KOMPONEN KIMIA KULIT KAYU

III. KOMPONEN KIMIA KULIT KAYU

Kulit kayu pada umumnya lebih kaya akan muncul daripada kayu yang sesuai. Frekuensi unsur juga berbeda dengan kayu. Kulit lebih bersifat asam, daripada kayu. Ini dikarenakan kaandungan senyawa yang bersifat asan lebih tinggi. Harga dari pH 9, Southern pine dengan kisaran dari sekitar 3,1 hingga 3,5 dengan sangaat sedikit perbedaan antara kebanyakan spesies. Mereka mengukur ekstrak air panas yang mengandung 4 gram kulit yang digiling dengan saringaan atau gilingan berukuran 40 mesh, dalam 25 gram air bersifat. Dalam ekstrak air diingin yang mengandung serbuk kulit berukuran 40 mesh dari tujuh pohon daun lebar. Harga pH antara 4,9 dan 6. Harga pH 5,5 diukur dalam ekstrak gula, putih amerika dan Walnut hitam. Harga pH 5,9 dalam kulit Kulit luar suatu batang mudah terbungkus dalam suatu lapisan floem primer dan sekunder, yang pada gilirannya diliputi oleh suatu epidermis tipis. Karena epidermis tidak meristematis dan karenanya ukurannya tidak dapat tumbuh besar sewaktu pohon berkembang, lapisan ini pecah-pecah dan mengelupas dari pohon, biasanya dalam tahun pertama. Namun sebelum hal ini terjadi, suatu meristem baru terbentuk dalam kulit dan segera mulai menghasilkan suatu lapisan sel-sel pelindung batang yang baru. Kandungan lignin kulit kayu jauh lebih tinggi daripada kandungan lignin kayu, dan kandungan polisakarida atau gulanya lebih rendah. Porsi selulosa kulit kayu yang bebas ektraktif hanya 20-35, dibandingkan dengan 40-45 untuk kayu. Kandungan ekstraktif kulit kayu adalah tinggi dibandingkan dengan kayu, umumnya sebanyak 15-26 berat kulit kayu yang belum diekstraksi dibandingkan dengan 2-9 untuk kayu. Kandungan air kulit kayu sebanding dengan kandungan air kayu dan sering melebihi 100 berat kering tanur. Karena mineral-mineral yang penting untuk fungsi fisiologis pohon cenderung terkonsentrasi dalam jaringan kulit. Kadar abu kulit kayu biasanya lebih tinggi dari kayu. Tanah yang terbawah angin atau partikel-partikel pasir yang mungkin terperangkap pada kulit luar yang kasar ikut mengakibatkan tingginya kadar abu kayu biasanya kurang dari 0.5, sedangkan kadar abu kulit Ridwanti Batubara : Kimia Kulit Kayu, Potensi Dan Peluang Pemanfaatannya, 2008 USU e-Repository © 2008 kayu lunak dan kulit kayu keras masing-masing berkisar 2 dan 5. Ada kalanya kadar abu kulit kayu cukup tinggi, sampai setinggi 20 berat kering. Ekstraktif larut air kebanyakan kulit kayu berkisar dari sedang sampai keasaman tinggi, dengan nilai pH berkisar dari 3.5-6. Ekstrak kulit kayu biasanya jauh lebih asam daripada ekstrak kayu spesis yang sama. Volume kulit kayu merupakan perkiraan jumlah serabut floem yang mungkin ada dalam sejumlah volume kayu. Volume relative kulit kayu tergantung pada spesies dan diameter batang kayu. Gambar 2. Kulit Kayu Medang Hitam Cinnamomum porrectum Susunan kimia kulit kayu menentukan sifat-sifat yang penting dari segi penggunaanya. Kulit mempunyai sifat pembengkakan yang berbeda, kurang anisotropik, memiliki koefisien perambatan panas yang sedikit lebih rendah dan jauh lebih lunak dalam semua sifat mekanika kayu. Perbandingan dari harga pH pada kulit kayu yang diekstrak dengan air panas dan air diingin mempunyai nilai yang berbeda. Dimana pada umumnya nilai pH yang diekstrak dengan air panas akan memliki harga yang lebih rendah dibandingkan dengan air dingin. Ridwanti Batubara : Kimia Kulit Kayu, Potensi Dan Peluang Pemanfaatannya, 2008 USU e-Repository © 2008 Penelitian kelarutan kandungan ekstraktif kulit kayu Medang hitam Cinnamomum porrectum telah dilakukan Batubara 2005 hasilnya tertera pada Tabel 1. Sedangkan untuk kulit kayu beberapa jenis pinus datanya tertera pada Tabel 2. Penelitian kulit kayu ini penting sebagai dasar atau informasi awal potensi kandungannya. Tabel 1. Kandungan Zat Ekstraktif Kulit Kayu Medang Hitam C. porrectum Berdasarkan Letak Ketinggian Kulit Kayu Pada Batang. Kelarutan dalam Bagian kulit pada batang Air dingin Air panas NaOH 1 Alkohol- Benzen 1:2 Pangkal 10,92 19,97 26,57 9,17 Tengah 9,91 19,30 29,96 8,33 Ujung 7,17 18,05 33,73 7,00 Rataan dalam batang 9,33 19,11 30,09 8,17 Sumber: Batubara 2006 Tabel 2. Hasil Serangkaian Ekstraksi Pelarut Berbagai Kulit Pinus Pelarut Pinus echinata Pinus elliotti Pinus taeda Pinus virginiana Pinus silvertris Pinus brutia Heksana 2,6 2,1 1,7 1,5 -- -- Benzene 1,2 2,0 1,3 1,0 -- 5,0 Etil eter 1,1 1,2 1,3 1,0 4,6 -- Ethanol 95 4,4 7,3 2,0 3,5 1,2 25,7 Air panas 2,9 3,3 1,9 1,9 4,8 17,8 NaOH 1 17,2 19,9 19,3 19,3 39,1 19,7 Total 29,4 35,8 27,5 28,2 49,7 68,3 Sumber: Labosky 1979; Wiesmann, Ayla 1980 dalam Fengel dan Wegener 1995. Keterangan: -- : Tidak ada data Penelitian lain tentang penggunaan kulit kayu sebagai bahan pestisida alami pengendalian rayap dan jamur juga telah dilakukan. Beberapa diantaranya: ekstraktif kulit kayu jati bersifat racun pada rayap Syafii, 2000 dan jamur Rosamah, 1990, ekstraktif damar laut juga bersifat racun pada rayap Kartika dan Syafii, 2001, ekstraktif kulit kayu medang bersifat racun pada jamur Batubara, 2005. Ridwanti Batubara : Kimia Kulit Kayu, Potensi Dan Peluang Pemanfaatannya, 2008 USU e-Repository © 2008

IV. PEMANFAATAN KULIT KAYU