5. Proses Pengeringan
Dilakukan proses pengeringan kembali sampai kadar air di dalam daun teh yang sudah digulung dan dipotong tersisa 3-5. Kemudian dilanjutkan
dengan proses sortasi dan pengemasan. Tambunan, 2010
2.4. Komposisi Kimia Teh
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30 dari berat kering. Teh hijau mengandung katekin
yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang pada saat proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein sekitar 3 dari berat
kering atau sekitar 40 mg per cangkir, teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit. http:id.wikipedia.orgwikiTeh.
Menurut Kartasapoetra 1992 kandungan zat pada daun-daunnya adalah 1- 4 kafein, 7-15 tanin dan sedikit minyak atsiri.
2.4.1. Tanin
Senyawa-senyawa tanin termasuk suatu golongan senyawa yang berasal dari tumbuhan yang sejak dahulu kala digunakan untuk merubah kulit hewan menjadi
kedap air, dan awet. Istilah tanin diperkenalkan oleh Seguil pada tahun 1796. Pada waktu itu belum diketahui bahwa tanin tersusun dari campuran bermacam-macam
senyawa, bukan hanya satu golongan senyawa saja. Senyawa-senyawa tanin dapat diartikan sebagai suatu senyawa-senyawa alami dengan bobot molekul antara 500 dan
3000, serta mempunyai sejumlah gugus hidroksi fenolik dan membentuk ikatan silang
Universitas Sumatera Utara
yang stabil dengan protein dan biopolimer lain, misalnya selulosa dan pektin. Manitto, 1992.
Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak berwarna sampai berwarna kuning atau coklat. Asam tanat yang dapat dibeli di pasaran
mempunyai BM 1701 dan kemungkinan besar terdiri dari sembilan molekul asam galat dan sebuah molekul glukosa. Beberapa ahli pangan berpendapat bahwa tanin
terdiri dari katekin, leukoantosianin, dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi dengan ion logam. Winarno, 1992
Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawaan polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H, dan O serta sering membentuk
molekul besar dengan berat molekul lebih besar dari 2000. Risnasari, 2001
2.4.2. Sifat Tanin
Sifat utama tanin tumbuh-tumbuhan tergantung pada gugusan phenolik-OH yang terkandung dalam tanin, dan sifat tersebut secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut: Secara kimia tanin memiliki sifat sebagai berikut:
− Tanin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus phenol dan bersifat koloid.
Karena itu di dalam air bersifat koloid dan asam lemah −
Semua jenis tanin dapat larut dalam air. Kelarutannya besar, dan akan bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu juga tanin akan
larut dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.
Universitas Sumatera Utara
− Dengan garam besi memberikan reaksi warna. Reaksi ini digunakan untuk
menguji klasifikasi tanin, karena tanin dengan garam besi memberikan warna hijau dan biru kehitaman. Tetapi uji ini kurang baik, karena selain tanin yang
dapat memberikan reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan warna yang sama.
− Tanin akan terurai menjadi pyrogallol, pyrocatechol dan phloroglucinol bila
dipanaskan sampai suhu 99
o
C-102
o
C −
Tanin dapat dihidrolisa oleh asam, basa dan enzim −
Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer-polimer lainnya terdiri dari ikatan hidrogen, ikatan ionik dan ikatan kovalen
Secara fisik tanin memiliki sifat sebagai berikut: −
Umumnya tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin bentuknya amorf dan tidak
mempunyai titik leleh −
Tanin berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang, tergantung dari sumber tanin tersebut.
− Tanin berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit kerang, berbau khas dan
mempunyai rasa sepat astrigent −
Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya langsung atau dibiarkan di udara terbuka
− Tanin mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik dan merupakan racun.
Risnasari, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Prinsip kerja spektrofotometri adalah pada metoda spektrofotometris, sampel menyerap radiasi pemancaran elektromagnetis, yang pada panjang gelombang
tertentu dapat terlihat. Sedangkan alat tersebut yang terdiri dari lampu dengan sinar putih, sebuah kisi untuk memilih salah satu dari panjang gelombang monokromator,
1 atau 2 sel sebagai tempat sampel dan blanko jika 1 berarti alat memakai sinar tunggal dan jika 2 berarti alat mamakai sinar ganda, sebuah fotosel yang peka
terhadap sinar cahaya yang menembus sel larutan serta elektronika yang digunakan untuk membandingkan berapa energi sinar cahaya yang dapat menembus blanko dan
larutan berwarna. Alaerts dan Santika, 1984.
2.5.1. Instrumentasi Speektrofotometer UV-Visibel