UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Refluks
Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. b.
Soxhlet Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. c.
Digesti Adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. d.
Infus Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit. e.
Dekok Adalah infus pada waktu yang lebih
lama ≥30 menit dan temperatur sampai titik didih air.
Pelarut yang biasanya digunakan dalam ekstraksi bahan alam berupa pelarut organik atau air. Dalam prosesnya, pelarut berdifusi ke dalam sel,
kemudian metabolit sel tersebut terlarut ke dalam pelarut, hingga pada akhirnya berdifusi keluar sel menjadi ekstrak yang kaya akan metabolit sel.
Setelah proses maserasi, ampas dan pelarut dipisah disaring.
2.2.2 Kromatografi
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan di mana senyawa yang akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase, salah satunya adalah fase diam dan
yang lain adalah fase gerak yang bergerak dalam arah tertentu.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah: 1
kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan kelarutan, 2 kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus
adsorpsi, penjerapan, dan 3 kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap keatsirian. Pada sistem kromatografi, campuran
yang akan dipisahkan ditempatkan dalam keadaan demikian rupa sehingga komponen-komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut
Gritter et al., 1991 Kromatografi analitik biasanya dipakai pada tahap permulaan untuk
semua cuplikan, dan kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni campuran Gritter et al., 1991.
Metode kromatografi dibagi menjadi tiga, yaitu: a.
Kromatografi Kolom Kromatografi kolom adalah metode pemisahan campuran
senyawa yang didistribusikan oleh fase gerak melewati fase diam. Kromatografi kolom biasanya menggunakan gelas kaca silinder kolom
yang diisi dengan alumina atau gel silica sebagai fase diam. Sebagai fase geraknya, yaitu pelarut tunggal atau campuran dari beberapa pelarut
yang akan bergerak membawa campuran senyawa melewati kolom. Pelarut yang keluar kemudian dikumpulkan dan dapat dilakukan
pemisahan senyawa dengan mendeteksinya menggunakan plat kaca yang dilapisi dengan silika Gritter et al., 1991.
Kromatografi kolom dimulai dari penyiapan kolom buret yang tinggi dan diameternya disesuaikan dengan jumlah sampel yang akan
dipisahkan. Masukkan sedikit kapas ke dalam kolom buret, kemudian letakkan kolom buret pada statis sehingga posisi kolom buret tegak
lurus. Fase diam yang telah dikembangkan sebelumnya dengan pelarut yang akan digunakan sebagai eluen dimasukkan ke dalam kolom buret
perlahan-lahan dan keran buret dibuka sehingga eluen dapat keluar dan ditampung. Sampel dimasukkan ke dalam kolom buret lalu dialirkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
eluen sambil keran buret dibuka dan ditampung dengan tabung reaksi atau vial Braithwaite and Smith, 1999.
Gambar 2.1 Kromatografi kolom Braithwate and Smith, 1999
Pelarut yang digunakan harus murni. Pada elusi gradien polaritas pelarut ditingkatkan secara kontinu ke pelarut yang lebih polar
Braithwaite and Smith, 1999. Fase diam yang biasa digunakan dalam kromatografi kolom
yaitu: 1.
Silika gel Silika gel adalah fasa diam yang paling sering digunakan
pada pemisahan bahan alam dan bersifat polar. Silika gel biasanya digunakan pada pemisahan senyawa bahan alam berdasarkan
tingkat kepolarannya. Saat sampel dimasukkan, molekul polar akan terikat ke fase diam, kemudian akan digantikan oleh molekul polar
dari eluen dan akan melewati kolom untuk di re-adsorbsi. Pergantian tempat senyawa molekul ini berdasarkan kepolarannya.
Semakin polar molekul maka akan teradsorbsi semakin kuat dan elusi akan berjalan dengan lambat Braithwaite and Smith, 1999.
2. Sephadex LH-20
Biasanya sephadex LH-20 digunakan untuk pemisahan senyawa berdasarkan berat molekul senyawa seperti steroid,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terpenoid, lipid dan peptida dengan berat molekul rendah hingga 35 residu asam amino. Sifat fisika kimia sephadex LH-20 yaitu: 1
memiliki bentuk seperti butiran manik-manik, 2 Adanya ikatan silang dextran sehingga menghasilkan jaring hydroxypropylat dan
menghasilkan media kromatografi dengan karakter hidrofilik dan lipofilik. Karena karakter gandanya ini, Sephadex LH-20
mengembang di dalam air dan beberapa pelarut organik. Karena sifatnya yang unik, sephadex LH-20 dapat digunakan selama
pemurnian awal dengan pertukaran ion kinerja tinggi atau kromatografi fase terbalik.
Pemisahan senyawa molekul ditentukan berdasarkan ukuran pori dari butiran Sephadex LH-20. Senyawa dengan berat molekul
rendah akan masuk ke dalam pori dan migrasinya berjalan lambat. Sementara senyawa dengan berat molekul besar akan bergerak
melewati butiran Sephadex LH-20 sehingga migrasi akan berjalan lebih cepat melewati kolom.
b. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis KLT merupakan kromatografi yang berdasarkan proses adsorpsi. Fase diam dapat menggunakan silica atau
alumina yang dilapiskan pada lempeng kaca atau aluminium. Fase gerak atau larutan pengembang biasanya digunakan pelarut campur
organik atau bisa juga campuran pelarut organik-anorganik. Djide, 2003
Prinsip dari kromatografi lapis tipis adalah suatu analit bergerak naik atau melintasi lapisan fase diam paling umum
digunakan gel silika, dibawah pengaruh fase gerak biasanya campuran pelarut organik, yang bergerak melalui fase diam oleh kerja
kapiler. Jarak pemindahan oleh analit tersebut ditentukan oleh afinitas relatifnya untuk fase diam dengan fase gerak. Keunggulan dari KLT
adalah fleksibel dalam mendeteksi hampir semua senyawa, bahkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beberapa senyawa anorganik, yang dapat didukung oleh penggunaan reagen penampak Watson, 2010.
Gambar 2.2 Kromatografi Lapis Tipis
Pemilihan eluen sebaiknya dimulai dari pelarut organik yang non polar seperti heksana dan peningkatan kepolaran dengan etil
asetat atau pelarut yang lebih polar lainnya Harborne, 1987. Perilaku senyawa tertentu di dalam sistem kromatografi
tertentu dinyatakan dengan harga Rf. Angka ini diperoleh dengan membagi jarak yang ditempuh oleh bercak linarut dengan jarak yang
ditempuh oleh garis depan pelarut. Keduanya diukur dari titik awal, dan harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1 Gritter et al., 1991.
c. KLT Preparatif
KLT perparatif adalah cara yang ideal untuk pemisahan cuplikan kecil 50 mg sampai 1g dari senyawa yang kurang atsiri.
Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk meneliti bahan alam yang lazimnya
berjumlah kecil dan campurannya rumit. Cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi plat lapisan
besar lapisan tebal sampai 1mm dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi
beberapa pita. Penjerap yang mengandung pita dikerok dari plat kaca Gritter et al., 1991.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 Bioautografi