PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK TOPIK MATRIKS DI SMK KELAS X.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu disikapi dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan pada berbagai aspek, termasuk kurikulum dan fasilitas penunjang pembelajaran. Salah satu fasilitas penunjang pembelajaran yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang disusun secara sistematik, baik berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan dan suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Direktorat Pembinaan SMA, 2010).
Bahan ajar diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar sangat diperlukan untuk semua mata pelajaran, termasuk pelajaran matematika. Bahan ajar matematika yang baik adalah bahan ajar yang lebih menekankan pada pemahaman konsep dan penalaran bukan hanya sekedar penggunaan rumus. Namun, bahan ajar yang ada selama ini kebanyakan lebih menekankan pada rumus dan prosedur matematis bukan penalaran dan penerapan konsep matematika (Ariyadi Wijaya, dkk, 2015). Bahan ajar semacam itu membuat
(2)
2
siswa kurang mampu menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan kreatifitasnya sendiri.
Selain bahan ajar, kualitas pembelajaran juga dipengaruhi pelaksanaan dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran di Indonesia kebanyakan masih berpusat pada guru dimana siswa hanya mengandalkan semua informasi dari guru (Human Developmen Department East Asia and Pasific Region, 2010). Hal yang sama juga terlihat di SMK PIRI 3 Yogyakarta, pembelajaran berpusat pada guru dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Padahal, siswa SMK perlu mempelajari matematika dari permasalahan sehari-hari dan menjadikan matematika sebagai salah satu cara pemecahan masalah.
Lulusan SMK dipersiapkan untuk masuk ke dunia kerja sehingga dalam belajar matematika bukan matematika yang abstrak. Siswa akan lebih tertarik pada materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) proses pembelajaran meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap eksplorasi siswa diminta menelaah dan menemukan suatu pengetahuan atau konsep baik yang benar-benar baru maupun yang sudah siswa ketahui. Pada tahap elaborasi siswa harus mencatat hasil eksplorasinya, kemudian menyimpulkan atau siswa mengerjakan suatu tes secara cermat. Sedangkan pada tahap konfirmasi, dapat diwujudkan dalam bentuk siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya. Proses pembelajaran tersebut sejalan dengan Pendidikan Matematika Realistik. Karena banyak permasalahan sehari-hari yang merupakan dasar mempelajari matematika.
(3)
3
Berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2014/2015, daya serap siswa SMA/SMK pada materi Matriks pada tingkat nasional 51,89% dan pada tingkat Provinsi DI Yogyakarta 56,90% (BSNP, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah terkait materi Matriks masih rendah. Rendahnya daya serap siswa SMA/SMK pada materi Matriks dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya dalam proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, masih kurangnya bahan ajar yang menekankan pemahaman konsep dan penalaran, masih rendahnya minat belajar dan motivasi belajar siswa, serta penyampaian materi matriks yang abstrak dan kurang masuk dalam benak siswa. Sehingga perlu adanya pembelajaran yang menggunakan permasalahan sehari-hari, karena konsep matriks dapat dibelajarkan dari masalah sehari-hari. Berdasarkan kajian – kajian tersebut maka penulis tertarik untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) topik Matriks berbasis Pendidikan Matematika Realistik (PMR) untuk siswa SMK Kelas X.
(4)
4 B. Identifikasi Masalah
1. Bahan ajar yang ada selama ini kebanyakan lebih menekankan pada rumus bukan pemahaman konsep dan penalaran.
2. Proses pembelajaran kebanyakan masih berpusat pada guru. 3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
4. Berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2014/2015, daya serap siswa SMA/SMK pada materi Matriks masih rendah.
C. Batasan Masalah
Melihat masih luasnya masalah dan keterbatasan waktu, maka masalah dibatasi pada pengembangan LKS berbasis PMR untuk topik matriks di SMK kelas X. Materi matriks yang dibahas adalah operasi matriks, meliputi: penjumlahan matriks, pengurangan matriks, perkalian matriks dengan skalar, dan perkalian matriks dengan matriks.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang akan dirumuskan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis pendidikan matematika realistik untuk topik matriks di SMK kelas X ? 2. Bagaimana kualitas LKS berbasis pendidikan matematika realistik untuk
topik matriks di SMK kelas X yang dihasilkan ditinjau dari aspek kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan?
(5)
5 E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghasilkan LKS berbasis PMR untuk topik Matriks di SMK kelas X yang layak digunakan, yaitu memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Melatih kemampuan menulis dan menganalisis data hingga mengasilkan suatu produk yang valid, praktis dan efektif. Selain itu, untuk mengetahui bagaimana mengembangkan LKS yang baik.
2. Bagi siswa SMK
Menambah acuan untuk mempermudah siswa belajar materi matriks dan meningkatkan minat belajar siswa.
3. Bagi guru
Sebagai alternatif pertimbangan dalam mengembangkan bahan ajar materi matriks dengan berbagai pendekatan pembelajaran, serta membantu guru menciptakan kebermaknaan dalam pembelajaran.
(6)
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengembangan Bahan Ajar a. Bahan ajar
Menurut Depdiknas (2006: 4) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa untuk belajar dan disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Menurut Sungkono, dkk (2003: 1) bahan ajar adalah suatu perangkat bahan yang memuat materi atau isi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Suatu bahan ajar memuat materi atau isi pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah, atau teori yang mencangkup dalam mata pelajaran sesuai disiplin ilmunya serta informasi lainnya dalam pembelajaran. Menurut Ika Lestari (2013: 2) bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Menurut Depdiknas (2008: 10), suatu bahan ajar disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yag sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
2) Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku – buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
(7)
7
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun dengan mengacu pada kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.
Menurut Abdul Majib (2013: 174), bentuk bahan ajar setidaknya dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, foto/gambar.
2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. 4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk
interaktif.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah termasuk bahan ajar cetak. Menurut Ali Mudlofir (2011: 176), LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori dan/atau praktik. Menurut Kamalia (2009: 32), LKS adalah lembaran – lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
(8)
8 b. Pengembangan bahan ajar
Bahan ajar dapat disusun sedemikian rupa menjadi lebih menarik agar siswa merasa lebih senang sehingga lebih mudah dalam mempelajari materi. Menurut Lestari (2013: 2) pengembangan bahan ajar didasarkan pada konsep desain pembelajaran yang berlandaskan pada suatu kompetensi atau untuk mencapai tujuan pembelajaran.Menurut Depdiknas (2008: 10), pengembangan bahan ajar hendaknya memperhatikan prinsip – prinsip pembelajaran, yaitu :
a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami yang sulit.
b. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.
c. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. d. Motivasi yang tinggi adalah salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. e. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu.
f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu membuat siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
a. Memuat contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalamrangka mendukung pemaparan materi pembelajaran.
(9)
9
b. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau mengukur penguasaannya terhadap materiyang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan tugas, dan sejenisnya.
c. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa.
d. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri. (Widodo dan Jasmadi, 2008: 50).
Dalam hal ini pengembangan bahan ajar adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menghasilkan bahan ajar yang dapat memberikan contoh yang menarik dari yang mudah ke yang sulit secara bertahap, memberikan umpan balik, memotivasi, serta mengetahui hasil yang telah dicapai.
Salah satu bahan ajar cetak adalah LKS. Menurut Depdiknas (2008: 23 – 24), dalam menyiapkan LKS dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1) Analisis kurikulum
2) Menyusun peta kebutuhan LKS 3) Menentukan judul – judul LKS 4) Penulisan LKS
a) Perumusan KD yang harus dikuasai b) Menentukan alat penilaian
c) Menyusun materi d) Struktur LKS
(10)
10
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SMK
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (Putu Sudira, 2006: 2). Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas lima kelompok mata pelajaran, salah satunya adalah kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan mandiri kerja. Dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
a. Standar Isi
Permendikas No 22 (Depdiknas, 2006_ tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika menyatakan bahwa pelajaran matematika SMK bertujuan agar para siswa SMK:
1) Memahami konsep matematika menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
(11)
11
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan matriks merupakan salah satu materi matematika yang wajib dikuasai di kelas X SMK. Berikut dijabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya (Depdiknas, 2006: 183).
Tabel 1. SK dan KD Materi Matriks
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memecahkan masalah
berkaitan dengan konsep matriks
Mendiskripsikan macam-macam matriks
Menyelesaikan operasi matriks Menentukan determinan dan invers
Berdasarkan tabel SK dan KD diatasdapatdijabarkanlebihmendalamdalam LKS yang akan dikembangkan.Dengan fokus pada materi operasi matriks. Berikut peta konsep materi matriks.
(12)
12
Gambar 1. Peta Konsep Operasi Matriks b. Standar Proses
Pelaksanaan pembelajaran dalam BNSP (2007: 15-17) meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
b) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
c) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan Operasi pada
matriks
Penjumlahan matriks Pengurangan matriks Perkalian skalar dengan matriks Perkalian matriks dengan matriks
(13)
13
e) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentuyang bermakna;
b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
f) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
h) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
i) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
(14)
14 3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
c) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
d) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
(1) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
(2) membantu menyelesaikan masalah;
(3) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
(4) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
(5) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Kegiatan inti pada KTSP yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sejalan dengan Pendidikan Matematika Realistik.
(15)
15 3.Pendekatan Matematika Realistik
Menurut Van den Heuvel-Panhuizen, penggunaan kata “realistic” tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata (real-world) tetapi lebih mengacu pada penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan (magineable) oleh siswa (Ariyadi Wijaya, 2012: 20). Kata “realistik” tidak harus merujuk pada fakta atau kenyataan, tetapi “realistik” juga berarti bahwa permasalahan kontekstual yang dipakai harus bermakna bagi siswa (Marsigit, dkk, 2010 : 9). Fokus utama pembelajaran matematika bukan pada matematika sebagai suatu sistem yang tertutup, melainkan pada aktifitas yang bertujuan untuk suatu proses matematisasi. Oleh karena itu, pendidikan matematika realistik menghubungkan pengetahuan informal matematika yang diperoleh siswa dari kehidupan sehari-hari dengan konsep formal matematika. Treffers (1987) (dalam Ariyadi Wijaya, 2012: 21 -22) merumuskan lima karakteristik Pendidikan Matematika Realistik (PMR), yaitu:
a. Penggunaan konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa.
b. Penggunaan model untuk matematisasi progresif
Dalam PMR, model digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal.
(16)
16 c. Pemanfaatan hasil kontruksi siswa
Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam Pendidikan Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagai sumber belajar.
d. Interaktifitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.
e. Keterkaitan
Konsep – konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, konsep – konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. PMR menempatkan keterkaitan antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan (walau ada konsep yang dominan).
Berdasarkan berbagai pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa PMR adalah suatu kegiatan pembelajaran matematika yang berprinsip mematematikakan realita dan merealitakan matematika, atau menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari (informal) dengan konsep formal
(17)
17
matematika, dan dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengan daya dukung lingkungan agar siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajarinya. Pada pembelajaran ini, siswa melalui empat tahapan pengembangan model yaitu konteks nyata atau dunia nyata, pembentukan skema, pembangun pengetahuan, formal abstrak.
4. Model Pengembangan ADDIE
Menurut Pribadi (2009: 125), model pengembangan sistem pembelajaran ADDIE terdiri dari lima tahap, yaitu: analisis (analysis), perencanaan (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation).
1) Analisis (analysis)
Analisis adalah proses mengumpulkan informasi dan merupakan langkah pertama dari proses perencanaan. Analisis dilakukan untuk menentukan masalah dan solusi yang tepat dan menentukan kompetensi siswa.
a) Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan serangkaian kegiatan mengumpulkan informasi tentang apa yang seharusnya dimiliki dan yang sudah dimiliki setiap siswa.
b) Analisis materi
Analisis materi merupakan kegiatan untuk mengetahui materi apa saja yang ada dan materi yang dianggap sulit oleh siswa.
(18)
18 c) Analisis siswa
Analisis siswa merupakan proses untuk memperoleh informasi karakteristik siswa seperti memperoleh gambaran awal kemampuan siswa sebagai landasan dalam memberikan materi baru dan lanjutan.
d) Analisis kurikulum
Analisis kurikulum adalah proses mempelajari dan memahami tingkat kedalaman materi yang dituntut kurikulum.
2) Perancangan (design)
Perancangan meliputi penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa. Pada tahap ini diperlukan adanya klarifikasi program pembelajaran yang didesain sehingga program tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.Pada tahap ini ada dua jenis kegiatan, yaitu:
a) Perancangan produk
Perencanaan produk adalah pembuatan sketsa dan peta kebutuhan serta urutan prioritas kebutuhan LKS yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.
b) Perancangan instrumen
Perancangan intrumen adalah penentuan jenis dan alat evaluasi yang akan digunakan , dimana alat evaluasi tersebut harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
(19)
19 3) Pengembangan (development)
Pengembangan merupakan proses mewujudkan perancangan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengembangan mencakup kegiatan memilih, menentukan metode, serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi.
4) Implementasi (implementation)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang dibuat. Pada tahap ini, semua yang telah dikembangkan sesuai dengan peran atau fungsinya kemudian diimplementasikan.
5) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Selain itu, evaluasi juga merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil – hasil penelitian yang relevan terhadap PMR sebagai berikut : 1. Dewi Widowati (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Pengembangan
Bahan Ajar Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berbentuk LKS dengan Pendekatan PMRI untuk Siswa Kelas VIII Semester I” menunjukkan bahwa LKS yang disusun sangat valid, LKS yang dihasilkan praktis mudah
(20)
20
digunakan dalam pembelajaran matematika. LKS dengan pendekatan matematika realistic efektif digunakan dalam pembelajaran siswa kelas VIII A SMP Institut Indonesia.
2. Febriana Nurrokhmah (2014) dalam skripsinya yang berjudul ” Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP” menunjukkan bahwa LKS dan RPP yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, LKS dan RPP yang dihasilkan praktis dan efektif digunakan dalam pembelajaran siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Buayan.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Manfaat dari pembelajaran matematika yang sesungguhnya adalah untuk mengembangkan penalaran siswa yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar penggunaan rumus. Bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang lebih menekankan pada penalaran bukan hanya sekedar penggunaan rumus. Namun, kebanyakan bahan ajar yang ada selama ini lebih menekankan pada rumus bukan penalaran, padahal penalaran atau soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari membantu siswa untuk lebih memahami konsep matematika.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah matriks untuk kelas X SMK. Penyampaian materi matriks kelas X SMK cocok dengan Pendekatan Matematika Realistik.
(21)
21
(22)
22 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Pengembangan untuk menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) materi matriks dengan pendekatan PMR untuk siswa kelas X SMK. Penelitian pengambangan ini akan mengikuti model pengembangan sistem pembelajaran ADDIE.
B. Desain Penelitian
Model penelitian yang dikembangkan adalah sistem pembelajaran ADDIE.Model pengembangan sistem pembelajaran ADDIE terdiri dari lima tahap, yaitu:analisis (analysis), perencanaan (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation).
1. Analisis (analysis)
Dalam tahap ini dilakukan analisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan solusi yang tepat dan menentukan kompetensi siswa.
a. Analisis kebutuhan
Analisis dilakukan dengan observasi di SMK Piri 3 Yogyakarta dengan mewawancarai guru dan siswa mengenai bahan ajar yang dibutuhkan.
b. Analisis materi
Analisis materi dilakukan dengan menganalisis daya serap siswa pada materi matriks berdasarkan hasil Ujian Nasional tahun 2014/2015 dan menganalisis karakteristik materi matriks.
(23)
23 c. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan dengan menganalisis standar isi dan standar proses Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
d. Analisis siswa
Analisis dilakukan dengan observasi di SMK Piri 3 Yogyakarta dengan mewawancarai guru dan siswa mengenai karakteristik siswa.
2. Perancangan (design)
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, selanjutnya peneliti melakukan perancangan. Pada tahap ini ada dua jenis kegiatan, yaitu:
a. Perancangan produk
Perancangan produk dimulai dengan pembuatan peta kebutuhan LKS, kemudian menyusun kerangka LKS dan mengumpulkan referensi.
b. Perancangan instrumen
Instrumen yang digunakan meliputi angket penilaian kevalidan produk, angket penilaian kevalidan produk (angket respon guru, angket respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran), dan penilaian keefektifan produk (tes hasil belajar siswa).
3. Pengembangan (development)
Pada tahap ini peneliti mengembangkan LKS dan instrumen penilaian LKS.
a. Pengembangan LKS
LKS dikembangkan menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan aplikasi yang digunakan adalah Corel Draw X6 dan Microsoft Office Word 2007.
(24)
24 b. Pengembangan instrumen penilaian LKS
Angket penilaian kevalidan LKS berupa checklist dengan menggunakan skala bertingkat yaitu:5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup baik), 2 (kurang baik), dan 1 (sangat tidak baik). Dan terdiri dari lima aspek, yaitu: kesesuaian LKS dengan syarat kontruktif, kesesuaian LKS dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, kualitas isi materi LKS, kesesuaian LKS dengan syarat didaktif, dan kesesuaian LKS dengan syarat teknis.
Angket penilaian kepraktisan LKS terdiri dari angket respon guru dan siswa berupa checklist dengan menggunakan skala bertingkat yaitu: 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (kurang baik), dan 1 (sangat tidak baik). Terdiri dari aspek kemudahan dan kemanfaatan. Dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari 15 aspek sesuai dengan RPP yang digunakan.
4. Implementasi (implementation)
LKS yang telah dikembangkan, selanjutnya divalidasi oleh dosen ahli. Kemudian dilakukan ujicoba LKS di sekolah secara terbatas pada kelas X SMK Piri 3 Yogyakarta. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi keterlasanaan kegiatan pembelajaran oleh guru dan 2 observer lain. Setelah kegiatan pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan selesai kemudian dilakukan tes hasil belajar dan pengebaran angket respon guru dan siswa.
5. Evaluasi (evaluation)
Pada tahap evaluasi, dilakukan analisis kualitas produk yang dihasilkan. Pada tahap ini penulis menganalisis dan mendeskripsikan kevalidan, kepraktisan dan keefektifan LKS yang dikembangkan dengan pendekatan matematika realistik.
(25)
25 C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas X semester II di SMK Piri 3 Yogyakarta.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMK Piri 3 Yogyakarta semester genap pada bulan Januari 2016.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Metode angket
1) Angket berstruktur
Angket berstruktur yang digunakan dalam penelitian berupa angket kevalidan produk, angket respon guru dan angket respon siswa. Penelitian ini menggunakan skala likert dengan memberikan tanda centang pada pilihan jawaban yang tersedia.
Skala Likers digunakan skala dengan lima angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan skala 5(lima) berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang menunjukkan tingkatan (Eko Putro Widoyoko, 2009: 115). Skor yang digunakan adalah:
5 : untuk penilaian sangat baik 4 : untuk penilaian baik
(26)
26 3 : untuk penilaian cukup baik 2 : untuk penilaian kurang baik 1 : untuk penilaian sangat tidak baik 2) Angket tak berstruktur
Evaluator diharapkan memberikan saran dan kritik yang digunakan sebagai bahan revisi produk.
b. Metode tes bagi siswa
Tes diberikan kepada siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan LKS yang dikembangkan telah selesai. Post-test ini diberikan untuk mengukur keefektifan LKS yang dikembangkan.
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Instrumen Penilaian Kevalidan Produk
Instrumen penilaian kevalidan produk berupa angket yang diisi oleh dosen ahli, angket ini dibuat dalam bentuk angket berstruktur yang digunakan untuk penilaian kevalidan LKS, serta angket tak berstruktur untuk memberikan kritik dan saran guna memperbaiki kevalidan LKS.
b. Instrumen Penilaian Kepraktisan Produk
Instrumen penilaian kepraktisan produk terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dan angket yang diisi oleh guru dan siswa.Lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran diisi oleh observer selama proses pembelajaran, sedangkan angket diberikan setelah proses pembelajaran. Angket penilaian kepraktisan produk ini terdiri dari pernyataan positif dan pertanyaan negatif. Untuk pernyataan positif jawaban “sangat setuju”
(27)
27
skor 4, “setuju” skor 3, “tidak setuju” skor 2 dan “sangat tidak setuju” skor 1. Sedangkan, untuk pernyataan negatif jawaban “sangat setuju” skor 1, “setuju” skor 2, “tidak setuju” skor 3 dan “sangat tidak setuju” skor 4.
c. Instrumen Penilaian Keefektifan Produk
Instrumen penilaian keefektifan produk berupa tes hasil belajar (post-test). Tes hasil belajar (post-test) digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS yang dikembangkan.
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kuantitatif a. Analisis Kevalidan
Data penilaian diperoleh dari angket penilaian produk yang diisi oleh dosen sebagai validator ahli dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1) Tabulasi data yang diperoleh dari validator. 2) Menghitung jumlah skor dan rata- rata skor.
̅ =∑ �
Keterangan :
̅ : Rata – rata skor tiap aspek ∑ � : Jumlah skor tiap aspek
: Jumlah evaluator
3) Mengubah rata-rata skor menjadi nilai kualitatif sesuai kriteria penilaian yang diadopsi dari S. Eko Putro Widoyoko (2009:238).
(28)
28 Tabel 2. Kriteria Penilaian Ideal
No Interval Rata-Rata Skor Klasifikasi
1 ̅ > �� + , ��� Sangat Baik
2 �� + , ��� < ̅ ≤ �� + , ��� Baik
3 �� − , ��� < ̅ ≤ �� − , ��� Cukup Baik
4 �� − , ��� < ̅ ≤ �� − , ��� Kurang Baik
5 ̅ ≤ �� − , ��� Sangat Tidak Baik
S. EkoPutroWidoyoko (2009:238) Keterangan :
�� = Rata – rata ideal
= x (skor maksimal ideal+skor minimal ideal) ��� = Simpangan baku ideal
=
6 x (skor maksimal ideal – skorminimal ideal)
Dalam penelitian ini, jika harga �� dan ��� disubstitusikan kedalam kriteria kevalidan LKS, maka dapat dituliskan sebagai berikut:
Skor maksimal ideal = 5 Skor minimal ideal = 1
�� = x (skor maksimal ideal+skor minimal ideal)
= x (5 + 1) =
��� =
6 x (skor maksimal ideal – skorminimal ideal)
=
6 x (5 – 1)
(29)
29
Pedoman Pengubahan Rata-Rata Skor Tiap Aspek Menjadi Data Kualitatif Tabel 3. Pedoman Klasifikasi Penilaian Kevalidan LKS
Interval Rata-Rata Skor Klasifikasi
̅ > , Sangat Baik
, < ̅ ≤ , Baik
, < ̅ ≤ , Cukup
, < ̅ ≤ , Kurang
̅ ≤ , Sangat Kurang
̅ = rata-rata perolehan skor
4) Menentukan kevalidan LKS yaitu dengan menghitung rata – rata skor total yang diberikan masing – masing evaluator, kemudian pembandingan rata-rata skor total dengan kriteria penilaian kualitas LKS.
b. Analisis Kepraktisan
1) Lembar keterlaksanaan kegiatan pembelajaran
Analisis Lembar keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menghitung banyaknya aspek yang terlaksana kemudian menghitung persentasenya dengan rumus:
� = � � � × %
b) Mengkategorikan persentase keterlaksanaan berdasarkan kriteria penilaian yang diadopsi dari Eko Putro Widoyoko(2013:242).
Tabel 4. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran Persentase Ketuntasan (%) Kriteria
� > Sangat Praktis
< � ≤ Praktis
< � ≤ Cukup Praktis
< � ≤ Kurang Praktis
� ≤ Sangat Praktis
(30)
30 2) Angket respon
Angket penilaian kepraktisan LKS ini terdiri dari pernyataan positif dan pertanyaan negatif. Langkah – langkah perhitungan sebagai berikut :
a) Tabulasi data angket respon
Data yang diperoleh dari angket respon guru dan siswa ditabulasi. Tabel 5. Pedoman Peniaian Angket Respon Guru dan Siswa
Alternatif Pilihan
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Nilai Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju 4
Setuju Tidak Setuju 3
Tidak Setuju Setuju 2
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju 1 b) Menghitung jumlah skor dan rata- rata skor penilaian evaluator.
̅ =∑ �
Keterangan :
̅ : Rata – rata skor tiap aspek ∑ � : Jumlah skor tiap aspek
: Jumlah evaluator
c) Mengkonversikan skor rata-rata yang diperoleh menjadi nilai kualitatif sesuai penilaian skala 5 yang diadopsi dari S. Eko Putro Widoyoko (2009:238).
Skor maksimal ideal = 4 Skor minimal ideal = 1
�� = x (skor maksimal ideal+skor minimal ideal)
= x (4 + 1) = ,
(31)
31
��� =
6 x (skor maksimal ideal – skorminimal ideal)
=
6 x (4 – 1)
= ,
Pedoman Pengubahan Rata-Rata Skor Tiap Aspek Menjadi Data Kualitatif Tabel 6. Pedoman Klasifikasi Penilaian Kepraktisan LKS
Interval Rata-Rata Skor Klasifikasi
̅ > , Sangat Baik
, < ̅ ≤ , Baik
, < ̅ ≤ , Cukup
, < ̅ ≤ , Kurang
̅ ≤ , Sangat Kurang
d) Menentukan kepraktisan LKS yaitu dengan menghitung rata – rata skor tiap aspek dan rata-rata skor keseluruhan , kemudian diubah menjadi nilai kualitatif sesuai dengan kriteria.
c. Analisis Keefektifan
Mengukur keefektifan LKS yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar siswa. Langkah – langkahnya sebagai berikut :
a) Memberikan skor jawaban setiap butir soal yang diperoleh masing – masing siswa.
b) Menghitung jumlah skor yang diperoleh masing – masing siswa. c) Manghitung nilai yang diperoleh masing – masing siswa.
d) Mengkategorikan nilai siswa berdasarkan nilai KKM di kelas.
e) Menghitung banyaknya siswa yang telah mencapai ketuntasan hasil belajar kemudian menghitung persentasenya dengan rumus:
(32)
32
f) Mengkategorikan persentase ketuntasan siswa berdasarkan kriteria penilaian kecakapan akademik yang diadopsi dari Eko Putro Widoyoko(2013:242).
Tabel 7. Kriteria Penilaian Kecakapan Akademik Persentase Ketuntasan (%) Kriteria
� > Sangat Efektif
< � ≤ Efektif
< � ≤ Cukup Efektif
< � ≤ Kurang Efektif
� ≤ Sangat Efektif
� : persentase ketuntasan
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari catatan di lapangan saat uji coba dan masukan dari siswa pada angket respon siswa. Data tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif.
(33)
71
DAFTAR PUSTAKA
Benny A. Pribadi. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
BSNP. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses dari http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/proses/Permen_41_Th-2007.pdf pada tanggal 5 April 2016, jam 11.10 WIB.
Chomsim S. Widodo, Jasmadi. (2008). Penduan Menyusun Bahan Ajar Bernasis Kompetensi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Depdiknas. (2006). Standar Iss dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK. Jakarta: Cipta Jaya.
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan Madrasah Aliyah SMA/ MA/ SMK/ MAK. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Pembinaan SMA. (2010). Panduan Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis TIK. Diakses dari http://www.psb-psma.org/webfm_send/71 pada tanggal
Human Development Department East and Pasific Region. (2010). Inside Indonesia’s Mathematics Classrooms: A TIMSS video study of teaching practices and student achievement. World Bank.
Kamalia, P. (2009). Pengembangan perangkat pembelajaran untuk guru SMP. Bandung: PPPTK IPA.
Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademi Permata.
Marsigit, dkk. (2010). “Pengembangan Guru Matematika SMP RSBI Melalui Lesson Study.” Laporan Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses dari https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &ved=0ahUKEwiLzbejx_bLAhUCwI4KHYuFDe0QFggdMAA&url=http %3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpenelitian%2FMarsi git%2C%2520Dr.%2C%2520M.A.%2FPengembangan%2520Kompetensi %2520Guru%2520Matematika%2520SMP%2520RSBI%2520Melalui%2 520LESSON%2520STUDY_Laporan%2520Penelitian%2520RG%25202
(34)
72
010%2520IMHERE_MARSIGIT%2520dkk.pdf&usg=AFQjCNGwtI60t0 0rA9FKPWWQLFatxa_wYQ&sig2=YZcbb0LVuxStvH3qa2rzPA pada tanggal 17 November 2015, jam 08.24 WIB.
Mudlofir, Ali. (2011). Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingat Satuan
Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sudira, Putu. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/buku-ktsp.pdf pada 25 Oktober 2015, jam 08.47 WIB.
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 Mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Widoyoko, S. Eko Putro. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan
raktis bagi Guru dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wijaya, Ariyadi. (2012). Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif
Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijaya, A., Van den Heuvel-Penhuizen, M. & Doorman, M. (2015). Opportunity to learn context-based tasks provided by mathematics textbooks.
Educational studies in mathematics 89(1), 41-64.
(1)
29
Pedoman Pengubahan Rata-Rata Skor Tiap Aspek Menjadi Data Kualitatif Tabel 3. Pedoman Klasifikasi Penilaian Kevalidan LKS
Interval Rata-Rata Skor Klasifikasi ̅ > , Sangat Baik
, < ̅ ≤ , Baik , < ̅ ≤ , Cukup , < ̅ ≤ , Kurang
̅ ≤ , Sangat Kurang
̅ = rata-rata perolehan skor
4) Menentukan kevalidan LKS yaitu dengan menghitung rata – rata skor total yang diberikan masing – masing evaluator, kemudian pembandingan rata-rata skor total dengan kriteria penilaian kualitas LKS.
b. Analisis Kepraktisan
1) Lembar keterlaksanaan kegiatan pembelajaran
Analisis Lembar keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menghitung banyaknya aspek yang terlaksana kemudian menghitung persentasenya dengan rumus:
� = � � � × %
b) Mengkategorikan persentase keterlaksanaan berdasarkan kriteria penilaian yang diadopsi dari Eko Putro Widoyoko(2013:242).
Tabel 4. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran Persentase Ketuntasan (%) Kriteria
� > Sangat Praktis < � ≤ Praktis
< � ≤ Cukup Praktis < � ≤ Kurang Praktis
� ≤ Sangat Praktis
(2)
30 2) Angket respon
Angket penilaian kepraktisan LKS ini terdiri dari pernyataan positif dan pertanyaan negatif. Langkah – langkah perhitungan sebagai berikut :
a) Tabulasi data angket respon
Data yang diperoleh dari angket respon guru dan siswa ditabulasi. Tabel 5. Pedoman Peniaian Angket Respon Guru dan Siswa
Alternatif Pilihan
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Nilai Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju 4
Setuju Tidak Setuju 3
Tidak Setuju Setuju 2
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju 1 b) Menghitung jumlah skor dan rata- rata skor penilaian evaluator.
̅ =∑ � Keterangan :
̅ : Rata – rata skor tiap aspek ∑ � : Jumlah skor tiap aspek
: Jumlah evaluator
c) Mengkonversikan skor rata-rata yang diperoleh menjadi nilai kualitatif sesuai penilaian skala 5 yang diadopsi dari S. Eko Putro Widoyoko (2009:238).
Skor maksimal ideal = 4 Skor minimal ideal = 1
�� = x (skor maksimal ideal+skor minimal ideal) = x (4 + 1)
(3)
31 ��� =
6 x (skor maksimal ideal – skorminimal ideal) =
6 x (4 – 1) = ,
Pedoman Pengubahan Rata-Rata Skor Tiap Aspek Menjadi Data Kualitatif Tabel 6. Pedoman Klasifikasi Penilaian Kepraktisan LKS
Interval Rata-Rata Skor Klasifikasi ̅ > , Sangat Baik , < ̅ ≤ , Baik
, < ̅ ≤ , Cukup , < ̅ ≤ , Kurang
̅ ≤ , Sangat Kurang
d) Menentukan kepraktisan LKS yaitu dengan menghitung rata – rata skor tiap aspek dan rata-rata skor keseluruhan , kemudian diubah menjadi nilai kualitatif sesuai dengan kriteria.
c. Analisis Keefektifan
Mengukur keefektifan LKS yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar siswa. Langkah – langkahnya sebagai berikut :
a) Memberikan skor jawaban setiap butir soal yang diperoleh masing – masing siswa.
b) Menghitung jumlah skor yang diperoleh masing – masing siswa. c) Manghitung nilai yang diperoleh masing – masing siswa.
d) Mengkategorikan nilai siswa berdasarkan nilai KKM di kelas.
e) Menghitung banyaknya siswa yang telah mencapai ketuntasan hasil belajar kemudian menghitung persentasenya dengan rumus:
(4)
32
f) Mengkategorikan persentase ketuntasan siswa berdasarkan kriteria penilaian kecakapan akademik yang diadopsi dari Eko Putro Widoyoko(2013:242).
Tabel 7. Kriteria Penilaian Kecakapan Akademik Persentase Ketuntasan (%) Kriteria
� > Sangat Efektif < � ≤ Efektif
< � ≤ Cukup Efektif < � ≤ Kurang Efektif
� ≤ Sangat Efektif
� : persentase ketuntasan
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari catatan di lapangan saat uji coba dan masukan dari siswa pada angket respon siswa. Data tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif.
(5)
71
DAFTAR PUSTAKA
Benny A. Pribadi. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
BSNP. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses dari http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/proses/Permen_41_Th-2007.pdf pada tanggal 5 April 2016, jam 11.10 WIB.
Chomsim S. Widodo, Jasmadi. (2008). Penduan Menyusun Bahan Ajar Bernasis Kompetensi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Depdiknas. (2006). Standar Iss dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK. Jakarta: Cipta Jaya.
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan Madrasah Aliyah SMA/ MA/ SMK/ MAK. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Pembinaan SMA. (2010). Panduan Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis TIK. Diakses dari http://www.psb-psma.org/webfm_send/71 pada tanggal
Human Development Department East and Pasific Region. (2010). Inside Indonesia’s Mathematics Classrooms: A TIMSS video study of teaching practices and student achievement. World Bank.
Kamalia, P. (2009). Pengembangan perangkat pembelajaran untuk guru SMP. Bandung: PPPTK IPA.
Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademi Permata.
Marsigit, dkk. (2010). “Pengembangan Guru Matematika SMP RSBI Melalui Lesson Study.” Laporan Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &ved=0ahUKEwiLzbejx_bLAhUCwI4KHYuFDe0QFggdMAA&url=http %3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpenelitian%2FMarsi git%2C%2520Dr.%2C%2520M.A.%2FPengembangan%2520Kompetensi %2520Guru%2520Matematika%2520SMP%2520RSBI%2520Melalui%2 520LESSON%2520STUDY_Laporan%2520Penelitian%2520RG%25202
(6)
72
010%2520IMHERE_MARSIGIT%2520dkk.pdf&usg=AFQjCNGwtI60t0
0rA9FKPWWQLFatxa_wYQ&sig2=YZcbb0LVuxStvH3qa2rzPA pada
tanggal 17 November 2015, jam 08.24 WIB.
Mudlofir, Ali. (2011). Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingat Satuan
Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sudira, Putu. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/buku-ktsp.pdf pada 25 Oktober 2015, jam 08.47 WIB.
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 Mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Widoyoko, S. Eko Putro. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan
raktis bagi Guru dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wijaya, Ariyadi. (2012). Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif
Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijaya, A., Van den Heuvel-Penhuizen, M. & Doorman, M. (2015). Opportunity to learn context-based tasks provided by mathematics textbooks.
Educational studies in mathematics 89(1), 41-64.