PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI LIMAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK SISWA SMP NEGERI 2 PALEMBANG

LIMAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK SISWA SMP NEGERI 2 PALEMBANG SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh RIZKY PUTRI JANNATI NIM. 10221029

Program Studi Tadris Matematika FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2014

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum

disalah satu dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitabullah dan saling mengajarkannya diantara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi dengan rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada disisi-Nya. Barang siapa berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya. (H.R Muslim dalam Shahih-nya)

Kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku, Bapak Fajaruddin dan Ibu Husna yang senantiasa mendo’akan keberhasilanku

Kakakku Rianda Setia Nugraha

Adik-adikku, Indra Mahmuddin dan Indri Mahmuddah yang selalu memberikan supportnya

Almamaterku

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”

ABSTRACT

The purpose of this study was to produce a Student Worksheet that valid, practice and effective, and to know the effect of the using of Student Worksheet that were developed by using Indonesian Realistic Mathematics Education approach to understanding of concept. The subjects of this study was VIII. 6 students of SMP Negeri 2 Palembang. The method of this research was the development of research. Data collection techniques that using in this study was the expert review, questionnaire, and post test. The results of the research was resulted a Student Worksheet that valid, practice and effective. Based on the results of the expert review, student worksheets showed in valid category with average 3.38. Based on the results of the questionnaire, student worksheet showed in very practice category with average 95. The effective of this student worksheet was seen from understanding of the concept. Based on the results of data analysis test, student worksheet showed effective with average of 83.43 .

Keywords: student worksheet, the approach of RME, development of research and understanding of concept .

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan Lembar Kerja Siswa yang valid, praktis dan efektif serta mengetahui pengaruh penggunaan LKS yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia terhadap indikator pemahaman konsep siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.6 SMP Negeri 2 Palembang. Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah validasi pakar, angket dan tes. Berdasarkan hasil penelitian telah menghasilkan LKS yang valid, praktis dan efektif. Dari hasil validasi, LKS termasuk dalam kategori valid dengan rata-rata 3,38. Dari hasil angket kepraktisan, LKS termasuk dalam kategori sangat praktis dengan rata-rata 95. Keefektifan LKS ini dilihat dari kemampuan pemahaman konsep siswa. Dari hasil analisis data tes kemampuan pemahaman konsep LKS menunjukkan efektif dengan rata-rata 83,43.

Kata kunci : Lembar Kerja Siswa, Pendekatan PMRI, Pengembangan dan Pemahaman Konsep.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul: Pengembangan Lembar Kerja Siswa pada Materi Limas Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Siswa SMP Negeri 2 Palembang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Tadris Matematika.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. H. Aflatun Muchtar, MA. selaku Rektor IAIN Raden Fatah Palembang.

2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

3. Ibu Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika dan Ibu Gusmelia Testiana, M.Kom. selaku Sekretaris Program Studi Tadris Matematika.

4. Bapak Muhammad Isnaini selaku Pembimbing I yang telah membimbing saya dengan tekun, penuh kesabaran, perhatian, serta keikhlasan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Muhammad Win Afgani, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah membimbing saya dengan tekun, penuh kesabaran, perhatian, serta keikhlasan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu dosen serta staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

7. Bapak Muawiyah, BA., S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Palembang, Ibu Rita Yusuf, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang, serta guru dan staf di SMP Negeri 2 Palembang yang telah memberikan izin dan bantuan baik moril dan materi sampai skripsi ini selesai.

8. Ibu Hartatiana, M.Pd. dan Ibu Riza Agustiani, M.Pd., sebagai validator dalam penelitian ini.

9. Sahabatku Dwi Anggraini, S.Pd dan Okta Safitri, S.Pd, serta sahabat keluarga Akselerasi MAN 3 Palembang atas semangat kata pertama yang telah memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Program Studi Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang.

11. Siswa SMP Negeri 2 Palembang kelas VIII.6 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna menyempurnakan skripsi ini.

Palembang, Oktober 2014

Rizky Putri Jannati NIM. 10 221 029

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Proses belajar mengajar dikembangkan dengan berbagai komponen pendekatan dan metode pengajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam belajar baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya merupakan tujuan utama dalam proses balajar. Ditinjau dari tujuan pendidikan matematika yang tercantum dalam kurikulum 1975, 1984, 1994, 2004 (KBK) maupun 2006 (KTSP) yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan atau menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pembelajaran matematika bertujuan terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang terukur melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika bidang lain, maupun kehidupan sehari-hari.

Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekolah merupakan lembaga formal penyelenggara pendidikan. Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan Nasional mengemban misi dasar dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah. Melalui kegiatan pengajaran, siswa-siswi SMP yang berada pada tahap operasi konkrit sudah semestinya dibekali dengan ilmu pengetahuan dasar dan keterampilan dasar yang dalam hal ini adalah mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum SMP untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya pada jenjang pendidikan selanjutnya.

Mata pelajaran matematika sangat penting diberikan kepada siswa mulai dari sekolah menengah pertama untuk membekali siswa dengan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Dengan pembelajaran matematika diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan menggunakan

masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan media lainnya (Depdiknas, 2006: 345).

Terdapat beberapa keuntungan apabila siswa diperkenalkan dengan penalaran. Keuntungan tersebut diantaranya adalah jika siswa diberi Terdapat beberapa keuntungan apabila siswa diperkenalkan dengan penalaran. Keuntungan tersebut diantaranya adalah jika siswa diberi

Banyak faktor yang mempengaruhi siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Salah satunya adalah faktor pedagogik yaitu faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi pembelajaran (Widdiharto dalam Pertiwi, 2013:3). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, salah satunya adalah mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep, atau prinsip dalam pembelajaran matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu (Depdiknas, 2006: 11).

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP N 2 Palembang pada tanggal 23 September 2013 bahwa proses pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru, ketika guru menjelaskan pelajaran siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa ada respon balik oleh sebab itu siswa cenderung menghafal konsep tanpa tahu bagaimana konsep tersebut dibentuk. Hal ini didukung data wawancara peneliti terhadap salah satu guru yang bernama Rita Yusuf, S.Pd pada tanggal yang sama di SMP N 2 Palembang, yaitu dalam pembelajaran matematika sudah menggunakan buku

paket dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disediakan dari sekolah. Proses pembelajaran menggunakan metode ceramah guru hanya menjelaskan, memberikan contoh dan memberikan soal-soal latihan pada LKS untuk siswa mengerjakan bersama-sama dengan tahapan guru langsung menjawab apa yang diperintahkan soal dan tugas siswa hanya mendengarkan bagaimana cara pengerjaan soal LKS tersebut sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep karena siswa tidak mempunyai sikap belajar yang membuatnya aktif dalam pengerjaan soal dan sebagian siswa tidak tahu bagaimana cara tahapan penyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Mengenai pembelajaran menggunakan LKS yang dibeli dari sekolah belum mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kurang menarik perhatian siswa untuk belajar matematika. Jadi dalam proses pembelajaran di kelas, guru masih berperan aktif dan LKS yang ada hanya digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas IX di SMP N 2 Palembang bahwa siswa tersebut kurang memahami konsep limas dan saat diminta untuk menyebutkan rumus luas permukaan dan volume limas, siwa tersebut menyebutkan dengan ragu dan kurang tepat. Selain itu, LKS yang digunakan sekolah bersifat prosedural sehingga pembelajaran di kelas terkesan kurang bermakna. Untuk melihat perbedaan LKS yang digunakan di sekolah dengan LKS yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Perbedaan LKS yang Digunakan Sekolah dengan LKS yang Dikembangkan LKS yang Digunakan

No Perbedaan LKS yang dikembangkan.

Sekolah

1. Materi  Pada LKS tidak ada  Terdapat aktivitas siswa

aktivitas siswa

menemukan kembali rumus luas

menemukan kembali

permukaan dan volume limas.

rumus luas permukaan

Sehingga siswa tidak hanya pandai

dan volume limas.

dalam mensubsitusikan nilai panjang, lebar, dan tinggi ke dalam rumus, tetapi siswa juga mengetahui bagaimana menemukan kembali rumus luas permukaan dan volume limas dengan bantuan alat peraga yang disediakan peneliti, sehingga belajar matematika terasa lebih bermakna oleh siswa.

2. Isi  Materi luas permukaan  Materi luas permukaan dan

dan volume limas

volume limas dimulai dari

dimulai dari rumus

permasalahan dunia nyata (real

kemudian

world) , kemudian siswa berusaha

menyelesaikan

menyelesaiakan permasalahan,

permasalahan.

melakukan pendataan dari hasil percobaan, dan menemukan kembali formula atau rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

3 Tampilan  Disajikan pada lembaran  Disajikan pada lembaran kertas

kertas yang sederhana,

yang lebih menarik, bergambar,

sehinga terlihat kurang

berwarna, bahasa yang digunakan

menarik perhatian

sederhana dan mudah dipahami,

siswa.

sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar matematika.

Salah satu firman Allah SWT yang membahas tentang kehidupan sekitar yang dapat dipelajari, yaitu surat Al-baqarah ayat 164 yang berbunyi :

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(Q.S. Al- baqarah:164)

Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Dalam PMR, permasalahan realitistik digunakan sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk pembelajaran (a source for leaarning) (Wijaya, 2012:21). Pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang rill sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna (Hadi, 2005:37). Dengan menggunakan Pendekatan PMR, siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar di lihat dari hasil penelitian Sutarto Hadi, yaitu siswa menjadi lebih termotivasi, aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar (Hadi, 2005:43)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengembangkan LKS pada materi limas. LKS akan dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI yang berorientasi pada pengalaman sehari-hari. Kue bugis dan atap rumah merupakan contoh limas yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari- hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi Limas yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang valid untuk siswa kelas VIII SMP Negeri

2 Palembang?

2. Bagaimanakah Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi Limas yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang praktis pada materi limas untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palembang?

3. Bagaimanakah Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi Limas yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang efektif terhadap pemahaman konsep siswa pada materi limas untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi Limas yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang valid untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palembang

2. Menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi Limas yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang praktis untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palembang

3. Menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi Limas yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang efektif tehadap pemahaman konsep siswa untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palembang

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Siswa, diharapkan dapat menemukan konsep sendiri tentang bangun ruang limas untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.

2. Guru, sebagai bahan perbandingan untuk mengajar pada materi limas menggunakan LKS yangdikembangkan berdasarkan pendekatan PMRI

3. Sekolah, sebagai bahan pengayaan ilmu pengetahuan pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.

4. Peneliti, sebagai sarana untuk menambah wawasan tentang cara mengembangkan LKS dan mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pada tahun 1971, Hans Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematic Education) (Hadi, 2005:7). RME didasarkan oleh pendapat Freudenthal bahwa matematika adalah suatu aktivitas manusia dan siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah ada (Hadi, 2005: 19). Di Indonesia, RME dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Penambahan kata “Indonesia” dilakukan untuk memberikan ciri yang berbeda karena dikembangkan sesuai situasi dan kondisi serta konteks di Indonesia.

Di dalam PMR, pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang rill sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna. Dalam proses tersebut peran guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses rekontruksi ide dan konsep matematika (Hadi, 2005:38). Dalam PMR siswa tidak dapat dipandang sebagi botol kosong yang harus diisi air. Sebaliknya siswa dipandang sebagai human being yang memiliki seperangkat pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh melalu interaksi dengan lingkungannya (Hadi, 2005:39).

PMRI sejalan dengan teori psikologi kognitif dan pembelajaran matematika. Menurut pandangan psikologi kognitif, yang bermakna itu lebih mudah dipahami siswa daripada yang tidak bermakna. Bermakna PMRI sejalan dengan teori psikologi kognitif dan pembelajaran matematika. Menurut pandangan psikologi kognitif, yang bermakna itu lebih mudah dipahami siswa daripada yang tidak bermakna. Bermakna

B. Prinsip (PMRI)

Menurut Freudental (dalam Anggun, 2013: 21-22) ada tiga prinsip PMRI yang dapat dijadikan sebagai acuan oleh peneliti dan pendesainan perangkat pembelajaran baik itu materi maupun produk pendidikan lainnya. Ketiga prinsip tersebut dijelaskan seperti berikut:

1. Penemuan terbimbing melalui matematisasi (guided reinvention through mathematization)

Karena dalam PMRI, matematika adalah aktivitas manusia maka penemuan terbimbing melalui matematisasi dapat diartikan bahwa siswa hendaknya dalam belajar matematika harus diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama saat matematika ditemukan. Prinsip ini dapat diinspirasikan dengan menggunakan prosedur secara informal ke tingkat belajar matematika secara formal.

2. Fenomena mendidik (didacitical phenomenology) Situasi yang berisikan fenomena mendidik yang dijadikan bahan dan area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkatan matematika secara formal. Upaya ini akan tercapai jika pengajaran yang dilakukan menggunakan situasi yang berupa fenomena-fenomena yang mengandung konsep matematika secara informal ke tingkat belajar matematika secara formal.

3. Model-model siswa sendiri (self-develoved models) Peran self-develoved models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi konkret atau informal matematika ke formal matematika. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model suatu situasi yang dekat dengan alam siswa. Dengan generalisasi model tersebut akan menjadi berubah model-of masalah tersebut. Model-of akan bergeser menjadi model-for masalah sejenis. Pada akhirnya akan menjadi model dalam formal matematika.

C. Karakteristik PMRI

Sebagai operasionalisasi ketiga prinsip utama PMRI di atas, PMRI memiliki lima karakteristik (Treffers dalam Wijaya, 2012 : 21-23 ), yaitu :

1. Penggunaan konteks Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam 1. Penggunaan konteks Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam

2. Penggunan model untuk matematisasi progresif Dalam Pendidikan Matematika Realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematikan tingkat konkrit dan matematika tingkat formal.

3. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam Pendidikan Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan startegi pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh startegi yang bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep.

4. Interaktivitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling 4. Interaktivitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling

5. Keterkaitan Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, konsep- konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. Pendidikan Matematika Realistik menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.

D. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, biasanya berupa petunjuk dan langkah- langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Depdiknas, 2008:13). Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teoritis atau tugas-tugas praktis. Kuswadi (dalam Dani, 2012:19) menyatakan bahwa LKS merupakan suatu rangkaian tugas yang disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Dengan menjawab pertanyaan tersebut, siswa mampu menguasai bahan ajar yang mereka pelajari. Fungsi LKS bagi siswa adalah untuk mempermudah memahami materi pelajaran yang dipelajari. Sedangkan Menurut Dani (2012:19) LKS adalah lembaran yang berisi tugas dan permasalahan dalam materi ajar yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus diselesaikan yang Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, biasanya berupa petunjuk dan langkah- langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Depdiknas, 2008:13). Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teoritis atau tugas-tugas praktis. Kuswadi (dalam Dani, 2012:19) menyatakan bahwa LKS merupakan suatu rangkaian tugas yang disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Dengan menjawab pertanyaan tersebut, siswa mampu menguasai bahan ajar yang mereka pelajari. Fungsi LKS bagi siswa adalah untuk mempermudah memahami materi pelajaran yang dipelajari. Sedangkan Menurut Dani (2012:19) LKS adalah lembaran yang berisi tugas dan permasalahan dalam materi ajar yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus diselesaikan yang

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis bahan ajar berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan- pertanyaan) yang harus dijawab oleh siswa untuk memberikan kemudahan dalam memahami materi yang diajarkan kepada siswa.

Menurut Depdiknas (2008:42-45) alternatif tujuan pengemasan materi dalam bentuk LKS adalah :

1. LKS membantu siswa untuk menemukan suatu konsep LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS memuat apa yang (harus) dilakukan siswa meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis.

2. LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan

3. LKS berfungsi sebagai penuntun belajar

4. LKS berfungsi sebagai penguatan

5. LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum Menurut Depdiknas (2008,23-24) dalam menyiapkan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Analisis kurikulum Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan LKS. Dalam menentukan materi tersebut diperlukan 1. Analisis kurikulum Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan LKS. Dalam menentukan materi tersebut diperlukan

2. Menyusun peta kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS diperlukan untuk mengetahui jumlah dan sekuensi atau urutan LKS yang harus ditulis. Penentuan sekuensi tersebut sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan LKS. Kegiatan ini diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

3. Menentukan judul-judul LKS Judul LKS ditetapkan atas dasar kompetensi dasar, materi pokok LKS atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.

4. Penulisan LKS Langkah-langkah penulisan LKS adalah sebagai berikut.

a. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai

b. Menentukan alat penilaian Penilaian dilakukan terhadap hasil kerja peserta didik.

c. Penyusunan materi Materi LKS sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dalam LKS dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian.

d. Memperhatikan struktur LKS Struktur komponen LKS secara umum adalah sebagai berikut.

1) Judul Nama yang dipakai dalam LKS untuk menggambarkan secara pendek isi dari LKS..

2) Kompetensi yang akan dicapai Kompetensi yang diaharapkan akan dicapai siswa setelah mengerjakan LKS.

3) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja

Pedoman bagi siswa untuk mengerjakan soal dalam LKS.

4) Penilaian Penilaian terhadap kerja kelompok dalam mengerjakan LKS. Menurut Ghozali (dalam Dani, 2012:21-22) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun LKS adalah sebagai berikut.

1. Format

a. Kejelasan pembagian materi Pembagian materi dalam LKS didasarkan pada pengelompokan materi yang ada pada buku siswa. Selain itu dalam LKS memuat tempat kosong atau titik-titik yang disesuaikan dengan banyaknya langkah penyelesaian sebagai tempat jawaban siswa.

b. Sistem penomeran jelas, yaitu menggunakan campuran angka dan huruf.

c. Jenis dan ukuran huruf yang sesuai.

d. Kesesuaian ukuran fisik buku dengan siswa.

2. Bahasa

a. Kebenaran tata bahasa, artinya sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang benar.

b. Kesesuaian kalimat dengan tingkat perkembangan siswa.

c. Mendorong minat untuk bekerja.

d. Kesederhanaan struktur kalimat yang digunakan.

e. Kalimat soal tidak mengandung arti ganda.

f. Kejelasan petunjuk atau arahan.

g. Menggunakan bahasa yang komunikatif.

3. Isi

a. Kebenaran materi dalam LKS.

b. Dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis.

c. Kesesuaian antara pembelajaran matematika dengan pendekatan yang digunakan.

E. Kriteria Pengembangan LKS dengan Pendekatan PMRI

Kriteria yang digunakan untuk mengembangkan LKS dengan pendekatan PMRI mengacu pada kriteria kualitas suatu perangkat pembelajaran (dalam penelitian ini LKS) yang dikemukakan oleh Nieveen (dalam Dani, 2011:26-27). Suatu perangkat pembelajaran dikatakan berkualitas, jika memenuhi aspek-aspek kualitas antara lain:

1. Validitas (Validity)

2. Kepraktisan (Practicality)

3. Keefektifan (Effectivenes)

Berdasarkan pada tiga hal tersebut, LKS yang dikembangkan dalam penelitian ini dikatakan baik jika memenuhi kriteria-kriteria berikut ini.

1. Kevalidan (Validity) Menurut Nieveen (dalam Dani, 2011:27-29) validitas dari suatu perangkat pembelajaran dilihat dari apakah berbagai komponen dari perangkat pembelajaran itu terkait secara konsisten antara satu dengan yang lainnya (construct validity). Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah LKS yang dikembangkan.

Validator dalam penelitian ini adalah ahli yang memenuhi kriteria yang ditentukan, yaitu ahli dari segi bahasa dan materi yang digunakan dalam penelitian ini.

Kevalidan LKS didasarkan menurut penilaian para ahli/validator yang meliputi tiga aspek yang kriterianya ditentukan oleh peneliti, yaitu:

a. Aspek format, meliputi:

1) LKS memuat: judul LKS, petunjuk kerja, kompetensi yang akan dicapai dan tempat kosong untuk menulis jawaban pada LKS;

2) keserasian warna, tulisan, dan gambar pada LKS.

b. Aspek isi, meliputi:

1) kebenaran materi;

2) kesesuaian antara pokok bahasan luas permukaan limas dan volume limas dengan kegiatan pada LKS;

3) kesesuaian antara permasalahan yang disajikan dengan sub pokok bahasan luas permukaan limas dan volume limas;

4) kesesuaian dengan prinsip dan karakteristik PMRI;

5) peranan LKS untuk mendorong siswa mengkontruksi sendiri konsep yang dipelajari;

6) LKS sudah menggambarkan materi yang kontekstual atau dapat dibayangkan oleh siswa.

c. Aspek bahasa meliputi:

1) kemudahan siswa dalam memahami bahasa yang digunakan;

2) menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar;

3) tugas-tugas dalam LKS tidak menimbulkan makna ganda/ ambigu;

4) pengorganisasiannya sistematis.

2. Kepraktisan (Practicality) Practicality refers to the extent that user (or other experts) consider the intervention as appealing and usable in ‘normal’ conditions.

Nieveen (dalam Dani, 2011:28) mengukur tingkat kepraktisan dilihat dari apakah guru dan pakar-pakar lainnya mempertimbangkan bahwa materi mudah dan dapat digunakan oleh siswa dan guru.

Pada penelitian ini LKS dikatakan praktis jika secara teori validator menyatakan bahwa LKS tersebut dapat digunakan dengan revisi kecil atau tanpa revisi, yang telah diisi pada lembar validasi LKS. Begitu juga kepraktisan LKS dilihat melalui respon siswa dan observasi keterlaksanaan pembelajaran. LKS dapat dikatakan praktis jika para responden menyatakan bahwa lembar kerja siswa dapat diterapkan di kelas.

3. Efektif Aspek yang paling penting dalam keefektifan adalah untuk mengetahui tingkat atau derajat penerapan teori, atau model dalam situasi tertentu (Reigeluth dalam Dani, 2011: 29). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Efektif adalah dapat membawa hasil. Menurut Mulyasa, keefektifan biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan antara hasil nyata dengan hasil yang direncanakan (dalam Sanny, 2011: 44). Dalam penelitian ini LKS yang dikembangkan dikatakan efektif jika lebih dari 75% siswa mendapatkan hasil tes kemampuan konsep siswa lulus kriteria ketuntasan minimum (KKM).

F. Kemampuan Pemahaman Konsep

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti dapat, atau sanggup melakukan sesuatu. Sedangkan pemahaman berasal dari kata paham yang bearti pengetahuan, mengerti/tau benar, pandai dan mengerti benar. Lebih lanjut dikemukakan rosser (dalam Sagala, 2013:73) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Konsep adalah ide (abstrak) yang dapat

seseorang untuk mengelompokkan/menggolongkan seseuatu objek (Wardhani, 2008:9). Dapat disimpulkan bahawa kemampuan pemahaman konsep adalah kesanggupan

digunakan

atau

memungkinkan memungkinkan

Adapun indikator-indikator pemahaman konsep matematika tersebut antara lain seperti yang tercantum dalam Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor (Wardhani, 2008:10-11), yaitu

a. Menyatakan ulang sebuah konsep

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasi konsep atau algoritma pemecahan masalah.

G. Hubungan Antara PMRI dengan Kemampuan Pemahaman Konsep

Pada dasarnya pendekatan PMRI membimbing siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep yang pernah ditemukan oleh para ahli matematika atau bila memungkinkan siswa dapat menemukan hal yang sama sekali belum pernah ditemukan, Frudenthal 1991 (Suherman 2003 : 150)

Penggunaan pendekatan PMRI dalam memahami konsep dirasa sangat efektif. Karena pemahaman konsep dengan cara menemukan sendiri, penguasaan terhadap materi yang ditemukan akan selalu melekat di ingatan siswa dan itu jauh lebih baik dari pada pemahaman konsep yang diajarkan Penggunaan pendekatan PMRI dalam memahami konsep dirasa sangat efektif. Karena pemahaman konsep dengan cara menemukan sendiri, penguasaan terhadap materi yang ditemukan akan selalu melekat di ingatan siswa dan itu jauh lebih baik dari pada pemahaman konsep yang diajarkan

Dari uraian di atas, jelas bahwa ada hubungan pendekatan PMRI dengan kemampuan pemahaman konsep yaitu cara menemukan sendiri dalam proses belajar mengajar penguasaan terhadap konsep akan selalu melekat di ingatan siswa dan tidak mudah dilupakan.

H. Kajian Hasil Penelitian terdahulu yang relevan

Berdasarkan hasil kajian yang relevan mengenai Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan PMRI hasil belajar terutama pemahaman konsep lebih meningkat, seperti halnya telah terdapat beberapa peneliti antara lain :

Aryanti, Lena (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “kemampuan pemahaman konsep matematika melalui pendekatan pendidikan matematika realistik indonesia (PMRI) di SMP Muhammadiyah 6 Palembang” menyimpulkan kemampuan konsep yang dicapai siswa setelah diterapkan pembelajaran matematika realistik tergolong sangat baik dengan rata-rata 86,01.

Pertiwi, Anggun (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “pengembangan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik indonesia (PMRI) untuk siswa kelas VIII SMP negeri 26 palembang” menyimpulkan bahwa Pertiwi, Anggun (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “pengembangan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik indonesia (PMRI) untuk siswa kelas VIII SMP negeri 26 palembang” menyimpulkan bahwa

Tabel 2. Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya .

Peneliti

Hasil/

Jenis penelitian

Materi Ajar

Fokus

Product

Hasil belajar. (2013)

Pertiwi, A Research

and Volume kubus LKS

Development

dan balok

(R & D) Dhani,

Hasil Belajar. (2012)

A Research

and Persegi

dan LKS

Development

persegi panjang

(R & D) Aryanti,

Pemahaman Konsep. (2011)

L Penelitian

Phytagoras

Kuantitatif Jannati, R.P. Research

Pemahaman Konsep. (2014)

and Luas

LKS

Development

Permukaan dan

(R & D)

Volume Limas

I. Materi dalam Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bangun Ruang Limas. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi pada materi ini adalah memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.

Adapun indikator pencapaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas adalah:

a) Menemukan rumus luas permukaan limas.

b) Menemukan rumus volume limas.

c) Menghitung luas permukaan dan volume limas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas siswa kelas VIII.6 yang berjumlah 30 siswa.

B. Desain Penelitian

Secara garis besar desain penelitian yang digunakan dalam bentuk diagram alir (Tessmer dalam Zulkardi, 2006) adalah :

Gambar 1. Alur Penelitian

C. Prosedur Penelitian

Berdasarkan maksud dan tujuannya, penelitian ini digolongkan sebagai penelitian pengembangan (development research). Menurut Sugiyono penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Pengembangan Lembar Kerja Siswa ini dilakukan mengikuti dua tahapan utama development research yaitu tahap pleminary study (tahan persiapan) dan tahap formative study (tahap evaluasi dan tahap revisi). Langkah-langkah pengembangan Lembar Kerja Siswa tersebut adalah :

1. Preliminary Tahap ini meliputi :

a. Persiapan; analisis kurikulum matematika level SMP pada pokok bahasan dan analisis terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) berdasarkan KTSP 2006, menghubungi guru yang bersangkutan serta menyiapkan penjadwalan dan prosedur kerjasama dengan guru kelas yang dipakai

b. Pendesainan (prototyping); Pendesainan perangkat pembelajaran pada materi limas yang mengacu pada kelima karakteristik PMRI. Pada tahap ini peneliti mendesain atau merangcang perangkat pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disebut dengan prototipe pertama. Prototyping terdiri dari empat siklus yaitu prototipe pertama, prototipe kedua, prototipe ketiga dan prototipe keempat sebagai prototipe akhir (produk).

2. Formative study Tahap ini meliputi :

a. Self Evaluation; penilaian oleh diri sendiri terhadap prototipe materi limas berdasarkan pendekatan PMRI

b. Expert Reviews; validasi oleh pakar terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dihasilkan. Validitas yang dilakukan adalah validitas isi, validitas konstruk dan validasi bahasa. Validitas isi untuk mendapatkan b. Expert Reviews; validasi oleh pakar terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dihasilkan. Validitas yang dilakukan adalah validitas isi, validitas konstruk dan validasi bahasa. Validitas isi untuk mendapatkan

c. One-to-one; prototipe diujicobakan terhadap satu persatu siswa. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tanggapan siswa. Tanggapan siswa pada tahap ini digunakan untuk memperbaiki lembar kerja siswa yang dikembangkan menggunakan Pendekatan PMRI. Setelah melalui tahapan ini dihasilkan LKS prototipe ketiga.

d. Small Group; pada tahap ini perangkat pembelajaran dicobakan pada siswa yang non subjek penelitian dalam kelompok kecil (small group) untuk mengevaluasi prototipe ketiga dan melihat kepraktisan dari prototipe tersebut. Hasil uji coba ini dianalisis dan dibahas sedemikian rupa sehingga mendapatkan saran-saran untuk direvisi kembali dan menghasilkan LKS prototipe keempat.

e. Field Test; hasil revisi diujicobakan pada subjek sesungguhnya yaitu siswa kelas VIII.6. Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah perangkat yang telah direvisi sebagai prototipe keempat (produk). Pada field test ini akan dilihat bagaimana keefektifan dari penggunaan prototipe terhadap subjek penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Lembar Validasi Lembar Validasi digunakan untuk memperoleh data tetang pendapat para pakar terhadap kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi limas yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.

2. Angket Respon Siswa Angket respon siswa digunakan untuk mengukur aspek kepraktisan. Angket bertujuan mendapatkan data mengenai pendapat siswa tentang proses pembelajaran yang mereka alami menggunakan Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Angket ini berbentuk skala Likert dengan

4 kategori penilaian, yaitu: sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1). Dasar penyusunan angket respon ini adalah penilaian diri dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari, yaitu: kompetensi kognitif, kompetensi afektif, dan kompetensi psikomotorik.

3. Test Tes dilakukan untuk memperoleh data pemahaman konsep siswa. Tes dilakukan setelah siswa melakukan proses pembelajaran menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi limas menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.

E. Teknik Analisis Data

Adapun untuk menguji pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lembar Validasi Angket Angket di gunakan sebagai lembar validasi oleh para pakar. Selain menganalisi kolom komentar yang telah diberikan pakar, data hasil analisis dokumen juga di analisis secara deskriftif kualitatif, dengan memberikan skor pada setiap indikatornya.

a) Skor 1 berarti sangat tidak valid.

b) Skor 2 berarti kurang valid.

c) Skor 3 berarti valid

d) Skor 4 berarti sangat valid Skor yang diberikan setiap validator dijumlahkan, dicari rata- ratanya dan dikelompokkan kembali sepeti tabel berikut:

Tabel 3.

Kategori LKS yang baik

Sangat valid

Cukup valid

1,61-2,20

Kurang valid

1,00-1,60

Tidak valid

(Modifikasi dari Nasoetion dalam Arifin, 2010: 36)

LKS dikatakan baik, jika LKS yang dikembangkan terkategori minimal cukup valid. Dan revisi setiap prototype dilakukan dengan melihat kecendrungan komentar dari semua pakar.

2. Angket Respon Siswa Data angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan Lembar kerja siswa dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Tabulasi data yang diperoleh dari siswa kelas VIII. Penskoran angket respons siswa dengan memberikan tanda centang (  ) pada pilihan respons siswa, yaitu: SS/Sangat Setuju (skor 4), S/Setuju (skor 3), TS/Tidak Setuju (skor 2), STS/Sangat Tidak Setuju (skor 1)

b. Mengkonversikan rata-rata skor yang diperoleh menjadi nilai kualitatif dengan skor minimum adalah 1 dan skor maksimum adalah 100, menjadi tabel berikut:

Tabel 4.

Kriteria Kepraktisan Berdasarkan Respons Siswa

Sangat praktis

Cukup praktis

20<X ≤40

Kurang praktis

0<X ≤20

Tidak praktis

(Modifikasi Arikunto, 2010: 271)

Ket: 𝑋=

A = skor yang diperoleh

B = jumlah skor maksimu

c. Menganalisis kepraktisan produk Lembar kerja siswa. Nilai rata-rata dari respon siswa kemudian dicocokan dengan tabel

2 kriteria kepraktisan berdasarkan respons siswa. Produk yang 2 kriteria kepraktisan berdasarkan respons siswa. Produk yang

3. Analisis Keefektian Analisis efektifitas dilakukan menggunakan tes pemahaman konsep. Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI yaitu dengan diadakan tes.

Data kemampuan pemahaman konsep siswa yang diperoleh setelah tes dilaksanakan, kemudian dianalisis untuk melihat tingkat keberhasilan siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan lembar kerja siswa yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI. Data hasil tes dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberikan skor total untuk setiap subjek dengan cara: 𝐴

𝑋= 𝑋 100 𝐵 Ket :

X = hasil pemahaman konsep

A = jumlah skor yang diperoleh siswa

B = jumlah skor maksimum

b. Dari data analisis tersebut dikonversikan pada penilaian skor pemahaman konsep terhadap subjek akan dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 5. Kategori Nilai Siswa

Nilai Siswa

Kategori

Sangat Baik

0 – 60 Sangat Kurang (Modifikasi Arikunto, 2010: 271) 0 – 60 Sangat Kurang (Modifikasi Arikunto, 2010: 271)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan LKS dengan pendekatan PMRI. Pengembangan Lembar Kerja Siswa ini dilakukan mengikuti dua tahapan utama development research yaitu tahap pleminary study (tahan persiapan) dan tahap formative study (tahap evaluasi dan tahap revisi). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan semua tahapan dilakukan.

a. Preliminary Tahap ini meliputi :

1) Persiapan Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kurikulum yang berlaku dan teori-teori pembelajaran dengan pendekatan realistik. Kurikulum yang berlaku adalah KTSP 2006. Sehingga LKS yang dikembangkan berdasarkan prinsip dan karakteristik PMRI juga mengacu pada KTSP 2006.

Hasil dari analisis terhadap teori-teori PMRI untuk pengembangan LKS yang dilakukan yaitu tentang pangembangan dan penyusunan LKS yang berdasarkan prinsip dan karakteristik PMRI.

2) Pendesainan LKS yang dikembangkan oleh peneliti terdiri dari dua LKS. LKS pertama tentang luas permukaan limas. LKS kedua tentang volume 2) Pendesainan LKS yang dikembangkan oleh peneliti terdiri dari dua LKS. LKS pertama tentang luas permukaan limas. LKS kedua tentang volume

a) LKS memuat contoh aplikasi dari materi luas permukaan limas dan volume limas dalam kehidupan sehari-hari yang mudah dipahami oleh siswa

b) LKS memuat kegiatan-kegiatan untuk menemukan konsep luas permukaan limas dan volume limas

c) LKS memuat kegiatan yang mengarahkan siswa mengembangkan suatu model untuk menemukan konsep luas permukaan limas dan volume limas

d) LKS memuat kegiatan yang menuntut siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

e) LKS memuat kegiatan yang menuntut siswa untuk saling berinterakasi antar siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

f) Pada LKS terdapat keterkaitan antara materi luas permukaan limas dan volume limas dengan topik lain.

b. Formative Study

1) Self Evaluation LKS dengan pendekatan PMRI yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini, desain yang telah dibuat oleh peneliti dijadikan sebagai dasar pembuatan LKS yang selanjutnya disebut 1) Self Evaluation LKS dengan pendekatan PMRI yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini, desain yang telah dibuat oleh peneliti dijadikan sebagai dasar pembuatan LKS yang selanjutnya disebut

Untuk memperlihatkan sebagian prinsip dan karakteristik PMRI yang dimunculkan pada LKS yang dikembangkan akan ditunjukkan pada cuplikan gambar di bawah ini.

Gambar 2 Hal 2 pada LKS Prototipe 1 Gambar 2 menunjukkan prinsip kedua dari PMRI yaitu

fenomena mendidik. Berdasarkan prinsip ini, pemilihan masalah nyata berupa atap rumah yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu mereka dalam pematematikaan secara progresif. Karakteristik pertama PMRI yaitu penggunaan dunia nyata. Bentuk atap dan plafon rumah merupakan aplikasi dari limas dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 3 Hal 3 Soal No. 1 pada LKS Prototipe 1