Pendekatan Matematika Realistik Kajian Teori

15

3. Pendekatan Matematika Realistik

Menurut Van den Heuvel- Panhuizen, penggunaan kata “realistic” tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata real-world tetapi lebih mengacu pada penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan magineable oleh siswa Ariyadi Wijaya, 2012: 20. Kata “realistik” tidak harus merujuk pada fakta atau kenyataan, tetapi “realistik” juga berarti bahwa permasalahan kontekstual yang dipakai harus bermakna bagi siswa Marsigit, dkk, 2010 : 9. Fokus utama pembelajaran matematika bukan pada matematika sebagai suatu sistem yang tertutup, melainkan pada aktifitas yang bertujuan untuk suatu proses matematisasi. Oleh karena itu, pendidikan matematika realistik menghubungkan pengetahuan informal matematika yang diperoleh siswa dari kehidupan sehari-hari dengan konsep formal matematika. Treffers 1987 dalam Ariyadi Wijaya, 2012: 21 -22 merumuskan lima karakteristik Pendidikan Matematika Realistik PMR, yaitu: a. Penggunaan konteks Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa. b. Penggunaan model untuk matematisasi progresif Dalam PMR, model digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal. 16 c. Pemanfaatan hasil kontruksi siswa Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam Pendidikan Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagai sumber belajar. d. Interaktifitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. e. Keterkaitan Konsep – konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, konsep – konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. PMR menempatkan keterkaitan antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan walau ada konsep yang dominan. Berdasarkan berbagai pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa PMR adalah suatu kegiatan pembelajaran matematika yang berprinsip mematematikakan realita dan merealitakan matematika, atau menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari informal dengan konsep formal 17 matematika, dan dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengan daya dukung lingkungan agar siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajarinya. Pada pembelajaran ini, siswa melalui empat tahapan pengembangan model yaitu konteks nyata atau dunia nyata, pembentukan skema, pembangun pengetahuan, formal abstrak.

4. Model Pengembangan ADDIE