Grafik 4.1  Rerata Mortalitas Larva Aedes aegypti. Dari  grafik  di  atas  menunjukkan  bahwa  semakin  tinggi  konsentrasi
ekstrak  biji  sirsak  maka  semakin  tinggi  pula  nilai  mortalitas  rerata  larva Aedes aegypti.
4.2 Analisis Data 4.2.1. Uji Distribusi Data
Sebelum  melakukan  uji  One  Way  ANOVA,  data  yang  didapat  harus memenuhi syarat yaitu data berdistribusi atau sebaran data normal. Dengan
menggunakan  SPSS  16.0  ,  dilakukan  uji  normalitas  Kolmogorov-Smirnov. Pada  tabel  uji  normalitas  berikut  yang  sudah  di  transform  dengan  akar
kuadrat menunjukkan bahwa p  0,05  pada seluruh konsentrasi coba, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Konsentrasi Kolmogorov-Smirnov
Statistic df
P value
Trans2_Mortalitas 2500,025
.249 5
.200 5000,05
.341 5
.059 7500,075
.275 5
.200 10000,1
.171 5
.200
4.2.2 Uji Varian Data
Syarat  untuk  melakukan  uji  One  Way  ANOVA    adalah  data  harus berdistribusi  normal  dan  memiliki  varian  data  yang  sama  atau  homogen.
Tabel 4.2 : Hasil Uji Distribusi Data
15,2 38,8
66,4 69,6
20 40
60 80
100 250
500 750
1000 Konsentrasi Ekstrak Biji Sirsak ppm
R er
at a
M or
ta li
ta s L
ar va
Pada uji varian data dapat kita lihat pada tabel 4.3 yang menunjukkan nilai p  0,05. Dapat dismpulkan bahwa varian data tidak homogen.
Levene Statistic
df1 df2
p value 5.425
5 24
0.002
Karena  data  tidak  homogen  maka  uji  One  Way  ANOVA  tidak  dapat digunakan. Sehingga dilakukan uji alternatif yakni Kurskal-Wallis.
4.2.3 Uji Kruskal-Wallis
Untuk  mengetahui  perbedaan  jumlah  mortalitas  larva  pada  masing- masing  konsentrasi  maka  dilakukan  uji  Kruskal-Wallis.  Hasil  uji  ini
ditunjukkan  pada  tabel  4.4  menunjukkan  bahwa  nilai  signifikannya  adalah 0,000  p    0,05  ,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  paling  tidak  terdapat
perbedaan mortalitas  larva  Aedes  aegypti  antara  dua  kelompok  konsentrasi uji.
Trans2_ Mortalitas
Chi-Square 26.676
Df 5
P value .000
4.2.3 Uji Mann-Whitney
Untuk  mengetahui  kelompok  uji  mana  yang  mempunyai  perbedaan secara  signifikan  maka  dilakukan  uji  analsisis  Pos  Hoc.  Alat  untuk
melakukan  analisis  Pos  Hoc  untuk  Kruskal-Wallis  adalah  uji  Mann- Whitney. Pada uji ini didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 4.3  Hasil Uji Variasi Data
Tabel 4.4  Hasil Uji Kruskal-Wallis
Konsentrasi P value
Kemaknaan 0 ppm 0           dengan 100  ppm 0,01
1.000 Tidak signifikan
0 ppm 0           dengan  250  ppm 0,025 .005
Signifikan
0 ppm 0           dengan  500   ppm 0,05
.005 Signifikan
0 ppm 0           dengan 750   ppm 0,075 .005
Signifikan
0 ppm 0           dengan 1000 ppm 0,1 .005
Signifikan
100 ppm 0,01  dengan 250   ppm 0,025 .005
Signifikan
100 ppm 0,01  dengan 500   ppm 0,05 .005
Signifikan
100 ppm 0,01  dengan 750   ppm 0,075 .005
Signifikan
100 ppm 0,01  dengan 1000 ppm 0,1
.005 Signifikan
250 ppm 0,025 dengan 500   ppm 0,05 .011
Signifikan
250 ppm 0,025 dengan 750   ppm 0,075 .009
Signifikan
250 ppm 0,025 dengan 1000 ppm 0,1 .009
Signifikan
500 ppm 0,05   dengan 750   ppm 0,075 .036
Signifikan
500 ppm 0,05   dengan 1000 ppm 0,1
.036 Signifikan
750 ppm 0,075 dengan 1000 ppm 0,1 .917
Tidak signifikan
Pada  tabel  4.5  menunjukkan  bahwa  kelompok  yang  memiliki  perbedaan jumlah  mortalitas  larva  secara  signifikan  terdapat  pada  semua  kelompok
perlakuan kecuali pada kelompok 0 ppm 0 dengan 100 ppm 0,01 dan 750 ppm 0,075 dengan 1000 ppm 0,1.
4.2.4 Analisis Probit