5. Pengaruh pengawasan orang tua
terhadap perilaku seksual pada remaja
Pengawasan orang
tua berpengaruh positif dan signifikan
terhadap perilaku seksual pada remaja terbukti. Hal ini dapat
ditunjukan dengan nilai signifikansi p value sebesar 0.030 yang lebih
kecil 0.05 serta nilai koefisien regresi sebesar 0.15.
Pengawasan orang tua juga ikut andil dalam pembentukan
perilaku seksual pada remaja. Hal ini sesuai teori dari Baumrind,
2004 yang menyatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan segala
bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak
yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan
memberi pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian anak.
Lingkungan keluarga yang harmonis dan lingkungan peer
positif berhubungan
dalam menurunkan tingkat risiko perilaku
berisiko Penyakit Menular Seksual. Orang tua yang memonitor aktifitas
dan lingkungan anak, selalu ikut terlibat
dalam kegiatan
dan meningkatkan
komunikasinya dengan anaknya behubungan dengan
menurunkan risiko perilaku seksual berisiko pada anak jalanan dan lebih
baik pada keluarga yang religious. Keterlibatan
orang tua
dan kedekatan
keluarga dalam
mendukung pencegahan perilaku berisiko
berhubungan dengan
penurunan kehamilan pada remaja. Perilaku
seksual berisiko
disimpulkan dapat dicegah dengan dukungan
lingkungan keluarga.
Dukungan keluarga
menjadi kekuatan dalam mencegah perilaku
seksual berisiko pada remaja Strehl, 2011.
6. Pengaruh
akses informasi
terhadap perilaku seksual pada remaja
Variabel akses
informasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap perilaku seksual pada remaja terbukti. Hal ini dapat
ditunjukan dengan nilai signifikansi p value sebesar 0.016 yang lebih
kecil 0.05 serta nilai koefisien regresi sebesar 0.07.
Media massa
merupakan informasi seksual yang lebih penting
dibandingkan orang tua dan teman sebaya,
karena media
massa memberikan gambaran yang lebih
baik mengenai
keinginan dan
kebutuhan seksualitas. Media massa baik cetak maupun elektronik yang
menampilkan tulisan atau gambar dapat menimbulkan imajinasi dan
merangsang sesorang
untuk mencoba
meniru adegannya.
Remaja menerima informasi yang salah bahkan menyesatkan misalnya
dari cerita teman, melihat dari film atau video porno, tayangan televisi,
membaca buku, majalah yang lebih banyak menyajikan seks secara
vulgar dibandingkan pengetahuan tentang pendidikan seksual yang
benar. Burgess dkk, 2005. Penggunaan
media khususnya
media elektronik
merupakan bagian
integral disepanjang hidup di usia remaja,
jumlah risiko dihubungkan dengan penggunaan media sosial, secara
spesisfik berefek
negatif pada
kesehatan. Bagaimanapun
data tentang risiko penggunaan tipe
macam sosial media sangat berisiko pada perilaku mereka. Media massa
merupakan sumber
informasi seksual
yang lebih
penting dibandingkan orang tua dan teman
sebaya, karena
media massa
memberikan gambaran yang lebih baik
mengenai keinginan
dan kebutuhan seksualitas. Media massa
baik cetak
maupun elektronik
menampilkan tulisan atau gambar yang dapat menimbulkan imajinasi
dan merangsang sesorang untuk mencoba meniru adegannya Carrol
dan Kirkpatrik, 2011.
7. Pengaruh pengetahuan terhadap