17
Dalam pemanfaatan tersebut masih terdapat praktek-praktek yang menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan, seperti eksploitasi pasir,
karang dan material laut lainnya, sertaperluasan lahan penimbunan pantai dan laut yang tidak terencana dan terkontrol.
b. Orientasi, Posisi dan Aksesibilitas pariwisata, diantaranya:
1. Pintu gerbang dan pusat pelayanan utama pariwisata belum tertata dan terkesan kumuh. Wajah depan Kota Wangi-Wangi yang bercorak kota
maritim dengan beberapa pelabuhan laut dan penyeberangan yang merupakan pintu gerbang utama Kabupaten Wakatobi dan menjadi pusat
pelayanan pariwisata kondisinya belum tertata dan menampakkan kondisi yang kumuh. Sebagai pintu gerbang utama melalui laut, kondisi
ini kurang mendukung penguatan first impression bagi wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi. Kota Wangi-Wangi dan kota-kota kecamatan
yang semuanya merupakan kota pelabuhan juga belum memiliki “karakter” khusus yang menjadi pusat dan penanda orientasi yang dapat
membentuk dan menguatkan citra pariwisata.
2. Wakatobi secara geografis berada pada posisi yang relatif jauh dari pasar nusantara dan pintu gerbang utama kedatangan wisatawan mancanegara
ke Indonesia. Wakatobi berlokasi relatif jauh dari Bali, Jakarta dan Batam yang merupakan pintu gerbang utama wisatawan mancanegara
dan pasar nusantara. Jarak yang relatif jauh dengan lama penerbangan lebih dari 1,5 jam dan lama pelayaran lebih dari 10 jam dari Kota Kendari
menjadikan Wakatobi relatif sulit dicapai dan harga transportasi yang relatif mahal. Jarak yang relatif jauh juga berpengaruh terhadap minat
kunjungan wisatawan karena adanya efek peluruhan minat oleh faktor jarak destinasi.
3. Kondisi landasan pacu Bandara Matahora yang relatif pendek dan frekuensi penerbangan flight masih rendah. Bandara Matahora sebagai
pintu gerbang Wakatobi dari jalur udara memiliki landasan sepanjang 2500 meterdengan Runway 2000 meter dan Uprond 103 x 73 meter
dimana dapat didarati oleh pesawat berbadan kecil dan sedang. Frekuensi penerbangan pun masih sedikit dengan rute terbatas Makassar-
Kendari-Wakatobi dan sebaliknya yang dilayani oleh pesawat jenis ATR72-500 dengan kapasitas 72 penumpang dan Kendari-Baubau-
Wakatobi dengan pesawat Cesna dengan kapasitas 17 orang dengan frekeuensi sekali dalam seminggu. Keterbatasan rute dan kapasitas
penerbangan menyebabkan kurang kuatnya konektivitas antara Wakatobi dengan asal wisatawan nusantara, dengan pintu gerbang wisata regional
danatau nasional dan dengan pasar pariwisata internasional.
18
4. Aksesibilitas eksternal dan internal antar pulau-pulau utama melalui jalur laut terkendala kelancarannya oleh cuaca ekstrim. Perairan laut
Wakatobi merupakan perairan yang sangat terbuka terutama di bagian timur yang merupakan Laut Banda. Kondisi ini menyebabkan
pembangkitan gelombang terjadi pada jarak yang jauh dimana pada saat puncak musim timur terjadi kondisi gelombang ekstrim yang
membahayakan pelayaran.
5. Frekuensi pelayaran reguler antar pulau masih rendah. Frekuensi pelayaran antar pulau-pulau hanya sekali dalam sehari. Sementara
transportasi menggunakan speed boat carter relatif mahal harganya. Kondisi ini menyebabkan pergerakan internal kurang optimal.
6. Jaringan jalan belum mendukung konektivitas pusat-pusat kota dengan daya tarik wisata dan antar daya tarik wisata. Jaringan jalan yang
menghubungkan antar kota-kota kecamatan relatif baik akan tetapi banyak daya tarik wisata potensial belum terbangun jaringan jalannya.
Jaringan jalan yang ada sebagian besar dalam kondisinya buruk.
7. Terbatasnya ketersediaan moda transportasi darat sebagai sarana pergerakan internal destinasi. Kabupaten Wakatobi belum memiliki
sistem tranportasi publik yang mendukung kemudahan pergerakan wisatawan di internal pulau-pulau utama. Moda transportasi masih
terbatas baik jumlah, keragaman jenis maupun trayeknya. Sarana angkutan umum hanya tersedia secara terbatas di Kota Wangi-Wangi
dengan jaringan dalam kota. Sarana transportasi yang dapat diakses oleh wisatawan untuk sarana pergerakan adalah mobil carter. Kondisi ini
menyebabkan terbatasnya pilihan moda transportasi yang mudah dan murah yang dapat dimanfaatkan wisatawan untuk mendukung
pergerakan.
8. Sistem informasi transportasi yang mudah diakses wisatawan belum tersedia. Untuk mendukung kemudahan wisatawan memperoleh
informasi mengenai moda transportasi, rute dan jadwal keberangkatan dibutuhkan pelayanan informasi yang mudah diakses wisatawan. Di
pusat-pusat kegiatan pariwisata dan pelabuhan-pelabuhan yang melayani transportasi antar pulau baik internal maupun eksternal belum
dilengkapi dengan informasi yang dapat memberikan kemudahan wisatawan menjadwalkan perjalanan dan menentukan pilihan modanya.
9. Secara keseluruhan tingkat kepuasan wisatawan terhadap aksesibilitas dan transportasi masih rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya tingkat kepuasan wisatawan terhadap aksesibilitas yaitu kemudahan pencapaian, terbatasnya pilihan moda transportasi yang
19
terjangkau harganya, jaringan, skedul, kenyamanan dan pelayanan transportasi.
c. Daya Tarik WisataAtraksi Wisata.