Daya Saing Industri Pariwisata Pengembangan investasi pariwisata

24 integrasi dari aspek-aspek kepariwisataan yang dapat menjamin tumbuhnya kemandirian dan keberlanjutannya. 5. Kesadaran masyarakat dalam mejaga kelestarian lingkungan belum bertumbuh secara optimal.Pemahanan masyarakat tentang arti penting menjaga kelestarian lingkungan bagi keberlanjutan pembangunan belum tertanam secara menyeluruh di kalangan masyarakat. Kearifan lokal sebagai intisari dari nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat belum terimplementasi secara optimal dalam menjaga kelestarian lingkungan. Kepariwisataan nantinya dapat memberikan kontribusi dalam membangun kesadaran individu dan kolektif masyarakat karena faktor kelestarian lingkungan merupakan prasyarat mutlak bagi keberlanjutan kepariwisataan pada khususnya dan kehidupan masyarakat pada umumnya.

2. Kelemahan yang Dimiliki dalam Pembangunan Industri Pariwisata, diantaranya:

a. Daya Saing Industri Pariwisata

1. Secara keseluruhan daya saing industri pariwisata Wakatobi masih rendah. Faktor-faktor yang melemahkan daya saing industri pariwisata menurut hasil survei wisatawan yaitu aksesibilitas, ketersediaan moda transportasi, jumlah, keragaman dan pelayanan akomodasi pariwisata, jumlah, keragaman dan pelayanan rumah makanrestoran, fasilitas daya tarik wisata, ketersediaan informasi, interpretasi daya tarik wisata, kesesuaian harga value for money transportasi, layanan transportasi, keselamatan transportasi, jaringan jalan, fasilitas pejalan kaki, aksesibilitas penyandang cacat, layanan telekomunikasi, kemampuan komunikasi masyarakat, fasilitas dan pelayanan kesehatan pariwisata, tempat belanja dan ragam produk, penukaran uang, peta dan rambu- rambu pariwisata, dan call center. 2. Kualitas sumberdaya manusia di industri pariwisata masih rendah. Sebagian besar komponen-komponen pelayanan dimana sebagai ujung tombaknya adalah sumberdaya manusia, menunjukkan indeks kepuasan yang rendah dipersepsikan oleh wisatawan, seperti pelayanan akomodasi, rumah makan, transportasi pariwisata dan pemanduan wisata. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas SDM industri pariwisata masih rendah. 3. Sertifikasi kompetensi SDM pariwisata belum berjalan optimal. Sertifikasi kompetensi SDM baru menyasar SDM di bidang pemandu wisata selam dan jumlahnya masih terbatas. Sementara SDM di bidang usaha lainnya belum memperoleh fasilitasi melalui sertifikasi 25 kompetensi. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi belum dipandang sebagai kebutuhan dalam peningkatan kualitas pelayanan usaha pariwisata.

b. Pengembangan investasi pariwisata

1. Beragamnya hambatan dan tantangan investasi industri pariwisata. Aksesibilitas merupakan hambatan utamanya selain ketersediaan prasarana umum. Di internal kawasan, jaringan jalan masih terbatas menuju daya tarik wisata dan jaringan yang ada pun kondisinya masih jauh dari kondisi ideal. Kondisi ini berpengaruh pada dua hal, yaitu pertama kurang optimalnya pengembangan daya tarik wisata yang ada dalam rangka diversifikasi dan memperlancar pola serta jaringan pergerakan antar daya tarik wisata; kedua, investor harus membangun sendiri aksesibilitas sehingga menghambat pengembangan investasi. Penghantaran wisatawan ke daerah tujuan wisata wisata antar pulau dalam rangka peningkatan lama kunjungan wisatawan juga terkendala dengan terbatasnya aksesibilitas dan konektivitas antar pulau. Kualitas sumberdaya manusia di dunia usaha pariwisata masih kurang memadai ditinjau dari aspek wawasan pariwisata, pelayanan dan kemampuan bahasa asing. 3.Permasalahan yang dihadapi dalam Pembangunan Pemasaran Pariwisata, diantaranya: a. Strategi Pemasaran 1. Pemasaran belum dikelola secara terpadu, sinergis dan berkelanjutan. Selama ini pemasaran pariwisata berpusat secara sektoral di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Badan Promosi Pariwisata Daerah belum berfungsi optimal.