Bakteri patogen TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.4 Penghambatan sintesis protein bakteri oleh kloramfenikol. Kloramfenikol berikatan dengan subunit ribosom 50S pada tempat peptidiltransferase dan menghambat reaksi transpeptidasi. Kloramfenikol berikatan dengan subunit ribosom 50S di dekat tempat kerja klindamisin dan makrolida Brunton et al., 2008.

2.5 Bakteri patogen

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniselular dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel- selnya berbentuk bola seperti batang atau spiral. Bakteri memiliki diameter 0,5 – 1,0 µm dengan panjang 1,5 – 2,5 µm. Beberapa bakteri dapat merugikan manusia, yaitu dapat menyebabkan penyakit patogen dan dapat merusak makanan. Namun bakteri juga dapat memiliki beberapa manfaat seperti dapat menambah kesuburan tanah, membuat senyawa-senyawa penting dalam industri, dan dapat membuat makanan. Bakteri tersebar luas di dalam dan pada permukaan bumi, di atmosfer, dan di lingkungan sehari-hari Pelczar and Chan, 2007. Staphylococcus aureus adalah bakteri yang paling sering menimbulkan penyakit pada manusia. Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukkan abses. Kuman ini berbentuk sferis, bila bergerombol dalam susunan yang tidak teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman antara 0,8 – 1,0 mikron. Kuman ini tidak bergerak, tidak berspora dan postif Gram. Kuman ini dapat tumbuh pada suhu optimum 35 o C, dengan batas suhu pertumbuhan 15 o C dan 40 o C. Pertumbuhan terbaik adalah pada suasana aerob, dapat juga bersifat anaerob fakultatif dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat tumbuh dalam udara yang hanya mengandung hidrogen dan pH optimum untuk pertumbuhan ialah 7,4. Pada lempeng agar, koloninya berbentuk bulat, diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak dengan warna khas kuning keemasan dan intensitasnya warnanya bervariasi Warsa, 1993 Untuk pengobatan infeksi akibat kuman ini dengan kasus yang ringan dapat diberikan penisilin G. Pada infeksi yang berat atau diduga resisten terhadap penisilin dapat diberikan metisilin atau derivat penisilin lain yang resisten terhadap penisilinase. Pada penderita yang alergi terhadap penisilin dapat diberikan sefalosporin, eritromisin, linkomisin, atau klindamisin. Apabila resisten terhadap metisilin, dapat diberikan vankomisin, rifampisin, atau fusidic acid yang dikombinasi dengan antibiotika lainnya Warsa, 1993.

2.6 Identifikasi Senyawa dan Penentuan Struktur