3.2.3. Alat Pengambil Contoh Sedimen Pengambilan contoh sedimen dilakukan pada tiap stasiun pengamatan yang
memiliki data akustik. Proses pengambilan sedimen dilakukan melalui penyelaman dengan SCUBA dan menggunakan pipa paralon berdiameter 7,6 cm
3 inch dengan panjang 10 cm yang ditancapkan ke dalam dasar perairan. Sedimen yang didapatkan dibiarkan berada dalam pipa paralon dalam keadaan
tertutup sehingga tidak mengubah struktur sedimen yang terdapat dalam sedimen.
Ilustrasi pengambilan contoh sedimen seperti pada Gambar 11.
Gambar 11. Ilustrasi Posisi Paralon terhadap Echogram pada saat Pengambilan Contoh Sedimen
3.3. Pengambilan Data
3.3.1. Pengambilan Data Akustik Pengambilan data akustik dilakukan di wilayah perairan Kepulauan Seribu
mencakup Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Karya dan Pulau Semak Daun. Pengambilan atau perekaman data akustik dilakukan secara stasioner di setiap
stasiun pada 9 stasiun yang berbeda. Data akustik diambil dengan menggunakan instrumen echosounder split beam Simrad EY 60. Alat ini dioperasikan secara
kontinu di setiap stasiun, pengambilan data akustik dibantu oleh peneliti dari
Pusat Riset Perikanan Tangkap PRPT. Pengambilan data akustik dilakukan menggunakan seperangkat echosounder split beam Simrad EY 60, dimana
transduser diletakkan di dalam air sedangkan seperangkat GPT dioperasikan di atas kapal.
Secara umum akuisisi data diambil dengan menggunakan instrumen echosounder untuk mengukur bottom acoustic backscattering strength. Diagram
alir akuisisi data ditunjukan pada Gambar 12.
Gambar 12. Simplikasi Diagram Alir Instrumen Echosounder Manik, 2011
Pada saat transduser memancarkan gelombang suara mengenai suatu target di dasar perairan, maka gelombang suara akan dihamburkan kembali pada
transduser. Sinyal gelombang suara yang dihasilkan oleh transduser masih lemah, untuk itu perlu diperkuat sebelum diteruskan ke recorder atau display. Penguatan
gelombang suara ini dilakukan oleh receiver amplifier. Receiver amplifier bersama time varied gain TVG amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal
gelombang suara dari faktor gain G. Setelah melalui proses TVG maka akan
diperoleh bottom echo computation yang dapat memberikan informasi mengenai nilai SV, dari nilai SV
akan diperoleh nilai SS Manik, 2011. Nilai acoustic backscattering volume Sv diperoleh dengan menggunakan
software Echoview. Selanjutnya dengan menggunakan persamaan yang menghubungkan bottom volume backscattering coefficient Sv dan surface
backscattering coefficient Ss Manik, 2011 diperoleh nilai SS. ..….. 1
dimana: Φ
= Instantaneous equivalent beam angle for surface scattering Ψ
= Equivalent beam angle for volume scattering c
= Kecepatan suara ms τ
= Pulse length Peak bottom echo, nilai integrasi
Ψ ≈ Φ sehingga persamaan 1 menjadi: ..
….. 2 SS [dB]
= 10log Ss ..….. 3
Nilai echo level EL diperoleh dengan persamaan: EL = SL
– 30 log H – 2αH + 10 logπcτ + BSs ..….. 4
dimana: EL
= Echo level dB SL
= Source level dB re 1 μPa
= 197,5 + 10log50 = 214 dB re 1uPa 1m
BSs = Backscattering surface strength at normal incidence dB
simbol BSs Lurton, 2002 ≈ SS
Manik et al. 2006 H
= Ketinggian dari sumber suara ke target m α
= Koefisien absorpsi dBm
3.3.2. Pengambilan Sampel Sedimen Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada 9 stasiun. Pengambilan sampel
dilakukan dengan penyelaman secara langsung ke dasar perairan. Pengamat beserta beberapa lainnya turun ke dasar perairan, kemudian sampel sedimen
diambil menggunakan sekop, dan dimasukkan ke dalam pipa paralon dengan ukuran 50 cm.
Sampel sedimen yang diambil diperkirakan memenuhi setengah atau lebih dari volum pipa paralon, kemudian pipa paralon ditutup rapat dengan
menggunakan plastik dan karet gelang. Setelah itu sampel dibawa untuk kemudian dianalisis teksturnya di analisis tekstur sedimen di Balai Penelitian
Tanah Laboratorium Fisika Tanah Bogor.
3.4. Analisis Data