18
3 KAJIAN EKOLOGI BELAWAN PUTIH DI KALIMANTAN TENGAH
3.1 Pendahuluan
Tristaniopsis whiteana merupakan salah satu tumbuhan famili Myrtaceae. Nama lain dari spesies ini ialah Tristania motley, Tristania sumatrana, Tristania
whiteana. Tumbuhan ini banyak ditemukan mulai dari Sumatera sampai Papua Niugini. Di kawasan hutan gambut Kalimantan Tengah, tumbuhan ini dikenal
dengan nama daerah belawan putih. Belawan putih tumbuh berkoloni terutama di hutan sekunder, dataran rendah, hutan pegunungan dengan ketinggian 1300 m dpl,
sepanjang sungai atau dekat pantai dan juga di lokasi yang berbatu. Tumbuhan tersebut sering tumbuh bersama dengan spesies Cratoxylum Sosef et al. 1998.
Belawan putih merupakan salah satu spesies yang paling banyak mati akibat kebakaran di hutan gambut Kelampangan Kalimantan Tengah pada Desember
1997 dan September 2002. Laju pertumbuhan belawan putih yang terdapat di petak hutan alami gambut Kelampangan Kalimantan Tengah selama Mei 2002
sampai Mei 2003 ialah jumlah individu sebanyak 63, rata-rata diameter batang sebesar 11.29 cm dan pertambahan diameter sebesar 1.82 mmtahun Simbolon
2003.
Kawasan bergambut di Kalimantan Tengah mencakup hamparan areal yang cukup luas, diperkirakan mencapai 3.472 juta ha atau sekitar 22 dari luas total
wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Gambut terbentuk apabila terdapat limpahan biomassa atau serasah pada suatu kawasan yang mengalami hambatan
dalam proses dekomposisinya. Faktor penghambat utamanya ialah genangan air sepanjang tahun atau kondisi rawa. Oleh karena itu, hutan sebagai penghasil
limpahan biomassa, yang mendominasi wilayah Kalimantan Tengah sekitar 65 dari total luas wilayah, khususnya pada areal-areal yang selalu tergenang air
merupakan kawasan potensial terbentuknya gambut Pemda Palangkaraya 2008.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memetakan sebaran populasi tumbuhan belawan putih di hutan gambut dan kerangas Kalimantan Tengah.
3.2 Metode Cara Penetapan Lokasi
Parameter ekologi belawan putih di hutan gambut dan hutan kerangas Bawan Kalimantan Tengah diamati dan diukur dengan membuat masing-masing 6
plot menggunakan metode penarikan sampel purposif. Setiap plot berbentuk lingkaran dengan jari-jari 10 m, sehingga 6 plot tersebar seluas 0.5 hektar. Petak
ukur analisis vegetasi dibuat di lokasi terdapatnya belawan putih berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemandu lapangan, yang berasal dari anggota
masyarakat sekitar lokasi penelitian.
19
Data yang Dikumpulkan Analisis Vegetasi Soerianegara dan Indrawan 1998.
Analisis vegetasi bertujuan mengevaluasi komposisi dan struktur vegetasi yang ada, antara lain
tingkat semai, perdu, dan pohon meliputi spesies, jumlah individu, dan diameter batang. Vegetasi dianalisis dengan cara membuat petak ukur sebanyak 6 plot dan
jaraknya 50 cm dari pusat lingkaran setiap plot. Setiap plot dibuat sub-sub plot dengan jari-jari 1 m untuk semai, 5 m untuk pancang, dan 10 m untuk pohon dan
tiang Gambar 8.
Gambar 9 Petak ukur analisis vegetasi: plot 1 a, plot 2 b, plot 3 c, plot 4 d, plot 5 e, dan plot 6 f dengan sub-plot untuk tingkat pohon dan tiang
1, pancang 2, dan semai 3
Data vegetasi yang diambil dalam analisis vegetasi yang dilakukan meliputi nama jenis, jumlah individu, diameter, dan tinggi. Secara lebih jelas data untuk
habitus maupun tingkat pertumbuhan tersaji dalam Tabel 12.
Tabel 12 Kriteria dalam analisis vegetasi Soerianegara dan Indrawan 1998 Habitus
Tingkat Pertumbuhan Kriteria
Pohon Pohon
Pohon dewasa berdiameter 20 cm dan lebih Tiang
Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm
Pancang Permudaan dengan tinggi ≥ 1.5 m sampai
anakan berdiameter kurang dari 10 cm Semai
Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1.5 m
Kondisi Populasi Belawan Putih
Data yang diukur meliputi tinggi, tinggi bebas cabang, dan diameter tumbuhan. Tumbuhan tersebut kemudian dibuat spesimen dan dibawa ke
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani-LIPI, untuk memastikan nama ilmiahnya Lampiran 1.
20 Analisis Data
Pola Sebaran Belawan Putih Krebs 1989. Pola penyebaran suatu jenis
tumbuhan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tumbuhan tersebut perlu dilindungi atau tidak. Untuk mengetahui pola penyebaran belawan putih pada
petak pengamatan dapat menggunakan metode Morissita yang meliputi perhitungan indeks penyebaran Morissita, indeks keseragaman, indeks
pengelompokan, dan standar Morissita. Indeks Penyebaran Morissita
I
δ
= n ∑x
i 2
- ∑x
i
[ ∑x
i 2
- ∑x
i
] dengan I
δ
= indeks penyebaran Morissita n = jumlah petak
x
i
= jumlah individu pada setiap petak ke-i Indeks Keseragaman
Mu = x
2 0.975
- n+∑x
i
∑x
i
- 1 dengan Mu = indeks keseragaman
X
2 0.975
= nilai chi-square dari tabel dengan derajat bebas n-1 dan selang kepercayaan 97.5
Indeks Pengelompokan Mc = x
2 0.025
- n+∑x
i
∑x
i
- 1 dengan
Mc = indeks pengelompokan X
2 0.025
= nilai chi-square dari tabel dengan derajat bebas n-1 dan selang kepercayaan 25
Standar Morissita Setelah diketahui nilai-nilai indeks penyebaran, indeks keseragaman, dan
indeks pengelompokan, kemudian dicari nilai standar Morissita untuk menunjukkan pola penyebaran tumbuhan belawan putih. Standar Morissita
mempunyai syarat-syarat sebagai berikut: 1. Bila I
δ
≥ Mc ≥ 1.0, maka Ip = 0.5 + 0.5 I
δ
– Mc n-Mc 2. Bila Mc I
δ
≥ 1.0, maka Ip = 0.5 I
δ
-1 Mc -1 3. Bila 1.0 I
δ
Mu, maka Ip = -0.5 + 0.5 I
δ
– Mu Mu Nilai
Ip 0 menunjukkan pola penyebaran mengelompok Ip 0 menunjukkan pola penyebaran merata
Ip = 0 menunjukkan pola penyebaran acak
3.3 Hasil dan Pembahasan