bulat hingga meruncing, bertepi rata dan berbulu, warnanya merah-coklat atau ungu. Bunganya berwarna merah atau merah muda. Daun inilah yang digunakan
sebagai pewarna alami. Kandungan yang terdapat dalam daun sambang colok yaitu mengandung senyawa alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid Restanti 1992.
Tanaman erpa merupakan tanaman berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai pewarna antosianin terutama untuk produksi dalam skala besar, karena
tanaman ini i memiliki umur panen relatif singkat, ii tahan terhadap hama dan penyakit iii mudah dibudidayakan dan dapat diproduksi sepanjang tahun
Ningrum 2005.
Gambar 2 Tanaman erpa Aerva sanguinolenta
2.5 Pengukuran Warna
Warna adalah spektrum cahaya yang dipantulkan oleh benda yang kemudian ditangkap oleh indra penglihatan kita yakni mata lalu diterjemahkan
oleh otak sebagai sebuah warna tertentu. Warna yang diterima jika mata memandang objek yang disinari berkaitan dengan tiga faktor: sumber sinar, ciri
kimia dan fisika objek, dan sifat-sifat kepekaan spektrum mata Putri 2012. Pada produk pangan warna merupakan faktor yang menentukan mutu, indikator
kematangan, indikator kesegaran dan juga indikator kerusakan pangan.
Terdapat berbagai metode dan alat yang bisa digunakan untuk pengukuran warna, beberapa contoh alat yang bisa digunakan dalam pengukuran warna adalah
kromameter dan spektrofotometer. Kromameter biasanya digunakan untuk sampel padat sedangkan spektrofotometer digunakan untuk sampel dalam bentuk cair.
Kromameter memiliki prinsip kerja berdasarkan pemantulan warna yang dihasilkan oleh sampel. Lampu getar yang terdapat di dalam kromameter akan
memancarkan sinar xenon dan menghasilkan penyebaran serta penerangan cahaya yang merata pada permukaan sampel. Enam buah fotosel silikon yang
memiliki sensitifitas tinggi dan filter untuk mencocokkan dengan respon standar CIE Commission Internationale dEclairage digunakan sebagai sistem
pengukuran umpan balik berkas ganda untuk mengukur sinar yang dipantulkan. Kromameter dapat mendeteksi setiap deviasi sinar spectral yang berasal dari
pancaran lampu getar xenon yang bekerja secara otomatis. Pada umumnya sistem output data hasil pengukuran adalah tiga output yaitu sistem warna CIE; sistem
warna Hunter Lab; dan sistem warna CIELAB Joshi dan Brimellow 2002. Sistem CIELAB, terdapat beberapa atribut nilai warna yang terdiri dari nilai L, a,
b,
o
hue, C, dan ∆E MacDougall 2002. Nilai L menunjukkan tingkat kecerahan warna dengan interval nilai 0
hitam hingga 100 putih. Nilai a merupakan nilai yang menunjukkan cahaya
pantul sehingga menghasilkan warna kromatik campuran warna merah hijau. Nilai a positif menunjukkan koordinat derajat kemerahan yang lebih dominan,
sedangkan nilai a negatif menunjukkan koordinat derajat kehijauan yang lebih dominan. Nilai b merupakan nilai yang menunjukkan cahaya pantul sehingga
menghasilkan warna kromatik campuran biru kuning. Nilai b positif menunjukkan koordinat derajat kekuningan yang lebih dominan, sedangkan nilai b negatif
menunjukkan koordinat derajat kebiruan yang lebih dominan. Nilai
o
hue menunjukkan derajat kroma yang merujuk pada kisaran warna kromatik yang
dilihat indera penglihatan. Nilai ∆E merupakan total perubahan warna selama
penyimpanan. Sistem atribut nilai dalam CIELAB dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Grafik warna L, a, b kroma dan hue Perhitungan pada skala warna CIELab menggunakan persamaan-persamaan di
bawah ini dan dideskripsikan pada Tabel 1 :
o
hue = tan
-1
ba …………………… Persamaan 1
2 2
2
b a
L E
................. Persamaan 2
Dimana : ΔL
= L sampel – L standar
Δa = a sampel
– a standar Δb
= b sampel – b standar
Tabel 1 Arti ∆L, ∆a, ∆b, dan ∆E
Perbedaan Komponen ∆L
+ lebih cerah - lebih gelap
∆a + lebih merah
- lebih hijau ∆b
+ lebih kuning - lebih biru
∆E Perubahan warna
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Oktober 2012. Pembuatan film indikator dilakukan di Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Analisis warna dilakukan di Laboratoriun Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisa fisik
mekanis film dilakukan di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu RDBK Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam yaitu bahan pewarna dan bahan untuk membuat filmkemasan. Bahan pewarna
adalah ekstrak daun erpa segar Aerva sanguinolenta yang berumur 2-3 bulan dan pewarna sintetis merah karmoisin CI 14720 yang berbentuk cair. Bahan untuk
pembuatan matrik film sekaligus pembawa bahan pewarna adalah kitosan yang berbentuk bubuk dan kristal polivinil alkohol PVA. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah oven, inkubator, homogenizer, cetakan kaca 30×20cm sebagai wadah larutan film, magnetic stirrer, pengaduk, termometer, gelas piala,
gelas ukur, shaker, dan neraca analitik. Selain itu juga akan digunakan untuk analisis mekanik dan fisik adalah pH meter, micrometer untuk mengukur
ketebalan dan Chromameter Minolta CR-200 dan spektrofotometer untuk pengukuran warna.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah ekstraksi dan karakterisasi pewarna daun erpa, tahap kedua adalah pembuatan dan
karakterisasi film indikator warna daun erpa, dan tahap ketiga adalah aplikasi indikator warna daun erpa sebagai kemasan cerdas untuk mendeteksi kerusakan
produk pangan yaitu susu pasteurisasi. Sistematika penelitian ini dapat diuraikan secara rinci pada Lampiran 1.
3.3.1 Tahap 1 : Ekstraksi dan karakterisasi pewarna daun erpa modifikasi metode Ningrum 2005
Daun erpa yang digunakan adalah daun erpa segar dari tanaman erpa yang berumur 2-3 bulan dan kondisinya baik bentuk daun utuh dan tidak terkena
penyakit. Sebelum digunakan daun erpa segar disortasi terlebih dahulu untuk memisahkan daun yang rusak maupun yang berpenyakit, daun erpa yang telah
disortasi kemudian dicuci untuk mencegah pencemaran karena debu, tanah ataupun kotoran lain. Pencucian daun erpa dilakukan secepat mungkin untuk
mencegah berkurangnya rendemen antosianin karena luka pada pangkal daun