63
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN
4.1 Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar
Untuk mengetahui nilai kalor dari bahan bakar yang digunakan, dilakukan pengujian dengan menggunakan Bom Kalorimeter. Nilai kalor bahan bakar
didapat dengan melihat perbedaan suhu air sebelum dan sesudah proses pengeboman bahan bakar berlangsung, atau dapat dituliskan dengan persamaan
sebagai berikut:
HHV = T
2
– T
1
– T
kp
x Cv KJKg
Dimana : HHV = Nilai kalor atas High Heating Value
T
1
= Temperatur air pendingin sebelum penyalaan C
T
2
= Temperatur air pendingin setelah penyalaan C
T
kp
= Kenaikan temperatur kawat penyala 0,05 C
Cv = Panas jenis bom kalorimeter 73529.6 kJkg.
C Standar nilai kalor solar adalah 44800 kJkg sumber : Enginering
toolbok.com, karena dalam pengujian solar menggunakan bom kalorimeter didapat HHV sebesar 58181,818 kJkg, maka pada pengujian ini, digunakan
faktor koreksi fk sebesar :
fk = 0,77
Pada pengujian nilai kalor bahan bakar solar, diperoleh : T
1
= 24,27 C
T
2
= 25,18 C, maka :
64
HHV = 25,18 – 24,27 – 0,05 x 73529,6 = 57353,088 KJKg x 0,07 faktor koreksi
HHV = 44161, 878 kJkg Cara perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung nilai kalor pada
pengujian kedua hingga kelima. Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor rata-rata, digunakan persamaan berikut ini :
HHV
Rata-rata
= KJKg
Dari temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan serta hasil perhitungan untuk nilai kalor pada pengujian pertama hingga kelima dari nilai
kalor rata-rata dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Data hasil pengujian dan perhitungan Bom Kalorimeter
Bahan bakar
No. Pengujian
T
1
C T
2
C HHVkJkg HHV
Rata-rata
kJkg
Solar Murni
1 24,40
25,23 44161,878
42803,052 2
25,33 26,15
43959,700 3
26,26 27,06
42463,344 4
27,26 28,05
41897,166 5
28,15 28,94
41897,166
4.2 Emisi Gas Buang
Emisi gas buang yang dikaji dari penelitian ini adalah kadar CO , kadar HC ppm dan opasitas atau kepekatan . Metode pengambilan emisi gas buang
dilakukan dengan menggunakan HESHBON Opacity Smoke Meter HD-410 sebagai alat pengukur opasitas terhadap masing-masing sampel magnet dan
variasi pembebanan statis dan HESHBON Automotive Emission Analyzer HG- 510, adalah alat yang dipakai untuk mengukur kadar CO dan HC pada tiap sampel
pengujian.
65
4.2.1 Kadar CO
CO atau karbon monoksida adalah salah satu gas yang dihasilkan pada pembakaran yang terjadi pada motor bakar diesel yang bersifat berbahaya untuk
lingkungan terutama mahluk hidup. Adapun kadar CO yang didapat dari pengujian ini ditampilkan dalam tabel dan grafik berikut :
Tabel 4.2 CO Tanpa Katalitik, Beban 3,5 Kg
Beban Kg
Kadar CO Tanpa Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
3.5 1600
0.05 0.04
0.04 0.05
1800 0.06
0.05 0.05
0.06 2000
0.06 0.05
0.06 0.06
2200 0.07
0.06 0.06
0.07 2400
0.08 0.06
0.07 0.08
2600 0.09
0.07 0.08
0.08
Gambar 4.1 Grafik CO tanpa Katalitik, Beban 3,5 Kg
66
Kadar CO terminimum pada pembebanan 3,5 kg terjadi pada saat putaran mesin 1600 rpm, menggunakan magnet I dan magnet II. Nilai CO minimum yang
didapat yaitu sebesar 0,04 pada putaran 1600 rpm. Nilai CO tertinggi dengan pembebanan 3,5 Kg terjadi pada putaran mesin 2600 rpm tanpa menggunakan
magnet. Nilai CO maksimumnya adalah 0,09. Penurunan nilai CO terbesar setelah menggunakan magnet pada putaran 1600 rpm sebesar 20 dan 22 pada
putaran mesin 2600 rpm.
Tabel 4.3 CO Dengan Katalitik, Beban 3,5 Kg
Beban Kg
Kadar CO Dengan Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
3.5 1600
0.03 0.02
0.02 0.03
1800 0.03
0.02 0.03
0.03 2000
0.04 0.03
0.03 0.04
2200 0.04
0.03 0.03
0.04 2400
0.05 0.04
0.04 0.05
2600 0.06
0.04 0.04
0.05
Gambar 4.2 Grafik CO dengan menggunakan Katalitik, Beban 3,5 Kg
67
Nilai CO terminimum setelah menggunakan magnetasi bahan bakar dan katalitik konverter pada saluran gas buangnya dengan beban 3,5 kg adalah 0,02,
dengan menggunakan magnet I dan magnet II pada putaran 1600 rpm. Nilai CO tertinggi terjadi diputaran 2600 pada pengujian tanpa magnet. Nilai CO tertinggi
yang diperoleh yaitu 0,06. Penambahan katalitik pada saluran gas buang mesin mampu membantu penurunan kadar CO. Nilai CO terminimum yang diperoleh
setelah menggunakan magnetasi bahan bakar dan tanpa katalitik pada saluran gas buangnya yaitu 0,04 penurunan 20 dan setelah menggunakan magnet dan
katalitik menjadi 0,02 penurunan 33, dengan beban dan putaran mesin yang sama.
Tabel 4.4 CO Tanpa Katalitik, Beban 4,5 Kg
Beban kg
Kadar CO Tanpa Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
4.5 1600
0.06 0.05
0.05 0.06
1800 0.06
0.05 0.05
0.06 2000
0.07 0.06
0.06 0.07
2200 0.07
0.06 0.06
0.07 2400
0.08 0.07
0.07 0.08
2600 0.09
0.08 0.08
0.08
68
Gambar 4.3 Grafik CO Tanpa Katalitik, Beban 4,5 Kg Kadar CO terminimum pada pembebanan 4,5 kg terjadi pada saat putaran
mesin 1600 rpm, menggunakan magnet I dan magnet II. Nilai CO minimum yang didapat yaitu sebesar 0,05 pada putaran 1600 rpm. Nilai CO tertinggi dengan
pembebanan 4,5 Kg terjadi pada putaran mesin 2600 rpm tanpa menggunakan magnet. Nilai CO maksimumnya adalah 0,09. Penurunan nilai CO terbesar
setelah menggunakan magnet pada putaran 1600 rpm sebesar 16,66 dan 11,11 pada putaran mesin 2600 rpm.
Tabel 4.5 CO Dengan Katalitik, Beban 4,5 Kg
Beban Kg
Kadar CO Dengan Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
4.5 1600
0.04 0.03
0.03 0.04
1800 0.04
0.03 0.04
0.04 2000
0.05 0.04
0.04 0.05
2200 0.05
0.04 0.04
0.05 2400
0.06 0.05
0.05 0.06
2600 0.07
0.05 0.06
0.06
69
Gambar 4.4 Grafik CO Dengan Katalitik, Beban 4,5 Kg
CO tertinggi dengan beban 4,5 kg yang menggunakan katalitik terjadi pada putaran 2600 rpm di pengujian tanpa magnet. Nilai CO tertingginya adalah
0,07, sedangkan nilai minimum CO-nya sebesar 0,03 di putaran 1600 rpm di magnet I dan magnet II. Perbandingan Nilai CO terminimum yang diperoleh
setelah menggunakan magnetasi bahan bakar dan tanpa katalitik pada saluran gas buangnya yaitu 0,05 penurunan 16,66 dan setelah menggunakan magnet
dan katalitik menjadi 0,03 penurunan 25, dengan beban dan putaran mesin yang sama.
4.2.2 Kadar HC ppm
HC Hidrocarbon adalah salah satu gas hasil dari pembakaran yang tidak sempurna pada motor bakar baik dalam bentuk molekul partikel ringan maupun
dalam bentuk gas yang tidak beroksidasi dengan oksigen di udara. Kadar HC yang didapat dari magnetasi bahan bakar mesin Diesel satu silinder ini dapat dilihat
dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut :
70
Tabel 4.6 HC ppm Tanpa Katalitik, Beban 3,5 Kg
Beban Kg
Kadar HC ppm Tanpa Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
3.5 1600
33 30
31 33
1800 34
31 32
34 2000
36 32
33 35
2200 38
33 34
37 2400
39 35
36 38
2600 42
37 40
41
Gambar 4.5 Grafik HC tanpa Katalitik, Beban 3,5 Kg
Kadar gas HC minimum yang dihasilkan sebesar 30 ppm dengan beban statis yang diberikan 3,5 kg, tanpa menggunakan katalitik di putaran mesin 1600
rpm. Kadar HC tertingginya sebesar 42 ppm tanpa magnetasi bahan bakar dengan putaran mesin 2600 rpm. Penggunaan magnet I pada putaran mesin 1600 rpm
menunjukkan adanya pengaruh magnetasi bahan bakar terhadap penurunan gas HC. Penurunan HC yang didapat sebesar 9,09. Magnet II penurunan HC yang
71
didapat sebesar 6,06 putaran 1600 rpm. Pada Magnet III penurunan HC-nya baru terlihat saat putaran mesin 2000 rpm, yaitu sebesar 2,77.
Tabel 4.7 HC ppm Dengan Katalitik, Beban 3,5 Kg
Beban Kg
Kadar HC ppm Dengan Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
3.5 1600
21 18
20 20
1800 23
21 22
23 2000
26 23
25 26
2200 28
26 28
27 2400
32 28
30 31
2600 35
31 33
34
Gambar 4.6 Grafik HC dengan Katalitik, Beban 3,5 Kg
Kadar HC minimum yang diperoleh pada pembebanan 3,5 kg dan dengan menggunakan katalitik konverter pada saluran gas buangnya adalah sebesar 18
ppm, pada magnet I di putaran mesin 1600 rpm. Sedangkan kadar HC tertinggi
72
diperolah 35 ppm tanpa menggunakan magnet di putaran mesin 2600 rpm. Dengan memagnetasi bahan bakar menggunakan magnet I dan pemakaian
katalitk konverter pada saluran gas buangnya mampu membantu penurunan kadar gas HC sebesar 14,28 putaran mesin 1600 rpm.
Tabel 4.8 HC ppm Tanpa Katalitik, Beban 4,5 Kg
Beban Kg
Kadar HC ppm Tanpa Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
4.5 1600
35 31
33 34
1800 37
32 35
36 2000
38 33
36 38
2200 39
35 37
39 2400
42 36
39 42
2600 45
39 42
44
Gambar 4.7 Grafik HC tanpa katalitik, Beban 4,5 Kg
73
Nilai HC tertinggi dibeban 4,5 kg tanpa katalitik adalah 45 ppm dengan putaran mesin 2600 rpm pada pengujian tanpa magnetasi dan tanpa katalitik
konverter. Sedangkan kadar CO minimumnya adalah 31 ppm dengan putaran mesin 1600 rpm menggunakan magnet I. Pemakaian magnet I dengan
pembebanan 4,5 Kg dan putaran mesin 1600 rpm mengakibatkan penurunan HC sebanyak 11,42, magnet II 33 ppm 5,71, magnet III 34 ppm 2,85 dan
pada putaran mesin 2600 rpm dengan pembebanan yang sama diperoleh; magnet I 13,33, magnet II HC-nya 42 ppm 6,66 dan magnet III HC-nya 44 ppm
2,22.
Tabel 4.9 HC ppm Dengan Katalitik, Beban 4,5 Kg
Beban Kg
Kadar HC ppm Dengan Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
4.5 1600
30 20
22 29
1800 31
23 25
31 2000
33 25
27 33
2200 34
27 30
33 2400
36 30
33 35
2600 38
33 36
37
74
Gambar 4.8 Grafik HC ppm Dengan Katalitik, Beban 4,5 Kg
Nilai HC tertinggi dengan beban 4,5 kg yang menggunakan katalitik terjadi pada putaran mesin 2600 rpm di pengujian tanpa magnetasi bahan bakar. Nilai
HC tertingginya adalah 38 ppm, sedangkan nilai minimum HC-nya sebesar 20 ppm di putaran mesin 1600 rpm dengan magnet I.
Perbandingan Nilai HC terminimum yang diperoleh setelah menggunakan magnetasi bahan bakar dan tanpa katalitik pada saluran gas buangnya yaitu 31
ppm penurunan 11,42 dan setelah menggunakan magnet dan dengan katalitik menjadi 20 ppm penurunan 33,3, dengan beban 4,5 kg dan putaran mesin
1600 rpm.
4.2.3 Tingkat Opasitas
Adapun nilai opasitas kepekatan gas buang yang diperoleh dari pengujian magnetasi mesin diesel satu silinder dengan beban 3,5 kg dan 4,5 kg adalah
sebagai berikut :
75
Tabel 4.10 Opasitas Tanpa Katalitik, Beban 3,5 Kg
Beban Kg
Kadar Opasitas Tanpa Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
3.5 1600
24.9 18.4
20.6 22.2
1800 27.6
20.5 22
24.3 2000
29.2 22.2
24.9 27.7
2200 31.5
24 27.8
29.8 2400
33.8 26.8
29.4 30.2
2600 35.2
29.2 32.6
33.8
Gambar 4.9 Grafik Opasitas Tanpa Katalitik, Beban 3,5 Kg Kadar opasitas minimum yang dihasilkan sebesar 18,4 dengan beban statis
yang diberikan 3,5 kg, tanpa menggunakan katalitik di putaran mesin 1600 rpm. Untuk opasitas tertingginya sebesar 35,2 tanpa magnetasi bahan bakar dengan
putaran mesin 2600 rpm. Penggunaan magnet I pada putaran mesin 1600 rpm menunjukkan adanya pengaruh magnetasi bahan bakar terhadap penurunan
opasitas. Penurunan opasitas yang didapat setelah magnetasi bahan bakar sebesar 26,10. Magnet II penurunan opasitas yang didapat sebesar 17,26 putaran
76
1600 rpm, Magnet III penurunan opasitasnya-nya sebesar 10,48 pada putaran mesin 1600 rpm.
Tabel 4.11 Opasitas Dengan Katalitik, Beban 3,5 Kg
Beban Kg
Kadar Opasitas Dengan Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
3.5 1600
20.1 15.5
17.6 19.6
1800 22.8
17.2 20.1
21.9 2000
24.7 19.6
22.8 24.3
2200 27.2
21.9 24.7
26.2 2400
29.5 24.3
27.8 28.2
2600 32.3
26.5 30
31.7
Gambar 4.10 Grafik Opasitas Dengan Katalitik, Beban 3,5 Kg Kadar opasitas minimum untuk pembebanan 3,5 kg dan dengan katalitik
konverter pada saluran gas buangnya adalah 18,4 di putaran mesin 1600 rpm. Untuk opasitas tertingginya sebesar 35,2 tanpa magnetasi bahan bakar dengan
77
putaran mesin 2600 rpm. Penggunaan magnet I pada putaran mesin 1600 rpm menunjukkan adanya pengaruh magnetasi bahan bakar terhadap penurunan
opasitas. Penurunan opasitas yang didapat setelah magnetasi bahan bakar sebesar 26,10. Magnet II penurunan opasitas yang didapat sebesar 17,26 putaran
1600 rpm, Magnet III penurunan opasitasnya-nya sebesar 6,82 pada putaran mesin 1600 rpm.
Tabel 4.12 Opasitas Tanpa Katalitik, Beban 4,5 Kg
Beban Kg
Kadar Opasitas Tanpa Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Maagnet III
4.5 1600
30.9 23.9
25.2 29.2
1800 31.5
26.1 27.2
30.9 2000
33.1 28.4
29.8 32.6
2200 36.4
30.6 32.8
35.7 2400
39.8 32
35.7 38.8
2600 43.6
35.7 38.6
41.4
Gambar 4.11 Grafik Opasitas tanpa Katalitik, Beban 4,5 kg
78
Kadar opasitas minimum yang dihasilkan sebesar 23,9 dengan beban statis yang diberikan 4,5 kg, menggunakan magnet I dan tanpa menggunakan katalitik
di putaran mesin 1600 rpm. Untuk opasitas tertingginya sebesar 43,6 tanpa magnetasi bahan bakar dengan putaran mesin 2600 rpm. Penggunaan magnet I
pada putaran mesin 1600 rpm menunjukkan adanya pengaruh magnetasi bahan bakar terhadap penurunan opasitas. Penurunan opasitas yang didapat setelah
magnetasi bahan bakar sebesar 22,65. Magnet II penurunan opasitas yang didapat sebesar 18,44 putaran 1600 rpm, Magnet III penurunan opasitasnya-
nya sebesar 5,50 pada putaran mesin 1600 rpm.
Tabel 4.13 Opasitas Dengan Katalitik, Beban 4,5 Kg
Beban Kg
Kadar Opasitas Dengan Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
4.5 1600
26.8 20.4
22.2 25
1800 29.4
22.7 24.9
27.7 2000
31.5 24.9
27.2 30.8
2200 33.8
27.6 29.2
32.3 2400
36.4 30.8
32.3 34.2
2600 40.8
32.5 35.2
37.2
79
Gambar 4.12 Grafik Opasitas Dengan Katalitik, Beban 4,5 Kg
Nilai opasitas minimum yang diperoleh setelah magnetasi bahan bakar pada pembebanan 4,5 kg dan dengan katalitik konverter yang terpasang di saluran gas
buangnya adalah sebesar 20,4. Untuk nilai opasitas tertingginya sebesar 40,8 tanpa magnetasi bahan bakar dengan putaran mesin 2600 rpm. Penggunaan
magnet I pada putaran mesin 1600 rpm menunjukkan adanya pengaruh magnetasi bahan bakar terhadap penurunan opasitas yang terbesar dari magnet II dan III.
Penurunan opasitas yang didapat setelah magnetasi bahan bakar sebesar 23,88. Magnet II penurunan opasitas yang didapat sebesar 17,16 putaran 1600 rpm,
Magnet III penurunan opasitasnya-nya sebesar 6,71 pada putaran mesin 1600 rpm.
80
4.3 Temperatur Air Pendingin
Pengujian Pengaruh besar medan magnet terhadap mesin diesel ini juga meliputi tentang perubahan yang terjadi pada temperatur air pendingin. Berikut ini
adalah data hasil pengujian yang dipaparkan melalui bentuk tabel dan grafik.
Tabel 4.14 Temperatur Air Pendingin Tanpa Katalitik, Beban 3,5 Kg
Beban Kg
Temperatur Air Pendingin T ˚
C Tanpa Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
3.5 1600
44 43
43 44
1800 46
45 45
46 2000
49 48
48 49
2200 52
51 52
52 2400
54 53
54 54
2600 57
56 57
57
Gambar 4.13 Grafik Temperatur Air Pendingin Tanpa Katalitik, Beban 3,5 Kg
81
Temperatur terendah air setelah magnetasi bahan bakar yaitu 43 °C, pada putaran 1600 rpm, menggunakan magnet I dan II. Suhu maksimum yang
diperoleh adalah 57 °C, dengan menggunakan magnet II, magnet III dan tanpa magnet pada putaran 2600 rpm. Pada saat putaran mesin 2200 rpm, kemampuan
magnet II memagnetasi bahan bakar mulai mengalami penurunan sehingga temperatur air menjadi sama dengan pengujian tanpa magnet. Sedangkan pada
magnet III tidak mengalami perubahan temperatur sama sekali baik pada putaran rendah maupun pada putaran tinggi.
Tabel 4.15 Temperatur Air Pendingin dengan Katalitik, Beban 3,5 Kg
Beban Kg
Temperatur Air Pendingin T ˚C Dengan Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
3.5 1600
45 44
44 45
1800 47
46 46
47 2000
50 49
49 50
2200 53
52 53
53 2400
55 54
55 55
2600 58
57 58
58
82
Gambar 4.14 Grafik Temperatur Air Pendingin dengan Katalitik, Beban 3,5 Kg
Temperatur terendah air setelah magnetasi bahan bakar dan penggunaan katalitik konverter pada saluran gas buangnya yaitu 44 °C, pada putaran 1600
rpm, menggunakan magnet I dan II. Suhu maksimum yang diperoleh adalah 58 °C, dengan menggunakan magnet II, magnet III dan tanpa magnet pada putaran
2600 rpm. Pada saat putaran mesin 2200 rpm, kemampuan magnet II mulai mengalami penurunan memagnetasi bahan bakar sehingga temperatur air menjadi
sama dengan pengujian tanpa magnet. Sedangkan pada magnet III tidak mengalami perubahan temperatur sama sekali baik pada putaran rendah maupun
pada putaran mesin tinggi.
Tabel 4.16 Temperatur Air Pendingin Tanpa Katalitik, Beban 4,5 Kg
Beban Kg
Temperatur Air Pendingin T ˚
C Tanpa Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
4.5 1600
45 44
44 45
1800 47
46 46
47 2000
50 49
49 50
83
2200 53
52 53
53 2400
55 54
55 55
2600 58
57 58
58
Gambar 4.15 Grafik Temperatur Air Pendingin Tanpa Katalitik, Beban 4,5 Kg
Temperatur terendah air setelah magnetasi bahan bakar dan tanpa penggunaan katalitik konverter pada saluran gas buangnya yaitu 44 °C, pada
putaran 1600 rpm, menggunakan magnet I dan II. Suhu maksimum yang diperoleh adalah 58 °C, dengan menggunakan magnet II, magnet III dan tanpa
magnet pada putaran 2600 rpm. Pada saat putaran mesin 2200 rpm, magnet II mulai mengalami penurunan sehingga temperatur air menjadi sama dengan
pengujian tanpa magnet. Sedangkan pada magnet III tidak mengalami perubahan temperatur air sama sekali baik pada putaran rendah maupun pada putaran mesin
tinggi.
84
Tabel 4.17 Temperatur Air Pendingin Dengan Katalitik, Beban 4,5 Kg
Beban Kg
Temperatur Air Pendingin T ˚C Dengan Katalitik
Putaran rpm
Tanpa Magnet
Magnet I Magnet II
Magnet III
4.5 1600
46 45
45 46
1800 48
47 47
48 2000
51 50
50 51
2200 54
53 54
54 2400
56 55
56 56
2600 59
58 59
59
Gambar 4.16 Grafik Temperatur Air Pendingin dengan Katalitik, Beban 4,5 Kg
Magnetasi bahan bakar dan katalitik konverter untuk beban kerja mesin 4,5 kg menghasilkan temperatur air minimal yaitu 45 °C magnet I dan II diputaran
mesin 1600 rpm dan temperatur maksimal di putaran mesin 2600 sebesar 59 °C. Untuk putaran mesin 2200, efek dari magnet II mengalami penurunan sehingga
temperatur air sudah sama dengan tanpa magnetasi bahan bakar.
85
Dengan pembebanan yang sama 3,5 kg dan 4,5 kg, temperatur air mengalami kenaikan pada saat katalitik konverter digunakan. Dikarenakan gas
buang yang keluar melalui katalitik sedikit terhambat akibat penyaring dan sekat- sekat yang ada dalam kenalpot berkatalitik.
4.4 Temperatur Oli