1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh kuman kusta Mycobacterium leprae yang menyerang syaraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya kecuali susunan syaraf pusat Depkes RI, 2006:36. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang masih
banyak ditemukan, khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia penyakit kusta masih dikatakan endemis, karena penderita kusta masih
ditemukan hampir di setiap pulau di Indonesia Indan Entjang, 2000:56. Program pembangunan kesehatan, khususnya pemberantasan kusta
sebenarnya juga mendapatkan dukungan yang besar baik dalam pengadaan obat maupun dalam kegiatan penyuluhan tentang penyakit kusta dari tenaga ahli
penyakit kulit dari Netherland Leprosy Relief NLR, Sasakawa Memorial Health Organization SMHF, The Leprosy Mission International TLMI, dan World
Health Organisation WHO dalam Depkes RI, 2005:14. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan,
namun penemuan kasus kusta baru di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2004 Indonesia menempati posisi ketiga setelah India dan Brasil dalam hal menambah
jumlah penderita kusta baru di dunia, dimana Indonesia memiliki sebanyak 16.549 penduduk yang menderita kusta. Prevalensi kasus kusta di Indonesia
2
menunjukkan peningkatan pada tahun 2005, yakni sebanyak 19.695 penderita dan menduduki peringkat kedua setelah Brasil Depkes RI, 2006:7. Dengan demikian
terjadi peningkatan prevalensi penderita kusta yaitu sebanyak 3.146 kasus dalam kurun waktu satu tahun. Peningkatan jumlah kasus kusta baru yang semakin
meningkat perlu mendapatkan langkah kebijakan baru dalam menurunkan angka kesakitan. Oleh karena itu, selain angka prevalensi, angka penemuan kasus baru
merupakan indikator yang harus diperhatikan. Kasus baru yang muncul merupakan salah satu akibat dari ketidaktahuan masyarakat awam tentang faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit kusta, sehingga masyarakat kurang waspada dan terancam menderita kusta. Faktor usia, jenis kelamin, ras, lingkungan serta
rendahnya tingkat sosial ekonomi mempunyai korelasi erat terhadap berkembangnya penyakit kusta Arief Mansjoer, 2000:65.
Menurut hasil penelitian Puspita Kartikasari tentang faktor risiko penyakit kusta di Kabupaten Pemalang tahun 2007, ditemukan bahwa faktor yang menjadi
risiko terjadinya penyakit kusta yaitu, kepadatan hunian dalam rumah, riwayat kontak dengan penderita kusta, lama kontak dengan penderita kusta, jumlah
kontak dan tipe kusta kontak Puspita Kartikasari, 2007:2. Berdasarkan data di Rumah Sakit Kusta Donorojo Provinsi Jawa Tengah
tahun 2008, jumlah penderita kusta yang menjalani rawat inap dan rawat jalan sebanyak 479 penderita, dengan perincian sebanyak 323 penderita berasal dari
luar Kabupaten Jepara, sedangkan sebanyak 156 berasal dari Kabupaten Jepara. Dari 156 penderita tersebut yang tinggal di kampung rehabilitasi sebanyak 40
3
pasien, sedangkan yang menjalani rawat inap sebanyak 45, dan sisanya yaitu 71 pasien menjalani rawat jalan. Penderita dari luar Kabupaten Jepara berasal dari
beberapa daerah di Jawa Tengah yaitu, Wonogiri, Solo, Pekalongan, Brebes, Semarang, Salatiga, Blora, Pati, Tegal, Kudus, Demak, Sragen, Grobogan, dan
Jawa Timur yaitu, Magetan, Jember, Ponorogo, Probolinggo, Tuban, Gresik, dan Nganjuk.
Penelitian mengenai faktor penyebab kusta sudah pernah dilakukan oleh Suprapti pada tahun 2000 di Kabupaten Blora dan Puspita Kartika Sari pada tahun
2005 di Kabupaten Pemalang. Kedua penelitian tersebut dilakukan pada satu wilayah kabupaten tertentu Maka pada penelitian sekarang peneliti tertarik untuk
meneliti kejadian kusta di wilayah Kabupaten Jepara, di mana di Jepara terdapat rumah sakit Kusta terbesar di Jawa Tengah dan Rumah Sakit tersebut merupakan
rumah sakit rujukan penderita kusta seluruh Jawa Tengah.
1.2 Permasalahan 1.2.1 Umum