Preparasi abu sekam padi.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Preparasi abu sekam padi.

Proses preparasi abu sekam padi dilakukan dengan cara membakar sekam padi pada tungku sekam IPB. Sekam padi yang digunakan berasal dari desa Cibereum Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Hasil pembakaran yang ada kemudian dianalisa kandungan silikonnya. Berdasarkan hasil analisa Lampiran 1 diperoleh kandungan silikon dalam abu sekam sebesar 39.04. Hasil ini berdasarkan analisa di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Setelah mengetahui adanya kandungan silikon dalam abu sekam, penelitian dilanjutkan dengan membakar abu sekam dalam tanur. Proses pembakaran ini dilakukan pada dua kondisi. Kondisi pertama abu sekam dibakar pada suhu 400 o C selama 2 jam dan dilanjutkan pada suhu 950 o C selama 1 jam. Kondisi ke- dua abu sekam padi dibakar pada suhu 950 o C selama 1 jam. Ke-dua kondisi tersebut dilakukan untuk membandingkan kondisi mana yang lebih efektif dalam menghilangkan unsur karbon yang terdapat dalam abu sekam. Suhu 950 o C merupakan suhu terbentuknya silika menjadi kristal. Berdasarkan analisa EDS energi dispersive sinarX, menunjukkan bahwa proses pembakaran yang efektif adalah kondisi ke-dua. Pada proses kondisi ke-dua dilakukan dengan variasi laju kenaikan suhu yaitu 1, 3, 5, dan 7 o Cmenit. Kadar silika yang diperoleh dihitung dengan membagi jumlah silika dengan kadar abu yang digunakan, hasil dari perhitungannya adalah 79.1175 Lampiran 2. Silika yang diperoleh ini kemudian dianalisa komposisi kimia silika dengan metode EDS energi dispersive sinarX. Dari Tabel 3 terlihat silika yang diperoleh menunjukkan perbedaan komposisi kimia, yaitu pada laju kenaikan suhu 1 o Cmenit tidak terdapat unsur pengotor dan hanya terdapat kandungan silikon dan oksigen. Pada laju kenaikan suhu 5 o Cmenit terdapat pengotor berupa potassium dan kalsium. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin rendah laju kenaikan suhu, maka unsur pengotor dalam silika semakin sedikit. Pengotor aluminium dan florin yang terdapat pada laju kenaikan 7 menit berasal dari wadah yang digunakan untuk membakar abu sekam yaitu crusibel alumina. Laju kenaikan suhu yang optimal terdapat pada laju kenaikan suhu terendah yaitu 1 o Cmenit dan tidak terdapat pengotor seperti potassium, organik, aluminium dan florin. Hal ini menginformasikan bahwa semakin rendah laju kenaikan suhu maka silika yang diperoleh semakin sempurna, karena seluruh unsur organik dan pengotor hilang menguap sehingga hanya unsur silikon dan oksigen yang tersisa. Silika yang digunakan dalam tahap pencucian silika adalah silika dengan perlakuan pembakaran pada tanur dengan laju kenaikan suhu 1 o Cmenit. Tabel 3 Hasil EDS komposisi kimia abu sekam setelah proses pengabuan pada tanur Unsur Persentase atom Laju kenaikan suhu 1 menit Laju kenaikan suhu 3 menit Laju kenaikan suhu 5 menit Laju kenaikan suhu 7 menit Oksigen 79.1 73.11 71.42 71.57 Silikon 20.9 26.07 28.13 21.68 Potasium - 0.27 0.25 - Calcium - 0.55 0.19 0.33 Aluminium - - - 0.33 Florin - - - 6.08 SiO 2 yang terbentuk 62.7 78.21 84.39 65.04 Tabel 4 merupakan hasil analisa EDS energi dispersive sinarX silika setelah dimurnikan mengunakan HCl dengan variasi kecepatan pengadukan. Unsur Presentase atom Laju kenaikan suhu 1 o Cmenit Putaran rpm 300 Putaran rpm 400 Putaran rpm 500 Putaran rpm600 Oxygen 71.47 74.63 75.4 66.52 Silikon 28.53 25.37 24.6 33.48 Potasium - - - - Florin - - - - SiO 2 yang terbentuk 85.59 85.59 73.8 99 4.2 Pemurnian Silika Pemurnian silika dilakukan mengunakan HCl 3 dengan pengaduk magnet berdasarkan lima variasi kecepatan pengadukan yang berbeda yaitu 240 rpm, 300 rpm, 400 rpm, 500, rpm,dan 600 rpm. Setelah itu silika dibakar dalam tanur pada suhu 950 o C dengan laju kenaikan suhu 1 o Cmenit. Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar silika dan komposisi kimia. Dari hasil pencucian, dihitung kadar silika yang diperoleh. Kadar silika yang diperoleh dihitung dengan membagi jumlah silika hasil pemurnian dengan kadar silika, berdasarkan perhitungan diperoleh kadar silika sebesar 85.8371. Tabel 4 menunjukkan terjadi peningkatan persentase atom silika sebelum dan setelah dicuci. Peningkatan persentase atom ini dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan pengadukan. Semakin besar kecepatan pengadukan maka kenaikan persentase atom semakin meningkat. Kecepatan pengadukan yang dilakukan mampu mereaksikan HCl 3 dengan unsur potassium dan florin sehingga ke-dua unsur tersebut berikatan menjadi garam. Setelah itu dilakukan penyaringan mengunakan aquadest panas hingga keasaman silika tersebut pada PH 7. Keasaman ini digunakan karena sifat silika yang tidak larut dalam media dengan suasana netral. Unsur potassium dan florin akan berikatan dengan Cl klorida dan menjadikan unsur tersebut menjadi garam sehingga larut dalam air saat dilakukan penyaringan. Pada Tabel 4 terlihat bahwa unsur pengotor potassium dan florin sudah hilang. Terjadi kenaikan persentase atom yang berpengaruh terhadap kemurnian silika sehingga silika yang diperoleh semakin murni. Kemurnian terbesar terdapat pada silika yang dicuci dengan kecepatan pengadukan 600 rpm dengan tingkat kemurnian 99. Perhitungan kemurnian silika dapat dilihat pada lampiran 4. Sedangkan kemurnian terendah terjadi pada kecepatan pengadukan 500 rpm. Variasi yang dilakukan menunjukkan adanya kecepatan optimal untuk memurnikan silika. Semakin tinggi kecepatan putaran yang digunakan maka proses penguapan HCl semakin cepat. Hal ini menyebabkan lama waktu yang digunakan dalam proses pencucian berbeda. Silika yang diperoleh dari proses pencucian dengan variasi kecepatan pengadukan kemudian dianalisa dengan XRD x-ray difraction . Pola difraksinya disamakan dengan data base PCPDF 1997 win dari ICCD, dari data tersebut terlihat puncak yang muncul pada sudut 2 θ = 21.82. Perbedaan laju kenaikan suhu ternyata tidak mempengaruhi pola difraksi sinar X. Puncak-puncak yang muncul sama dengan penelitian sebelumnya. Hasil XRD dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Pola difraksi sinar-X silika sekam padi. Tabel 5. Derajat kristalinitas silika hasil XRD dengan variaasi kecepatan putaran pengadukan pada proses pencucian silika Kecepatan rpm Kristalinitas 300 71.9390 400 72.3371 500 78.5256 600 87.1051 Tabel 5 menunjukkan bahwa peningkatan derajat kristalinitas terjadi dengan bertambahnya kecepatan pengadukan. Derajat kristalinitas terbesar mencapai 87.105 pada kecepatan pengadukan 600 rpm dengan masing-masing bidang hkl 110, 111, 102, 200, 212, dan 301. Penelitian sebelumnya dilakukan perlakuan pencucian silika dengan kecepatan 240 rpm dan laju kenaikan suhu 5 o Cmenit dibakar pada suhu 950 o C selama 1 jam derajat kristalinitas yang diperoleh sebesar 85.5631 dan 86.3709 . Hasil ini menunjukkan bahwa lama proses pembakaran, pembentukan fase semakin baik sehingga terjadi kenaikan derajat kristalinitas. Bentuk fase silika dari sekam padi berupa thetragonal dengan parameter kisi a=b=6.341 dan c=5.471 sedangkan pada literatur a=b=4.973 dan c=6.923 dapat dilihat pada lampiran 6. Proses pengadukan dalam pencucian abu sekam padi dengan mengunakan HCl 3 mampu meningkatkan komposisi unsur silikon dan oksigen yang terbentuk, sehingga menghasilkan silika yang lebih murni. Hal ini dapat dilihat dari data sebelumnya Tabel 4, dari puncak pola difraksi sinar-X tidak terdapat puncak lain selain silika. Silika dengan perlakuan variasi pengadukan dianalisa ukuran partikel mengunakan PSA particle size analyzer. Pada Tabel 6, merupakan hasil analisa PSA particle size analyzer pada serbuk silika yang dilarutkan dengan HCl dan dihaluskan mengunakan pengaduk magnet dengan variasi kecepatan pengadukan pada suhu 130 o C. Hasil variasi kecepatan pengadukan dilakukan analisa kumulatif ukuran partikel silika dengan metode PSA. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kenaikan kecepatan pengadukan dalam proses pemurnian silika mampu mengecilkan ukuran silika. Ukuran terkecil terdapat pada silika dengan kecepatan pengadukan 500 rpm pada kisaran 262.90 nm. Sedangkan yang lebih besar pada kecepatan pengadukan 400 rpm dengan ukuran partikel pada kisaran 344.37 nm. Selanjutnya dilakukan variasi suhu untuk mengecilkan ukuran dari silika. Besar ukuran partikel yang awalnya 270.99 nm dari silika yang di cuci dengan kecepatan pengadukan 300 rpm. HCl digunakan sebagai pelarut dalam proses pengadukan. Variasi suhu pengadukan dibuat dalam suhu 135 o C dan 140 o C. Tabel 6. Ukuran partikel silika yang terbentuk pada variaasi kecepatan putaran pengadukan pada proses pencucian silika Kecepatan rpm Ukuran nm 300 270.99 400 344.37 500 262.90 600 269.43 Gambar 11. Hasil SEM sampel silika 300 rpm perbesaran 30.000 kali Silika yang dicuci dengan kecepatan pengadukan ini kemudian dianalisis SEM. Hasil SEM dengan perbesaran 30.000 kali sampel serbuk silika yang dicuci dengan kecepatan pengadukan 300 rpm Gambar 10 dapat dilihat serbuk silika sekam memiliki permukaannya halus dan padat. Hasil analisis menggunakan I-V meter, Sifat listrik yang diperoleh pada silika sekam padi bersifat resistor dengan konduktivitas 2.00 x 10 -06 Ω cm lampiran 8. Gambar 12 menunjukkan sifat resistor, yang merupakan sifat listrik dari silika dari limbah abu sekam padi. Resistor merupakan salah satu komponen elektronika yang banyak digunakan dalam setiap rangkaian elektronika karena berfungsi sebagai pengatur arus dan tegangan listrik. Gambar 12 Hubungan antara arus dan tegangan silika SiO 2 berdasarkan pengukuran dengan I-V meter silika

4.3 Pembuatan Silikon