12
2.1.2.2 Pemeriksaan Bakteriologis
Selain pemeriksaan klinis dalam mendiagnosa penyakit kusta juga diperlukan pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan adanya bakteri M.
leprae. Ketentuan pengambilan sediaan pada pemeriksaan bakteriologis adalah sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif dan pemeriksaan ulangan
dilakukan pada lesi kulit yang sama, bila perlu ditambah dengan lesi kulit yang
timbul. Sedangkan lokasi pengambilan sediaan apus untuk pemeriksaan M.leprae
ialah pada cuping telinga kiri atau kanan ditambah dengan dua sampai empat lesi kulit yang aktif di tempat lain.
2.1.2.3 Indikasi Pengambilan Sediaan Apus Kulit Indikasi pengambilan sediaan apus dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Semua orang yang dicurigai menderita kusta. 2. Semua pasien baru yang didiagnosis secara klinis sebagai pasien kusta.
3. Semua pasien kusta yang diduga kambuh atau karena tersangka kuman resisten terhadap obat.
Sediaan dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan tahan asam pada kuman kusta atau BTA positif Arief Mansjoer, 2000:67.
2.1.3 Etiologi
Penyebab penyakit kusta adalah Mycobacterium leprae, atau basil Hansen yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia GH Armauer Hansen tahun 1873.
Secara morfologik, Mycobacterium leprae berbentuk pleomorf lurus, batang panjang, sisi paralel dengan kedua ujung bulat, ukuran 0,3-0,5 x 11-8
mikron. Basil ini berbentuk gram positif, tidak bergerak dan tidak berspora, dapat
13
tersebar satu satu atau dalam berbagai bentuk kelompok, termasuk massa iregululer besar yang disebut sebagai globi. Dengan mikroskop elektron, tampak
Mycobacterium leprae mempunyai dinding yang terdiri dari dua lapisan peptidoglikan padat pada bagian dalam dan lapisan transparan lipopolisakarida
dan kompleks protein lipopolisakarida pada bagian luar. Dalam suatu penelitian didapatkan dinding membran ini tetap simetrik
walaupun dilakukan suatu fiksasi dengan pewarnaan. Keadaan ini merupakan salah satu sifat khas dari Mycobacterium leprae yang tidak didapatkan pada
Mycobacterium lainnya. Basil ini cenderung menyukai temperatur kurang dari 37°C. Bagian tubuh
yang dingin seperti saluran pernafasan, testis ruang anterior, mata, dan kulit terutama cuping telinga dan jari merupakan tempat yang biasa diserang. Di luar
hospes, dalam secret kering dengan temperatur dan kelembaban yang bervariasi, Mycobacterium leprae dapat bertahan hidup 7 sampai 9 hari, sedangkan dalam
temperatur kamar dibuktikan dapat bertahan hidup sampai 46 hari, Mycobacterium leprae tidak dapat dikultur dalam media jaringan buatan Dali
Amirudin, 1998:260.
2.1.4 Patogenesis
Setelah Mycobacterium masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respons tubuh setelah masa tunas
dilampui tergantung pada derajat sistem imunitas selular Cellular Mediated Immune pasien. Kalau sistem imunitas selular rendah, penyakit berkembang ke
14
arah lepromatosa. Mycobacterium leprae berpredileksi di daerah-daerah yang relatif lebih dingin.
Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena respon imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan
tingkat reaksi selular daripada intensitas infeksi. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologi Arief Manjoer, 2000:66.
2.1.5 Epidemiologi