Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum dengan pilihan para pemilih Dapil III DPRD Kota Medan pada Pemilihan Legislatif 2014.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukkan dan pengetahuan yang bermanfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan, terutama dibidang politik dan khususnya mengenai menemukan strategi kampanye pemilu yang efektif atau tidak melalui penggunaan transportasi umum. 2. Manfaat Praktis Mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan berfikir secara akademis dalam melihat strategi kampanye calon legislatif pada pemilihan umum. Serta menambah literatur kepustakaan untuk yang tertarik dan konsentrasi dengan bidang dan permasalahan yang sama.

E. Kerangka Teori

E.1 Alat Peraga Kampanye Alat peraga kampanye merupakan media luar ruang yang dipakai oleh pada kandidat politik, yang pemakaiannya hanya pada saat masa kampanye berlangsung. Penempatan baliho, spanduk, stiker pada tempat-tempat yang dinilai strategis seperti ruang publik, jalan-jalan protokol, ditempel pada kendaraan umum serta halte-halte. Cara ini dipandang strategis memperkenalkan kandidat dengan penyampaian profil diri, serta pesan singkat yang menarik kepada masyarakat. Menurut Pfau dan Parrot 1993,”A campaign is consicious, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified periode of time for the purpose of influencing a specified audience” Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan padarentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan. 6 Menurut Sigit Santosa dalam buku Creative Advertising Petunjuk Teknis Mempersiapkan Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien, 2011 “Media luar ruangan adalah semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang berada di luar rumah atau kantor. Media luar ruangan membujuk konsumen ketika mereka sedang di tempat-tempat umum, dalam perjalanan, dalam ruang tunggu, juga di tempat-tempat terjadi transaksi.” 7 Dalam kampanye, media menjadi instrument penting sebagai alat penyampaian informasi sebuah produk maupun seorang kandidat politik. Media umum yang lazim digunakan dalam berkampanye, baik sebagai alat tool media maupun saluran channel media untuk penyebaran pesan atau informasi kepada public sebagai sasarannya melalui pemasangan poster, spanduk, plakat, umbul- 6 Drs. Antar Venus, M.A. 2004. Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. hal.8-9 7 Dapat dilihat pada: http:plangnama.compengertian-media-periklanan-luar-ruangan , diakses tanggal 13 juli 2014, pukul 13.52 WIB umbul, selebaran flier, brosur, pressnews release, slide film, rekaman video dan pita kaset, iklan komersial, balon promosi, mencarter pesawat kecil yang berkeliling dan membawa poster parpol atau peragaan lainnnya, hingga mengadakan kerja sama dengan pihak media pers press tour, press conference, dan press statement. 8 E.1.1 Penempatan Alat Peraga Kampanye Dalam sebuah proses pemasaran harus digerakkan oleh empat elemen utama seperti product produk, place tempat, price harga, dan promotion promosi. Dalam hal ini place termpat dalam pemasaran sangat penting dan strategis dalam menarik perhatian pembeli. Pemilihan dan penentuan tempat harus memiliki nilai ekonomi untuk memajang display produk-produk yang ingin dipasarkan. Dalam konteks komunikasi politik seperti dalam berkampanye, tempat sering diasosiasikan dengan ruang publik seperti internet, ruang reklame di persimpangan jalan dapat dimanfaatkan untuk memasang tanda gambar guna menarik perhatian masyarakat. Seorang politisi harus mampu membaca dan melihat peluang seperti ini sebagai tempat atau ruang yang harus dimanfaatkan untuk memasarkan partainya. Menurut Lee dan Johnson, ketika satu pengiklan ingin membanjiri pasar dengan pengenalan sebuah produk baru, media luar ruang merupakan pilihan media yang dianggap cukup tepat karena periklanan media luar ruang 8 Rosady Ruslam, SH., MM. 2002.Kiat Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. hal. 128-12 memungkinkan cakupan luas dalam waktu cepat. 9 Memanfaatkan ruang publik sebagai ruang berkampanye dengan penggunaan media luar ruang yang diperuntukkan ke masyarakat agar dikenal. Penggunaan alat peraga luar ruang semakin bertambah, kreatifitas kandidat dalam membuat isi pesan pun beragam, tetapi hal ini diikuti dengan banyaknya kandidat memproduksi alat peraga kampanye. Sehingga ruang publik dipenuhi dengan alat- alat peraga kampanye yang berlebihan. Media periklanan luar ruangan merupakan salah satu media yang diletakan di luar ruangan yang pada saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, yang memiliki tujuan menyampaikan pesan promosi suatu produk atau jasa. Alat peraga kampanye termasuk media luar ruang, dengan spanduk, baliho dan alat peraga lainnya yang ditempatkan diluar ruang. Tetapi masa pemakaian alat peraga kampanye ini sesuai kurun waktu dan tempat selama masa kampanye yang sudah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum, berbeda dengan media luar ruang iklan sebuah produk barang atau makanan yang dapat ditampilkan kapan dan dimana saja. Pemakaian media luar ruang yang menyampaikan iklan kampanye kandidat dan partai politik, didasari pada pemilihan karakteristik media yang tidak dimiliki oleh media lainnya. Contohnya, memiliki kemampuan agar dapat diingat oleh masyarakat, serta fleksibelitas media yang dapat menjangkau wilayah lebih luas, dalam hal ini dapat pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Dalam hal ini, transportasi umum menjadi media yang dipakai sebagai penempatan alat peraga kampanye yang bergerak dengan memanfaatkan ruang publik masyarakat. Peneliti melihat penempatan alat peraga sebagai faktor yang menjajikan, bahwa 9 Lee Monle dan Carla Johnson. 2004. Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global, Terjemahan.. Jakarta: Prenada Media. hal.286 hal ini dapat berpengaruh kepada mudahnya masyarakat dijangkau oleh alat peraga kampanye bergerak, melihat, dan membaca alat peraga kampanye di media luar ruang transportasi umum. E.1.2 Jenis Alat Peraga Kampanye Alat peraga kampanye sebagai media luar ruang tentu tidak hanya pada satu jenis media yang dipakai. Alat peraga kampanye memiliki beragam jenis dan bentuk yang memiliki fungsi dan tempat tertentu untuk pemasangannya. Contoh dari media luar ruang sebagai alat peraga kampanye antara lain: a. Billboard: semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang berada diluar rumah atau kantor. 10 b. Baliho: sebagai media promosi yang memiliki unsur informasi yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat luas dan iklan suatu produk yang disajikan dengan teknologi digital printing. Promosi iklan luar ruang yang memiliki ukuran yang cukup besar. Seiring perkembangan jaman, billboard kini menggunakan teknologi baru yaitu mobile billboard. Mobile billboard ialah iklan yang dipasang di kendaraan seperti mobil, sehingga iklan dapat berjalan dengan kendaraaan tersebut. c. Spanduk dan banner: media promosi yang berbahankan kain membentang di tepi-tepi jalan maupun tengah jalan yang berisikan teks singkat, gambar, dan warna yang mudah diingat orang banyak. 10 Sigit Santoso. 2011. Creative Advertising – Petunjuk Teknis Mempersiapkan Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hal.168 d. Rontek dan umbul-umbul: media iklan yang sama bahannya dengan spanduk, tetapi berbentuk vertikal. Yang biasanya dipasang pada saat sebuah acara diadakan. e. Stiker dan poster: media promosi yang berhankan kertas, ditempel di berbagai tempat strategis seperti tembok-tembok jalan, halte, angkutan umum dan tempat-tempat yang biasa dilewati masyarakat. Di masa teknologi maju, alat peraga kampanye cetak diaplikasikan pada media kertas dan semua material yang dapat digambar maupun ditulis. Namun jika ditinjau dari segi kuantitas penggunaan, media luar ruang seperti sapanduk, baliho, billboard secara waktu media ini sangat efisien mengingat jangka waktu pemasangan relatif singkat, dan penempatannya di lokasi keramaian menjadikan sering dilihat oleh pemilih. 11 Menurut Lee dan Johnson, “reklame baliho adalah media luar ruang utama karena berbiaya efektif”. 12 Peneliti melihat bahwa penggunaan media luar ruang dengan jenis alat peraga tersebut telah menggunakan konsep yang kreatif penggunaan transportasi umum untuk dapat menarik perhatian khalayak di jalan dan sulit diabaikan karena khalayak yang lewat, alat peraga ini juga media yang permanen, tahan lama, sehingga memudahkan masyarakat mengingat kandidat yang memakai alat peraga kampanye bergerak di luar ruang. 11 Dapat dilihat dalam jurnal: Idipta Sriwidiyanto Budi Utomo, Pengaruh Iklan Politik Alat Peraga Kampanye Luar Ruang Terhadap Pengeruh Pemilih Pemula Pilkada Kota Malang Tahun 2013. Universitas Brawijaya. Malang 12 Lee dan Johnson.. Op. Cit., hal.286 E.1.3 IsiPesan Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang dalam bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian makna. Menurut bentuknya, simbol yang disampaikan dapat dibedakan atas dua macam, yakni simbol verbal dan simbol nonverbal. Simbol verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah diterima oleh orang lain sebab bagaimanapun bagusnya sebuah ide, kalau tidak disusun menurut struktur bahasa yang benar, ide yang baik akan menjadi kacau. Bahasa bukan hanya membagi pengalaman, tetapi juga membenttuk pengalaman itu sendiri. Tanpa bahasa manusia tidak berpikir, bahasalah yang mempengaruhi persepsi dan pola-pola berpikir seseorang. Kata pakar linguistik Benyamin Lee Whorf dan Edward Sapir. 13 Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dan pengirim kepada khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai bentuk mulai dari poster, spanduk, baliho billboard, pidato, diskusi, iklan, hingga selebaran. Apapun bentuknya, pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang diharapkan memancing respons khalayak. Applbaum dan Anatol menekankan pentingnya menyadari bahwa kegiatan kampanye mengandalkan pesan-pesan simbolis. 14 Secara umum konstruksi pesan kampanye harus didasarkan pada pertimbangan kesederhanan simplicity, kedekatan familiarity dengan situasi khalayak, kejelasan clariy, keringkasan conciseness, kebaruan novelty, 13 Hafied Cangara, Op.Cit., hal.316-317. 14 Antar Venus. Op.Cit., hal.70 konsistensi, kesopanan courtessy, dan kesesuaian objek kampanye. Kesederhanaan dapat membuat pesan menjadi mudah dipahami dan diingat. Salah satu contoh slogan kampanye PDIP yang berbungi “coblos moncong putih…nomor 18”. Slogan ini dapat dikatakan popular selama kampanye Pemilu 2004 yang lalu. 15 Peneliti melihat efektivitas dari isipesan dalam alat peraga kampanye yang disajikan dengan bahasa yang jelas, tidak berbelit-belit yang mencakup promosi personal kandidat dapat memudahkan masyarakat membaca sekaligus mengingat calon legislatif tersebut. E.1.4 Potensi Alat Peraga Kampanye sebagai Media Luar Ruang Menurut Linda Lee Kaid, iklan politik adalah proses komunikasi dimana seorang sumber biasanya kandidat dan atau partai politik membeli atau memanfaatkan kesempatan melalui media massa guna meng-exposure pesan- pesan politik dengan sengaja untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku politik khalayak. 16 Efektivitas dari media luar ruang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : Iklan sendiri dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk komunikasi yang terdiri atas informasi dan gagasan tentang suatu produk yang ditujukan kepada khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha untuk memberikan informasi, membujuk dan meyakinkan. Pada masa kampanye, kandidat atau partai politik menggunakan alat peraga kampanye sebagai iklan politik luar ruang. 15 Ibid., hal.203 16 Dapat dilihihat dalam jurnal: Tengku Fardhian Khalil, Zulkarnain, Alvi Furwanti. 2014. Pengaruh Citra Partai Pendukung, Iklan Politikdan Kelompok Referensi Terhadap Minat Pemilih Calon Kepala Daerah Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Pelalawan. hal.76 - Jangkauan: kemampuan sebuah media menjangkau khalayak sebagai sasaran, dan hanya mampu menjangkau daerah disekitarnya saja. - Frekuensi: pada media luar ruang, yakni melihat pesan yang sama pada saat masih ingat. Ini terjadi karena khalayak sasaran meilihat iklan tersebut berulang-ulang. - Kontinuitas: media luar ruang memiliki kesinambungan yang baik meningat lokasi yang tepat. - Ukuran: media luar ruang, seperti Spanduk pada transportasi umum yang berukuran besar memiliki kemampuan untuk tampil mencolok dan berbeda dengan yang lain. - Warna: media luar ruang membantu menampilkan gambar produk pemilih kandidat calon dalam tata wrana hingga mampu tampil sesuai aslinya. Dan warna mencerminkan identitas. Misalnya, dominasi warna merah pada alat peraga kampanye menunjukkan bahwa kandidat calon dari partai PDIP. - Pengaruh: karena media luar ruang menghadapi khalayak sasaran yang hampir tidak memiliki kesempatan membaca saat berkendara, maka pesan yang disajikan harus singkat dan ditampilkan secara jelas. 17 Teori iklan politik media luar ruang, tentang pengaruh iklan terhadap pemilih pernah dilakukan Hofstetter dan Buss menyatakan bahwa eksposure iklan kampanye pada menit-menit terakhir cenderung berpengaruh terhadap keputusan 17 Dalam skripsi: Aida Nursanti. 2010. Pola Komunikasi Masyarakat Transisi Pada Pemilukada 2010. hal.35- 36 pemilih. 18 Rothschild dan Ray menyatakan bahwa iklan kampanye cenderung berpengaruh di kalangan orang-orang yang memiliki keterlibatan rendah dalam lingkungan politiknya. Rothscild 1978 dalam artikelnya menunjukkan bahwa iklan berperan aktif dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat semenjak era Presiden Abraham Lincoln 1984. Media publikasi dalam pemilihan presiden pun mengalami evolusi. Sampai tahun 1926, pesan politik di Amerika Serikat dilakukan melalui media cetak seperti poster, pamphlet, koran dan majalah. Sejak tahun 1926 sampai 1952, terdapat pengunaan misalnya radio dalam penyampaian pesan-pesan politik. 19 Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk melihat pengaruh alat peraga kampanye di transportasi umum pada media luar ruang terhadap pilihan para pemilih DAPIL III DPRD Kota Medan pada pemilihan legislative 2014 dalam penelitian ini. E.2 Perilaku Pemilih Perilaku pemilih yang merupakan bentuk dalam perilaku politik. Perilaku memilih adalah keikutsertaan warga dalam pemilu sebagai rangkaian pembuat keputusan. Tindakan tersebut merupakan respon terhadap lingkungan politik tertentu yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan dalam masyrakat, bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai bentuk. Firmanzah mencoba membangun “tipologi pemilih” berdasarkan pertimbangan bahwa pemilih mengangkut pandangan objektif sekaligus subjektif ketika memeilih sebuah partai atau seorang kontestan. Bahwa dalam diri masing- 18 Hofstetter, C. Richard. dan Buss, Terry F. 1980. Politikcs and Last-Minute Political Television, dikutip dalam buku: Pawito.2009. Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra. hal.196 19 Dikutip dalam buku: Rudi Salam Sinaga. 2012. Pengantar Ilmu Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu. hal.43 masing pemilih terdapat dua orientasi sekaligus yaitu; 1 orientasi ‘policy- problem-solving’, dan 2 orientasi ‘ideologi’. Ketika pemilih menilai partai politik atau seorang kontestan dari kacamata ‘policy-problem-solving’, yang terpenting bagi mereka adalah sejauh mana para kontestan mampu menawarkan program kerja atas solusi dari suatu permasalahan yang ada. Pemilih akan cenderung objektif memilih partai politk atau kontestan yang memiliki kepekaan terhadap masalah nasional dan kejelasan program kerja. Partai politik atau kontestan yang arah kebijakkannya tidak jelas akan cenderung tidak dipilih. Sementara pemilih yang lebih mementingkan ikatan ‘ideologi’ suatu partai atau seorang kontestan, akan lebih menekankan aspek-aspek subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, agama, moralitas, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai politik atau calon kontestan, pemilih jenis ini akan cenderung memberikan suaranya ke partai atau kontestan tersebut. 20 Penyampaian informasi berupa program kerja dan kebijakan pasangan calon kepada konstituen menggunakan media media pidato kampanye secara langsung , atau tidak langsung. Untuk itu diperlukan analisis mendalam dan lebih komprehensif sangat dibutuhkan untuk memahami perilaku politik. Kondisi pemilih adalah dimensi yang sangat kompleks. Begitu banyak karakteristik pemilihnya akan menjadi terbatas jika hanya didasarkan pada pendukung atau massa mengambang. Para pendukung maupun non-pendukung sama-sama memiliki karakteristik sebagai pemilih rasional dan non-rasional. 21 20 Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 113-114 21 Dapat dilihat pada jurnal: Bakran Suni. Program Kerja Calon Kepala Daerah dan Tipologi Pemilih Dalam Pilkada.Fisip Universitas Tanjung Pura E.2.1 Kategori Pemilih 22

1. Pemilih Rasional

Dalam kategori pertama ini terdapat pemilih rasional rational voter, di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi.Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya. Kinerja partai atau calon kontestan biasanya termanivestasikan pada reputasi dan ‘citra’ image yang berkembang di masyarakat. Dalam konteks ini yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun reputasi di depan publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional. Pemilih jenis ini memilki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi suatu partai politik atau seorang kontestan. Analisis kognitif dan pertimbangan logis sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan. Hal yang terpenting begi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa dan yang telah dilakukan oleh sebuah partai atau kontestan daripada paham dan nilai partai dan kontestan. Dalam konfigurasi pertama ini terdapat pemilih rasional rational voter, di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi.Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya. Program kerja atau ‘platform’ partai bisa dianalisis dalam dua hal: 1 kinerja partai di masa lampau back ward looking, dan 2 tawaran program untuk menyelesaikan permasalahan nasional yang ada forward-looking. Pemilih 22 Ibid., hal.119-125 tidak hanya melihat program kerja atau ‘platform’ partai yang berorientasi ke masa depan, tetapi juga menganalisis apa saja yang telah dilakukan oleh partai tersebut di masa lampau. Dalam konteks ini yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun reputasi di depan publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional.

2. Pemilih Kritis

Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih terhadap sebuah partai atau seorang kontestan cukup tinggi dan tidak semudah ‘rational vote’ untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk menjadi pemilih jenis ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya, pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partaikontestan baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih yang kritis ini akan selalu menganalisis kaitan antara sistem nilai partai ideologi dengan kebijakan yang dibuat. Tiga kemungkinan akan muncul ketika terdapat perbedaan antara nilai ideologi dengan ‘platform’ partai: 1 memberikan kritik internal, 2 frustasi, dan 3 membuat partai baru yang memiliki kemiripan karakteristik ideologi dengan partai lama. Kritik internal merupakan manifestasi ketidaksetujuan akan sebuah kebijakan partai politik atau seorang kontestan. Ketika pemilih merasa kritikannya tidak difasilitasi oleh mekanisme internal partai politik, mereka cenderung menyuarakannya melalui mekanisme eksternal partai, umpamanya melalui media massa seperti televisi, radio, dan sebagainya. Frustasi merupakan posisi yang sulit bagi pemilih jenis ini. Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu partai atau seorang kontestan adalah yang paling sesuai dengan karakter mereka, tapi di sisi lain mereka merasakan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan yang akan dilakukan partai. Biasanya pemilih ini akan melihat-lihat dahulu wait and see sebelum munculnya ide kemungkinan yang ketiga, yaitu membentuk partai baru. Pembuatan partai biasanya harus dipelopori oleh tokoh-tokoh yang tidak puas atas kebijakan suatu partai. Mereka memiliki kemampuan untuk menggalang massa, ide, konsep, dan reputasi untuk membuat partai tandingan dengan nilai ideologi yang biasanya tidak berbeda jauh dengan partai sebelumnya.

3. Pemilih Tradisional

Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik.biasanya pemilih jenis ini lebih mengutamakan figur dan kepribadian pemimpin dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang kontestan. Salah satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut. Pemilih tradisional adalah jenis pemilih yang bisa dimobilisasi selama periode kampanye.Loyalitas tinggi merupakan salah satu ciri khas yang paling kelihatan bagi pemilih jenis ini.Ideologi dianggap sebagai satu landasan dalam membuat suatu keputusan serta bertindak, dan kadang kebenarannya tidak bisa diganggu-gugat.

4. Pemilih Skeptis

Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting.Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang, karena ikatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang memedulikan ‘platform’ dan kebijakan sebuah partai politik. Kalaupun berpartisipasi dalam pemungutan suara, biasanya mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun dan partai apapun yang memenangkan pemilu tidak akan bisa membawa bangsa ke arah perbaikan yang mereka harapkan. Selain itu, mereka tidak memiliki ikatan emosional dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan. Dalam penelitian ini, alat peraga kampanye yang ditempatkan di transportasi umum merupakan media luar ruang. Jangkauannya terbatas, kecuali orang yang lewat dan sempat mencuri perhatian untuk membacanya sekalipun sepintas lalu, tetapi memiliki kelebihan karena bisa tahan lama. 23 23 Hafied Cangara. Op. Cit., hal. 378 Media luar ruang cukup memberi pengaruh pada orang yang lalu lalang atau yang melihat media tersebut. pembuatan media seperti ini dapat dipesan oleh partai-partai politik atau kandidat pemilu pada perusahaan reklame. Tentu saja diharapkan agar media luar ruang dibuat lebih menarik karena sifatnya visual. Untuk media luar ruang sedapat mungkin menggunakan foto yang close-up dan tidak memuat banyak pesan tertulis sebab media seperti ini tujuannya hanya untuk mengingatkan orang pada sang kandidat. 24 Masyarakat yang telah mengingat dapat mencari tahu asal usul maupun track record kandidat dan partainya, sehingga dapat membantu seorang pemilih dalam menentukan pilihannya pada saat pemilu berlangsung. Alat peraga kampanye yang membantu masyarakat untuk mengetahui calon kandidat legislatif, tetapi selama kampanye berlangsung masyarakat dapat saja mengubah pikirannya dalam pemilihan. Hal ini dapat dilihat dengan berbagai macam tipe-tipe perilaku pemilih. Kategori pemilih ini yang dapat menjadi penentuan masyarakat memilih seorang kandidat berdasarkan pikiran rasionalnya, kritis, tradisional, skeptis atau dari beberapa faktor pendukung dalam kampanye seperti alat peraga kampanye dalam media luar ruang.

F. Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan kata thesis. Hypo yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat. 25 24 Ibid., hal. 406 Dengan demikian hipotesis diartikan sebagai teori yang kurang sempurna. Dirumuskan dengan cara lain hipotesis berarti kesimpulan yang belum final karena belum diuji 25 Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya Edisi kedua, Jakarta: Kencana. Hal. 85 atau dibuktikan kebenarannya. 26 - Hipotesis Alternatif Ha : bahwa penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum berpengaruh untuk pilihan para pemilih di Dapil III pada pemilihan legislatif DPRD Kota Medan 2014. Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan pengertian yang dikemukakan maka hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut: - Hipotesis Nol H0 : bahwa penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum tidak berpengaruh untuk pilihan para pemilih di Dapil III pada pemilihan legislatif DPRD Kota Medan 2014.

G. Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Gambaran Penanganan Kasus Trauma Gigi Permanen Oleh Dokter Gigi di Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Maimun dan Medan Selayang

1 71 76

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Di Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah Dan Medan Helvetia Kota Medan

2 68 205

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

Preferensi Bermukim Penduduk Di Wilayah Pinggiran Barat Kota Medan (studi kasus : perumnas helvetia ; kec. medan helvetia)

2 35 122

Perilaku Pemilih Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Perilaku Pemilih Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Umum Legislatif kota Medan Tahun 2014, di Kelurahan Sekip, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan)

0 7 94

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Di Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah Dan Medan Helvetia Kota Medan

0 1 13

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Kecamatan Medan Sunggal - Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Keca

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

0 0 27

IMPLEMENTASI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBATASAN ALAT PERAGA KAMPANYE (Studi: Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal) Fran Sabda Ginting 100906040

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Penempatan Alat Peraga kampanye Di Transportasi Umum Dengan Pilihan Para Pemilih Dapil III (Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Helvetia) DPRD Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif 2014

0 0 46