Pengelolaan Lanskap Landscape Management of Bogor Lakeside Residence, Bogor, West Java

6 perairan waterfront, yaitu sungai, kolam, danau, dll; dan 7 ruang terbuka privat, yaitu halaman, taman garden, teras rumah, dan sempadan bangunan. Simonds dan Starke 2006 mengidentifikasikan permukiman terdiri dari kelompok-kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka hijau secara bersama- sama serta merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan keluarga dalam suatu aktifitas, tetapi cukup besar untuk menampung semua fasilitas seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, serta daerah penyangga. Chiara dan Koppelman 1989 menunjukkan tujuh karakter fisik yang harus diperhatikan pada kawasan pemukiman, yaitu 1 kondisi tanah dan lapisan tanah, 2 air tanah dan drainase, 3 bebas tidaknya dari bahaya banjir, 4 bebas tidaknya dari bahaya topografi, 5 pemenuhan pelayanan kesehatan, keamanan, pembuangan air limbah, penyedian air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas, 6 potensi untuk pengembangan ruang terbuka, dan 7 bebas tidaknya dari gangguan debu, asap, dan bau busuk. Lingkungan pemukiman adalah suatu area yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau kumpulan tempat tinggal dan sarana perkantoran, pendidikan, budaya, kesehatan, dan fasilitas penunjang yang terkumpul dan tersusun di sekitar area tersebut sedangkan perumahan adalah lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Menurut Eckbo 1964 beberapa kriteria permukiman adalah adanya fasilitas penunjang yang terkumpul dan tersusun rapi di suatu kelompok hunian cluster, adanya hubungan antar rumah melalui jalur yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki pedestrian, taman yang tersebar secara radial atau paralel, dengan akses ke luar lingkungan yang mudah dapat menciptakan hubungan ketetanggan yang ideal dalam pemukiman.

2.2 Pengelolaan Lanskap

Menurut Arifin dan Arifin 2005, pengelolaan lanskap merupakan upaya dalam penataan, pemanfaatan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan dalam lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam pengelolaan lanskap memerlukan pertimbangan tata ruang yang baik, yaitu zonasi ruang sesuai fungsi, sirkulasi, aksesbilitas, kesatuan ruang, dan hubungan antar ruang. Selain itu untuk fungsi ekologis meliputi aspek penyerapan air, penyangga, kesesuaian habitat flora dan fauna, keanekaragaman flora dan fauna, pengendalian iklim mikro. Menurut Stoner dan Freeman. 1992, manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. Pada hakikatya manajemen merupakan alat atau sarana untuk menggerakkan unsur-unsur manusia, bahan- bahan, uang, metode, sistem, dan pasar, sebagai penggerak organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan penerapan fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip manajemen secara efektif dan efisien. Manajemen itu sendiri dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu manajemen sebagai suatu proses, fungsi, seni dan ilmu. Herujito 2001 menyatakan bahwa manajemen dapat mempunyai berbagai macam arti, pertama sebagai pengelolaan, pengendalian, atau penanganan managing; kedua, perlakuan secara terampil untuk menangani sesuatu berupa skillful treatmen;, ketiga, gabungan dari dua pengertian tersebut, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan suatu perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Manajemen sebagai ilmu artinya manajemen memenuhi kriteria ilmu dan metode keilmuan yang menekankan kepada konsep-konsep, teori, prinsip, dan teknik pengelolaan. Manajemen sebagai seni artinya kemampuan pengelolaan sesuatu itu merupakan seni menciptakan kreatif. Secara umum, pengertian manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara-cara menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi, tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan rencana anggaran biaya. Pengelolaan lanskap penting untuk menjaga dan merawat areal taman dengan segala fasilitasnya agar tetap sesuai dengan tujuan desain dan fungsinya semula. Kegiatan tersebut berlangsung dengan membuat program pengelolaan yang terstruktur dalam organisasi, tenaga kerja, jadwal, ketersedian alat, bahan, dan pendanaan. Secara teknis, dibutuhkan personel untuk menjalankan sistem pengelolaan. Pengelolaan dapat dilaksanakan oleh keluarga, kelompok keluarga, maupun instansi yang ditunjuk. Adapun tujuan akhir dari kegiatan pengelolaan untuk menjaga agar tamanlanskap yang dikelola tetap berkelanjutan. Dalam mengelola lanskap permukiman perlu mempertimbangkan tata ruang baik untuk zonasi ruang sesuai fungsi, sirkulasi, aksesbilitas, kesatuan antar ruang, dan hubungan antar ruang. Selain itu, fungsi ekologis meliputi aspek resapan air, area penyangga, kesesuaian habitat, keanekaragaman flora dan fauna, pengendalian iklim mikro. Hal yang terpenting dalam pengelolaan lanskap permukiman yaitu kegiatan pemeliharaan secara fisik maupun ideal dalam upaya menjaga bentuk sesuai dengan desain semula. Evaluasi keefektifan pengelolaan harus menjadi proses yang bertujuan untuk menilai kemajuan yang diarahkan untuk mencapai tujuan pengelolaan jangka pendek maupun jangka panjang. Lebih jauh lagi evaluasi keefektifan ini menjadi tahap pengenalan dalam proses pengelolaan menyeluruh.

2.3 Pemeliharaan Lanskap