16
a. Status KawasanWilayah.
1. Tumpang tindih overlapping kawasan. Pemekaran Wakatobi menjadi kabupaten telah berimplikasi serius terhadap sistem manajemen Taman
Nasional Wakatobi TNW. Secara yuridis, keberadaan TNW yang kongruen dengan wilayah Kabupaten Waktobi merupakan satu fenomena
unik dan menarik, sekaligus menjadi salah satu permasalahan dalam sistem manajemen TNW dan manajemen pemerintahan Kabupaten
Wakatobi. Terbentuknya Kabupaten Wakatobi berimplikasi pada pengembangan wilayah dan sosial ekonomi. Sementara wilayah
pengembangan sosial dan ekonomi tersebut yang menjadi tumpuan masyarakat merupakan ruang-ruang ekologi yang mempunyai fungsi
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan. Tekanan- tekanan terhadap integritas kawasan konservasi dan konflik kepentingan
tidak
terhindarkan antara
fungsi konservasi
dengan tujuan
pengembangan wilayah. 2. Kegiatan wisata belum harmonis dan sinkron dengan sistem zonasi
Taman Nasional. Sebagai kawasan pelestarian alam, pengelolaan Taman Nasional didasarkan atas rencana zonasi yang telah ditetapka. Namun
demikian, kegiatan wisata sebagai upaya pemanfaatan potensi kawasan belum berjalan harmonis dan sinkron dengan rencana zonasi karena
belum optimalkan mengintegrasikan pengembangan wilayah dengan pengelolaan kawasan konservasi.
3. Konflik pemanfaatan ruang laut. Rejim ruang laut sebagai sumberdaya milik bersama common property resources memunculkan tumpang
tindih pemanfaatan dimana beberapa jenis pemanfaatan tersebut tidak bersinergi dan bahkan berkonflik satu sama lainnya. Konflik yang terjadi
dapat disebabkan oleh belum optimalnya pemahaman dan penaatan terhadap peruntukan ruang serta masih lemahnya pengendalian
pemanfaatan.
4. Masih tingginya tekanan dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengarah pada
kerusakan ekosistem
dan kemerosotan
keanekaragaman hayati.
Berbagai tekanan
terhadap kelestarian
ekosistem beserta keanekaragaman hayatinya merupakan perpaduan dari masih tingginya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya
alam tanpa didukung oleh kearifan dalam pemanfaatannya, pemanfaatan yang
berlebihan,rendahnya kesadaran
masyarakat dan
masih terbatasnya kapasitas pengendalian.
5. Kerusakan lingkungan oleh faktor antropogenik. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan aktivitas pembangunan maka
kebutuhan terhadap ruang dan sumberdaya alam semakin meningkat.
17
Dalam pemanfaatan tersebut masih terdapat praktek-praktek yang menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan, seperti eksploitasi pasir,
karang dan material laut lainnya, sertaperluasan lahan penimbunan pantai dan laut yang tidak terencana dan terkontrol.
b. Orientasi, Posisi dan Aksesibilitas pariwisata, diantaranya: