Waktu dan Tempat Penelitian Langkah kerja 1.

2.3.3 Gejala Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri

Gejala HDB akan timbul 1-2 minggu setelah padi dari persemaian. Daun-daun yang sakit berwarna hijau kelabu, mengering, helaian daunnya melengkung, diikuti oleh melipatnya helaian daun itu sepanjang ibu tulangnya. Pada umumnya gejala yang pertama tampak pada daun-daun yang dipotong ujungnya, dekat bekas potongan terjadi bercak hijau kelabu. Warna daun yang kering itu segera berubah menjadi kuning jerami sampai coklat muda. Kerusakan berat terjadi bila penyakit ini menyerang tanaman muda, sehingga menimbulkan gejala kresek dan kemudian tanaman mati Semangun 1991. Gambar 5 Gejala serangan Xanthomonas campestris pv. oryzae pada tanaman padi Sumber: Agropedia, Dharwad Universiti of Agricultural Science.

III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Software ILWIS 2. Software ArcView GIS 3.3 3. Microsoft Office Excell 4. Microsoft Office Word

3.1.2 Bahan

1. Data Curah Hujan bulan Februari dan Maret tahun 2011 dari RADAR Cuaca di Serpong 2. Data sebaran HDB di Karawang hasil survey lapang bulan Februari dan Maret 3. Data Keruangan Daerah Karawang batas administrasi dan land use 4. Data varietas dan umur tanaman padi di Karawang Sumber data-data tersebut yaitu dari NEONet-BBPOPT Jatisari Karawang dan BPPT.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan di Nusantara Earth Observation Network NEONet - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT Jakarta Pusat serta Labratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi GFM IPB. Penelitian dimulai dari bulan Februari sampai bulan Agustus 2012.

3.3 Langkah kerja 1.

Menyiapkan data lapangan:  Sebaran varietas padi  Umur padi  Data sebaran BLB 2. Menyiapkan data GIS  Batas sawah administrasi  Land use sawah dan non sawah  Data Curah Hujan bulan Februari dan Maret tahun 2011 dari RADAR Cuaca di Serpong 3. Mengubah format data land use dari GIS ke ILWIS 4. Mengubah format data administrasi dari GIS ke ILWIS  Import Data  Membuat Sistem Koordinat  Georeference  Konversi Data  Memisahkan Data Sawah dan Non Sawah Gambar 6 Peta Kabupaten Karawang dalam format ILWIS Gambar 7 Peta sawah Kabupaten Karawang 5. Mengolah data curah hujan dari format Excel ke format ILWIS  Proses 1: Import data ASCII ke ILWIS  Proses 2: data tabel data spasial tabel ke point  Proses 3: konversi dari data latlon ke utm  Proses 4: point ke raster  Proses 5: attribute  Proses 6: mengubah data NULL menjadi nilai nol. Masukkan rumus: nama file baru = iffisundefnama file yang diproses,0,nama file yang diproses pada jendela utama 6. Menjumlahkan data curah hujan secara spasial Data curah hujan yang akan dimasukkan ke dalam model adalah akumulasi dua mingguan, sedangkan yang didapat dari radar adalah data per-6 menit. Oleh karena itu untuk mempermudah pengolahan curah hujan digunakan script agar program looping sendiri. 7. Memasukkan data varietas, umur padi, dan curah hujan sebagai kriteria pada SMCE. Tentukan kriteria yang menjadi factor dan constrain  Buat grouping untuk constrain  Input data peta‐peta yang relevan terhadap kriteria yang telah dibuat.  Standarisasi batasan nilai sesuai dengan input. a. standarisasi constraints Input Batas min Batas max CH 50 Land use 1 Usia tanam 90 b. standarisasi factors Factor yang memberikan dampak positif untuk perkembangan bakteri maka standarisasinya benefit. Cost digunakan ketika variabel dari factor memberikan efek yang negatif terhadap perkembangan bakteri. Metode yang digunakan pada kasus ini dalam standardisasi adalah maximum atau goal. Dari keempat factor yang menggunakan goal method adalah varietas, sedangkan sebaran HDB, HST dan curah hujan menggunakan maximum method. Varietas menggunakan goal method karena hanya terdiri dari 1 varietas. Data sebaran HDB, HST dan curah hujan terdiri dari nilai input yang berbeda-beda sehingga menggunakan maximum method.  Tentukan bobot untuk masing- masing factor utamakan yang didalam grup  Beri bobot yang sama, dengan asumsi semua faktor input memberi pengaruh yang sama penting. Pembobotan ini mempengaruhi hasil dalam penentuan prediksi sebaran HDB  Slice untuk membagi sebaran bakteri dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Batasan kelas untuk ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut: Kategori Batas Nilai Rendah 0-15 Sedang 16-50 Tinggi 50 8. Analisis peta hasil prediksi sebaran HDB di Karawang. ASUMSI: 1 Varietas yang ditanam sama yaitu varietas Ciherang. 2 Suhu, kelembaban, dan unsur cuaca lainnya tidak mengalami pengaruh terhadap sebaran HDB, karena pada penelitian ini hanya ingin melihat pengaruh dari curah hujan saja. 3 Pertumbuhan bakteri terjadi dalam waktu 2 minggu. Berdasarkan penelitian Semangun 2001 dampak yang terlihat pada padi yang terserang adalah 1-2 minggu serta pengamatan di lapangan dilakukan satu kali dalam dua minggu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Letak Geografis dan Kondisi Iklim Karawang Kabupaten Karawang berada dibagian utara Propinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak antara 107°02-107°40 Bujur Timur dan 5°56-6°34 Lintang Selatan. Secara administratif, Sebelah Utara Karawang dibatasi oleh Laut Jawa, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Subang, Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bekasi . Dengan luas wilayah 1.753,27 km² atau 3,73 dari luas Propinsi Jawa Barat, Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan subur di Jawa Barat. Oleh karena itu, sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian. Kondisi topografi di Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk dataran yang relatif rata dengan variasi antara 0-5 m diatas permukaan laut dpl. Hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0- 1.200 m dpl. Padi dapat tumbuh baik pada ketinggian dibawah 500 m dpl, sehingga di Karawang ini memang cocok ditanami dengan padi. Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai temperatur udara rata-rata 27°C, penyinaran matahari 66 dan kelembaban nisbi 80. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100-3.200 mmtahun Pemkab Karawang 2011. Berdasarkan Harijono 2011, bulan Maret 2011 merupakan awal musim kemarau untuk sebagian daerah Jawa Barat, salah satunya adalah Kabupaten Karawang. Data juga menunjukkan bahwa curah hujan dari bulan Februari ke Maret memang mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari akumulasi curah hujan dasarian I, dasarian II, dan dasarian III selama bulan Februari yang masih tinggi. Meskipun nilainya terus menurun tetapi masih berada diatas 50 mm. Memasuki dasarian I dan dasarian II, pada bulan Maret sama sekali tidak terjadi hujan. Pada dasarian III, barulah ada curah hujan sebesar 35 mm. Oleh karena itu, bulan Maret sudah bisa dikatakan sebagai awal musim kering karena curah hujannya berada dibawah 50 mm selama 3 dasarian. Gambar 8 Peta Kabupaten Karawang