1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pasar modal saat ini semakin berkembang. Perkembangan ini dapat dilihat diantaranya dari meningkatnya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, meningkatnya kapitalisasi pasar dan meningkatnya para pelaku investasi. Data dari BEI per 24 maret 2016 tercatat sebanyak 525 perusahaan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia meningkat drastis sebanyak 68 perusahaan dari jumlah 457 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012, dengan
kapitalisasi sebesar Rp. 5.137 Trilliun mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.009 Trilliun dari jumlah Rp. 4.128 Trilliun di tahun 2012.
http:www.idx.co.id
. Perkembangan pasar modal ini mengindikasikan bahwa pasar modal
merupakan tempat yang menarik bagi perusahaan dan harapan bagi para investor sebagai wahana investasinya. Banyaknya para pebisnis terutama
perusahaan besar yang mencari alternatif sumber pembiayaan usaha selain bank menjadikan pasar modal sebagai salah satu sumber pembiayaan rujukan. Suatu
perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar modal untuk mendapatkan dana yang diperlukan, tanpa harus membayar beban bunga tetap
seperti jika meminjam ke bank. Disamping itu, masyarakat juga mulai menyadari akan pentingnya berinvestasi dan menjadikan pasar modal sebagai
alternatif wahana investasi selain
real investment
seperti properti.
Hal tersebut terjadi sesuai dengan peran pasar modal bagi perekonomian negara yang mana pasar modal ini mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sarana
bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal investor, dan sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen
keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan instrumen derivative lainnya. Dengan demikian, dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pendanaan usaha dan masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing - masing instrumen.
www.idx.co.id
Return yang tinggi tentu saja adalah tujuan dari investor menginvestasikan dananya di pasar modal. Namun, hal tersebut tidak serta
merta terwujud dengan mudah karena instrument di pasar modal tidak hanya mempunyai return yang cukup tinggi tetapi juga mempunyai risiko yang
mengiringinya. Return dan risiko tersebut menjadi pertimbangan masing- masing investor, sedangkan kemampuan analisis yang dimiliki investor masih
relatif terbatas, sehingga keterbatasan tersebut sangat berpengaruh terhadap keputusan investasi saham. Investor yang rasional akan memilih investasi yang
memberikan return maksimal dengan risiko tertentu atau sebaliknya return tertentu dengan risiko minimal tergantung dari preferensi masing-masing
investor. Salah satu cara yang digunakan untuk mereduksi risiko dan
meningkatkan return dalam investasi saham adalah dengan diversifikasi saham.
Poon, Taylor dan Ward 1992 melalui studi empirisnya dengan menggunakan analisis pictorial, menarik kesimpulan bahwa diversifikasi saham melalui
simulasi mampu memperkecil tingkat risiko dan mencapai return maksimal. Uji coba dilakukan dengan menggunakan 10, 25, 50 sampai 100 saham untuk
membentuk portofolio. Sedang Bringham dan Gapenski 1993 memilih portofolio efisien dari portofolio yang terletak pada efficient frontier.
Salah satu teknik analisa portofolio optimal yang dilakukan oleh Elton dan Gruber 1995, adalah menggunakan single indeks tunggal. Analisis atas
sekuritas dilakukan dengan membandingkan excess return to beta ERB dengan Cut-off rate-nya Ci dari masing-masing saham. Saham yang memiliki
ERB lebih besar dari Ci dijadikan kandidat portofolio, sedang sebaliknya yaitu Ci lebih besar dari ERB tidak diikutkan dalam portofolio.
Pemilihan saham dan penentuan portofolio optimal yang dilakukannya didasari oleh pendahulunya Markowitz 1959 yang dimulai dari data historis
atas saham individual yang dijadikan input, dan dianalisis untuk menjadikan keluaran yang menggambarkan kinerja setiap portofolio, apakah tergolong
portofolio optimal atau sebaliknya. Hartono 2014 menyatakan bahwa model Markowitz menggunakan
asumsi bahwa waktu yang digunakan hanya satu periode, dan preferensi investor hanya didasarkan pada return ekspektasi dan risiko portofolio, serta
tidak ada tingkat bebas risiko. Selain itu, kerumitan model Markowitz disebabkan karena model ini melibatkan banyak varian dan kovarian didalam
menghitung risiko portofolionya. Ada yang mengusulkan dengan menganggap
konstan semua kovarian yang terjadi. Usulan ini akan sangat menyederhanakan model Markowitz karena kovarian yang banyak tersebut menjadi sebuah
kovarian saja. Bahkan, kovarian ini tidak perlu dihitung karena dianggap konstan bernilai tertentu. Walaupun usulan ini sangat menyederhanakan
perhitungan, tetapi kurang dapat diterima karena kovarian merupakan hal yang sangat penting dalam menurunkan risiko portofolio. Ide lainnya adalah dengan
mengganti kovarian return antar saham dengan kovarian return saham dengan return pasar. Hubungan antar return aktiva digantikan dengan return indeks
pasar. Dengan ide ini, return suatu saham tidak boleh dipengaruhi oleh return saham lain. Return suatu saham hanya boleh dipengaruhi oleh sebuah return
pasar. Hal ini yang mendasari model single index. Metode single index merupakan metode yang relatif sederhana dan
mengurangi variabel yang dihitung, dengan periode yang lebih lama dan sampel yang lebih banyak, maka akan diperoleh hasil yang lebih akurat dan dapat
menjawab masalah atas ketidakpastian investasi saham. Hal ini akan membantu investor dalam menetapkan keputusan investasi saham.
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 tercatat jumlah
pemeluk agama islam di Indonesia sebesar 207.176.162 jiwa atau sekitar 87 dari jumlah total penduduk indonesia sebesar 237.641.326 jiwa.
https:www.bps.go.id. Hal ini tentunya menjadi perhatian Pasar Modal Indonesia untuk membentuk sebuah indeks saham yang merupakan kumpulan
dari perusahaan yang memenuhi kriteria syariah, sehingga investor dari
kalangan muslim mempunyai panduan untuk menginvestasikan dananya pada saham yang halal secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi.
PT. Bursa Efek Indonesia bersama PT Danareksa Invesment Management menjawab tantangan tersebut dengen membentuk Jakarta Islamic
Index atau JII sebagai sebuah acuan kumpulan emiten yang sesuai syariah, berkapitalisasi besar dan juga likuid. JII juga diharapkan dapat mendukung
proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah.
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian-penilitian yang telah dilakukan sebelumnya yang bertujuan untuk menjawab masalah dari
ketidakpastian investasi tersebut. Perbedaannya terletak pada periode pengamatan, dasar pemilihan saham, dan model yang digunakan dalam
pembentukan portofolio optimal tersebut. Model yang digunakan yaitu single index dengan Excess Return to Beta ERB sebagai dasar pemilihan kandidat
saham yang masuk dalam portofolio optimal. Fokus dari penelitian ini adalah mendesain suatu simulasi portofolio
optimal terhadap saham-saham perusuhaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia periode Desember 2011
– Mei 2015.
B. Batasan Masalah Penelitian