TUJUAN PENELITIAN HIPOTESIS PENELITIAN RUANG LINGKUP MANFAAT PENELITIAN FOSFOR P

produktif dan kualitas produksi pertanian akan menurun karena tanaman kurang mendapat nutrisi. Sawi sendok Pakchoy, Brassica rapa L adalah sayuran terna berbentuk roset dengan daun tegak lurus kaku dan lembut, membulat tajam. Sawi sendok dikenal sebagai kubis putih Cina, karena daun putih khusus, walaupun beberapa jenis memiliki tangkai daun hijau. Sawi sendok merupakan tanaman sayuran daun termasuk famili Brassicaceae. Sawi sendok mempunyai nilai ekonomi tinggi. Jenis tanaman ini berkembang pesat di daerah subtropis maupun tropis. Rubatzky dan Yamaguchi 1998 menyatakan tanaman sawi sendok merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Kualitas produksi tanaman pertanian seperti jenis sayur-sayuran untuk konsumsi manusia sangat erat hubungannya dengan kualitas pupuk yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila pupuk yang digunakan mempunyai kualitas yang baik dan aman bagi lingkungan maka hasil produk pertanian akan mempunyai kualitas yang baik pula.

1.2. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Untuk mempelajari kemampuan isolat bakteri koleksi CV.Meori Agro dengan kode P2, J2, PS4 dan satu isolat asal tanah sebagai Bakteri Pelarut Fosfat BPF 2. Untuk mempelajari kemampuan isolat bakteri koleksi CV.Meori Agro dengan kode P2, J2, PS4 dan satu isolat asal tanah yang diaplikasikan baik secara tunggal maupun kombinasinya dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi sendok. 3. Untuk mempelajari kemampuan isolat bakteri koleksi CV.Meori Agro dengan kode P2, J2, PS4 dan satu isolat asal tanah dalam mengurangi penggunaan pupuk fosfat anorganik.

1.3. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini : 1. Isolat bakteri koleksi CV.Meori Agro dengan kode P2, J2, PS4 dan satu isolat asal tanah merupakan Bakteri Pelarut Fosfat BPF dan mampu melarutkan senyawa fosfat 2. Isolat bakteri koleksi CV.Meori Agro baik tunggal maupun kombinasi dengan kode P2, J2, PS4 dan satu isolat asal tanah mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi sendok. 3. Isolat bakteri koleksi CV.Meori Agro baik tunggal maupun kombinasinya dengan kode P2, J2, PS4 dan satu isolat asal tanah mampu mengurangi penggunaan pupuk fosfat anorganik

1.4. RUANG LINGKUP

Lingkup penelitian meliputi pengujian terhadap kemampuan isolat dalam melarutkan fosfat sukar larut beserta uji antagonis antar isolat pada skala in vitro, dan pengaplikasiannya terhadap tanaman sawi sendok dalam skala rumah kaca in vivo

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh isolat bakteri sebagai pupuk hayati yang memiliki fungsi dalam melarutkan fosfat sukar larut dan meningkatkan pertumbuhan serta produksi tanaman sawi sendok sehingga dapat mengurangi penggunaan fosfat anorganik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. FOSFOR P

Fosfor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman dan memegang peranan penting dalam proses metabolisme. Peranan fosfor pada tanaman untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat tegakan batang agar tanaman tidak mudah rebah, pembentukan bunga, buah dan biji, serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Dalam tanah dijumpai fosfor organik dan anorganik, keduanya merupakan sumber penting bagi tanaman. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk H 2 PO 4 - , HPO 4 2- dan PO 4 3- . Ketersediaan fosfor anorganik sangat ditentukan oleh pH tanah, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik serta kegiatan mikrob dalam tanah Lal, 2002. Gambar 1. Siklus Fosfor Subba-Rao, 1994 Melalui mikoriza Penyerapan oleh akar Mikroorganisme Pelarut P Immobilisasi Fosfor anorganik yang tidak tersedia Materi Organik mati fosfat organik Hewan Mineralisasi Ortofosfat Tanaman Ketersediaan P dalam tanah pada umumnya rendah. Hal ini disebabkan P terikat menjadi Fe-fosfat dan Al-fosfat pada tanah masam atau Ca 3 PO 4 2 Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya 0,01 – 0,2 mgkg tanah Handayanto dan Hairiyah,2007. pada tanah basa. Tanaman tidak dapat menyerap P dalam bentuk terikat dan harus diubah menjadi bentuk tersedia bagi tanaman. Kekurangan P pada tanaman akan mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme, diantaranya dalam proses sintesis protein, yang menyebabkan terjadinya akumulasi karbohidrat dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P tanaman dapat diamati secara visual, yaitu daun-daun yang lebih tua akan berwarna kekuningan atau kemerahan karena terbentuknya pigmen antisianin. Pigmen ini terbentuk karena akumulasi gula di dalam daun sebagai akibat terhambatnya sintesa protein. Gejala lain adalah nekrotis atau kematian jaringan pada pinggir atau helai daun diikuti melemahnya batang dan akar terhambat pertumbuhannya. Buntan 1992 menjelaskan fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk energi dan pertumbuhan. Secara geokimia, fosfor merupakan 11 unsur yang sangat melimpah di kerak bumi. Seperti halnya nitrogen, fosfor merupakan unsur utama di dalam proses fotosintesis. Fosfor biasanya berasal dari pupuk buatan yang kandungannya berdasarkan rasio N-P-K. Fosfat merupakan salah satu bahan galian yang sangat berguna untuk pembuatan pupuk. Sekitar 90 konsumsi fosfat dunia dipergunakan untuk pembuatan pupuk, sedangkan sisanya dipakai oleh industri ditergen dan makanan ternak. Bentuk-bentuk P dalam tanah Fosfat dalam tanah dibedakan dalam bentuk P-organik dan P-anorganik. Bentuk organik terdapat dalam bentuk sel-sel mikrob, humus tanah dan bahan organik tanah lainnya. Sumber utama P-organik adalah pupuk kandang, pupuk hijauan dan kompos sedangkan P-anorganik adalah mineral yang mengandung P, misalnya apatit. P-Organik tanah P organik tanah berada dalam bentuk senyawa yang sangat komplek. Kandungan P organik di dalam tanah berkisar lebih kurang 50 dari total P dalam tanah sedangkan kandungan P dalam bahan organik tanah berkisar antara 1 - 3 Tisdale et al., 1993. Kandungan P organik lebih banyak terdapat pada tanah lapisan atas bila dibandingkan dengan tanah lapisan bawah. Kuantitas P-organik dalam tanah umumnya meningkat dengan meningkatnya C danatau N. Banyak bentuk P-organik yang belum terdeteksi namun sebagian besar bentuk P-organik tanah adalah inositol fosfat 10-50, fosfolipida 1-5 dan asam nukleat 0,2- 2,5. Sebagian besar inositol fosfat dihasilkan oleh aktivitas mikrob dan degradasi residu tanaman. Adanya ion H 2 PO 4 - dan ion OH - akan menyebabkan inositol fosfat membentuk kompleks yang sangat kuat dengan protein, dan membentuk garam tidak larut dengan Fe 3+ dan Al 3+ pada tanah masam dan dengan Ca 2+ Asam nukleat terdapat pada semua sel hidup dan dihasilkan selama proses dekomposisi oleh mikrob tanah, dua bentuk asam nukleat adalah RNA asam ribonukleat dan DNA asam deoksiribonukleat. Asam nukleat merupakan bentuk yang cepat dirombak. Fosfolipida merupakan senyawa fosfat yang berkombinasi dengan lipida dan merupakan bentuk tidak larut dalam air tetapi mudah digunakan dan disintesis oleh mikrob tanah. pda tanah alkalin Russel, 1988; Tisdale et al., 1993. Secara umum immobilisasi dan mineralisasi P sama dengan N, kedua proses terjadi secara simultan dalam tanah. Sumber utama P-organik tanah adalah residu tanaman dan hewan yang didegradasi oleh mikrob dan seringkali berasosiasi dengan asam-asam humik. Inositol fosfat, fosfolipida dan asam nukleat juga dapat dimineralisasi dalam tanah oleh enzim fosfatase. Enzim fosfatase berperan utama dalam melepaskan P dari ikatan P-organik. Enzim ini banyak dihasilkan oleh mikrob tanah, terutama yang bersifat heterotrof. Aktivitas fosfatase dalam tanah meningkat dengan meningkatnya C-organik, tetapi juga dipengaruhi oleh pH, kelembaban, temperatur, dan faktor lainnya. Dalam kebanyakan tanah, total P-organik sangat berkorelasi dengan C-organik tanah, sehingga mineralisasi P meningkat dengan meningkatnya total C-organik. Semakin tinggi C-organik dan semakin rendah P-organik, maka semakin meningkat immobilisasi P Havlin et al., 1999. P-anorganik Menurut Soepardi 1983 ketersediaan P-anorganik sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu pH tanah; besi, aluminium, dan mangan larut; adanya mineral yang mengandung besi, aluminium, dan mangan; tersedianya kalsium; jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik; dan kegiatan jasad mikro. Empat faktor pertama berhubungan satu sama lain, karena semuanya bergantung dari kemasaman tanah. P-anorganik di dalam tanah pada umumnya berasal dari mineral flour apatit {Ca 10 PO 4 6F 2 Dalam proses hancuran iklim dihasilkan berbagai mineral P sekunder seperti hidroksi apatit, karbonat apatit, klor apatit, dan lain-lain sesuai dengan lingkungannya. Selain itu, ion-ion fosfat dengan mudah dapat bereaksi dengan ion Fe }. 3+, Al 3+, Mn 2+, Ca 2+, ataupun terjerap pada permukaan oksida-oksida hydrat besi, aluminium, dan liat Premono, 1994. Pada tanah masam, kelarutan Al dan Fe menjadi tinggi. Dengan demikian, ion fosfat H 2 PO 4 - , HPO 4 2- , PO 4 3- akan segera terikat membentuk senyawa P yang kurang tersedia bagi tanaman. Bila pH tanah dinaikkan, maka P akan berubah menjadi tersedia kembali. Pada pH di atas netral, P juga kurang tersedia bagi tanaman karena diikat oleh Ca menjadi senyawa yang kurang tersedia. Unsur tersebut akan tersedia kembali bila pH diturunkan. Jadi ketersediaan P sangat dipengaruhi oleh pH tanah Havlin et al., 1999.

2.2. BAKTERI PELARUT FOSFAT