Penghunian dan Pengelolaan Rumah Susun

17

2.2.4 Penghunian dan Pengelolaan Rumah Susun

Di dalam sebuah rumah susun diharuskan memiliki perhimpunan penghuni rumah susun. Seperti yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun. Pada Pasal 54 tertulis bahwa para penghuni dalam suatu lingkungan rumah susun baik untuk hunian maupun bukan hunian wajib membentuk perhimpunan penghuni untuk mengatur dan mengurus kepentingan bersama yang bersangkutan sebagai pemilikan, penghunian, dan pengelolaannya. Perhimpunan penghuni mempunyai fungsi sebagai berikut : 1 Membina terciptanya kehidupan lingkungan yang sehat, tertib, dan aman 2 Mengatur dan membina kepetingan penghuni 3 Mengelola rumah susun dan lingkungannya Salah satu kegiatan yang dibentuk oleh perhimpunan penghuni pada rumah susun adalah unit koperasi penghuni. Seperti yang dilakukan oleh perhimpunan penghuni Rumah Susun Otorita Batam, Kota Batam. Koperasi ini bertujuan untuk menaungi pekerja dan penghuni Rumah Susun Otorita Batam khususnya dan masyarakat umumnya yang berminat beraktifitas di koperasi. Sistem koperasi yang dapat digunakan yang ada kaitannya dengan topik dan tema dalam penelitian ini, yaitu urban farming, adalah koperasi petani. Sebagai contoh sistem baru koperasi petani yang cukup efektif, Koperasi Jardin du Chorrotons, yang berada di Jenewa, Swiss. Koperasi ini didasarkan atas kesepakatan yang dibuat dengan petani dilingkungan tempat tinggal para anggota dengan model pertanian yang didukung konsumen. Jumlah anggotanya mencapai 140 keluarga. Para anggota membayar iuran per tahun untuk produk yang disetujui antara anggota 18 koperasi untuk ditanam di tanah tersebut. Sehingga dengan ini, petani yang bekerja mendapatkan kepastian gaji per bulannya. Tiap minggunya anggota koperasi mendapatkan keranjang bahan makanan. Hasil panen tidak ada yang dijual ke luar anggota koperasi. Resiko produk pangan yang dihasilkan ditanggung bersama. Jika produksi berlimpah, maka konsumen mendapatkan hasil panen yang banyak. Namun, jika produksi susut, maka konsumen juga mendapatkan hasil panen yang sedikit. Sebagai bentuk kontribusi anggota koperasi, tiap anggota wajib bekerja di lahan tani selama 16 jam per tahunnya. Dengan adanya kontrak antara anggota koperasi dan pekerja, maka menguatkan sistem koperasi ini berjalan, kontrak tidak boleh dilanggar. Sistem yang dilakukan Koperasi Jardin du Chorrotons ini dapat menjadi contoh aplikasi pengelolaan urban farming di dalam rumah susun. 2.2.5 Karakteristik Penghuni Rumah Susun Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harsiti 2003:99-115 pola perilaku masyarakat penghuni rumah susun dalam melestarikan fungsi lingkungan rumah susun adalah sebagai berikut : 1 Sikap terhadap lingkungan ikut menentukan perilaku melestarikan fungsi lingkungan permukiman. Makin tinggi sikap terhadap lingkungan maka makin baik perilaku melestarikan fungsi lingkungan permukiman. 2 Motivasi hidup sehat ikut menentukan perilaku melestarikan fungsi lingkungan permukiman. Makin kuat motivasi hidup sehat, maka makin baik perilaku masyarkat dalam melestarikan fungsi lingkungan. Sehingga untuk dapat melestarikan fungsi lingkungan permukiman, pola hidup sehat harus ditanamkan. 19 3 Status sosial ekonomi turut menentukan. Makin tinggi status sosial ekonomi maka makin baik perilaku melestarikan fungsi lingkungan permukiman. Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang paling kuat dalam menentukan perilaku melestarikan lingkungan secara berurutan adalah 1 status sosial, 2 sikap terhadap lingkungan, dan 3 motivasi hidup sehat.

2.3 Urban Farming