PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 02 ASTOMULYO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 02 ASTOMULYO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

MELINDA WIDAYATI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aktivitas dan hasil belajar siswa yang masih rendah dikelas IV SD Negeri 02 Astomulyo khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

Metodologi penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes kemudian dianalisis dengan data kualitatif dan data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti adanya peningkatan persentase aktivitas dan rata-rata hasil belajar siswa setiap siklus. Persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 52,5%, meningkat pada siklus II sebesar 70%, dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 82,5%. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 17,5%, siklus II ke siklus III sebesar 12,5%. Begitu pula rata-rata hasil belajar siswa yang selalu meningkat dari 61,31 pada siklus I, menjadi 68,50 pada siklus II, dan 77,13 pada siklus III. Peningkatan rata-rata hasil belajar sisiwa dari siklus I ke siklus II sebesar 7,19, siklus II ke siklus III sebesar 8,63. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dari siklus I, siklus II, hingga siklus III dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan pilar utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Suatu bangsa yang mempunyai sistem pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas inilah yang nantinya akan membangun bangsa manjadi lebih maju dan berdaya saing.

Upaya Pemerintah Republik Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan seperti tertuang dalam Undang-Undang no. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, baik dari pemerintah, guru atau pendidik, lingkungan masyarakat, orang tua, dan faktor peserta didik itu sendiri.

Djamarah (2005: 22) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Dalam upaya meningkatakan kualiatas pendidikan, Sekolah Dasar merupakan jenjang pertama yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 6-12 tahun (Wardani, dkk. 2009: 2.27). Tujuan Pendidikan dasar adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (Mikarsa, dkk. 2009: 1.12). Oleh karena itu, penanaman konsep harus tepat agar tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai.

Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan pendidikan. Jhonson dan Smith (dalam Lie, 2010: 5) menyatakan bahwa kegiatan pendidikan adalah


(3)

suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan membawa siswa mensosialisasikan diri agar dapat hidup bermasyarakat (Sapriya, dkk. 2006: 26). Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran IPS tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif, iklim yang dikembangkan guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam kegairahan belajar siswa (Wahab dalam Darsono, 2007: 1). Keberhasilan siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial juga harus didukung dengan penggunaan model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu menemukan fakta, konsep dan generalisasi yang lebih bermakna.

Pemilihan model pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang sesuai merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat memungkinkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara utuh, penuh dan nyata. Hal ini sesuai dengan peran pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu mengfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik ke dalam dunia nyata (Sapriya, dkk. 2006: 3). Sejalan dengan hal tersebut pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten meteri pembelajaran dengan situasi nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannnya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Blanchard dalam Trianto, 2009: 104). Dengan demikian model Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan guru untuk membimbing siswa merealisasikan ilmu yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.

Rusdarti (dalam http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com, 2011), menyatakan bahwa pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL) menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Dengan kata lain siswa diharapkan tidak hanya menerima pelajaran akan tetapi ada proses mencari dan menemukan sendiri materi tersebut. Hal ini menjadikan proses belajar siswa lebih aktif, kreatif, efektif dan bermakna.


(4)

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo, guru belum menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered), sehingga siswa cenderung ribut, mengganggu teman, bermain dan mengobrol yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak kondusif. Siswa juga kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, aktivitas siswa dalam bertanya dan menggungkapakan pendapat sangat rendah. Dalam proses pembelajaran guru kurang mengaitkan materi dengan keadaan nyata peserta didik sehingga membuat pemahaman siswa kurang bermakna. Dampaknya terlihat dari nilai hasil ujian tengah semester siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dari jumlah 22 siswa dikelas IV, sebanyak 9 siswa telah tuntas dengan presentase 40,90% sedangkan 13 siswa belum tuntas dengan presentase 59,10%. Dengan kata lain masih >50 % siswa di kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo belum tuntas dalam ujian tengah semester pada pembelajaran IPS.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan model pembelajaran yang cocok, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Selain itu juga dapat memberikan pemahaman yang bermakna kepada siswa yang nanti akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar adalah model Contextual Teaching and Learning (CTL).

Berdasarkan permasalahan di atas, dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan judul: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo Tahun Pelajaran 2011/2012.


(5)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo belum menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

2) Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa cenderung ribut, mengganggu teman, bermain dan mengobrol yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak kondusif.

3) Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

4) Rendahnya aktivitas bertanya dan mengungkapkan pendapat siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

5) Lebih dari 50% siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo belum tuntas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah penelitian yaitu: 1) Bagaimanakah melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo?

2) Bagaimanakah melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo?


(6)

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL).

2) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL).

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1) Bagi Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo.

2) Bagi Guru

Dapat menambah wawasan dan penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Negeri 02 Astomulyo. Serta dapat dijadikan alternatif mengajar sehingga dapat meningkatkan keprofesionalan guru.

3) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri 02 Astomulyo.


(7)

Menambah pengetahuan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).


(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Belajar

Belajar merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, dengan belajar manusia dapat memperoleh pengetahuan yang diinginkannya. Belajar tidak hanya dilaksanakan dilingkungan persekolahan, namun belajar juga dapat diperoleh melalui sumber belajar lain seperti pengalaman sendiri dan pengamatan sendiri.

Syah (2006: 63) menyatakan belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan prilaku seperti pengetahuan, kebiasaan, keterampilan sikap, persepsi dan tingkah laku efektif lainnya sebagai hasil dan pengalaman (Rakhmat, dkk. 2006: 50). Selain itu menurut Gagne (dalam Komalasari 2010: 2) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja).

Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan (Bower dan Hilgurd dalam Hermawan, dkk. 2007: 2). Sedangkan menurut Bruner (dalam Supriatna 2006: 38) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang aktif serta proses sosial dimana para siswa mengkonstruksi gagasan-gagasan atau konsep baru yang didasarkan atas pengetahuan yang telah dipelajarinya.


(9)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan sejumlah ilmu pengetahuan yang nantinya akan menghasilkan perubahan perilaku meliputi perubahan sikap, minat dan kinerja.

2.2Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sriyono (dalam http://id.shvoong.com, 2011) menyatakan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2007: 23), aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas merupakan keterlibatan siswa dalam bersikap, pikiran, perbuatan dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat (Kunandar, 2010: 277). Pendapat ini diperkuat oleh Hamalik (2001: 28) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

Menurut Rosseau (dalam Sardiman 2011: 100) aktivitas adalah segala pengetahuan yang diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, bekerja sendiri, dan fasilitas yang diciptakan sendiri yang melibatkan kerja pikiran. Sedangkan menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan aktivitas belajar yang aktif. Aktivitas belajar yang aktif dapat terwujud dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Meyer (2002: 90) menyatakan


(10)

aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah prilakunya melalui pengalaman yang diperoleh secara langsung dalam proses belajar dan pembelajaran. Shalahuddin, dkk. (dalam http://id.shvoong.com 2010) aktivitas belajar

adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang

menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan.

Natawijaya (dalam http://id.shvoong.com/social-sciences 2011) aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Suyono (2009: 18) menyebutkan bahwa terdapat dua aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu aktivitas yang diinginkan (on task) dan aktivitas yang tidak dikehendaki (off task)

Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan melalui proses interaksi antara guru dan siswa untuk mengubah tingkah laku atau kecakapan sehinggga tercipta pembelajaran yang aktif.

2.3Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar memiliki suatu tujuan yaitu keberhasilan proses pembelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Anitah (2009: 2.19) menyatakan hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Sedangkan Nasution (dalam Kunandar, 2010: 276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Menurut Arifin (dalam http://id.shvoong.com, 2011) hasil belajar merupakan indikator dari perubahan


(11)

yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi.

Menurut Sudjana (dalam http://techonly13.wordpress.com, 2009) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :

1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Jadi hasil belajar adalah perubahan pada siswa setelah melakukan proses pembelajaran yang tidak hanya pengetahuan melainkan kecakapan dalam bekerja yang dapat diuji dengan alat evaluasi. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor dari diri siswa sendiri dan dari lingkungan belajarnya

2.4Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan sebuah proses yang disusun secara sistematis dan terencana untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Penyusunan dan pemilihan model pembelajaran yang tepat akan menunjung proses pembelajaran. Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya. Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan prilaku peserta didik secara adaktif maupun generative ( Hanafiah dan Suhana, 2009: 41).

Menurut Arends (dalam Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang


(12)

memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Untuk itu dalam penerapan dan penyusunan model pembelajaran perlu diperhatikan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana yang disusun guna pelaksanaaan proses pembelajaran yang secara menyeluruh memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

2.5Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

2.5.1Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Model pembelajaran CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran. Penerapan modeL CTL dapat membantu guru menciptakan pembelajaran yang bermakna dan membantu siswa mengaitkan materi yang dipelajari dengan keadaan nyata siswa. Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Trianto, 2009: 107).

Suprijono (2009: 79) menyatakan bahwa CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Suyanto (2009: 56) pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negoisasi) yang


(13)

terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa untuk membantu memudahkan siswa memahami materi pembelajaran.

Rusdarti (dalam http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com, 2011) menyatakan model CTL adalah sebuah model pembelajaran yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Johnson (dalam Komalasari 2010: 6) menyatakan contextual teaching and learning enables students to connect of academic subjects with the immediate context of their daily lives to discover meaning. Artinya, pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.

Komalasari (2010: 7) menyatakan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari , baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, disimpulkan bahwa model CTL adalah sebuah model pembelajaran yang membantu guru menciptakan pembelajaran yang bermakna dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga dapat membantu siswa menerapkan ilmu yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2.5.2Karakteristik Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran menggunakan model CTL memiliki beberapa karakteristik yang harus diperhatikan. Karakteristik ini membantu guru untuk mengarahkan pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik.

Menurut Muslich (2011: 42) karakteristik pembelajaran dengan model CTL sebagai berikut :

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau


(14)

pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif,kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquri, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan karakteristik pembelajaran (CTL) adalah pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik dengan menggali pengetahuan siswa, memberikan tugas-tugas yang bermakna, membentuk kelompok untuk menciptakan kerjasama antar siswa, dan mencipatkan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan pengalaman yang bermakna.

2.5.3Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Trianto (2009: 107) pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu 1) konstruksivisme (constructivism), 2) bertanya (questioning), 3) inkuiri (inquiry), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) permodelan (modeling), 6) refleksi (reflection), dan 7) penilaian autentik (authentic assessment).

Muslich (2011: 44) menyatakan setiap komponen utama pembelajaran CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1) Konstruksivisme (constructivism)

Konstruksivisme merupakan landasan filosofis CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit melalui sebuah proses. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan suatu masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan menemukan ide-ide yang


(15)

ada pada dirinya. Prinsip dasar konstruksivisme yang harus diterapkan guru sebagai berikut:

a) Menciptakan proses pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi siswa. b) Membuat pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman

sendiri.

c) Membimbing siswa menerapkan strategi sendiri dalam belajar. 2) Bertanya (questioning)

Pengetahuan bermula dari bertanya (questioning), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan bertanya penting untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Prinsip dasar bertanya yang harus diterapkan guru dalam pembelajaran adalah membimbing dan mendorong siswa menggali informasi secara lebih efektif melalui kegiatan tanya jawab untuk menilai kemampuan berfikir siswa.

3) Inkuiri (inquiry)

Komponen menemukan (inquiry) merupakan kegiatan inti pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Prinsip dasar guru ketika menerapkan komponen inkuiri dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan (inquiry) dengan memperhatikan siklus dan langkah-langkah inkuiri.

b) Membantu siswa menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan berdasarkan bukti-bukti atau data sehingga lebih bermakna.

4) Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kejasama dengan orang lain. Pembelajaran CTL menekankan arti penting pembelajaran sebagai proses sosial. Dalam praktiknya ”masyarakat belajar” terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja sama dengan kelas paralel, bekerja kelompok dengan kelas diatasnya, bekerja sama dengan masyarakat. Prinsip dasar yang harus diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning community adalah sebagai berikut :

a) Membimbing siswa untuk bekerjasama dengan orang lain untuk menerima dan memberi informasi (komunikasi dua arah).

b) Mengarahkan siswa untuk sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki bermanfaat bagi orang lain.

5) Permodelan (modeling)

Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Permodelan memusatkan pada arti penting pengetahuan prosedural. Melalui permodelan peserta didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan. Prinsip komponen permodelan yang harus diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah menciptakan pengetahuan dan keterampilan dengan memberikan model secara nyata.

6) Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisasi kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari. Prinsip yang harus diperhatikn guru dalam rangka


(16)

penerapan komponen refleksi adalah melakukan perenungan atas pembelajaran yang telah berlangsung.

7) Penilaian Autentik (authentic assessment)

Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran CTL yaitu konstruksivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).

2.5.4Langkah-Langkah Pembelajaran Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pelaksanaan pembelajarann dengan mengunakan model CTL dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan langkah-langkah yang tepat. Trianto (2009: 107) secara garis besar, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai berikut :

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Langkah-langkah pembelajaran CTL adalah dengan menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengkonstruksi sendiri, menemukan sendri, dengan tanya jawab dan kerja kelompok serta didukung penggunaan model


(17)

pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Selanjutnya dilaksanakan refleksi dan penilaian autentik dengan berbagai cara.

2.6Hakekat Ilmu Pengatahuan Sosial (IPS)

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berkenaaan dengan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, memanfaatkan sumber daya alam dipermukaan bumi, dan mengatur kesejahteraan dalam rangka menjalankan kehidupan bermasyarakat.

Fajrina (dalam http://2Fnaiwa-85. blogspot. com 2011) mengemukakan hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial adalah tela’ah tentang manusia dan dunianya. Misalnya manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bersama orang lain dengan saling berkomunikasi sebagai suatu interaksi sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat pembelajaran IPS adalah semua tentang kehidupan manusia di dunia ini baik masa lalu maupun masa kini mencakup perkembangan cara berfikir, sejarah, keadaaan alam, dan pemanfaatannya serta kemampuan manusia untuk berinteraksi dalan kehidupan bermasyarakat yang majemuk, baik ditingkat lokal, nasional dan global.

2.7Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bidang studi memiliki cakupan materi yang dipelajari cukup luas. Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat. Materi dipelajari Ilmu Pengetahuan Sosial berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan


(18)

Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dipraktik untuk dijadikan program pembelajaran pada tingkat persekolahan.

Ischak SU, dkk. (1997: 1.30) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari masalah-masalah sosial masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau suatu perpaduan. Sapriya, dkk. (2007: 5) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, dan menganalisis gejala dan masalah sosial dimasyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Kurikulum 2006 dalam Supriatna, 2006: 22)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu bidang studi yang mempelajari tentang ilmu-ilmu sosial yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan yang bermanfaat bagi siswa kehidupan individu, bermasyarakat dan dunia kerja.

2.8Pengertian IPS SD

Pendidikan IPS yang dikembangkan pada tingkat persekolahan berbeda dengan pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat perguruan tinggi. Pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat persekolahan memiliki tujuan untuk membina peserta didik menjadi warga negara yang baik.

Permendiknas No.22 tahun 2006 tantang standar isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji separangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.


(19)

Sejalan dengan itu, hakekat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu IPS dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk merealisasikan tujuan pendidikan ditingkat persekolahan.

King (dalam http://techonly13’s.wordpress.com, 2011) mengemukakan bahwa pengorganisasian pengajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) sumbernya dari berbagai ilmu sosial yang diitegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian pengajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan bagian integrasi dari bidang studi. Winataputra, dkk. (2008: 1.51) tentang kurikulum 1975 menampilkan empat profil yang diantaranya adalah Pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah Dasar (SD).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS SD adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan secara terintegrasi utuh dari disiplin ilmu IPS dan ilmu-ilmu lain yang bertujuan membentuk peseta didik menjadi warga masyarakat yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan.

2.9Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa Ilmu Pendidikan Sosial merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu, pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis , rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam


(20)

Herms (dalam Winatraputra, dkk. 2008: 8.9) menyatakan bahwa tujuan pengembangan IPS di persekolahan adalah sebagai berikut : 1) IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu, 2) IPS untuk memecahkan berbagai persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini, 3) IPS membantu dalam memilih karir, 4) IPS mempersiapkan studi lanjutan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial yang nantinya akan bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan individu, masyarakat, dan dunia kerja.

2.10 HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu: ”Apabila dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo tahun pelajaran 2011/2012”.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Proses pembelajaran tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah-masalah yang harus dihadapi guru. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut perlu diadakan penelitian guna meningkatkan mutu pendidikan.

Penelitian tindakan kelas dengan istilah PTK atau dalam bahasa inggris disebut Classroom Action Research (CAR), (Wardhani, dkk. 2007: 1.3). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran (Arikunto 2006: 58). Kunandar (2010: 46) menyatakan PTK dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru dikelas sendiri dengan cara merancang, melaksanakan, merefleksikan, tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pembelajaran dikelasnya.

Suhardjono (dalam Komalasari, 2010: 271), menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti lainnya (atau dilakukan sendiri oleh guru yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran. Jadi PTK adalah kegiatan penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.


(22)

Penelitian tindakan kelas ada empat tahapan penting yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Adapun prosedur setiap siklusnya sebagai berikut :

Gambar.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Gambar: Diadaptasi dari Wardhani, dkk. (2007: 2.4).

3.2Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran baru yang diharapkan penulis dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dikelas IV SD Negeri 02 Astomulyo. Jenis tindakan yang diteliti adalah partisipasi aktif siswa dan kinerja antar siswa dalam mengomunikasikan hasil belajarnya serta tanggung jawab terhadap tugas.

3.3Subjek Penelitian

Perencanaan I SIKLUS I Pengamatan I

Perencanaan II

SIKLUS II

SIKLUS III

Pengamatan III

Pelaksanaan I I Refleksi I

Pelaksanaan III Refleksi III

Refleksi II Pelaksanaan II

Pengamatan II


(23)

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seorang guru mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial dan siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo dengan jumlah siswa 22 terdiri dari 11 siswa Laki-laki dan 11 siswa Perempuan.

3.4Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 dan 22 Maret 2012 pada siklus I, tanggal 3 dan 5 April 2012 pada siklus II, serta tanggal 10 dan 12 April 2012 pada siklus III. Tempat penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo, Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

3.5Prosedur Penelitian Siklus I

1) Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan guru pamong mengidentifikasi masalah yang terjadi didalam kelas, kemudian menentukan langkah-langkah yang dilaksanakan pada siklus I. Langkah-langkah ini antara lain :

a. Menyusun pemetaan, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

b. Membuat media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. c. Membuat bahan ajar siklus I.

d. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar kegiatan kelompok. e. Membuat lembar observasi guru dan siswa selama proses pembelajaran.

f. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal tes formatif yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.


(24)

Pada siklus I ini materi pembelajarannya adalah Perkembangan Teknologi Produksi. Pada tahap tindakan, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci antara lain:

Pertemuan I

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengkondisikan kelas

2. Guru melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa tentang teknologi. Guru bertanya kepada siswa : Apa yang anak-anak ketahui tentang teknologi?, Bagaimana bentuk teknologi yang anak-anak ketahui?, Contoh-contoh teknologi apa yang pernah anak-anak lihat?

3. Guru melalui kegiatan tanya jawab membangun pengetahuan awal siswa tentang pengetian teknologi produksi. Apa yang anak-anak ketahui tentang teknologi produksi?

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang perkembangan teknologi produksi dan memotivasi siswa dengan memberikan permasalahan dan contoh-contoh yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

b. Kegiatan Inti

1. Guru melaksanakan kegiatan tanya jawab untuk menjelaskan pengertian teknologi produksi.

2. Guru membimbing siswa menemukan contoh-contoh teknologi produksi sesuai dengan penggolongannya melalui media gambar. Misalnya bajak termasuk


(25)

dalam teknologi produksi masa lalu, sedangkan traktor termasuk teknologi produksi masa kini.

3. Guru melalui contoh-contoh teknologi produksi menggali pengetahuan siswa untuk membedakan teknologi produksi masa lalu dengan teknologi produksi masa kini. Misalnya dengan menyebutkan kelebihan dan kelemahannya.

4. Guru menggunakan model pembelajaran untuk membantu siswa menentukan kegunaaan contoh-contoh teknologi produksi.

5. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan angota 4-5 orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya.

c. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan mengulas kembali pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Siswa diberikan tugas untuk mengidentifiksi contoh-contoh teknologi produksi yang ada dilingkungan sekitar untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya Pertemuan 2

a. Kegiatan Pendahuluan 1. Pengondisian kelas

2. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan kegiatan tanya jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya.

3. Guru mengggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan disampaikan dengan mengaitkan materi sebelumnya.

4. Siswa dimotivasi untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.


(26)

1. Siswa kembali kekelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. 2. Bersama dengan kelompoknya siswa diminta untuk menemukan hasil-hasil

produksi dari bahan baku yang telah ditentukan dalam lembar kerja siswa (LKS) 3. Menggunakan media dan model pembelajaran siswa menyusun alur suatu proses

produksi.

4. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab untuk membahas hasil diskusi kelompok yang telah berlangsung.

5. Guru membagikan soal untuk dikerjakan sebagai alat evaluasi pembelajaran. 6. Siswa mengerjakan soal

7. Lembar jawaban diperiksa oleh siswa dengan cara bertukar lembar jawaban antar siswa.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengulas kembali pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Penutup

3) Observasi (observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunkan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.

4) Tahap Refleksi (reflecting)

Hasil yang didapat pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk memperkuat hasil


(27)

refleksi kegiatan yang telah dilakukan, digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang dilakukan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk merancang siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan guru pamong menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus II yang merujuk pada hasil refleksi siklus I. Langkah-langkah ini antara lain :

a. Menyusun pemetaan, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

b. Membuat bahan ajar dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

c. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar kegiatan kelompok. d. Membuat lembar observasi guru dan siswa selama proses pembelajaran.

e. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal tes formatif yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.

2. Tindakan (acting)

Pada tahap tindakan siklus II, materi pembelajarannya adalah Perkembangan Teknologi Komunikasi. Pada tahap tindakan, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci antara lain:

Pertemuan 1

a. Kegiatan Pendahuluan


(28)

2. Guru melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa tentang komunikasi. Guru bertanya kepada siswa : Apa yang anak-anak ketahui tentang teknologi komunikasi?

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang perkembangan teknologi komunikasi dan memotivasi siswa dengan memberikan permasalahan dan contoh-contoh yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

b. Kegiatan Inti

1. Guru membangun pengetahuan awal siswa tentang pengetian komunikasi melalui media gambar.

2. Guru membimbing siswa menemukan contoh-contoh teknologi komunikasi melalui media gambar. Misalnya kentongan termasuk dalam teknologi komunikasi masa lalu, sedangkan telepon termasuk teknologi komunikasi masa kini.

3. Guru bersama siswa melalui kegiatan tanya jawab mengkategorikan jenis-jenis teknologi komunikasi yang telah disebutkan sesuai dengan penggolongannya. Misalnya HP alat komunikasi lisan, koran alat komunikasi tertulis, dan beduk sebagai alat komunikasi isyarat.

4. Guru menggunakan media nyata agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan.

5. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan angota 4-5 orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya.


(29)

1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan mengulas kembali pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Salam penutup. Pertemuan 2

a. Kegiatan Pendahuluan 1. Pengondisian kelas

2. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan kegiatan tanya jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya.

3. Guru mengggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan disampaikan dengan mengaitkan materi sebelumnya.

4. Siswa dimotivasi untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1. Menggunakan media dan model pembelajaran siswa membedakan teknologi komunikasi masa lalu dan masa kini.

2. Guru membimbing siswa melalui media gambar untuk menemukan kegunaan alat komunikasi masa lalu dan masa kini.

3. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan angota 4-5 orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya

4. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab untuk membahas hasil diskusi kelompok yang telah berlangsung.

5. Guru membagikan soal untuk dikerjakan sebagai alat evaluasi pembelajaran. 6. Siswa mengerjakan soal


(30)

7. Lembar jawaban diperiksa oleh siswa dengan cara bertukar lembar jawaban antar siswa.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengulas kembali pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Penutup

3. Observasi (observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.

4. Refleksi (reflecting)

Hasil yang di dapat pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan, digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang dilakukan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk merancang siklus berikutnya.

Siklus III

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan guru pamong menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus III yang merujuk pada hasil refleksi siklus II. Langkah-langkah ini antara lain :


(31)

a. Menyusun pemetaan, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

b. Membuat bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.

c. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar kegiatan kelompok dan teks materi.

d. Membuat lembar observasi guru dan siswa selama proses pembelajaran.

e. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal tes formatif yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.

2. Tindakan (acting)

Pada tahap tindakan siklus III, materi pembelajarannya adalah Perkembangan Teknologi Transportasi. Pada tahap tindakan, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci antara lain pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu :

Pertemuan I

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengkondisikan kelas.

2. Guru melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa tentang teknologi. Guru bertanya kepada siswa : Apa yang anak-anak ketahui tentang transportasi??

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang perkembangan teknologi Transportasi dan memotivasi siswa dengan memberikan permasalahan dan contoh-contoh yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.


(32)

b. Kegiatan Inti

1. Guru membangun pengetahuan awal siswa dengan menjelaskan pengetian transportasi.

2. Guru membimbing siswa menemukan contoh-contoh teknologi transportasi masa lalu dan masa kini melalui media gambar. Misalnya gerobak termasuk dalam teknologi transportasi masa lalu, sedangkan mobil termasuk teknologi transportasi masa kini.

3. Guru melalui contoh-contoh teknologi transportasi melakukan kegiatan tanya jawab untuk mengkategorikan sesuai dengan pengelompokannya. Misalnya bus dan kereta api termasuk transportasi darat, kapal ferry alat transportasi air, dan pesawat alat transportasi udara.

4. Guru menggunakan model pembelajaran untuk membantu siswa memantapkan pengetahuan siswa tentang teknologi transportasi.

5. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan angota 4-5 orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya.

c. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan mengulas kembali pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Salam penutup Pertemuan 2

a. Kegiatan Pendahuluan 1. Pengondisian kelas

2. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan kegiatan tanya jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya.


(33)

3. Guru mengggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan disampaikan dengan mengaitkan materi sebelumnya.

4. Siswa dimotivasi untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti

1. Guru membangun pengetahuan siswa melalui media gambar teknologi transportasi masa lalu dan teknologi transportasi masa kini.

2. Guru membimbing siswa menemukan kelebihan dan kekurangan teknologi transportasi masa lalu dan teknologi transportasi masa kini

3. Menggunakan media dan model pembelajaran siswa diminta untuk menentukan kegunaan contoh-contoh teknologi transportasi masa lalu dan teknologi transportasi masa kini.

4. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4-5 orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya

5. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab untuk membahas hasil diskusi kelompok yang telah berlangsung.

6. Guru membagikan soal untuk dikerjakan sebagai alat evaluasi pembelajaran. 7. Siswa mengerjakan soal

8. Lembar jawaban diperiksa oleh siswa dengan cara bertukar lembar jawaban antar siswa.


(34)

1. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengulas kembali pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Guru memberikan motivasi agar siswa lebih semangat mengikuti pembelajaran selanjutnya

3. Penutup

3. Observasi (observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.

4. Refleksi (reflecting)

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas kegiatan di siklus III yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus III pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang dicapai telah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan (indikator keberhasilan), maka penelitian dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

3.6Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru dan lembar aktivitas belajar siswa, kemudian data yang diperoleh diberi kode-kode tertentu berdasarkan jenis dan sumbernya.


(35)

2. Tes hasil belajar menggunakan soal tes berdasarkan tujuan pembelajaran dan materi yang telah dipelajari.

3.7Alat Pengumpul Data

1. Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Tes, instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan menggunakan pendekatan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

3.8Teknik Analisis Data 1. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran yang terangkum dalam lembar observasi. Nilai aktivitas setiap siswa dan analisis kinerja guru diolah dengan rumus:

NP = X Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa


(36)

100 = Bilangan tetap

(Diadopsi dari Purwanto, 2008: 102) 2. Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui adanya kemajuan hasil belajar siswa melalui tes yang berhubungan dengan penguasaan materi yang telah dipelajari siswa menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

a. Untuk menghitung peningkatan hasil belajar siswa secara individual digunakan rumus :

S = x 100

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N= Skor maksimal

(Sumber Purwanto, 2008: 112)

b. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dihitung dengan rumus :

�̅ =

∑ �π

Keterangan :

�̅ = Nilai rata-rata yang dicari ∑ � = Jumlah nilai

� = Jumlah aspek yang dinilai (Sumber Muncarno, (2009: 15)


(37)

Penelitian tindakan kelas dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dikatakan berhasil apabila:

1. Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dikelas IV SD Negeri 02 Astomulyo, dapat disimpulkan bahwa :

1. Penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo. Hal ini sesuai dengan peningkatan rata-rata aktivitas siswa pada tiap siklus, yaitu 52,5% pada siklus I, menjadi 70% pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi 82,5% pada siklus III.

2. Penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo. Hal ini sesuai dengan rata-rata hasil belajar siswa yang selalu meningkat tiap siklus, yaitu 61,31 pada siklus I, menjadi 68,50 pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi 77,13 pada siklus III

Dengan demikian penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo.

1.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti menyarankan bahwa: 1. Siswa diharapkan mampu mengikuti berbagai model pembelajaran yang digunakan


(39)

2. Guru diharapkan dapat mrncoba menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan materi yang sesuai dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Sekolah diharapkan dapat mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran, baik secara moral dan material.

4. Mahasiswa khususnya mahsisiwa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) diharapkan mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu yang dipelajari selama dan setelah mengikuti perkuliahan.


(40)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 02 ASTOMULYO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

MELINDA WIDAYATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(41)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 02 ASTOMULYO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

MELINDA WIDAYATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(42)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Saptomulyo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 23 September 1990 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Basuki dan Ibu Tutik Haryani

Penulis Menempuh Pendidikan Taman Kanak-Kanak Pertiwi Saptomulyo Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah pada tahun 1995 dan selesai tahun 1996. Sekolah Dasar Negeri 2 Saptomulyo pada tahun 1996 dan selesai pada tahun 2002. Sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2002 dan selesai pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2005 dan lulus tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional Guru. Universitas Terbuka. Jakarta Anitah, Sri. 2009. Strategi pembelajaran di SD .Universitas Terbuka. Jakarta.

Arifin. 2011. Hasil Belajar. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/ 2115972-pengertian-hasil-belajar. Diakses tanggal 28 desember 2011 pukul 19.40 WIB.

Arikunto, Suharsemi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Aqib, Zainal. dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Darsono. 2007. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui model Role Playing dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial IPS VA SDN 5 Metro Barat tahun 2007. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Fajrina, Nur Aini. Hakekat IPS. http://2Fnaiwa-85. blogspot.com/2011/10/ Karakteristik-IPS-SD-menurut-ahli-asing.html. Diaskses tanggal 08 maret 2012 pukul 15.30 WIB. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafi, Nanang dan Cucu, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT. Rafika Aditama. Bandung.

Hermawan, Herry Asep. dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI Press. Bandung.

Ischak SU. dkk. 1997. Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung. King, Alex. 2011. Pendidikan IPS SD. http://techonly13’s.wordpress.com/2011/

05/27/hakekat-pengajaran-ips-di-sekolah-dasar/. Diakses tanggal 8 maret 2012 pukul 14.00 WIB.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. PT Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(44)

Lie,Anita. 2010. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Granmedia. Jakarta.

Meyer, Dave. 2002. The Achelerated Learning Handbook. Kaifa. Bandung.

Mikarsa, Hera Lestari dkk. 2009. Pendidikan Anak di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD.Metro.

Muslich, Mansur. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Nana Sudjana. 2009. Hasil Belajar. http://techonly13.wordpress.com /2009/ 07/04/pengertian-hasil-belajar. Diaskses tanggal 28 Desember 2011 pukul 19.50 WIB. Natawidjaya, Rachmad,dkk. 2011. Aktivitas Belajar.

http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar. Diakses 28 Desember 2011 pukul 20.34 WIB. Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung. Rakhmat, Cece. dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. UPI Press. Bandung.

Rusdarti. 2010. Pembelajaran Berbasis Kontekstual. http://wahyuti 4tklarasati. blogspot.com/2010/10/model-pembelajaran-berbasis-kontekstual. Diakses tanggal 28 Desember 2011 pukul16.32 WIB.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI Press. Bandung. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo. Bandung Shalahuddin, Mahfud. 2011. Aktivitas Belajar.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2162643-pengertian-aktivitas-belajar. Diakses tanggal 28 Desember 2011.

Sriyono. 2011. Aktivitas Belajar. http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar. Diakses tanggal 28 Desember 2011 pukul 20.28 WIB.

Supriatna, Nana dkk. 2006. Pendidikan IPS di SD. UPI Press. Bandung. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Koperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Suyanto. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Mesmedia Buana Pustaka. Sidoarjo. Suyono.2009. Model Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. Fakultas Keguruan

Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(45)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Wardhani, IG.A.K. dkk. 2009. Persepektif Pendidikan SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Winatraputra, Udin S dkk,. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Universitas Terbuka.


(46)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirbbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah serta nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo Tahun Pelajaran 2011/2012” merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Dengan demikian penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr.H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.


(47)

6. Bapak Drs.Kojat Sudiatmaja, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan saran-saran yang berarti dan memotivasi untuk penyelesaiaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. A. Sudirman, M.H., selaku Dosen Pembahas yang selalu ada dalam setiap kesempatan untuk membimbing dan memberikan saran.

8. Bapak dan Ibu Dosen Serta Staf PGSD UPP Metro yang tidak dapat saya lupakan jasa-jasanya terhadap mahasiswa.

9. Ibu Siti Rusmini, S.Pd., selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 02 Astmulyo, Dewan Guru Beserta Staf yang telah membantu dalam kelancaran selama proses penyelesaian skripsi.

10.Ibu Rusmiyati., selaku teman sejawat yang telah bekerja sama dengan baik. 11.Siswa/I IV SD Negeri 02 Astomulyo yang dapat bekerjasama dengan baik

selama pembelajaran berlangsung. 12.Semua pihak yang turut membantu.

Akhir kata, penulis sangat menyadari skripsi ini masih kurang sempurna. Akan tetapi, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Metro, Agustus 2012 Penulis,

Melinda Widayati NPM. 0813053045


(48)

MOTTO

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar". (Al Qashash: 80)

Orang pesimis melihat hambatan, orang yang optimis melihat peluang dan kesempatan. (Winston Churchill)

Jangan takut dengan kegagalan, karena akan ada jalan untuk orang yang mau berusaha. (Melinda Widayati)


(49)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Drs. Rapani, M. Pd.

Sekertaris : Drs. Kojat Sudiatmaja, M. Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. A. Sudirman, MH.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003


(50)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

nama mahasiswa : Melinda Widayati

NPM : 0813053045

jurusan : Ilmu Pendidikan

program studi : SI PGSD

fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Meyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo Tahun Pelajaran 2011/2012” tersebut adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak plagiat. Tercantum kutipan dalam skripsi ini sesuai dengan kode etik karya ilmiah

Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Apabila berdasarkan faktnya pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Metro, Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Melinda Widayati NPM 0813053045


(51)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Ibuku Tutik Haryani dan Bapakku Basuki

yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan dalam setiap langkahku untuk meraih cita-cita baik secara lahir maupun batin, dan tiada

pernah terlewat untuk mendo’akanku.

Adikku Nur Fa’jrin Fatmawati

yang menjadi motivasi dan penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi ini. Sahabatku Linda Eni Kristanti dan Kristian Anggoro Ningsih

yang selalu ada dalam keadaan sedih dan senang. Teman-teman seperjuangan yang begitu banyak,

tak bisa ku sebutkan satu persatu Almamater tercinta PGSD UPP Metro


(52)

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 02 ASTOMULYO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Melinda Widayati

NPM : 0813053045

Program studi : SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Rapani, M.Pd. Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd. NIP.19600706 198403 1 004 NIP.19540501 197703 1 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharudin Risyak, M. Pd. NIP 19541016 198103 1 003


(1)

6. Bapak Drs.Kojat Sudiatmaja, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan saran-saran yang berarti dan memotivasi untuk penyelesaiaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. A. Sudirman, M.H., selaku Dosen Pembahas yang selalu ada dalam setiap kesempatan untuk membimbing dan memberikan saran.

8. Bapak dan Ibu Dosen Serta Staf PGSD UPP Metro yang tidak dapat saya lupakan jasa-jasanya terhadap mahasiswa.

9. Ibu Siti Rusmini, S.Pd., selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 02 Astmulyo, Dewan Guru Beserta Staf yang telah membantu dalam kelancaran selama proses penyelesaian skripsi.

10.Ibu Rusmiyati., selaku teman sejawat yang telah bekerja sama dengan baik. 11.Siswa/I IV SD Negeri 02 Astomulyo yang dapat bekerjasama dengan baik

selama pembelajaran berlangsung. 12.Semua pihak yang turut membantu.

Akhir kata, penulis sangat menyadari skripsi ini masih kurang sempurna. Akan tetapi, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Metro, Agustus 2012 Penulis,

Melinda Widayati NPM. 0813053045


(2)

MOTTO

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar". (Al Qashash: 80)

Orang pesimis melihat hambatan, orang yang optimis melihat peluang dan kesempatan. (Winston Churchill)

Jangan takut dengan kegagalan, karena akan ada jalan untuk orang yang mau berusaha. (Melinda Widayati)


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Drs. Rapani, M. Pd.

Sekertaris : Drs. Kojat Sudiatmaja, M. Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. A. Sudirman, MH.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003


(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

nama mahasiswa : Melinda Widayati

NPM : 0813053045

jurusan : Ilmu Pendidikan

program studi : SI PGSD

fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Meyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV SD Negeri 02 Astomulyo Tahun Pelajaran 2011/2012” tersebut adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak plagiat. Tercantum kutipan dalam skripsi ini sesuai dengan kode etik karya ilmiah

Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Apabila berdasarkan faktnya pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Metro, Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Melinda Widayati NPM 0813053045


(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Ibuku Tutik Haryani dan Bapakku Basuki

yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan dalam setiap langkahku untuk meraih cita-cita baik secara lahir maupun batin, dan tiada

pernah terlewat untuk mendo’akanku. Adikku Nur Fa’jrin Fatmawati

yang menjadi motivasi dan penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi ini. Sahabatku Linda Eni Kristanti dan Kristian Anggoro Ningsih

yang selalu ada dalam keadaan sedih dan senang. Teman-teman seperjuangan yang begitu banyak,

tak bisa ku sebutkan satu persatu Almamater tercinta PGSD UPP Metro


(6)

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 02 ASTOMULYO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Melinda Widayati

NPM : 0813053045

Program studi : SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Rapani, M.Pd. Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd. NIP.19600706 198403 1 004 NIP.19540501 197703 1 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharudin Risyak, M. Pd. NIP 19541016 198103 1 003


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 02 ASTOMULYO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SINAR SEMENDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG SUGIH BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KELAS VI SD NEGERI 02 TITWANGI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 78

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 46

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTECTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV SD NEGERI 6 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 6 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 44

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BUNGA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH I BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 1 BANJARREJO TP 2012/2013

1 2 65