Ferdinand de Saussure dalam Chaer 2002:2 mengatakan bahwa tanda linguitik
terdiri dari 1 komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk- bentuk bunyi bahasa dan 2 komponen yang diartikan atau makna dari komponen
yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang; sedangkan yang ditandai atau dilambangi adalah sesuatu yang berada diluar
bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan
untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda lingistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam
linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata sema ntik
dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu satu dari tiga tataran analisis bahasa : fonologi, gramatika, dan semantik Chaer,
2002:2.
2.2 Tinjauan Terhadap Makna
2.2.1 Pengertian Makna
Setiap jenis penelitian yang berkaitan dengan kebahasaan atau linguitik seperti struktur kalimat, kosakata, ataupun bunyi-bunyian bahasa, pada hakikatnya
tidak terlepas dari konsep tentang makna. Dalam komunikasi, kata yang diucapkan harus mengandung makna agar maksud yang ingin disampaikan
tercapai. Ullman 2007:65 mengatakan makna merupakan istilah yang paling
ambigu dan paling kontroversial dalam teori tentang bahasa. Dalam buku The mea ning of Mea ning,
Odgen dan Richards mengumpulkan tidak kurang dari 16
Universitas Sumatera Utara
defenisi yang berbeda-bahkan menjadi 23 batasan makna jika tiap bagian dipisahkan. Dalam kehidupan sehari-hari, untuk memahami makna kata tertentu
dapat melihat artinya didalam kamus sebab didalam kamus terdapat makna yang disebut dengan makna leksikal atau makna sebenarnya. Namun, bagi orang awam
sulit menerapkan makna yang terdapat dalam kamus karena terkadang makna sebuah kata sering bergeser dari makna aslinya jika berada dalam satuan kalimat.
Dengan kata lain sebuah kata terkadang memiliki makna yang luas atau lebih dari satu seperti ketika berhadapan dengan idiom, gaya bahasa, ungkapan, peribahasa
dan lainnya. Karena begitu banyaknya pendapat mengenai arti kata makna, perlu dibuat
batasan tentang pengertian makna tersebut. Kata makna di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud,
1993:619, diartikan 1 ia memperhatikan makna setiap kata yang terdapat dalam tulisan kuno itu, 2 maksud pembicara atau penulis, 3 pengertian yang
diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Jika seseorang menafsirkan makna sebuah lambang, berarti ia memikirkan
sebagaimana mestinya tentang lambang tersebut; yakni suatu keinginan untuk menghasilkan jawaban tertentu dengan kondisi-kondisi tertentu pula. Dengan
mengetahui makna kata, baik pembicara, pendengar, penulis, maupun pembaca yang menggunakan, mendengar atau membaca lambang-lambang berdasarkan
sistem bahasa tertentu, percaya tentang apa yang dibicarakan, didengar, atau dibaca. Stevenson dalam Chaer, 2003:52
Universitas Sumatera Utara
Sutedi 2008:123 berpendapat bahwa dalam bahasa Jepang ada dua istilah tentang makna, yaitu kata imi
意 味 dan igi
意 義 . Kata imi digunakan untuk
menyatakan makna hatsuwa tuturan yang merupakan wujud satuan dari parole, sedangkan igi digunakan untuk menyatakan makna dari bun kalimat sebagai
wujud satuan dari langue. Dalam tata bahasa Jepang, makna sebagai objek kajian semantik antara lain makna kata go no imi, relasi makna go no imi kankei,
antar satu kata dengan kata yang lainnya, makna frase dalam suatu idiom ka no imi dan makna kalimat bun no imi.
2.2.2 Jenis-Jenis Makna