Pengukuran Warna Film Indikator Warna Daun Erpa (Aerva sanguinolenta) Sebagai Kemasan Cerdas untuk Produk Rentan Suhu dan Cahaya

Gambar 5 Diagram alir pembuatan film indikator warna metode 1 Gambar 6 Diagram alir pembuatan film indikator warna metode 2 Pengolesan pewarna Pewarna erpa Film indikator Homogenisasi Pencetakan dengan cetakan 20 x 30 cm Pengeringan suhu 50 o C selama 24 jam Lembaran film Larutan PVA 3 + larutan kitosan 3 0:100,20:80,40:60, 60:40,80:20,100:0 + 1 gliserol Homogenisasi Pencetakan dengan cetakan 20 x 30 cm Pengeringan suhu 50 o C dan suhu ruang 25±3 o C selama 24 jam Film Indikator Larutan PVA 3 + larutan kitosan 3 0:100,20:80,40:60, 60:40,80:20,100:0+1 gliserol 5, 10, 15, 20, 25 mL pewarna 100 mL larutan film

3.3.2.2 Karakteristik sifat fisik dan mekanis film indikator

Film indikator warna terbaik yang dihasilkan kemudian dianalisis sifat fisis mekanis, analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : i Ketebalan Ketebalan film indikator warna diukur dengan micrometer scrup. Alat ini memiliki ketelitian sampai 0,01 mm. Pengukuran dilakukan pada lima tempat yang berbeda kemudian hasilnya dirata-ratakan sehingga diperoleh nilai ketebalan film indikator warna rata-rata dalam satuan mm. ii Kekuatan tarik KT dan persentase pemanjangan E ASTM 1989 Kekuatan tarik dan persentase pemanjangan film indikator warna yang dihasilkan diukur dengan menggunakan alat Tensile Strenght and Elongation Tester Strograph. Alat ini diatur pada Initial Grip Separation 50 mm dengan Load cells 5 kg dan kecepatan cross Lead 200 cmmenit. Kekuatan tarik ditentukan berdasarkan beban maksimum pada saat film pecah dan E dilakukan pada penambahan panjang film pada saat film pecahputus. Satuan kekuatan tarik adalah Nmm 2 . mm contoh Luas newton Gaya = KT 2 ...........................................Persamaan 4 100 awal Panjang awal panjang - putus setelah Panjang = E  ..............Persamaan 5 Di mana : KT = kuat tarik E = elongasi

3.3.2.3 Uji stabilitas film indikator warna sebagai kemasan cerdas

Uji stabilitas warna film indikator dititik beratkan pada perubahan degradasi warna, kadar air dan ketebalan film indikator warna seiring dengan lama waktu dan suhu penyimpanan, sehingga akan diperoleh rekomendasi penggunaan kemasan cerdas untuk produk nyata. Ada dua perlakuan yang berbeda, film indikator warna dibungkusdiselotip dan tanpa dibungkusdiselotip dengan selotip bening. Pembungkusan dilakukan untuk melihat ketahanan dari film indikator warna yang dihasilkan dan pengaruh lingkungan terhadap film, karena film indikator warna memiliki sifat larut air, sehingga dengan pembungkusan dapat melindungi film indikator warna dari kelembaban dan pengaruh lingkungan lainnya. Perbedaan kedua perlakuan ini akan dilihat perbedaannya dengan melakukan uji t terhadap nilai kemiringan slope dan intersep dari persamaan matematis perubahan nilai L,a,b, o hue dan ΔE pada masing-masing kondisi penyimpanan. Pengukuran stabilitas terhadap film indikator warna dilakukan selama kemasan tersebut disimpan dalam beberapa kondisi penyimpanan. Respon film indikator terhadap suhu diuji dengan penyimpanan film indikator warna pada suhu freezer -10±2 o C, refrigerator 3±2 o C, dan ruang 25±3 o C, serta penyimpanan dengan perlakuan diberi paparan cahaya lampu flouroscent dengan jarak 6 cm dalam kotak berukuran 30× 10×10 cm dengan suhu 40 o C dengan RH 35-40 dan intensitas cahaya 400 klx yang diasumsikan sebagai panas cahaya matahari dan juga pada cahaya matahari langsung, selama 6 jam dan diamati degradasi warna selama penyimpanan. Gambar skema alat pengganti cahaya matahari dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Skema alat pengganti cahaya matahari Perubahan warna yang terjadi terhadap film indikator warna terbaik selama masa simpan, dilihat secara visual dan dengan melakukan pengukuran dengan chromameter, perubahan kadar air dianalisis dengan metoda oven dan ketebalan diukur dengan micrometer secrup. i Analisis Warna Hunter 1958 Pengukuran dilakukan dengan menggunakan chromameter CR 200 keluaran Minolta. Pertama alat dikalibrasi dengan obyek standar merah dari CR 200. Kemudian contoh diletakkan dibawah sensor. Hasil pengukuran terhadap warna obyek dibaca pada layar yaitu Y, x dan y. Selanjutnya dihitung nilai L sebagai indikasi kecerahan lightnees dan nilai a sebagai indikasi warna merah +a dan warna hijau -a dan sebagai warna kuning +b dan warna biru -b. Warna bahan diukur dalam unit L, a, b yang merupakan standar internasional pengukuran warna, diadopsi oleh CIE Commission Internationale dEclairage. Kecerahan atau Lightness berkisar anara 0 dan 100 sedangkan parameter kromatik a, b berkisar antara -60 and 60. Skala warna CIELab adalah skala warna yang seragam. Dalam sebuah skala warna yang seragam, perbedaan antara titik-titik plot dalam ruang warna dapat disamakan untuk melihat perbedaan warna yang direncanakan Hunter 1958. Pengukuran juga dilakukan terhadap nilai o hue dan ΔE. Nilai o hue menggambarkan kisaran warna kromatis visual yang terlihat, yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai o hue dan daerah kisaran warna kromatis Hutchings 1999 Nilai o hue Daerah kisaran warna 342 o – 18 o Merah-Ungu 18 o – 54 o Merah 54 o – 90 o Kuning-Merah 90 o – 126 o Kuning 126 o – 162 o Kuning-Hijau 162 o – 198 o Hijau 198 o – 234 o Biru-Hijau 234 o – 270 o Biru 270 o – 306 o Biru-Ungu 306 o – 342 o Ungu