Grafik 4 Perbandingan Kekuatan ODP tanpa Kontraksi dan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman

Lampiran 1 Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian ... 43 Lampiran 2 Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian

Bidang Kesehatan ... 44 Lampiran 3 Formulir Penelitian ... 47 Lampiran 4 Data Prime ... 48


(15)

DAFTAR SINGKATAN

PPN : Pertolongan Persalinan Normal

SS : Seksio Sesarea

SUI : Stress Urine Incontinencia

DM : Diabetes Melitus

MRI : Magnetic Resonance Imaging USG : Ultrasonografi

EMG : Elektromiografi IMT : Indeks Massa Tubuh ODP : Otot Dasar Panggul BBL : Berat Badan Lahir

SD : Standar Deviasi

dkk : dan kawan-kawan

SPSS : Statistical Package for Social Science

UK : Usia Kehamilan

TB : Tinggi Badan

BB : Berat Badan

TK : Tanpa Kontraksi


(16)

ABSTRAK

David L Lubis, Kekuatan Otot Dasar Panggul Wanita Pasca Persalinan Normal dan Pasca Seksio Sesarea dengan Perineometer (dibimbing oleh R. Haryono Roeshadi dan M. Rhiza Tala).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kekuatan otot dasar panggul wanita pasca persalinan normal, (2) kekuatan otot dasar panggul wanita pasca seksio sesarea.

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD Dr Pirngadi Medan, RS. Sundari Medan selama periode 1 Januari 2007 – 31 Januari 2009. Dilakukan pengukuran kekuatan otot dasar panggul dengan menggunakan alat perineometer dengan interval skala 0 – 12 mmHg. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan desain Cross Sectional Study untuk menentukan kekuatan otot dasar panggul pada wanita primipara pasca persalinan normal dan seksio sesarea, kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis analitik uji chi square, t-independent dan t-berpasangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot dasar panggul pada wanita pasca PPN dan pasca SS baik tanpa kontraksi maupun dengan adanya kontraksi berbeda bermakna secara statistik (p=0,000), dimana kekuatan otot dasar panggul wanita pasien PPN lebih rendah dibandingkan dengan wanita pasca SS.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disfungsi dasar panggul dapat menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu kualitas hidup seperti inkontinensia urine, inkontinesia alvi, prolapsus organ panggul,dan disfungsi seksual. Kebanyakan disfungsi dasar panggul dihubungkan dengan kerusakan dasar panggul selama persalinan pervaginam, terutama pada persalinan yang pertama.1,2,3

Kehamilan dan persalinan akan menyebabkan dasar panggul melemah atau rusak sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.4 Kekendoran otot-otot yang melingkari vagina sering disebabkan oleh kelahiran anak melalui vagina.5 Hampir 50% wanita yang pernah melahirkan akan menderita prolaps organ genitourinaria dan 40% disertai inkontinensia urin.2 Diantara kondisi ini inkontinensia urin merupakan salah satu yang paling tinggi prevalensinya. Satu dari tiga wanita akan mengalami inkontinensia selama hidupnya dan lebih 65% wanita ini menyatakan bahwa hal tersebut dimulai saat kehamilan maupun sesudah melahirkan.6

Dalam laporan tahunannya pada tahun 2001 Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Pantai Pasifik memperkirakan bahwa kebutuhan akan pelayanan bagi perempuan kerusakan dasar panggul akan meningkat sampai 45% sampai 30 tahun ke depan.


(18)

Survei yang dilakukan Mac Lenan tahun 2000 pada wanita usia 15-57 tahun menyatakan bahwa setengah dari mereka mengalami disfungsi dasar panggul yang menimbulkan kelainan seperti stress atau urge inkontinensia, gangguan flatus atau inkontinensia fekal, gejala prolaps vagina dan uterus.7

Persalinan secara pervaginam menyebabkan perubahan neurologis pada dasar panggul yang menimbulkan efek langsung pada konduksi nervus pudendus, kekuatan kontraksi vagina dan tekanan velositas penutupan uretra. Hal ini menyebabkan menetapnya angka kejadian stress inkontinensia pada wanita setelah melahirkan. Sedangkan pada wanita yang melahirkan secara seksio sesarea perubahan patofisiologi ini jauh lebih sedikit.1,8

Untuk mengetahui kekuatan otot dasar panggul (ODP) dapat dilakukan dengan pemeriksaan digital atau dengan menggunakan alat perineometer.6 Sampai saat ini di Indonesia belum ada data tentang kekuatan otot dasar panggul wanita yang pernah melahirkan pervaginam ataupun secara seksio sesarea, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hal ini.

1.2 Rumusan Masalah

Mengetahui seberapa besar kekuatan otot dasar panggul wanita pasca persalinan normal (PPN) dan pasca seksio sesarea (SS).


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

 Tujuan Umum

Menilai kekuatan otot dasar panggul pada wanita pasca persalinan normal dan pasca seksio sesarea.

 Tujuan Khusus

1. Mengukur kekuatan otot dasar panggul wanita pasca persalinan normal.

2. Mengukur kekuatan otot dasar panggul wanita pasca seksio sesarea.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi awal mengenai cara persalinan terhadap kekuatan otot dasar panggul. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Panggul

Dasar panggul adalah diafragma muskuler yang memisahkan cavum pelvis di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah bawah. Sekat ini dibentuk oleh m. Levator ani, serat m. coccigeus dan seluruhnya ditutupi oleh fascia parietalis.5,6,9,10

Otot dasar panggul terdiri dari beberapa otot yang fungsinya saling mendukung satu sama lainnya yang terdiri dari: 8,9,10

1. Muskulus Levator ani, yang terdiri dari dua otot, yaitu :

a. Muskulus pubococcigeus dengan tiga bagian otot: pubovaginalis, puborectalis dan pubococcigeus propria.

b. Muskulus iliococcigeus

2. Muskulus coccigeus (ischiococcigeus)

Otot dasar panggul khususnya muskulus levator ani, mempunyai peranan penting dalam meyangga organ visera pelvis dan peran integral pada fungsi berkemih, defekasi dan seksual.11

Otot pubococcigeus dari porsterior inferior ramus pubis dan masuk ke garis lengan organ viseral dari anococcigeal raphe. Puborektalis juga berasal dari tulang pubis, tetapi serabutnya melewati bagian posterior dan membentuk tali gantungan di sekeliling vagina, rektum dan perineum, membentuk sudut anorektal dan menutup urogenital. Iliococcigeus berasal


(21)

obstruktor internus yang berjalan dari spina ischiadika ke permukaan posterior dari ramus pubis superior ipsilateral, masuk ke garis tengah melalui raphe anococcigeal. Ruangan antara muskulus levator ani dimana dilalui oleh uretra, vagina dan rektum disebut sebagai hiatus urogenital. Fusi dari levator ani dimana mereka bergabung pada garis tengah disebut sebagai lempeng levator.11

Dasar panggul mempunyai tiga fungsi utama yaitu:6  Suportir

 Sfingterik  Fungsi seksual

Gambar 1. Anatomi Otot Dasar Panggul Wanita 2.2 Kekuatan Otot Dasar Panggul

Kekuatan otot dasar panggul dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kelemahan atau kekendoran terhadap otot dasar panggul itu sendiri. Faktor resiko itu adalah:12,13,14


(22)

1. Usia, otot akan cenderung mengalami penurunan kekuatan berdasarkan pertambahan usia. Hal ini tidak dapat dihindari. Problem lain yang terjadi dengan pertambahan usia adalah hilang/ berkurangnya mobilitas dari otot. Demikian juga halnya dengan otot dan jaringan penyokong organ-organ genitalia akan mengalami hal yang sama. Beberapa penulis mengemukakan bahwa terdapat peningkatan 12% kejadian prolaps organ pelvik dengan bertambahnya usia, bahkan ada penelitian yang mendapatkan peningkatan kejadian prolaps organ pelvik sampai dua kali pada usia antara 20-59 tahun.

2. Hormonal, peningkatan hormon dalam sirkulasi pada saat persalinan menyebabkan terjadinya relaksasi otot panggul. Diantaranya hormon progesteron, prostaglandin, relaxin. Hormon ini akan berkurang sampai menghilang enam minggu setelah melahirkan. Ini berarti kekuatan otot dasar panggul baru dapat kembali ke posisi normal setelah 6 minggu.

3. Kehamilan, akibat tekanan beban yang terus menerus terhadap otot dasar panggul mengakibatkan terjadinya peregangan yang pada akhirnya menyebabkan kelemahan otot dasar panggul.

4. Persalinan, tujuh persen wanita yang melahirkan 4 kali atau lebih akan mengalami SUI (Stress Urinary Incontinence). Setiap kelahiran dapat menyebabkan kerusakan pada otot dasar panggul. Pada saat kepala bayi keluar dari vagina tekanan yang terjadi


(23)

serta penyokongnya dapat merusak struktur ini. Sobekan atau tekanan yang berlebihan pada otot, ligamentum, jaringan penyambung dan jaringan saraf akan menyebabkan kelemahan yang progresif akibat kelahiran bayi. Wanita yang melahirkan dengan forcep, ekstraksi vakum atau berat badan > 4000 gr akan mengalami risiko peningkatan inkontinensia urin. Persalinan seperti ini memiliki tendensi terjadinya peningkatan kerusakan saraf dasar panggul.

5. Kelianan neurologik. Persalinan pervaginam dapat menyebabkan kerusakan nervus pudendus baik tekanan secara langsung maupun akibat penarikan.

6. Kelainan kongenital. Beberapa kelainan kongenital pada saraf spinalis dan jalur yang menghubungkan persarafan pada otot-otot pelvis yang turut mempengaruhi kekuatan ODP seperti: muscular

dystrophy, myelodysplasia, meningomyelocele, bladder exstropi

dan spina bifida. Kelainan ini menyebabkan flaccid paralysis pada otot dasar panggul.

7. Penyakit infeksi dan keganasan pada ronggal panggul dapat mengurangi kekuatan kontraksi otot dasar panggul.

8. Obesitas, memiliki kontribusi yang sedikit pada peningkatan tekanan intraabdominal dalam menyebabkan prolaps organ pelvis. 9. Penyakti kronis seperti hipertensi, DM, penyakit paru kronik,

penyakit ini secara tidak langsung dapat menyebabkan kelemahan otot dasar panggul.


(24)

Kelainan struktur atau fungsi otot dasar panggul akan menyebabkan timbulnya prolapsus organ panggul, disfungsi seksual, sindrome nyeri panggul kronis dan inkontinensia urine serta fekal. Kebanyakan disfungsi dasar panggul (terutama prolapsus organ panggul inkontinensia urine dan inkontinensia fekal) dihubungkan dengan kerusakan dasar panggul selama persalinan pervaginam, terutama pada persalinan yang pertama. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa persalinan menyebabkan denervasi levator ani yang akhirnya akan menyebabkan kelemahan dan disfungsi.18

Kelainan dasar panggul termasuk diantaranya inkontinensia baik urin maupun fekal, sistokel, rektokel, prolaps vagina dan uterus, dimana inkontinensia urin terjadi sekitar 10% hingga 58% populasi wanita.15,16

2.3 Evaluasi dan Pengukuran Otot Dasar Panggul

Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengevaluasi fungsi dan kekuatan otot dasar panggul yang dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu:19

1. Metode untuk menilai kontraksi

 Observasi klinik

Pada tahun 1948, Kegel memperkenalkan bagaimana cara melihat atau menilai kontraksikan otot dasar panggul yang benar yaitu dengan cara squeeze (memeras) di sekeliling uretra, vagina, pembukaan dan penutupan anus yang dilihat pada perineum.


(25)

Shull dkk, mengemukakan bahwa observasi klinik yang diamati berupa kontraksi otot superfisial perineum dimana dianggap bahwa kontraksi otot levator ani berespon secara bersamaan dengan kontraksi otot superfisial perineum.

 Palpasi vagina

Teknik ini seringkali digunakan oleh kebanyakan terapis untuk mengevaluasi kontraksi otot dasar panggul dan pertama kali diperkenalkan oleh Kegel sebagai suatu metode untuk mengevaluasi fungsi otot dasar panggul. Caranya dengan menempatkan satu jari pada 1/3 distal vagina dan meminta ibu untuk mengkontraksikan vagina seperti cara memeras (squeeze). Palpasi vagina ini digunakan untuk melatih wanita mengkontraksikan otot dasar panggul.

 Ultrasonografi dan MRI

Pada saat ini ultrasound dan MRI dapat dipakai untuk mengevaluasi ODP saat berkontraksi. Dengan menempatkan probe USD pada supra pubik, perineum, intravaginal atau pada rectum kita dapat mengevaluasi otot dasar panggul.

 EMG

Elektromiografi dapat dipakai untuk menilai aktivitas listrik pada otot skelet dan gambaran langsung dari aliran motorneuron dan medulia spinalis bagian ventral ke otot yang merupakan hasil volunter atau refleks kontraksi ODP. Ada beberapa tipe alat dan perbedaan teknik penggunaan EMG yang telah digunakan untuk menilai aktivitas ODP yaitu: EMG berbentuk kawat, jarum yang konsentris.


(26)

2. Metode untuk menilai kuantitas kekuatan otot

Tes manual

Metode ini menggunakan sistim tingkatan dan oxford yang telah dimodifikasi oleh Laycock. Untuk menilai kekuatan ODP dengan cara palpasi pada vagina. Hasil yang diperoleh di kategorikan ke dalam 6 skala poin: yaitu skala 0 = tidak ada kontraksi, 1 = hanya berupa denyutan, 2 = lemah, 3 = sedang, 4 = baik, 5 = kuat

Manometer

Cara ini telah dilakukan oleh Kegel menggunakan alat yang dimasukkan ke vagina untuk mengukur kekuatan ODP, alat ini disebut perineometer. Alat ini memiliki skala 0-12 mmHg, dimana ODP dikatakan baik bila pada pengukuran didapatkan kekuatan ODP ≥ 8 mmHg,dan.

Dinamometer

Sampselle dkk, adalah orang yang pertama kali melaporkan pemakaian spekulum dinamometer untuk menilai kekuatan ODP. Alat ini mengukur secara langsung kekuatan otot di daerah dorsoventral. Namun sampai sejauh ini belum ada laporan benar yang dapat dipercaya tentang penggunaan alat ini. Dinamometer ini terdiri dari 2 aluminium bercabang yang sejajar, satu terfikser dan yang satu dapat diatur sesuai diameter vagina. Alat ini dihubungkan dengan komputer.  Vaginal weights/cones


(27)

latihan ODP. Cones ini terdiri dari 9 macam dengan volume yang sama tapi beratnya bertambah mulai 20-100 gr. Pada versi terbaru cones yang biasa digunakan terbuat dari 3-5 cones, dan terdiri dari ukuran dan bentuk yang berbeda. Cara menggunakan alat ini adalah dengan memasukkan ke dalam vagina kemudian sebisa mungkin ditahan selama 1 menit.

2.4 Persalinan

Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang viabel dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan letak belakang kepala tanpa memakai alat-alat serta pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.17

Melahirkan anak melalui vagina merupakan penyebab tersering terjadinya kekendoron otot dasar panggul. Hampir 50% wania yang pernah melahirkan akan menderita prolaps organ genitourinaria dan 40% dari mereka disertai dengan inkontinensia urin.6 Pada persalinan pervaginam dapat terjadi kerusakan pada dasar panggul berupa kerusakan otot atau intervasi otot, kerusakan muskulofasial dan kerusakan saraf pudenda.20,21

Pada persalinan pervaginam terjadi peningkatan tekanan intravaginal hingga lebih dari 200 mmHg, dengan tekanan rata-rata pada setiap kontraksi sebesar 100 mmHg. Peningkatan tekanan yang melebihi 80 mmHg memiliki risiko terjadinya trauma iskemik pada serabut saraf


(28)

perifer.2 kerusakan ini akan mengalami perbaikan dalam dua minggu postpartum pada kelinci dan tiga hari pada tikus.2 Viktub dkk mendapatkan bahwa setelah tiga bulan postpartum gejala inkontinensia membaik dan 4% persisten.Hal serupa didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Chaliha dkk, prevalensi SUI setelah 3 bulan post partum sebesar 14,6% dan menurun hingga menjadi 4,6% setelah 6 bulan postpartum.2 Hal ini terjadi karena kerusakan yang terjadi karena trauma hipoksia pada jaringan dasar panggul mengalami proses penyembuhan dan fungsinya kembali normal, sehingga waktu penyembuhan merupakan hal penting untuk perbaikan SUI. Dan hal ini dipercepat dan ditingkatkan dengan melakukan latihan fisik otot-otot dasar panggul.4

Allen dkk, mendapatkan hampir semua wanita yang melahirkan anak pertama dengan cara pervaginam terjadi denervasi parsial pada dasar panggul. Denervasi akan meningkat dengan meningkatnya usia dan persalinan pervaginam berikut.22

2.5 Seksio Sesarea

Seksio Sesarea (SS) adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi).23 Persalinan secara seksio sesarea jangka panjang terhadap ibu yang paling penting adalah perlindungan potensial terhadap dasar panggul mengurangi insidens inkontinensia urin, flatus dan fekal serta prolaps organ perlvis.24


(29)

Pescher dkk, mempelajari efek anatomis pada persalinan pervaginam dan menentukan bahwa sokongan leher kandung kemih melemah secara signifikan setelah persalinan pervaginam dibandingkan dengan SS (p<0,001). Mereka juga menemukan bahwa penurunan leher kandung kemih) dengan valsalva maneuver mengalami peningkatan secara signifikan setelah persalinan pervaginam dibandingkan dengan SS pada wanita primipara dan nullipara (p<0,001).25


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain

cross sectional study untuk mementukan kekuatan otot dasar panggul

pada wanita primipara pasca persalinan normal dan seksio sesarea.

3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa rumah sakit pendidikan Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-USU , antara lain :

RSUP.H .Adam Malik,RSU.Pirngadi Medan,dan RSU.Sundari.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua wanita baru pertama kali melahirkan (primipara) secara normal dan seksio sesarea yang datang kontrol ke RSUP.H .Adam Malik,RSU.Pirngadi Medan,dan RSU Sundari.

3.3.2 Sampel

Semua anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan.


(31)

3.4 Kriteria Sampel 3.4.1. Kriteria inklusi :

1. Wanita berusia 20-35 tahun

2. Wanita primipara dengan pasca kehamilan aterm

3. Wanita primipara pasca persalinan normal dan seksio sesarea ≥ 3 bulan

4. Wanita tidak menderita infeksi kronik pada rongga panggul

5. Wanita yang tidak menderita penyakit kronik seperti hipertensi, DM, penyakit paru kronik.

6. Wanita yang bersedia ikut dalam penelitian ini.

3.4.2. Kriteria eksklusi:

1. Wanita yang sedang menderita infeksi pada rongga panggul 2. Wanita yang mengalami ruptur perineum lama

3.4.3. Perkiraan Jumlah Sampel

Besarnya sampel diambil dengan menggunakan rumus 16

n =

Z =nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai yang ditentukan ( = 0,15) Z = 1.03

(Z + Z ). Sd d

Z = nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai yang ditentukan ( = 0,05) Z = 1.96


(32)

Sd = Rerata simpangan baku kekuatan otot dasar panggul paska persalinan normal dan paska seksio sesaria 1.96

d = Presisi (tingkat ketepatan) 0,36

Perkiraan besarnya sampel adalah 30 untuk masing-masing kelompok.

3.5. Cara Pengambilan Data

Sampel diambil dari populasi sampel secara “Consecutive Sampling” yaitu anggota populasi sampel yang memenuhi kriteria inkulsi diambil sebagai sampel sampai tercapai jumlah sesuai hasil perhitungan sampel.

3.6 Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Alat dan Bahan

1. Lembaran kuesioner

2. Surat persetujuan penelitian

3. Perineometer (PFX2), Cardio design Pth. Ltd, Baulkham Hills, Australia, 2115).

4. Kondom merek sutra 5. Sarung tangan steril 6. Kasa steril

7. Savlon

8. Timbangan berat badan dewasa merek airlux 9. Meteran dari bahan plastik


(33)

(34)

3.6.2 Cara Kerja

1. Semua sampel yang memenuhi syarat inklusi diambil sesuai dengan perkiraan besar sampel dan diminta menandatangani surat persetujuan setelah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.

2. Dilakukan anamnesis menggunakan kuesioner yang telah ditentukan. 3. Pengambilan sampel Penderita dalam posisi telentang dan rileks,

kandung kemih dalam keadaan kosong, digunakan dua buah bantal untuk menyangga kepala dan bahu. Kedua lutut difleksikan membentuk sudut 900 antara paha bagian interal dan meja periksa dibuat sudut 450. Jarak antara kedua lutut sekitar 30 cm. begitu pula jarak antara kedua kaki. Dilakukan pengukuran kekuatan ODP panggul dengan memasukkan sensor perineometer yang telah dibungkus kondom ke dalam introitus vagina sampai panjang sensor tersisa kurang lebih 1 cm, kemudian dilakukan pembacaan pada skala perineometer. Hasil ini merupakan kekuatan ODP tanpa kontraksi. Selanjutnya subyek diminta untuk mengkontraksikan otot dasar panggulnya seperti menahan pancaran berkemih, hasilnya dibaca pada skala perineometer. Ini merupakan kekuatan ODP dengan kontraksi. Hasil terbaik dari tiga kali pemeriksaan dicatat. Perineometer ini menggunakan skala 0-12 mmHg.


(35)

(36)

3.7 Metode Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis untuk menjawab tujuan dan hipotesis penelitian. Kemudian diolah dengan program SPSS for Windows versi 12. Untuk maksud tersebut analisis data yang digunakan adalah:

1. Uji chi square : bertujuan untuk mengetahui homogenitas sampel penelitian.

2. Uji t-independent : bertujuan untuk mencari nilai mean pengukuran kekuatan ODP antara wanita pasca PPN dan pasca SS.

3. Uji t-berpasangan : bertujuan untuk mencari nilai mean pengukuran kekuatan ODP tanpa kontraksi dan dengan kontraksi pada masing-masing kelompok sampel.

3.8 Penyajian Data

Semua hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik disertai penjelasan/diskusi.

3.9 Aspek Etis

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti meminta keterangan kelayakan etik (Ethical clearance) dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Kepada semua pasien dijelaskan maksud dan tujuan penelitian secara lisan, kemudian diminta kesediaan serta persetujuan tertulis


(37)

(informed consent) secara sukarela dan apabila karena suatu alasan tertentu penderita mengundurkan diri dari penelitian.

3.10 Alur Penelitian

WANITA PRIMIGRAVIDA

KRITERIA INKLUSI

PASCA PERSALINAN NORMAL

PASCA PERSALINAN SEKSIO SESAREA

PENGUMPULAN DATA PENGUKURAN KEKUATAN

OTOT DASAR PANGGUL

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA


(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian pengukuran kekuatan otot dasar panggul terhadap 30 ibu pasca persalinan normal dan 30 ibu pasca seksio sesarea. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional study yang dilakukan di beberapa rumah sakit, antara lain : RSUP.H .Adam Malik,RSU.Pirngadi Medan,dan RSU Sundari. Selama periode 1 Januari 2007-31 Januari 2009.

Tabel 1. Sebaran sampel penelitian berdasarkan kelompok usia ibu

USIA (Tahun) KELOMPOK Total PASCA PERSALINAN NORMAL PASCA SEKSIO SESAREA

n % n %

21-25 26-30 31-35 14 9 7 46,7 30,0 23,3 8 14 8 26,7 46,7 26,7 22 23 15

TOTAL 30 100 30 100 60

Chi Square (p=0,248)


(39)

uji Chi Square, uji t independent dan uji t berpasangan. Hasil penelitian yang diperoleh diuraikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut: Hasil kelompok usia terbanyak dalam penelitian ini adalah 21-25 tahun sebanyak 14 sampel (46,7%) pada kelompok PPN, dan 26-30 tahun sebanyak 14 sampel (46,7%) pada kelompok SS. Dari uji statistik (Chi Square) tidak ada perbedaan bermakna pada kedua kelompok (p>0,05). Hal ini berarti kedua kelompok sampel homogen (tabel 1).

Tabel 2. Sebaran sampel penelitian berdasarkan kelompok usia kehamilan USIA KEHAMILAN (Minggu) KELOMPOK Total PASCA PERSALINAN NORMAL PASCA SEKSIO SESAREA

n % n %

37-39 ≥ 40

18 12 60,0 40,0 28 2 93,3 6,7 46 14

TOTAL 30 100 30 100 60

Chi Square (p=0,002)

Distribusi usia kehamilan terbanyak dalam penelitian ini adalah 37-39 minggu baik pada kelompok persalinan normal maupun kelompok seksio sesarea yaitu masing-masing 18 kasus (60%) dan 28 kasus (93,3%). Dari uji statistik (Chi Square) terdapat perbedaan bermakna diantara keedua kelompok (p<0,05) yang berarti kedua kelompok tidak homogen, hal ini mungkin disebabkan karena pada kelompok seksio sesarea lebih banyak


(40)

ditemukan pada usia kehamilan 37-39 minggu yang diterminasi kehamilannya (tabel 2).

Tabel 3. Sebaran sampel penelitian berdasarkan kelompok Indeks Massa Tubuh IMT KELOMPOK Total PASCA PERSALINAN NORMAL PASCA SEKSIO SESAREA

n % n %

Kurus Normal Gemuk 3 25 2 10,0 83,3 6,7 1 24 5 3,3 80,0 16,7 4 49 7

TOTAL 30 100 30 100 60

Chi Square (p=0,314)

Distribusi Indeks Massa Tubuh terbanyak dalam penelitian ini adalah status gizi normal pada kelompok persalinan normal maupun kelompok seksio sesarea yaitu masing-masing 25 kasus (83,3%) dan 24 kasus (80,0%). Dari uji statistik (Chi Square) tidak terdapat perbedaan bermakna diantara kedua kelompok (p>0,05), hal ini berarti bahwa kedua kelompok homogen (tabel 3).


(41)

Tabel 4. Sebaran sampel penelitian berdasarkan kelompok berat badan lahir BBL (gram) KELOMPOK Total PASCA PERSALINAN NORMAL PASCA SEKSIO SESAREA

n % n %

2500-2999 3000-3499 3500-3999 16 11 3 53,3 36,7 10,0 12 17 1 40,0 56,7 3,3 27 29 4

TOTAL 30 100 30 100 60

Chi Square (p=0,334)

Distribusi kelompok terbanyak menurut berat badan lahir dalam penelitian ini adalah untuk 2500-2999 gram kelompok persalinan normal 16 kasus (53,3%), 3000-3499 gram kelompok seksio sesarea, 17 kasus (56,7%) dan pada 3500-3999 gram kelompok persalinan normal 3 kasus (10%). Dari uji statistik (Chi Square) tidak ada perbedaan bermakna pada kedua kelompok (p>0,05), hal ini berarti kedua kelompok sampel homogen (tabel 4).


(42)

Tabel 5. Korelasi berat badan lahir dengan kekuatan otot dasar panggul pada kelompok pasca PPN dan pasca SS

Berat Badan Lahir (BBL) n r p

PPN Tanpa Kontraksi (a) Kontraksi (b)

30 30

- 0,615 - 0,793

0,0001 * 0,0001 * SS Tanpa Kontraksi (a)

Kontraksi (b)

30 30

- 0,807 - 0,375

0,0001 * 0,041 *

Keterangan : a) Uji Korelasi Spearman b) Uji Korelasi Pearson *) Signifikan

Dari data diatas dapat dilihat korelasi BBL dengan kekuatan otot dasar panggul dimana koefisien korelasi BBL pada PPN Tanpa Kontraksi = -0,615 dan Kontraksi = -0,793. Dan pada Pasca SS Tanpa Kontraksi = -0,807 dan Kontraksi = -0,375. Jadi oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin besar BBL semakin menurun pula kekuatan otot dasar panggul.


(43)

Tabel 6. Kekuatan ODP antara kelompok pasca PPN dan pasca SS

Kelompok n Mean SD pa

ODP tanpa kontraksi PPN SS 30 30 4,69 7,01 ,912 ,969 ,000

ODP kontraksi PPN

SS 30 30 9,41 11,09 ,880 ,941 ,000

*Uji t Independen

Pengukuran kekuatan ODP tanpa kontraksi besarnya rerata berbeda antara persalinan normal dan seksio sesarea yaitu masing-masing 4,69 ± 0,912 mmHg dan 7,01 ± 0,880 mmHg dengan nilai p<0,05 dan uji t-independent, maka perbedaan tersebut secara statistik bermakna. Sedangkan pada kelompok dengan kontraksi juga berbeda antara persalinan normal dan seksio sesarea yaitu :

masing-masing 9,41 ± 0,969 mmHg dan 11.09 ±0,941 mmHg, dengan uji t independen diperoeh nilai p<0,05 yang berarti perbedaan tersebut secara statistik bermakna (tabel 6).


(44)

Grafik 1. Perbandingan kekuatan ODP tanpa kontraksi

Pada grafik 1 menunjukkan kekuatan otot dasar panggul tanpa kontraksi antara wanita pasca PPN dan SS. Rerata kekuatan otot dasar panggul tanpa kontraksi pada pasca PPN lebih rendah dibandingkan dengan pasca SS.


(45)

Grafik 2. Perbandingan kekuatan ODP dengan kontraksi

Pada grafik 2. menunjukkan adanya perbedaan kekuatan otot dasar panggul dengan adanya kontraksi antara wanita pasca PPN dan SS. Rerata kekuatan otot dasar panggul kontraksi pada pasca PPN lebih rendah dibandingkan dengan pasca SS.


(46)

Tabel 7. Kekuatan ODP antara tanpa kontraksi dengan ada kontraksi Kelompok Kelompok Kontraksi n Mean SD pa PPN Tanpa Kontraksi

Kontraksi 30 30 4,69 9,41 ,912 ,969 ,000

SS Tanpa Kontraksi Kontraksi 30 30 7,01 11,09 ,880 ,941 ,000

*Uji t berpasangan

Pada pasca persalinan normal pengukuran kekuatan ODP tanpa kontraksi dan dengan kontraksi terdapat perbedaan besarnya rerata yaitu masing-masing 4,69 ± 0,912 mmHg dan 9,41 ± 0,969 mmHg dengan nilai (p<0,05) dari uji t-independent, maka perbedaan tersebut secara statistik bermakna. Sedangkan kekuatan ODP pada kelompok pasca seksio sesarea tanpa kontraksi dan dengan kontraksi juga terdapat perbedaan kekuatan ODP yaitu masing-masing 7,01 ± 0.880 mmHg dan 11.09 ±0,941 mmHg, dengan uji t indpenden diperoleh nilai (p<0,05) yang berarti perbedaan tersebut secara statistik bermakna (tabel 7)


(47)

Grafik 3. Perbandingan kekuatan ODP pada pasca PPN

Pada grafik 3 menunjukkan kekuatan otot dasar panggul wanita pasca PPN antara tanpa kontraksi dengan adanya kontraksi. Rerata kekuatan otot dasar panggul tanpa kontraksi lebih rendah dibandingkan dengan adanya kontraksi.


(48)

Grafik 4 menunjukkan adanya perbedaan kekuatan otot dasar panggul wanita pasca seksio sesarea antara tanpa kontraksi dengan adanya kontraksi. Rerata kekuatan otot dasar panggul tanpa kontraksi lebih rendah dibandingkan dengan adanya kontraksi.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini kami mencoba mengukur kekuatan otot dasar panggul wanita pasca persalinan normal dan seksio sesarea setelah 3 bulan, yang dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya di bidang uroginekologi.

4.2.1 Karakteristik Sampel

Penelitian ini terdiri dari 60 sampel, yaitu 30 kelompok pasca persalinan normal dan 30 kelompok pasca seksio sesarea. Masing-masing kelompok sampek kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa karakteristik yaitu, usia ibu, usia kehamilan, IMT, dan berat badan lahir.

Dari uji statistik yang dilakukan terhadap variabel karakteristik tersebut didapatkan hasil nilai p> 0,05 untuk variabel usia ibu, IMT dan berat badan lahir yang artinya kelompok tersebut homogen menurut variabel tersebut.

Pada pemeriksaan ini didapatkan kelompok usia dengan sampel terbanyak bagi kelompok persalinan normal adalah usia 21-25 tahun dan


(49)

Palembang pada tahun 2005 mendapatkan kelompok usia ≤ 30 tahun.27 hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Santy dkk di Jakarta tahun 2007 yaitu pada kelompok usia ≤ 30 tahun.30

Dalam kepustakaan dikatakan bahwa otot akan cenderung mengalami penurunan kekuatan berdasarkan pertambahan usia. Hal ini tidak dapat dihindari. Problem lain yang didapat dengan pertambahan usia adalah berkurangnya mobilitas dari otot. Demikian juga halnya dengan otot dasar panggul dan jaringan penyokong organ-organ genetalia akan mengalami hal yang sama.17

Mac Lennan dkk (2000) menyimpulkan bahwa peningkatan usia merupakan salah satu faktor risiko melemahnya kekuatan otot dasar panggul.7, pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik terhadap usia ibu. Hal ini mungkin disebabkan karena kebanyakan sampel masih berusia ≤ 30 tahun.

Menurut usia kehamilan, baik kelompok persalinan normal dan seksio sesarea, usia kehamilan terbanyak adalah usia 37-39 minggu. Dari uji statistik yang dilakukan terhadap variabel ini didapatkan nilai p<0,05, hal ini berarti bahwa ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kekuatan otot dasar panggul.

Pada penelitian ini juga dinilai IMT terhadap kekuatan otot dasar panggul dimana kelompok sampel terbanyak adalah dengan IMT normal baik pada persalinan normal maupun seksio sesarea.

Kepustakaan mengatakan semakin besar IMT maka akan menyebabkan kelemahan otot dasar panggul. Secara epidemiologi


(50)

didapatkan hubungan antara obesitas dengan gangguan pada organ dasar panggul.27

Pada penelitian ini tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara IMT dan kekuatan otot dasar panggul (p>0,05). Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Susanto dkk (2005) di Palembang.26 Ini mungkin disebabkan karena distribusi dari sampel yang dominan pada IMT normal, dimana menurut teori IMT yang gemuk yang turut mempengaruhi kekuatan ODP.

Menurut berat badan lahir, pada penelitian ini didapatkan kelompok sampel terbanyak pada BBL 3000-3499 gram. Penelitian oleh Susanto dkk (2005) di Palembang26 dan Santy (2007) di Jakarta, juga mendapatkan hal yang sama.27 Dari uji statistik tidak ditemukan hubungan bermakna antara BBL dengan kekuatan ODP, temuan ini sesuai dengan penelitian Relly dkk (2002) terhadap 268 primigravida dan Susanto dkk (2005) juga menemukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara BBL dengan kekuatan otot dasar panggul.29

Banyak ahli yang percaya bahwa penekanan dan peregangan struktur dasar panggul oleh fetus selama persalinan pervaginam adalah salah satu penyebab utama kerusakan dasar panggul tersebut. Logikanya bayi yang lebih besar menghasilkan tekanan yang lebih besar pada struktur dasar panggul.2 Pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara kekuatan ODP dengan BBL mungkin disebabkan karena distribusi sampel yang memiliki BBL terbanyak berada


(51)

4.2.2 Kekuatan ODP Pasca Persalinan Normal dan Pasca Seksio Sesarea

Untuk melihat kekuatan ODP pada kedua kelompok baik tanpa kontraksi maupun dengan kontraksi dipakai uji t independen. Pada penelitian ini didapatkan bahwa rerata kekuatan ODP pada kelompok pasca PPN dan pasca SS tanpa kontraksi yaitu masing-masing 4,69 ± 0,912 mmHg dan 7,01 ± 0.887 mmHg. Sedangkan pada kelompok dengan kontraksi ditemukan rata-rata kekuatan ODP masing-masing 9,41 ± 0,969 mmHg dan 11.09 ±0,941 mmHg (tabel 6). Hasil uji statistik dengan t independen didapat perbedaan yang bermakna antara kekuatan ODP pada kedua kelompok, baik tanpak kontraksi maupun dengan kontraksii, dimana kekuatan ODP pasca PPN lebih rendah dibandingkan pasca SS. Hal ini lebih jelas dapat kita lihat pada grafik 1 dan grafik 2.

Max Lenan dkk (2000) pada penelitiannya mengenai hubungan kerusakan dasar panggul pada nullipara menurut cara persalinan, menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara seksio sesarea (OR 2.5, 95% CI 1.5-4.3), persalinan normal (OR 3.4, 95% CI 2.4-4.9) dan persalinan dengan alat (OR 4.3 95% CI 2.8-6.6).7 Persalinan pervaginam menyebabkan perubahan neurologis pada dasar panggul yang menimbulkan efek langsung pada konduksi nervus pudendus, kekuatan kontraksi vagina dan tekanan velositas penutupan uretra. Hal tersebut dapat diperhitungkan terhadap menetapnya angka kejadian stress inkontinensia pada wanita setelah melahirkan pervaginam. Setelah melahirkan secara SS perubahan patologis tersebut jauh lebih sedikit.


(52)

Meyer dkk pada penelitian prospektif terhadap 149 wanita menemukan perubahan pada panjang uretra dan penurunan tekanan intravagina dan intraanal dalam waktu 9 minggu setelah melahirkan pervaginam. Sementara pada wanita yang melahirkan secara SS tidak ditemukan adanya perubahan.2

4.2.3 Kekuatan ODP Tanpa Kontraksi Dengan Kontraksi

Uji t berpasangan pada masing-masing kelompok memperlihatkan (tabel 7 grafik 3 dan grafik 4) bahwa pada kelompok pasca PPN ditemukan perbedaan kekuatan ODP yang bermakna (p<0,05), baik tanpa kontraksi (4,69 mmHg) maupun dengan kontraksi (9,41 mmHg). Demikian juga halnya pada kelompok pasca SS didapatkan perbedaan kekuatan ODP yang bermakna antara tanpa kontraksi (7,01 mmHg) dan dengan kontraksi (11,09 mmHg). Hasil ini hampir sama dengan pergukuran kekuatan otot dasar panggul pada primipara yang dilakukan oleh Piliansjah di Jakarta 2003, yaitu tanpa kontraksi (4,20 mmHg) dan dengan kontraksi (10,7 mmHg)30 dan oleh Paembonan di Makassar 2007, yaitu (4,61 mmHg) dan (11,13 mmHg).31

4.2.4 Kelemahan

Disadari bahwa terdapat kelemahan pada penelitian ini, antara lain pengukuran kekuatan ODP pada masing-masing kelompok sangat dipengaruhi oleh cara mengkontraksikan ODP, selain itu banyaknya faktor


(53)

risiko lain yang juga turut mempengaruhi kekuatan otot dasar panggul ini seperti yang telah diuraikan di atas.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rerata ± SD kekuatan ODP pada wanita pasca persalinan normal tanpa kontraksi dan dengan kontraksi adalah 4,69 ± 0,912 mmHg dan 9,41 ± 0,969 mmHg.

2. Rerata ± SD kekuatan ODP pada wanita pasca seksio sesarea tanpa kontraksi dan dengan kontraksi adalah 7,01 ± 0.880 mmHg dan 11.09 ±0,941mmHg.

5.2 Saran

1. Pada penelitian ini kami hanya mengukur kekuatan ODP wanita pasca SS dan pasca PPN tanpa memisahkan kelompok sampel pasca SS ke dalam SS elektif dan non elektif, kala I atau kala II. Oleh karena itu kami sarankan perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dalam menilai hubungan kekuatan ODP dengan mempertimbangkan hal di atas.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menilai kekuatan ODP dengan menggunakan instrumen lain, mengingat masih banyak instrumen yang dapat dipakai untuk menilai kekuatan ODP.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Junizaf. Perkembangan Uriginekologi, Masa Lalu, Kini dan Mendatang. Majalah Obstetri & Ginekologi Indonesia, Yayasan Bina Pustaka

2. Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2004: 28: 136-45.

3. Goldberg RP. Kwon C. Gandhi S, Atkuru LV, Sorensun M, Sand PK Urirany incontinence among mother of multiple : The protective effect of cesarean delivery. Am J Obstet Gynaecol 2003; 188 : 1447-53. 4. Barber MD, Bremer RE, Thor KB, Dolber PC, Khuel TJ, Coates KW.

Innervation of the female levotor ani muscle, Am J Obstet Gynecol 2002; 187 : 64-71.

5. Patric H. Urogenital prolapse : The pelvic floor its function and disorders. WB Saundes 2002 : 251-63.

6. Loetan F. Rehabilitasi dini kelemahan otot dasar panggul hindari kekenduran vagina. Available from : file://E:perineometer.html.

Accessed on March 5, 2006.

7. Pauls RN, Berman JR. Impact of pelvic floor disorders and prolapse on female sexual function and responsen. Urologial clinics of North America 2002; 29: 677-683.

8. Mac Lenan HA. Taylor AW, Wilson DH, Wilson D. The prevalence parity and mode of delivery. Br J Obstet Gynaecol 2000; 107 : 1460-70.


(56)

9. Gosling J. Gross anatomy of lower urinary trac. In : Abrams P, Khoury S, Wein S. Editors, Incontinence. Playmouth Health Publications Ltd 1999. p. 21-51.

10. Callahan TL, Caughey AB, Heffur LJ. Pelvic relaxation. Blue print obstetric and gynecology. Blackwell publishing, Massachusetts, 2004; 18: 163-67.

11. Roger RM. Anatomy of pelvic support. In : Bent AE, Cundiff GW, Ostergard DR, Swift SE. Editors. Ostergard’s urogynecology and pelvic floor dysfunction. 5th edition. Philadelphia: Lippincott Wiiliams and Wilkins; 2003. p.19-33.

12. Barber MD. Contemporary views on female pelvic anatomy. Cleveland clinic journal of medicine 2005; 72:S4-S11.

13. Brandies. The pelvic floor. Available from : file://E:\pelvicfloor.htm

Accessed on December, 2005.

14. Wijma J, Potter AE, Wolf BTHM, Tinga DJ, Arnoudse JG. Urinary trac during pregnancy. Br J Obstet Gynaecol 2001; 108 : 762-32.

15. Gerald MPF, Russel B, Hale D, Benson JT, Brubaker L. Ultrastructure of detrusor and urethral smooth muscle in women with urinary incontenence. Am J Obstet Gynaecol 2000; 182 : 879-83.

16. Swift SE. Epidemiology of pelvic organ prolapse. In : Bent AE, Cundiff GW, Ostergard DR, Swift SE. Editors. Ostergard’s urogynecology and pelvic floor dysfunction. 5th edition. Philadellphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2003. p. 35-41.


(57)

17. Sastroasmoro S,Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. CV Sagung Seto,Jakarta,2002.269.

18. Chalik TMA. Inkontinensia urinae pada wanita. Jurnal kedokteran Syah Kuala, 2001; 1 : 39-49.

19. BA Kari, Sherburn M. Evaluation of female pelvic floor muscle function and strength. Jurnal phys ther 2005; 18 : 269-282.

20. Perry JD, Hullett LT. The role of home trainers in Kegel exercise program for the treatment of inkontinence. Available from:

file://TheRolperineometer.2.htm. Acceseed on March 5, 2005.

21. Winjosastro H. Fisiologi dan mekanisme persalinan normal. Dalam : Ilmu kebidanan, cetakan ke-4, Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1997, hal : 180-91.

22. Murray S, Chaote A. Research in pelvic floor muscle strength in postpartum and nulliparous women. Available from :

23. Allen RE, Hosker GL, Smith ARB, Warrell DW. Pelvic floor damage and childbirth: aneurophysiological study. Br J Obstet Gyneacol 1990; 97 : 770-79.

24. Cunningham FG, et al. Cesarean delivery and post partum hysterectomy. In : Williams obstetri 21th edition. New York : Mc Graw Hill; 1997. p. 537 – 563.

25. Minkoff H, Chervenak FA. Elective primary cesarean delivery. N Engl J Med, 2003; 348 : 10.


(58)

26. Susanto S. Status perineum post partum sebagai prediktor kelemahan otot dasar panggul pada primipara. Dibawakan pada PT XVI POGI. Mataram 2007.

27. Santi D, Junizaf. Hubungan antara seksio berencana dan seksio darurat pada wanita primipara dengan kejadian stres inkontinensia. Dibawakan pada PIT XVI POGI. Mataram 2007.

28. Chaliha C, Soligo M. Khullar V. Caesarean section is protective againts stress incontinence : an analysis of woman with multiple deliveries. Br J Obstet Gynaecol 2004; 111 : 754-5.

29. Reily ETC, Freeman RM, Waterfield MR, Waterfiels AE. Steggles P. Pedlar F. Prevention of Postpertum Stress incontinence in primigravidae with increased bladder neck mobility; a randomized controlled trial of antenatal pelvic fllor exercise; Br J Obstet Gyneco 12002 : 109 : 68-76.

30. Piliansjah, Somad NM. Pengukuran kekuatan otot dasar panggul wanita dengan perineometer. Dibawakan pada PIT XIII POGI. Bandung, 2003.

31. Paembonan O. Pengukuran kekuatan otot dasar panggul pada wanita hamil sebelum dan sesudah persalinan. Dibawakan pada PIT XVI POGI. Mataram 2007.


(59)

Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a :

U m u r : A l a m a t : Pekerjaan :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa setelah mendapat penjelasan sepenuhnya serta memahami tentang maksud dan tujuan serta manfaat penelitian yang berjudul :

KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA WANITA PASCA PERSALINAN NORMAL DAN PASCA SEKSIO SESAREA DENGAN

PERINEOMETER

Maka saya setuju untuk diikutsertakan dalam penelitian ini dan bersedia berperan serta dengan memenuhi semua ketentuan yang berlaku dalam penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


(60)

Peneliti Yang bersangkutan,

( ………. ) ( ………. )


(61)

(62)

Lampiran 3

FORMULIR PENELITIAN

KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA WANITA PASCA PERSALINAN NORMAL DAN PASCA SEKSIO SESAREA DENGAN PERINEOMETER

1. Nomor penelitian : ……… 2. Nomor register : ………

3. Alamat : ………

4. No. Telp/HP : ……… 5. Nama ibu : ………

6. Usia : ………

7. Berat badan ibu : ……… 8. Tinggi badan ibu : ……… 9. Paritas : ……… 10. Haid terakhir : ……… 11. Tafsiran partus : ……… 12. Usia kehamilan : ……… 13. Tanggal partus : ……… 14. Berat badan bayi : ……… 15. Jenis persalinan : ……… 16. Pernah/sedang menderita : Ya/tidak

penyakit infeksi kronik/keganasan pada rongga panggul

17. Pernah/sedang menderita : Ya/tidak penyakit infeksi kronik : - Hipertensi : Ya/tidak

- DM

18. Riwayat operasi panggul : Ya/tidak 19. Riwayat ruptur perineum lama : Ya/tidak 20. Riwayat melakukan latihan dasar : Ya/tidak


(63)

Lampiran 4

Data Pasca Persalinan Normal

No. NAMA UMUR

(Tahun) BB (Kg) TB (Cm) IMT (Kg/m2)

UK (Mgg) BBL (gram) ODP (mmHg) TK K

1. Ny. F 27 50 155 20.81 38,5 2800 5 10

2. Ny. D 32 48 150 21.33 39,2 3100 4 9

3. Ny. E 18 52 164 19.33 39,3 2700 4 9

4. Ny.R 30 43 148 19.63 40,2 2750 4 10

5. Ny. A 23 45 152 19.48 40,0 2500 6 11

6. Ny. N 29 55 156 22.6 38,4 3000 5 10

7. Ny.P 34 43 149 19.37 41,0 2500 4 9

8. Ny. A 26 50 160 19.53 37,3 2600 7 11

9. Ny. H 17 44 155 18.31 38,4 2900 5 10

10. Ny. E 35 45 149 20.27 40,3 3000 4 9

11. Ny. Y 25 64 158 25.64 39,2 3500 4 8

12. Ny. S 33 45 150 20 40,1 3000 5 9

13. Ny. H 20 49 153 20.93 38,5 2750 6 10

14. Ny. Y 24 43 148 19.63 39,3 3500 4 8

15. Ny. H 30 58 161 22.38 41,1 3000 4 9

16. Ny. A 19 50 157 20.28 40,2 3300 4 9

17. Ny. Y 27 48 156 19.72 37,4 2800 5 9

18. Ny. F 21 62 163 23.33 38,3 3000 5 10

19. Ny. S 29 43 157 17.44 39,2 2600 6 11

20. Ny. R 33 46 155 19.15 40,1 2850 5 10

21. Ny. D 21 50 158 20.03 38,4 2500 7 12

22. Ny. S 24 50 161 19.29 37,5 2600 5 10

23. Ny. F 22 45 157 18.26 39,2 3000 4 9

24. Ny. S 19 49 150 21.78 38,1 2700 4 9

25. Ny. C 23 44 153 18.79 40,2 3100 4 9

26. Ny. H 30 45 148 20.54 41,1 3700 3 7

27. Ny. D 35 50 154 21.08 40,3 3200 4 8

28. Ny. N 24 48 146 22.52 38,1 2800 5 10

29. Ny. S 28 61 155 25.39 38,5 2600 5 10


(64)

Data Pasca Persalinan Seksio Sesarea No. NAMA UMUR (Tahun) BB (Kg) TB (Cm) IMT (Kg/m2)

UK (Mgg) BBL (Gram) ODP (mmHg) TK K

1. Ny. R 29 59 15I 25.87 39.5 3400 7 11

2. Ny. F 28 60 159 23.73 39.4 3550 6 10

3. Ny. S 26 52 151 22.81 38.5 2950 8 12

4. Ny. L 21 59 148 25.57 39.6 3300 7 12

5. Ny. S 25 60 152 25.97 37.6 3150 7 12

6. Ny. I 32 53 154 22.35 38.6 3100 7 12

7. Ny. N 27 54 160 21.09 38.5 2900 8 11

8. Ny. A 20 55 149 24.77 38.5 3200 7 12

9. Ny. P 29 54 153 23.07 38.4 2560 8 11

10. Ny. E 35 55 154 23.19 39.2 3450 6 12

11. Ny. Y 34 52 152 22.51 39.5 3300 6 10

12. Ny. H 34 53 150 23.56 38.6 2550 8 11

13. Ny. L 27 54 147 24.99 38.6 3400 6 10

14. Ny. B 24 50 157 20.28 37.6 2850 8 12

15. Ny. H 26 47 154 19.82 40.1 3100 7 12

16. Ny. U 28 49 159 19.23 38.6 3200 7 11

17. Ny. U 28 48 157 19.47 39.4 2750 8 12

18. Ny. S 32 50 152 21.64 39.1 2800 8 12

19. Ny. I 20 54 152 23.37 39.3 3000 7 11

20. Ny. S 27 48 154 20.24 38.6 2550 8 11

21. Ny. R 26 47 148 21.46 38.3 2900 7 12

22. Ny. M 24 46 160 17.97 38.6 3000 7 12

23. Ny. N 27 55 154 23.19 38.5 3050 7 11

24. Ny. N 22 55 157 22.31 38.6 3200 6 10

25. Ny. S 35 49 156 20.13 39.4 2560 8 12

26. Ny.K 34 55 149 24.77 39.1 3450 5 9

27. Ny. L 34 56 153 23.49 39.3 3300 6 10

28. Ny.M 27 59 154 24.88 38.6 2550 7 11

29. Ny.S 24 58 152 25.1 38.3 3400 5 9


(1)

59

David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.

Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a

:

U m u r

:

A l a m a t :

Pekerjaan :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa setelah mendapat penjelasan

sepenuhnya serta memahami tentang maksud dan tujuan serta manfaat

penelitian yang berjudul :

KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA WANITA PASCA

PERSALINAN NORMAL DAN PASCA SEKSIO SESAREA DENGAN

PERINEOMETER

Maka saya setuju untuk diikutsertakan dalam penelitian ini dan bersedia

berperan serta dengan memenuhi semua ketentuan yang berlaku dalam

penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran untuk

dipergunakan sebagaimana mestinya.


(2)

60

David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.

Peneliti

Yang bersangkutan,

( ………. )

( ………. )


(3)

61

David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.


(4)

62

David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.

Lampiran 3

FORMULIR PENELITIAN

KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA WANITA PASCA PERSALINAN NORMAL DAN PASCA SEKSIO SESAREA DENGAN PERINEOMETER

1. Nomor penelitian : ………

2. Nomor register : ………

3. Alamat : ………

4. No. Telp/HP : ………

5. Nama ibu : ………

6. Usia : ………

7. Berat badan ibu : ………

8. Tinggi badan ibu : ………

9. Paritas : ………

10. Haid terakhir : ………

11. Tafsiran partus : ………

12. Usia kehamilan : ………

13. Tanggal partus : ………

14. Berat badan bayi : ………

15. Jenis persalinan : ………

16. Pernah/sedang menderita : Ya/tidak penyakit infeksi kronik/keganasan

pada rongga panggul

17. Pernah/sedang menderita : Ya/tidak penyakit infeksi kronik : - Hipertensi : Ya/tidak

- DM

18. Riwayat operasi panggul : Ya/tidak 19. Riwayat ruptur perineum lama : Ya/tidak 20. Riwayat melakukan latihan dasar : Ya/tidak


(5)

i

Lampiran 4

Data Pasca Persalinan Normal

No. NAMA (Tahun) UMUR (Kg) BB (Cm) TB (Kg/mIMT 2)

UK (Mgg) BBL (gram) ODP (mmHg)

TK K

1.

Ny. F 27 50 155 20.81 38,5 2800 5 10

2.

Ny. D 32 48 150 21.33 39,2 3100 4 9

3.

Ny. E 18 52 164 19.33 39,3 2700 4 9

4.

Ny.R 30 43 148 19.63 40,2 2750 4 10

5.

Ny. A 23 45 152 19.48 40,0 2500 6 11

6.

Ny. N 29 55 156 22.6 38,4 3000 5 10

7.

Ny.P 34 43 149 19.37 41,0 2500 4 9

8.

Ny. A 26 50 160 19.53 37,3 2600 7 11

9.

Ny. H 17 44 155 18.31 38,4 2900 5 10

10.

Ny. E 35 45 149 20.27 40,3 3000 4 9

11.

Ny. Y 25 64 158 25.64 39,2 3500 4 8

12.

Ny. S 33 45 150 20 40,1 3000 5 9

13.

Ny. H 20 49 153 20.93 38,5 2750 6 10

14.

Ny. Y 24 43 148 19.63 39,3 3500 4 8

15.

Ny. H 30 58 161 22.38 41,1 3000 4 9

16.

Ny. A 19 50 157 20.28 40,2 3300 4 9

17.

Ny. Y 27 48 156 19.72 37,4 2800 5 9

18.

Ny. F 21 62 163 23.33 38,3 3000 5 10

19.

Ny. S 29 43 157 17.44 39,2 2600 6 11

20.

Ny. R 33 46 155 19.15 40,1 2850 5 10

21.

Ny. D 21 50 158 20.03 38,4 2500 7 12

22.

Ny. S 24 50 161 19.29 37,5 2600 5 10

23.

Ny. F 22 45 157 18.26 39,2 3000 4 9

24.

Ny. S 19 49 150 21.78 38,1 2700 4 9

25.

Ny. C 23 44 153 18.79 40,2 3100 4 9

26.

Ny. H 30 45 148 20.54 41,1 3700 3 7

27.

Ny. D 35 50 154 21.08 40,3 3200 4 8

28.

Ny. N 24 48 146 22.52 38,1 2800 5 10

29.

Ny. S 28 61 155 25.39 38,5 2600 5 10

30.

Ny. I 34 55 156 22.6 40,2 2900 4 10


(6)

ii

Data Pasca Persalinan Seksio Sesarea

No. NAMA

UMUR

(Tahun) BB (Kg)

TB (Cm)

IMT (Kg/m2)

UK (Mgg) BBL (Gram) ODP (mmHg)

TK K

1.

Ny. R 29 59 15I 25.87 39.5 3400 7 11

2.

Ny. F 28 60 159 23.73 39.4 3550 6 10

3.

Ny. S 26 52 151 22.81 38.5 2950 8 12

4.

Ny. L 21 59 148 25.57 39.6 3300 7 12

5.

Ny. S 25 60 152 25.97 37.6 3150 7 12

6.

Ny. I 32 53 154 22.35 38.6 3100 7 12

7.

Ny. N 27 54 160 21.09 38.5 2900 8 11

8.

Ny. A 20 55 149 24.77 38.5 3200 7 12

9.

Ny. P 29 54 153 23.07 38.4 2560 8 11

10.

Ny. E 35 55 154 23.19 39.2 3450 6 12

11.

Ny. Y 34 52 152 22.51 39.5 3300 6 10

12.

Ny. H 34 53 150 23.56 38.6 2550 8 11

13.

Ny. L 27 54 147 24.99 38.6 3400 6 10

14.

Ny. B 24 50 157 20.28 37.6 2850 8 12

15.

Ny. H 26 47 154 19.82 40.1 3100 7 12

16.

Ny. U 28 49 159 19.23 38.6 3200 7 11

17.

Ny. U 28 48 157 19.47 39.4 2750 8 12

18.

Ny. S 32 50 152 21.64 39.1 2800 8 12

19.

Ny. I 20 54 152 23.37 39.3 3000 7 11

20.

Ny. S 27 48 154 20.24 38.6 2550 8 11

21.

Ny. R 26 47 148 21.46 38.3 2900 7 12

22.

Ny. M 24 46 160 17.97 38.6 3000 7 12

23.

Ny. N 27 55 154 23.19 38.5 3050 7 11

24.

Ny. N 22 55 157 22.31 38.6 3200 6 10

25.

Ny. S 35 49 156 20.13 39.4 2560 8 12

26.

Ny.K 34 55 149 24.77 39.1 3450 5 9

27.

Ny. L 34 56 153 23.49 39.3 3300 6 10

28.

Ny.M 27 59 154 24.88 38.6 2550 7 11

29.

Ny.S 24 58 152 25.1 38.3 3400 5 9

30.

Ny. J 26 53 156 21.78 40.1 2850 7 11