ANALISIS TRANSMISI KEUANGAN GLOBAL TERHADAP VARIABEL EKONOMI MAKRO DI ASEAN-4 : PENDEKATAN FINANCIAL SHOCKS

(1)

1

ANALISIS TRANSMISI KEUANGAN GLOBAL TERHADAP VARIABEL EKONOMI MAKRO DI ASEAN-4 :

PENDEKATAN FINANCIAL SHOCKS

SKRIPSI

Oleh Maziatun Ni’mah NIM 1208010101103

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER


(2)

i

ANALISIS TRANSMISI KEUANGAN GLOBAL TERHADAP VARIABEL EKONOMI MAKRO DI ASEAN-4 :

PENDEKATAN FINANCIAL SHOCKS

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ekonomi Pembangunan (S1)

dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Maziatun Ni’mah NIM 120810101103

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER


(3)

ii

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ibunda Syari’ah dan almarhum Ayahanda Achmad Ma’shum tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini; 2. Kakakku Khotibul Umam, yang telah memberikan motivasi, dukungan moral,

dan semua pengorbanan selama ini;

3. Guru-guru sejak Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi terhormat, yang telah memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran; dan


(4)

iii MOTTO

Tanpa pertumbuhan terus-menerus dan kemajuan, kata-kata seperti perbaikan, prestasi, dan keberhasilan tidak memiliki makna.

(Benjamin Franklin, 1706-1790)

Kesempurnaan hidup ada pada ilmu yang dimiliki, ilmu adalah cahaya nurani, dan

ruh dalam kehidupan. (Dr. Aidh Al Qarni)

Kesuksesan di masa yang akan datang dibungkus dari suatu optimis dan keyakinan saat ini.


(5)

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: nama : Maziatun Ni’mah NIM : 120810101103

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: ”Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan Financial Shocks” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 9 Mei 2016 Yang menyatakan,

Maziatun Ni’mah


(6)

v

SKRIPSI

ANALISIS TRANSMISI KEUANGAN GLOBAL TERHADAP

VARIABEL EKONOMI MAKRO DI ASEAN-4 :

PENDEKATAN

FINANCIAL SHOCKS

Oleh

Maziatun Ni’mah

NIM 120810101103

Pembimbing

Dosen Pembimbing I : Adhitya Wardhono, SE., M.Sc., Ph.D Dosen Pembimbing II : Dr. Moehammad. Fathorrazi, M.Si


(7)

vi

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan Financial Shocks Nama Mahasiswa : Maziatun Ni’mah

NIM : 120810101103

Fakultas : Ekonomi

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Moneter Tanggal Persetujuan : 9 Mei 2016

Mengetahui, Ketua Jurusan

Dr. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes NIP. 196411081989022001 Pembimbing I

Adhitya Wardhono, SE., M.Sc., Ph.D NIP. 19710905 199802 1 001

Pembimbing II

Dr. Moehammad. Fathorrazi, M.Si NIP. 196306141990021001


(8)

vii

PENGESAHAN

Judul Skipsi

ANALISIS TRANSMISI KEUANGAN GLOBAL TERHADAP

VARIABEL EKONOMI MAKRO DI ASEAN-4 :

PENDEKATAN

FINANCIAL SHOCKS

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : Maziatun Ni’mah NIM : 120810101103

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal:

20 Mei 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Susunan Panitia Penguji

1. Ketua : Dr. Lilis Yuliati, SE., M.Si (...) 196907181995122001

2. Sekretaris : Drs. Sunlip Wibisono, M.Kes (...) 195812061986031003

3. Anggota : Dr. Herman Cahyo Diarto, SE., MP (...) 197207131999031001

Mengetahui/Menyetujui, Universitas Jember

Fakultas Ekonomi Dekan,

Dr. Moehammad Fathorrazi, M.Si NIP. 19630614 199002 1 001 Foto 4 X 6


(9)

viii

Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan Financial Shocks

Maziatun Ni’mah

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember

ABSTRAK

Negara ASEAN-4 yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand merupakan negara-negara yang menerapkan sistem perekonomian terbuka, sehingga perekonomian domestik dipengaruhi oleh kondisi perekonomian eksternal. Guncangan keuangan yang terjadi di perekonomian global akan memberikan efek spillovers terhadap ekonomi kawasan tersebut melalui berbagai saluran transmisi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel ekonomi makro yang menjadi saluran utama transmisi keuangan global terhadap perekonomian ASEAN, dengan menggunakan metode vector autoregression exogenous (VARX).

Hasil analisis VAR menunjukkan bahwa guncangan keuangan yang berasal dari krisis global AS dan krisis utang Uni Eropa memberikan efek melalui saluran perdagangan, yang terbukti dengan kontribusi besar dari variabel ekspor terhadap guncangan variabel domestik. Akan tetapi dampak yang diberikan tidak terlalu besar terhadap kawasan tersebut. Sedangkan pada guncangan dari indeks VIX disalurkan melalui saluran keuangan maupun permintaan dan penawaran, terbukti dengan pengaruh signifikan antara variabel indeks VIX dengan variabel domestik yang memiliki nilai alfa dibawah 0,05.

Implikasi kebijakan yang tepat untuk hasil penelitian yaitu strategi kebijakan diversifikasi ekspor dan penguatan IFSN, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kembali krisis yang memberikan dampak spillovers negatif terhadap perekonomian suatu negara.


(10)

ix

Analysis of Global Financial Transmission toward Macroeconomic Variables in ASEAN-4: A Financial Shock Approach

Maziatun Ni’mah

Department of Economics and Development Study, Faculty ofEconomics, University of Jember

ABSTRACT

Four ASEAN countries, namely Indonesia, Malaysia, the Philippines, and Thailand, are the countries that implement open economy, so that the domestic economy is influenced by external economic conditions. Financial shocks occurred in global economy will give a spillover effect to the economy in those regions through various transmission channels.

This research intended to determine the macroeconomic variables that become the major transmission channels of the global financial ASEAN economy, using vector autoregression exogenous (VARX) method.

VAR analysis showed that the financial shocks that came from the global crisis of the US and the EU debt crisis led to an effect through the trade channels, indicated by the large contribution of export variable to domestic variable shocks. However, the impacts given were not too large to the region. Meanwhile, the shocks of VIX index were transmitted through financial channels as well as supply and demand. This was evidenced by the significant effect of the variable of index VIX on domestic variables which have an alpha value below 0.05.

The appropriate policy for the research results is the policy strategy of export diversification and IFSN strenthening, in purpose of avoid the recurrence of crises that have a negative spillover effect on the economy of a country.


(11)

x RINGKASAN

Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan Financial Shocks;Maziatun Ni’mah, 120810101103; 2016;

158 halaman; Program Studi Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Univesitas Jember.

Liberalisasi ekonomi saat ini menyebabkan kegiatan ekonomi semakin terintegrasi di semua sektor, yang ditandai dengan meningkatnya peran asing di suatu perekonomian negara. Namun, hal tersebut tidak hanya dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian. Hilangnya kontrol dalam suatu sistem keuangan akan menyebabkan ketidakseimbangan yang berpotensi mengakibatkan krisis ekonomi. Krisis yang terjadi pada perekonomian AS 2008 dan krisis utang Uni Eropa pada tahun 2011 merupakan suatu kondisi yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem keuangan pada wilayah tersebut. Dua kawasan tersebut merupakan kawasan yang termasuk perekonomian terbesar di dunia, krisis yang terjadi pada negaranya akan memengaruhi perekonomian secara global. Tanpa pengecualian empat negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand yang merupakan negara dengan sistem perekonomian terbuka, sehingga kondisi perekonomian domestik dipengaruhi oleh kondisi ekonomi eksternal. Implikasi yang dapat dijelaskan bahwa krisis yang terjadi di perekonomian global akan memberikan dampak terhadap perekonomian domestik di Negara ASEAN-4. Krisis AS 2008 ataupun krisis Uni Eropa tersebut dapat memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara melalui berbagai saluran, saluran terebut dapat melalui saluran perdagangan dikarenakan hubungan yang erat pada kerjasama perdagangan, atau dengan melalui sektor keuangan yang diakibatkan dari terintegrasinya sistem keuangan yang terdapat disetiap negara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan variabel ekonomi makro yang dapat mentransmisikan efek dari guncangan keuangan global yang dihasilkan oleh krisis AS 2008 dan krisis utang Uni Eropa. Variabel yang digunakan


(12)

xi

dalam penelitian ini adalah variabel gross domestic product (GDP), total ekspor, suku bunga dan total kredit swasta. Penelitian ini menggunakan dua kelompok variabel, yaitu variabel domestik dan variabel asing. Variabel domestik adalah variabel yang berasal dari empat negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. Variabel asing adalah variabel yang berasal dari negara Amerika Serikat yang merupakan negara yang menyebabkan krisis 2008, dan Jerman merupakan salah satu negara yang menyebabkan krisis utang Uni Eropa pada tahun 2011. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode vector autoregression exogenous (VARX).Tujuan digunakannya metode ini adalah terdapat variabel yang dianggap sebagai variabel weakly exogenity yaitu variabel asing. Asumsi dari penelitian ini adalah variabel asing tersebut keberadaannya memengaruhi variabel domestik dan tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Sehubungan dengan hal itu metode tersebut untuk mengestimasi adanya pengaruh yang diberikan oleh guncangan keuangan global yang berasal dari AS dan Uni Eropa ke perekonomian ASEAN-4.

Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya guncangan keuangan global yang disebabkan oleh kredit macet AS 2008 memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand dengan melalui saluran perdagangan. Terbukti dengan hasil dari variance decomposition kontribusi besar variabel ekspor baik variabel ekspor domestik maupun variabel ekspor asing terhadap guncangan variabel domestik di empat negara ASEAN tersebut dan juga terbukti dengan penurunan tajam pada tahun 2009 yaitu -14,30%. Proses dan karakteristik penyaluran efek guncangan hampir sama di negara-negara tersebut, yaitu dengan melalui penurunan permintaan global serta penurunan harga komoditas dunia yang berdampak pada kegiatan produksi dan aktifitas produksi dalam negeri yang menurun. Kondisi selanjutnya mengakibatkan penurunan ekspor dan menurunkan pendapatan nasional.

Guncangan keuangan global yang terjadi di Uni Eropa juga disalurkan melalui kegiatan perdagangan dengan proses yang sama, seperti penyaluran dampak ketika terjadi krisis 2008. Terbukti dengan hasil dari variance decomposition kontribusi


(13)

xii

besar variabel ekspor baik variabel ekspor domestik maupun variabel ekspor asing terhadap guncangan variabel domestik di empat negara ASEAN tersebut dan juga terbukti dengan penurunan tajam pada tahun 2012 sebesar -6,10%. Akan tetapi guncangan ini tidak terlalu berpengaruh besar seperti krisis AS 2008 terhadap perekonomian ASEAN-4, namun tetap memberikan dampak diakarenakan Eropa merupakan salah satu kawasan dengan perekonomian terbesar di dunia. Disisi lain penurunan ekonomi yang dialami empat negara tersebut disebabkan oleh kondisi internal negara itu sendiri dan kondisi eksternal lainnya.

Guncangan keuangan yang ketiga yaitu dari pergerakan indeks VIX. Guncangan yang diberikan oleh fenomena indeks tersebut merupakan peningkatan angka indeks. Guncangan yang dihasilkan dari indeks VIX memberikan dampak terhadap perekonomian ASEAN-4 melalui saluran penawaran dan permintaan untuk negara Filipina dan Thailand, sedangkan saluran keuangan bagi negara Indonesia dan Malaysia dengan nilai probabilitas di bawah 0,05. Peningkatan angka tersebut merupakan sebuah tanda peningkatan risiko. Hal ini akan memengaruhi produktifitas suatu negara dalam hal berproduksi yang nantinya juga akan memengaruhi kegiatan perdagangan.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Dess et al. (2005) dan Kriljenko, et al., (2014) yang menyatakan bahwa saluran perdagangan merupakan saluran utama yang mentransmisikan efek dari sebuah guncangan keuangan untuk kasus krisis. Dampak yang disebabkan oleh guncangan keuangan global terhadap empat negara ASEAN tersebut, yang memberikan dampak besar adalah melalui kegiatan perdagangan. Hal ini mengartikan bahwa hubungan perdagangan internasional sangat berpengaruh terhadap perekonomian dan memberikan efek spillovers bagi negara yang meskipun tidak memiliki hubungan secara langsung dengan negara yang bersangkutan atau negara yang menciptakan guncangan keuangan. kasus yang terjadi pada guncangan keuangan global pada peningkatan indeks VIX disalurkan melalui saluran permintaan dan penawaran, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kriljenko, et al., (2014).


(14)

xiii

Implikasi kebijakan yang dapat diterapkan untuk mengantisipasi adanya guncangan keuangan global kembali dimasa mendatang yang secara tidak langsung besar pengaruhnya terhadap perdagangan khususnya ekspor. Hal ini diperlukan adanya pengembangan diversifikasi ekspor untuk menghindari dampak yang lebih mendalam terhadap perekonomian domestik suatu negara. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan diversifikasi produk ekspor maupun diversifikasi pasar ekspor. Diversifikasi tersebut dikarenakan akan memberikan keuntungan dapat menurunkan ketidakstabilan di pendapatan ekspor, khususnya bagi negara yang mengkhususkan ekspor produk primer, memperluas pendapatan ekspor, memperluas tujuan negara ekspor, meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pertumbuhan melalui banyak saluran, yaitu: (i) peningkatan kemampuan teknologi melalui pelatihan ilmiah dan teknis yang luas serta belajar dengan melakukan ( learning-by-doing), fasilitas di depan dan keterkaitan ke belakang dalam output beberapa kegiatan yang kemudian menjadi input dari beberapa kegiatan lainnya; (ii) peningkatan kecanggihan dari pasar, skala ekonomi dan eksternalitas, dan substitusi komoditas dengan tren harga positif bagi mereka dengan penurunan tren harga.

Implikasi kebijakan yang kedua yaitu penguatan jaringan keamanan keungan internasional (IFSN). Kebijakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kembali krisis di suatu negara yang mengakibatkan dampak spillovers negatif ke perekonomian global, dengan melakukan tindakan international reserve, prudential management dan sound economy policy. Sebuah strategi kebijakan diversifikasi ekspor juga dapat mendukung dari penguatan IFSN ini, karena dengan meningkatnya kinerja ekspor maka akan lebih banyak cadangan devisa yang nantinya akan dimiliki. Sehingga, dengan dilakukannya dua kebijakan tersebut diharapkan mampu mengatasi permasalahan ekonomi khususnya menghindari adanya krisis yang memberikan dampak merugikan bagi negara dan kesejahteraan masyarakat.


(15)

xiv PRAKATA

Segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang mana atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam tetap terlimpah curahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW atas petunjuk kebenaran, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan Financial Shocks”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunandi Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik itu berupa motivasi, nasehat, saran maupun kritik yang membangun. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan tidak menghilangkan rasa hormat yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Adhitya Wardhono, SE., M.Sc., Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, kritik dan pengarahan dengan penuh keikhlasan, ketulusan dan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga ketika masih dalam masa perkuliahan, serta semua inspirasi, motivasi, dukungan, yang diberikan sebagai perjalanan menuntut ilmu dengan nuansa dan konsep dalam menuntut ilmu yang sesungguhnya, dan juga terimakasih telah memberikan pemahaman dalam arti kehidupan yang sebenarnya, dan bagaimana bisa untuk menjadi seseorang yang peduli bagi sesama;

2. Bapak Dr. Moehammad. Fathorrazi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia membimbing, memberikan saran dan kritik, serta arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran, keihklasan, dan ketulusan dalam menyusun skripsi ini;

3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Jember;


(16)

xv

4. Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Jember; 5. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jember;

6. Bapak M. Abd. Nasir SE., M.Sc., terimakasih atas inspirasi, motivasi, bantuan, dan dukungan yang tidak dapat diperhitungkan banyaknya, sehingga penulis dapat memperoleh pengalaman dan pemahaman dengan variasi bangku akademis yang berbeda;

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Jember serta Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Perpustakaan Pusat;

8. Ibunda Syari’ah dan almarhum Ayahanda Achmad Ma’shum, terima kasih yang tak terhingga ananda ucapkan atas doa, kasih sayang, kerja keras, kesabaran, dan semua pengorbanan yang diberikan selama ini untuk dapat memberikan penghidupan yang terbaik kepada penulis;

9. Kakakku Khotibul Umam, terima kasih atas motivasi, nasihat, dan semua pengorbanan selama ini.

10. Teman hidup yang selalu setia Ryan Sulistyo Hadi atas pengertian, perhatian doa dan dukungan serta bersedia menemani dan menjadi tempat keluh kesah penulis; 11. Sahabat-sahabatku tercinta, Rany dan Mike serta teman-teman kos Jawa 4D No.1

Zahro, Windy, Mbak Ika, Mbak Naomi, Mbak Omy, Mbak Nunung, Mbak Kurin, dan semuanya, terimakasih atas segala yang diberikan selama ini, dan telah bersedia menemani dalam keadaan apapun, semua yang pernah penulis alami bersama kalian tidak akan pernah terlupakan;

12. Teman-teman seperjuangan konsentrasi moneter Uksin, Widya, Ariz, Novi, Putri, Dwi dan seluruh teman-teman di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, terima kasih atas diskusi, sharing ilmu, dan perjuangan bersama yang sulit untuk dapat dijelaskan dengan kata-kata;

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih.


(17)

xvi

Akhir kata, penulis menyadari bahwa didunia ini tidak ada sesuatu yang sempurna, dan masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis berharap atas kritik dan saran yang membangun penulis demi penyempurnaan tugas akhir ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi penulisan karya tulis selanjutnya.

Jember, 3 Mei 2016


(18)

xvii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN MOTO ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v

HALAMAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

PRAKATA ... xiv

DAFTAR ISI ... xvii

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Sistem Keuangan Global ... 11


(19)

xviii

2.1.3 Konsep Spillovers Effect ... 19

2.1.4 Teori Financial Shocks ... 21

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Konseptual ... 32

2.4 Hipotesis Penelitian ... 38

2.5 Asumsi Penelitian ... 38

2.6 Limitasi Penelitian ... 39

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.2 Desain Penelitian ... 41

3.3 Spesifikasi Model Penelitian ... 44

3.4 Metode Analisis Data ... 45

3.4.1 Model Dinamis Vector Autoregressive (VAR) ... 45

3.4.2 Model Dinamis Vector Autoregressive Exogenous (VARX)47 3.5 Definisi Variabel Operasional dan Pengukuran ... 52

BAB 4. PEMBAHASAN ... 55

4.1 Gambaran Umum Perekonomian ASEAN-4 dan Fenomena Guncangan Keuangan Global ... 55

4.1.1 Dinamika Parameter Fundamental Ekonomi Makro di ASEAN-4 ... 56

4.1.2 Hubungan Kerjasama antara ASEAN dengan Amerika Serikat dan Eropa ... 60

4.1.3 Fenomena Guncangan Keuangan Global dan Efek Spillovers ke Negara ASEAN-4 ... 66

4.2 Analisis Model Transmisi Keuangan Globa di ASEAN ... 70


(20)

xix

4.2.2 Hasil Estimasi Model Vector Autoregression

Exogenous (VARX) ... ..74

4.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 122

4.3 Preskripsi Transmisi Keuangan Global Terhadap Fundamental Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4 ... 125

4.3.1 Diskusi Hasil Analisis Transmisi Keuangan Global di ASEAN-4 dengan Model Vector Autoregression Exogenous (VAR) ... 125

4.3.2 Implikasi Kebijakan Ekonomi Makro Terhadap Adanya Efek Guncangan Keuangan Global ke dalam ASEAN-4 ... 135

4.3.3 Prognosa Terhadap Efek Guncangan Keuangan Global ke Perekonomian ASEAN-4 ... 140

BAB 5. PENUTUP ... 144

5.1 Kesimpulan ... 144

5.2 Saran ... 145

DAFTAR BACAAN ... 147


(21)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan penelitian terdahulu ... 30 Tabel 4.1 Daftar Nama Bank Asing yang Beroperasi di ASEAN-4 ... 65 Tabel 4.2 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart

Deviasi dari Variabel-variabel Negara Indonesia ... 71 Tabel 4.3 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart

Deviasi dari Variabel-variabel Negara Malaysia ... 72 Tabel 4.4 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart

Deviasi dari Variabel-variabel Negara Filipina ... 73 Tabel 4.5 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart

Deviasi dari Variabel-variabel Negara Thailand ... 73 Tabel 4.6 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart

Deviasi dari Variabel-variabel Negara AS ... 74 Tabel 4.7 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart

Deviasi dari Variabel-variabel Negara Jerman ... 74 Tabel 4.8 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk

Variabel Asing ... 77 Tabel 4.9 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk

Variabel Domestik Model Negara Indonesia ... 77 Tabel 4.10 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk

Variabel Domestik Model Negara Filipina ... 78 Tabel 4.11 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk

Variabel Domestik Model Negara Malaysia ... 78 Tabel 4.12 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk

Variabel Domestik Model Negara Thailand ... 78 Tabel 4.13 Hasil Uji Johanson-Cointegration Model Negara


(22)

xxi

Tabel 4.14 Hasil Uji Johanson-Cointegration Model Negara Malaysia ... 79 Tabel 4.15 Hasil Uji Johanson-Cointegration Model Negara Filipina .... 80 Tabel 4.16 Hasil Uji Johanson-Cointegration Model Negara

Thailand ... 80 Tabel 4.17 Hasil Uji Optimum Lag Model Negara Indonesia ... 81 Tabel 4.18 Hasil Uji Optimum Lag Model Negara Malaysia ... 82 Tabel 4.19 Hasil Uji Optimum Lag Model Negara Filipina... 82 Tabel 4.20 Hasil Uji Optimum Lag Model Negara Thailand ... 83 Tabel 4.21 Hasil Estimasi VARX Model Negara Indonesia ... 84 Tabel 4.22 Hasil Estimasi VARX Model Negara Malaysia ... 89 Tabel 4.23 Hasil Estimasi VARX Model Negara Filipina ... 93 Tabel 4.24 Hasil Estimasi VARX Model Negara Thailand ... 98 Tabel 4.25 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Indonesia

Model 1 ... 114 Tabel 4.26 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Indonesia

Model 1 ... 115 Tabel 4.27 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Indonesia

Model 2 ... 115 Tabel 4.28 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Indonesia

Model 2 ... 116 Tabel 4.29 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Malaysia

Model 1 ... 116 Tabel 4.30 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Malaysia

Model 1 ... 116 Tabel 4.31 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Malaysia

Model 2 ... 117 Tabel 4.32 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Malaysia


(23)

xxii

Tabel 4.33 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Filipina Model 1 ... 118 Tabel 4.34 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Filipina

Model 1 ... 119 Tabel 4.35 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Filipina

Model 2 ... 119 Tabel 4.36 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Filipina

Model 2 ... 120 Tabel 4.37 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Thailand

Model 1 ... 121 Tabel 4.38 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Thailand

Model 1 ... 121 Tabel 4.39 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Thailand

Model 2 ... 122 Tabel 4.40 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Thailand

Model 2 ... 122 Tabel 4.41 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 123 Tabel 4.42 Tujuan, Dimensi dan Bentuk Diversifikasi Ekspor ... 137


(24)

xxiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perbandingan total kredit swasta domestik antara ASEAN-4 dengan negara AS dan Jerman ... 3 Gambar 1.2 Perkembangan Investasi Portofolio ASEAN tahun

2000-2014 ... 5 Gambar 1.3 Pertumbuhan Indeks Harga Saham ASEAN-4 tahun

2000-2014 ... 6 Gambar 1.4 Perkembangan nilai tambah pada industri pada tahun

2000-2013 ... 7 Gambar 2.1 Gambar Kerangka Konseptual ... 37 Gambar 3.1 Gambar Desain Penelitian ... 43 Gambar 4.1 Perkembagan Pertumbuhan Ekonomi ASEAN-4 tahun

1990-2014 ... 57 Gambar 4.2 Tingkat pertumbuhan ekspor dan GDP ASEAN-4 ... 58 Gambar 4.3 Peta Trade Patner NegaraIndonesia ... 62 Gambar 4.4 Peta Trade Patner NegaraMalaysia... 62 Gambar 4.5 Peta Trade Patner NegaraFilipina ... 63 Gambar 4.6 Peta Trade Patner NegaraThailand ... 63 Gambar 4.7 Perkembangan investasi portofolio ASEAN dan Indeks

CBOE VIX ... 67 Gambar 4.8 Impulse Response Functions Model 1 Negara Indonesia ... 104 Gambar 4.9 Impulse Response Functions Model 2 Negara Indonesia ... 105 Gambar 4.10 Impulse Response Functions Model 1 Negara Malaysia ... 106 Gambar 4.11 Impulse Response Functions Model 2 Negara Malaysia ... 107 Gambar 4.12 Impulse Response Functions Model 1 Negara Filipina ... 109 Gambar 4.13 Impulse Response Functions Model 2 Negara Filipina ... 110 Gambar 4.14 Impulse Response Functions Model 1 Negara Thailand ... 112 Gambar 4.15 Impulse Response Functions Model 2 Negara Thailand ... 113


(25)

xxiv

Gambar 4.16 Perkembangan ekspor Negara Indonesia dan AS ... 127 Gambar 4.17 Perkembangan ekspor NegaraMalaysia dan AS ... 129 Gambar 4.18 Alur Transmisi Keuangan Global di ASEAN ... 134 Gambar 4.19 Arsitektur Moneter Internasional ... 134


(26)

xxv DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Data Variabel Domestik dan Asing... 160 Lampiran B. Statistik Deskriptif ... 164 Lampiran C. Hasil Uji Akar-Akar Unit ... 167 Lampiran D. Hasil Uji Kointegrasi... 187 Lampiran E. Hasil Uji Optimum Lag ... 198 Lampiran F. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 200 Lampiran G. Hasil Estimasi VAR ... 213 Lampiran H. Hasil Impulse Response Functions (IRF) ... 227 Lampiran I. Hasil Variance Decomposition (VD) ... 235


(27)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi merupakan sebuah kondisi yang memicu terjadinya peningkatan keterbukaan ekonomi yang ditandai dengan adanya perubahan struktural dari perekonomian negara secara bertahap (Bhalotra, 2002). Salah satu aktifitas ekonomi yang menerima dengan cepat atas keterbukaan ekonomi dan mengalami perkembangan adalah sektor keuangan. Liberalisasi keuangan merupakan sebuah fenomena keterbukaan bebas atas arus modal yang bergerak secara masif dari suatu negara.Kondisi tersebut menunjukkan dalam jangka panjang akan meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi global, sedangkan dalam jangka pendek keterbukaan ini dapat menimbulkan risiko yang mengancam kestabilan kondisi perekonomian suatu negara (Departemen Perdagangan RI, tanpa tahun; Bekaert et al., 2001; Mishkin dan Eakins, 2012; Rejeb dan Boughrara, 2015). Peningkatan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi global disebabkan karena pengembangan keuangan yang semakin maju dan mendorong suatu sistem keuangan beroperasi dengan baik. Namun dalam jangka pendek menyebabkan ketidakstabilan karenadipicu oleh meningkatnya informasi asimetris dan moral hazard serta akumulasi besar suatu dana yang terdapat di posisi asing. Hal ini memberikan kontribusi secara signifikan dalam memperkuat transmisi internasional pada volatilitas dan risiko penularan.

Perkembangan sektor keuangan saat ini ditandai dengan adanya teknologi yang mampu memfasilitasi aktifitas keuangan, sehingga hal tersebut secara jelas dapat melakukan transaksi dengan waktu yang relatif singkat dengan cakupan wilayah lebih luas.Hal ini memberikan kontribusi yang baik bagi pertumbuhan volume investasi portofolio di dunia, peningkatan pesat pada volume investasi portofolio yang terbukti di New York Stock Exchange (NYSE) mencatat peningkatan dari 2 miliar US$ pada tahun 2001 ke 8 miliar US$ pada tahun 2008dan transaksi


(28)

yang terjadi di pasar valuta asing mencapai hampir 1 triliun US$ setiap harinya (Hlavata dan Feranec, 2006; Curtin, 2009).Data tersebut merupakan bukti bahwa globalisasi ekonomi dengan teknologi yang lebih maju dapat meningkatkan volume dari kegiatan di sektor keuangan. Hal tersebut karena membuka peluang bagi sektor keuangan untuk saling berinteraksi dari berbagai wilayah global dengan waktu yang relatif singkat dan memang bahwasanya era globalisasi mengharuskan suatu negara untuk melaksanakan aktivitasnya tidak hanya di wilayah nasional namun juga di luar batas wilayah nasional.

Peningkatan volume transaksi yang semakin besar di pasar keuangan akan mengakibatkan kondisi pasar keuangan yang tidak terkendali dalam perekonomian dunia dan menyebabkan hilangnya kontrol dalam sistem keuangan global yang pada akhirnya akan menuju kondisi imbalance pada pasar keuangan internasional, dan selanjutnya akan berpotensi menjadi sebuah krisis ekonomi (Hlavata dan Feranec, 2006; Romain et al., 2006). Ketidakseimbangan tersebut berasal dari akumulasi volume investasi portofolio yang berbeda di setiap negara, sebagai contoh AS merupakan negara yang memiliki volume portofolio terbesar di dunia. Penarikan modal secara tiba-tiba yang terjadi di setiap negara dipicu oleh perubahan sentimen pada investor, sehingga akan menyebabkan guncangan dalam jangka pendek, yang mana hal ini merupakan biaya (ongkos) dari sebuah keterbukaan sistem keuangan (World bank, 1999/2000; Stiglitz, 2000; Agenor, 2003). Ketidakseimbangan yang terjadi pada sektor keuangan dapat memberikan dampak ke sektor lain, karena keuangan merupakan bagian penting yang memengaruhi kondisi suatu perekonomian. Ketidakseimbangan pada sistem keuangan akan menyebabkan guncangan keuangan yang berdampak negatif terhadap perekonomian suatu negara. Dampak negatif dari adanya ketidakseimbangan pada sektor keuangan disuatu wilayah dapat dikategorikan dalam dua mekanisme yaitu dapat dengan secara langsung ataupun dengan secara tidak langsung. Dampak secara tidak langsung dapat dari efek spillovers yang disalurkan melalui berbagai kegiatan ekonomi maupun melalui negara mitra ekonomi (Alter dan Beyer, 2013). Perdagangan internasional merupakan


(29)

saluran yang dapat mentransmisikan efek guncangan terhadap perekonomian (Eickmeier et al., 2011 dan Kriljenko et al., 2014). Pendapat yang didasarkan dari literatur empiris lainnya Khiaonarong, 2013; Jeon, et al., 2013; Allen et al., 2014; Kane et al., 2014 menyebutkan bahwa saluran utama dalam menstransmisikan dampak guncangan keuangan tersebut adalah melalui lembaga keuangan khususnya sektor perbankan multinasional. Dampak tersebut disalurkan melalui anak perusahaan (cabang bank) yang berada di negara tuan rumahnya, sehingga dampak tersebut mudah disalurkan ke negara-negara yang menjadi tuan rumah dari cabang bank asing tersebut. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pemberian kredit yang secara tiba-tiba mengalami ketidakstabilan, sehingga memberi pengaruh terhadap aktifitas sektor riil maupun di sektor keuangan itu sendiri (Alpanda dan Aysun, 2014 dan Paltalidis et al., 2015). Dua saluran tersebut dapat memberikan hubungan yang saling berkolerasi, artinya meskipun salah satu dari saluran-saluran tersebut merupakan sebagai saluran utama namun tetap memberikan pengaruh terhadap sektor lainnya, sebagai contoh sektor riil.

Gambar 1.1 Perbandingan total kredit swasta domestik antara ASEAN-4 dengan negara AS dan Jerman (Sumber: World Bank, 2016, diolah)

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 K re dit sw a st a do m estik ( %) Tahun Indonesia Malaysia Filipina Thailand Jerman AS


(30)

Perkembangan total kredit swasta merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan perkembangan sektor keuangan yang dimiliki olehsuatu negara. Gambar 1.1 memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa ketika krisis global tahun 2008 yang disebabkan oleh hancurnya sistem keuangan AS memberikan dampak terhadap negara-negara di kawasan ASEAN. Penurunan total kredit swasta domestik AS tahun 2008 juga dialami oleh empat negara kawasan ASEAN tersebut yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. Namun,berbeda dengan tiga negara ASEAN lainnya, Indonesia merupakan negara di kawasan ASEAN yang memiliki pertahanan cukup kuat pada saat krisis. Setelah krisis AS mereda, untuk periode-periode selanjutnya diiringi dengan perbaikan pada sektor keuangan di empat negara ASEAN tersebut, sehingga perekonomian mengalami peningkatan sampai pada tahun 2014.

Gambar 1.2 menunjukkan perkembangan investasi portofolio di ASEAN dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Kondisi investasi portofolio di ASEAN cukup fluktuatif, sebab mayoritas investasi di kawasan ASEAN merupakan bentuk investasi jangka pendek, sehingga aliran modal mudah keluar dan mudah masuk. Fluktuasi investasi portofolio di kawasan ASEAN akibat dari keluar dan masuknya dana dengan waktu yang relatif singkat disebabkan karena adanya liberalisasi aliran modal dan sektor keuangan yang semakin terintegrasi.

Penurunan tajam pada investasi portofolio di negara Malaysia pada tahun 2008 dan 2009 yaitu sebesar US$ 25586 miliar dan US$ 505 miliar. Penyebab penurunan tersebut adalah terjadinya krisis keuangan Amerika Serikat, yang berdampak pada pasar keuangan global termasuk negara Malaysia. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoon dan Hui (2010) dan Majid dan Kasim (2009) yang mengungkapkan bahwa dampak dari krisis keuangan yang terjadi di AS menularkan dampak negatif pada kondisi keuangan negara berkembang ASEAN terutama di pasar saham, arus dana keluar yang relatif cepat menyebabkan pasar saham di beberapa negara ASEAN turun lebih dari 50 persen. Pergerakan investasi portofolio di beberapa negara ASEAN,yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan


(31)

Thailand memiliki pergerakan yang sama dengan rata-rata investasi portofolio di ASEAN secara keseluruhan.

Gambar 1.2 Perkembagan investasi portofolio ASEAN tahun 2000-2014 (Sumber: World Bank, 2016, diolah)

Hasil penelitian tersebut menunjukkan hal yang sama dengan data pada Gambar 1.3yaitu indeks harga saham di Malaysia mengalami penurunan sebesar 49 persen, yang awalnya pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 37 persen. Tidak hanya Malaysia, Filipina juga mengalami penurunan dengan angka yang besar, yaitu 71 persen. Kondisi serupa juga dialami oleh negara lain di kawasan ASEAN yang mengalami penurunan, meskipun angka penurunannya tidak terlalu besar dibandingkan dua negara tersebut. Krisis utang Uni Eropa secara tidak langsung juga memberikan pengaruh terhadap harga saham di kawasan ASEAN. Pada tahun 2011 dan 2012 nilai saham menurun meskipun tidak sampai ke angka minus. Gambar 1.3 juga menunjukkan perkembangan pertumbuhan indeks harga saham di beberapa negara kawasan ASEAN.

-30000 -20000 -10000 0 10000 20000 30000 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 US$ Tahun Rata-rata ASEAN Malaysia Indonesia Kamboja Thailand Filipina


(32)

Gambar 1.3 Pertumbuhan indeks harga saham ASEAN-4 tahun 2000-2014 (Sumber: Asian Development Bank, 2016, diolah)

Krisis Amerika Serikat pada tahun 2008 juga tidak hanya memengaruhi sektor keuangan saja, namun juga berpengaruh terhadapkegiatan sektor riil (Pongpattananon dan Tansuwanarat, tanpa tahun; Yamamoto, 2014). Penurunan pada sektor riil juga dapat dilihat dari pergerakan total kredit swasta domestik pada Gambar 1.1, ketika total kredit menurun maka akan menurunkan produktifitas dalam negeri, sebagai akibat dari menurunnya dana untuk berproduksi. Pada masa sebelum krisis keuangan pada tahun 2008, ekspor negara ASEAN rata-rata mengalami kenaikan 13,5 persen yaitu dari tahun 2007 yang mencapai angka sebesar US$ 494.635 naik menjadi US$ 561.510 pada tahun 2008. Namun, kondisi ini berubah pada tahun 2009 total ekspor beberapa negara ASEAN mengalami penurunan menjadi sebesar US$ 464979 yaitu turun sebesar 5,9 persen.Perkembangan nilai tambah industri juga mengalami kemerosotan pada tahun 2009 akibat dari krisis AS tahun 2008, yang ditampilkan pada Gambar 1.4. Hal ini menandakan bahwa adanya krisis keuangan AS pada tahun 2008 mengakibatkan perekonomian global mengalami penurunan produksi, khususnya di kawasan ASEAN-4.

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50

P

er

tum

bu

ha

n

IH

S

(%)

Tahun

Thailand Filipina Malaysia Indonesia


(33)

Gambar 1.4 Perkembangan nilai tambah pada industri pada tahun 2000-2013 (Sumber: World Bank, 2016, diolah)

Berbeda dengan negara lainnya, Indonesia mengalami perkembangan nilai tambah industri yang menurun pada tahun 2010 begitu pula pada tahun 2009, saat semua negara mengalami kondisi yang sama Indonesia dapat mempertahankan produksinya. Bukti menunjukkanbahwa angka yang dimiliki Indonesia pada tahun tersebut merupakan angka tertinggi dari ke enam negara yang tertera pada gambar 1.4, masing masing angka yang dimiliki negara tersebut yaitu Indonesia 47.65 persen, Malaysia 40.54 persen, Filipina 31.71 persen, Thailand 38.73 persen, Jerman 27.81 persen dan AS 20.15 persen yang merupakan angka terendah. Hal ini dapat diartikan bahwa Indonesia mampu mengatasi krisis yang terjadi dilihat dari kinerja perekonomiannya yang tergolong dalam kategori baik.

Selain krisis subprime mortgage tahun 2008 di Amerika Serikat, pada tahun 2011 terjadi kembali guncangan finansial yang berasal dari kawasan Uni Eropa yang disebabkan dari krisis utang bilateral beberapa negara kawasan Eropa. Krisis di Uni Eropa memang tidak memberikan pengaruh besar seperti krisis Amerika, namun dampak krisis utang Eropa signifikan terhadap perekonomian ASEAN karena Eropa merupakan mitra ekonomi penting bagi ASEAN, selain menyerap porsi yang

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 Nila i Ta m ba h Ind us tri (%) Tahun Indonesia Malaysia Filipina Thailand Jerman AS


(34)

signifikan dari ekspor di wilayah ini, Uni Eropa telah menjadi sumber utama investasi langsung asing dan arus modal lainnya ke wilayah tersebut (Lee et. al., 2013). Beberapa negara Uni Eropa juga merupakan negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia, sehingga adanya krisis yang melanda wilayah tersebut akan memberikan dampak terhadap perekonomian global, termasuk ke empat negara ASEAN.

Dampak yang ditimbulkan dari guncangan finansial global,yaitu dampak dari krisis keuangan global seperti krisis AS tahun 2008 dan krisis utang Eropa tahun 2011 memberikan gambaran bahwa guncangan lokal dapat menyebar dengan cepat ke negara-negara lain dan akhirnya melanda ke perekonomian global, yang tidak hanya memberi pengaruh terhadap sektor keuangan melainkan juga kondisi sektor riil melalui berbagai mekanisme saluran seperti melalui transmisi moneter ataupun perdagangan (Dess et. al., 2005; Yamamoto, 2014; Feldkircher dan Huber, 2015). ASEAN merupakan salah satu kawasan ekonomi yang terintegrasi, terjadinya sebuah kondisi buruk dalam perekonomian suatu negara akan dengan mudah menyebarkan dampakterhadap negara lain sebagai negara mitra kerjasamanya.

1.2 Rumusan Masalah

Liberalisasi keuangan saat ini semakin meningkat yang ditandai dengan semakin tingginya arus modal yang bergerak di pasar keuangan internasional. Terdapat efek positif dan negatif dari adanya sistem keuangan yang bebas. Beberapa penelitian Bekaert, et al., (2001) dan Rejeb dan Boughrara (2015) mengemukakan bahwa liberalisasi akan meningkatkan kinerja perekonomian, karena sektor keuangan yang berkembangke arahyang lebih produktif dan dapat memperlihatkan pengembangan sektor keuangan sehingga sistem keuangan dapat beroperasi lebih baik dan efisien. Pendapat lain mengungkapkan liberalisasi keuangan memberikan dampak negatif yang nantinya akan menghasilkan kondisi disekuilibrium pada sektor keuangan dan juga sektor riil.


(35)

Guncangan yang diberikan dari aktifitas keuangan global akan memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap sektor keuangan dan sektor riil, pengaruh tidak langsung dapat disalurkan melalui berbagai saluran transmisi, misalnya melalui perdagangan, kebijakan moneter negara lain, dan lain sebagainya.Guncangan-guncangan ekonomi yang terjadi selama tahun 2000-2014 memberikan kondisi ketidakpastian pada sektor keuangan global dan menyebar ke aktifitas-aktifitas ekonomi lainnya.Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditarik rumusan masalah yaitu, variabel ekonomi makro manakah yang menjadi saluran utama dalam mentransmisikan efek guncangan keuangan global ke dalam perekonomian di ASEAN-4?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini untuk mengetahui variabel ekonomimakro yang menjadi saluran utama dalam mentransmisikan dampak dari guncangan keuangan global terhadap perekonomian empat negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka terdapat beberapa manfaat yang akan diambil dan diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada pihak terkait maupun masyarakat mengenai bahasan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. memberikan informasi mengenai saluran transmisi keuangan global ke dalam perekonomian negara ASEAN-4;

b. dapat digunakan sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi lembaga pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan;


(36)

2. Manfaat Teoritis

a. memberikan informasi memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti di bidang yang sama;

b. memberikan wawasan ilmiah dan dapat menjadi sarana pengembangan pengetahuan di bidang moneter internasional dan ekonomi;


(37)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 berisikan tentang tinjauan pustaka yang mengkaji teori yang berkaitan dengan pengaruh aktifitas dari keuangan global dan efek dari liberalisasi keuangan terhadap aktifitas ekonomi lainnya yang ditelaah dalam konsep teoritis. Pada bagian subbab 2.1 akan dipaparkan mengenai landasan teori yaitu sistem keuangan global, paradigma teori saluran transmisi sektor riil dan sektor keuangan, konsep spillovers effect, dan teori financial shock. Selanjutnya, pada subbab 2.2 yaitu tentang penelitian sebelumnya tentang transmisi keuangan global. Subbab 2.3 dijelaskan mengenai kerangka konseptual yang menjadi alur penelitian, dan subbab 2.4 menjelaskan hipotesis sebagai dugaan atas hasil yang akan diperoleh, dan yang terakhir yaitu subbab 2.5 dijelaskan asumsi yang perlu diberikan dalam penelitian ini

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsepsi Sistem Keuangan Global

Sistem keuangan global adalah salah satu penciptaan terpenting dalam masyarakat modern, dengan tugas utamanya adalah untuk memindahkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana lebih yang digunakan untuk melakukan konsumsi atau untuk sebuah bisnis, dimana mendukung struktur pasar dalam melakukan transaksinya dengan melintasi batas nasional (Mishkin dan Eakins, 2012; Adam, tanpa tahun). Sistem keuangan juga diartikan sebagai sesuatu yang berperan penuh atas besaran bunga harga atau return aset dalam suatu kegiatan di pasar keuangan, dan juga sebagai sarana dalam mengalokasikan sumber daya untuk tujuan pembangunan perekonomian global yang berkelanjutan (Fosler, 2011; Report of the Secretary-General, 2014).Sehubungan dengan hal itu, suatu sistem keuangan yang baik merupakan sebuah kunci dari keberlangsungan sebuah perekonomian yang maju dan efisien.

Globalisasi merupakan salah satu trend yang paling dominan dalam hubungan sosial ekonomi internasional. Akses internasional merupakan rawal dari kemudahan


(38)

dalam melaksanakan kegiatan ekonomi,untuk selanjutnya hambatan perdagangan dan investasi sedikit demi sedikit menghilang, serta aliran internasional semakin meningkat.Perkembangan ekonomi saat ini, berbagai macam pasar untuk barang dan jasa akan menjadi terintegrasi, dengan berbagai manfaat yang diperoleh dari hal tersebut. Perdagangan bebas dan pasar umum merupakan sarana yang diciptakan untuk memberikan fasilitas dalam berinovasi. Aktifitas dunia yang tanpa hambatan akan membantu mendistribusikan kekayaan lebih merata dari orang kaya kepada orang miskin (Curtin, 2009; Hlavata dan Feranec, 2006). Adanya kebebasan ini memberikan kontribusi terhadap perekonomian dari aktifitas pertukaran antara domestik dan asing yang saling memenuhi kebutuhannya.

Trend globalisasi yang paling jelas dalam perekonomian global adalah pasar keuangan internasional. Di tandai dengan layanan keuangan yang telah berhasil mengglobal. Hal ini dilihat pada perkembangan yang pesat dalam pasar keuangan dari tahun ke tahun, terutama karena liberalisasi dan deregulasi proses ekonomi, yang didukung oleh kemajuan ilmiah dan teknis yang cukup besar dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai pembatasan nasional termasuk pembatasan pemerintah telah dihapuskan pada sebagian besar pusat-pusat keuangan utama, dan telah mendorong pihak asing untuk berinvestasi.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat dalam memberikan sarana dan fasilitas pada sistem keuangan dapat meningkatkan kinerja sektor keuangan. Berdasarkan yang telah dijabarkan oleh Curtin (2009) dalam Journal USA, Wall Street dan pusat-pusat keuangan lainnya menjadi lebih meningkat kinerja dalam menjalankan aktifitasnya. Para pelaku di pasar saham pun memperoleh kepuasan yang maksimal karena mereka dapat bertransaksi dengan kecepatan yang maksimal pada tahun pertengahan 1990-an. Pusat-pusat keuangan lainnya yaitu New York Stock Exchange (NYSE) dan NationalAssociation of Securities Dealers Automated Quotations (NASDAQ) juga meninggalkan metode lamanya dalam melakukan aktifitas di pasar saham, yang mengutip harga saham difraksi dan mengadopsi sistem desimal, karena komputer tidak dapat mengoperasikan dalam bentuk pecahan.Metode


(39)

lama juga tidak mampu memberikan layanan dengan kecepatan yang maksimum. Perkembangan teknologi ini memberikan kontribusi yang sangat menakjubkan. Terbukti dengan volume di NYSE meningkat dari rekor 2 milyar saham pada tahun 2001 menjadi 8 milyar pada tahun 2008, volume di pasar valuta asing mencapai triliunan dolar setiap hari.

Sistem keuangan merupakan sebuah pengendali utama dalam perekonomian, kondisi sistem keuangan yang baik dan stabil akan memberikan pengaruh yang baik terhadap perekonomian secara keseluruhan (Borio et. al., 2014). Perkembangan ekonomi yang diimbangi dengan perkembangan teknologi memberikan fasilitas yang mempermudah berbagai aktifitas ekonomi, sehingga dapat lebih cepat dan efisien. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perkembangan teknologi memberikan efek signifikan terhadap kegiatan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal yang mengalami peningkatan. Menurut penelitian Hagen dan Ho (2006); Zistler (2010) mengemukakan bahwa krisis yang sering terjadi pada perekonomian global selama ini merupakan hasil dari kondisi sistem keuangan yang buruk. Berbagai strategi yang dilakukan oleh badan internasional semata hanya untuk mengamankan sistem keuangan global dan mencegah terjadinya krisis global kembali.

International financial safety nets(IFSN) merupakan salah satu upaya dalam memproteksi perekonomian dunia, dengan berbagai alternatif strategi. Awalnya sistem moneter internasional bersifat sentralisasi dan hanya dikendalikan oleh organisasi Internasional IMF dan negara-negara perekonomian terbesar yaitu G-7, kemudian dengan semakin kompleksnya permasalahan ekonomi dunia pada akhirnya mengarah ke desentralisasi (Rana et. al., 2011; Rana, 2012). Penjelasan mengenai IFSN yang dilansirkan oleh Departemen Internasional Bank Indonesia yaitu terdapat dua lapisan dalam memperkuat sebuah multi-layered IFSN antara lain:1) first line of defense yaitu meliputi National financial safety nets, penguatan jaringan IFSN melalui international reserve, prudential management, and sound economic policies; 2) second line of defense yaitu pengamanan jaringan keuangan yang melibatkan pihak luar yang meliputi: Multilateral Financial Safety Nets (MFSNs) dibawah kendaliIMF,


(40)

Bilateral Financial Safety Nets (BFSNs) kerjasama antar bank sentral, dan Regional financial Safety Nets (RFSNs) yaitu badan-badan dibawah naungan masing-masing wilayah seperti RFSN di Europe bernama European Stability Mechanism (ESM), RFSN di Asia adalah Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) dan ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), North American Framework Agreement (NAFA) untuk Amerika Utara, dan Arab Monetary Fund (AMF) untuk kawasan Timur tengah, serta Latin American Reserve untuk kawasan Amerika Latin.

Lembaga Internasional IMF yang menaungi MFSN memberikan beberapa instrumen pinjaman yang ditujukan kepada negara-negara yang membutuhkan dana talangan untuk melindungi dan mencegah negara tersebut dari krisis. Berdasarkan penjabaran dalam Report of the Secretary-General (2014) instrumen-instrumen tersebut yaitu Stand-by Arrangement (SBA), Flexible Credit Line (FCL) dan Precautionary and Liquidity Credit Line (PLL), instrumen-instrumen ini ditujukan tidak hanya bagi negara yang perekonomian lemah dan sedang berada di ambang krisis, melainkan kepada negara yang mempunyai perekonomian kuat namun kondisi neraca pembayaranya sedang tidak baik.

2.1.2 ParadigmaTeori Saluran Transmisi Keuangan

Paradigma teori saluran transmisi menyebutkan bahwa saluran transmisi antara sektor riil dan sektor keuangan saling memiliki pengaruh. Kondisi ekonomi riil memengaruhi kondisi keuangan, khususnya di masyarakat (rumah tangga) dan neraca perusahaan, dan sebaliknya. Standar teori makroekonomi mengemukakan tentang saluran transmisi sektor riil ke sektor keuangan bahwa ketika kondisi ekonomi lemah akan mengurangi pendapatan dan laba usaha (termasuk bank) dan juga pendapatan masyarakat (rumah tangga). Ketika penghasilan masyarakat dan perusahaan menurun akibatnya tidak menutup kemungkinan akan terjadi kredit macet yang ditimbulkan. Hal ini akan menyebabkan lembaga keuangan (contohnya bank) akan mengalami kondisi yang lemah, lemahnya kondisi lembaga keuangan akan berdampak pada aktifitas sektor riil (Gelos dan Sahay, 2000; Bank for International Settlement,


(41)

2011).Terdapat korelasi antara sektor riil dan sektor keuangan, karena segala bentuk kegiatan ekonomi tidak lepas dari pengaruh sektor keuangan, yang mana merupakan kunci dari perekonomian yang baik disuatu negara.

Penelitian Ozkan dan Unsal (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga saluran transmisi yang menyalurkan dampak keuangan global ke dalam perekonomian domestik yang melibatkan hubungan antara perdagangan dan keuangan. Pertama yaitu spillovers keuangan, yang beranggapan bahwa persepsi investor tentang penyaluran produktifitas perusahaan asing dan domestik mempunyai keterkaitan yang inheren. Kedua, saluran ekspor yaitu ketika krisis keuangan dalam perekonomian asing mengurangi output, dengan demikian akan mengurangi permintaan ekspor terhadap perekonomian asing dan juga akan mengurangi ekspor bersih di perekonomian domestik. Ketiga yaitu melalui efek subtitusi, dengan perubahan persepsi investor yang kurang menguntungkan dari produktifitas asing membuat investor mencari peluang investasi alternatif, yang menyebabkan peningkatan aliran modal masuk ke perekonomian domestik, hal ini terjadi sebagai efek dari dua saluran transmisi sebelumnya.

Aktifitas keuangan global pada prinsipnya dapat memengaruhi perekonomian suatu negara melalui berbagai saluran tidak langsung, tidak hanya memberikan efek terhadap sektor keuangan, melainkan juga memengaruhi ke sektor riiltanpa terkecuali negara maju ataupun negara berkembang (Chudik dan Fratzscher, 2010; Kriljenko et al., 2014 dan Yamamoto, 2014). Efek yang diberikan dari aktifitas tersebut kebanyakan ditularkan secara tidak langsung melaui saluran-saluran tersebut, misalnya melalui perdagangan, kebijakan moneter negara lain, dan lain sebagainya. Aktifitas perdagangan (ekspor dan efektifitas nilai tukar riil) dan aktifitas keuangan (suku bunga) merupakan saluran utama yang mudah menyebarkan efek dari guncangan keuangan, selain dari saluran melalui aktifitas lembaga keuangan bank maupun non bank (Dees et al., 2005; Alpanda dan Aysun, 2014 dan Feldkircher dan Huber, 2015). Adanya kemungkinan bahwa efek juga dapat ditularkan secara langsung akibat dari adanya hubungan antar negara yang bersangkutan. Namun efek


(42)

yang diberikan melalui saluran, akan secara tidak langsung melalui-melalui tahapan yang nantinya akan memengaruhi berbagai variabel ekonomi.

Liberalisasi jasa keuangan, dengan penghapusan bertahap akses pasar dan pembatasan perlakuan nasional dalam perbankan yang merupakan tempat interaksi aktifitas pada sektor keuangan. Aktifitas dari bank internasional memengaruhi terjadinya suatu krisis yang disebabkan oleh permasalahan pada likuiditas perbankan dan ketidakpastian, yang merupakan saluran utama pengaruh dari adanya krisis. Adanyakegiatan cross-border lending dan adanya guncangan di pasar pinjaman antar bank sehingga efek menular guncangan dapat menyebar dengan mudah melalui risiko kredit sovereign dan juga melalui bank multinasionalatau cabang bank asing karena anak perusahaan bergantung pada kondisi perusahaan induknya, yang berawal dari keterbatasan dana dari bank induk akhirnya anak bank mengurangi jumlah dana yang disalurkan (pada saat krisis) sehingga membuat aktifitas ekonomi terhambat dan memperburuk kondisi suatu perekonomian negara tuan rumah (Khiaonarong, 2013; Jeon, et al., 2013; Allen et al., 2014; Kane et al., 2015; Alpanda dan Aysun, 2014 dan Paltalidis et al., 2015). Lembaga keuangan khususnya perbankan merupakan jantung perekonomian, hal ini berarti kondisi pada sistem perbankan akan memberikan efek terhadap perekonomian secara keseluruhan baik itu sektor keuangan itu sendiri maupun sektor riil.

Aspek utama terjadinya transmisi keuangan global dari sebuah guncangan harga aset melalui adanya transaksi keuangan internasional adalah hubungan antara neraca investor dan neraca suatu lembaga atau perusahaan (Nissanke, 2009; Devereux dan Yetman, 2010). Leverage keuangan yang tinggi dan sebuah rasio tinggi dari aset sebagai modal merupakan faktor penting penyebaran dan meningkatkan krisis keuangan.Berawal dari harga aset menurun yang menyebabkan perusahaan menjual aset akibat dari menurunnya pendapatan dalam menghindari risiko kebangkrutan, sehingga akan menyebabkan lingkaran setan pada neraca perusahaan/lembaga (asset price bubble).Laverage yang tinggi dan kemudian mengalami penurunan yang drastis kemudian menyebabkan premi risiko meningkat, pinjaman yang lebih rendah serta


(43)

mengurangi pasokan dana di masa datang yang berujung pada penurunan investasi dan perekonomian mengalami kontraksi (Ozkan dan Unsal, 2012).Hal ini dapat disimpulkan bahwa harga aset merupakan saluran transmisi yang dapat menyebarkan efek spillovers dari sebuah krisis keuangan global dengan menyerang pada pasar keuangan pertama (negara pertama yang mempunyai hubungan langsung dengan negara asal krisis) dan kemudian menyebar ke negara-negara yang menjadi mitra ekonominya.

Kegiatan ekonomi lainnya yang dapat menjadi saluran utama dalam mentransmisikan sebuah guncangan keuangan global dari satu negara ke negara lain adalah perdagangan. Massons (1998) dan Gamo et al. (2009) menjelaskan bahwa ketika krisis terjadidi suatu negara, investor yang beroperasi di negara asing akan menilai posisinya di negara tersebut, penilaian tersebut akan menyebabkan perubahan pada perilaku investor-investor lainnya dan hal ini yang menyebabkan penularan krisis. Transmisi keuangan melalui saluran perdagangan (ekspor dan efektifitas nilai tukar riil) juga dapat terjadi ketika suatu kondisi keuangan tidak stabil atau mengalami guncangan hal ini akan memengaruhi kemampuan investor untuk dapat menjalankan kegiatannya, kondisi finansial yang buruk akan mengurangi jatah dana yang seharusnya mampu didapatkan oleh para investor, pada akhirnya dengan kejadian seperti itu secara bersamaan mengurangi investasi dan konsumsi (Ozkan dan Unsal, 2012; Kriljenko et al., 2014), sehingga hal ini dapat menurunkan output dan produktifitas suatu perusahaan. Keterbukaan perdagangan faktor utama yang membuat krisis semakin meluas dan semakin buruk keadaannya. Semakin besar integrasi perdagangan antar negara maka semakin besar efek spillovers yang akan diterima oleh negara tersebut sebagai efek dari guncangan keuangan global.

Efek lain dari guncangan finansial yang disalurkan melalui perdagangan yaitu melalui mitra dagang suatu negara yang mengurangi pasokan impornya (Eickmeier et al., 2011 dan Kriljenko et al., 2014).Saluran transmisi melalui perdagangan juga dapat disalurkan secara langsung maupun tidak langsung (Gelos dan Sahay, 2001). Secara langsung yaitu karena hubungan perdagangan antar negara yang terkena


(44)

dampak, dan untuk yang tidak langsung yaitu dari efek kompetisi pada pasar ketiga atau melalui harga komoditas. Kegiatan perdagangan khususnya ekspor lebih sensitif terhadap guncangan keuangan karena risiko yang dibawa lebih tinggi dan modal kerja yang lebih tinggi dengan persyaratan terkait dengan perdagangan internasional (Amiti dan Weinstein, 2009). Hubungan potensial antara guncangan keuangan dengan ekspor, akibat dari risiko yang tinggi atas modal kerja.

Terdapat perbedaan transmisi yang disalurkan ke negara berkembang dan negara maju. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2007-2008 ditransmisikan jauh lebih kuat dan lebih heterogen, dengan negara berkembang terpengaruh lebih kuat secara substansial dari negara maju. Sedangkan krisis utang 2010-2011 negara berkembang lebih tangguh dan kurang dipengaruhi, namun pada negara maju lebih terpengaruh ditandai dengan beberapa obligasi negara maju mengalami penurunan imbal hasil (Chudik dan Fratzsher, 2012). Khususnya bagi kawasan ASEAN, lebih stabil ketika terkena dampak dari krisis utang Eropa karena belajar dari pengalaman setelah mengalami dua periode krisis pada tahun 1998 dan 2008.

Keberadaan pasar keuangan negara maju sangat memengaruhi aktifitas keuangan global pada umumnya, termasuk negara berkembang dan negara maju lainnya.Pasar keuangan Amerika Serikat merupakan pasar keuangan terbesar di dunia. Aktifitas pasar keuangan di negara tersebutmemengaruhi aktifias keuangan pasar lain yang ditransmisikan melalui harga aset. Integrasi keuangan yang semakin tinggi, volatilitas dalam pasar saham dapat berhubungan jangka panjang dan jangka pendek dengan pasar saham lainnya akibat dari adanya efek spillover (Ehrmann et. al., 2005 dan Sarkar, 2012). Namun, pada masalah ini tidak hanya negara maju yang memengaruhi kinerja pasar keuangan negara berkembang, sebaliknya setelah adanya krisis yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008, penting bagi para investor Amerika Serikat dalam hal manfaat dari diversifikasi investasinya terhadap negara kelompok MENA dan Afrika Utara (Maghyereh et al., 2014). Hubungan kerjasama yang dimiliki antar negara mengakibatkan adanya saling ketergantungan mereka


(45)

dalam kegiatan di perekonomian global, sehingga menyebabkan suatu dampak dari adanya sebuah guncangan dapat dengan mudah menyebar dengan berbagai jalur.

2.1.3 Konsep Spillovers Effect

Efek spillover yang dikemukakan oleh Frischmann dan Lemley (2006) yang berawal dengan mengibaratkan bahwa kita menanam bunga tidak bertujuan untuk memberikan manfaat langsung kepada tetangga, seseorang mendidik anak-anak tidak untuk memberikan pemerintah uang yang lebih banyak. Efek spilover ini merupakan sebuah manfaat yang bukan hasil dari altruisme, melainkan merupakan fenomena ekstra yang memberikan tumpahan efek kepada yang lain dari suatu hasil keputusan yang dibuat. Dalam hal aktifitas ekonomi internasional, sebuah spilovers effect dihasilkan dari sebuah rezim moneter dan interaksi keuangan global. Terdapat empat saluran dimana sebuah spillovers akan terjadi menurut Caruana (2015):

1. Saluran kebijakan moneter yaitu kondisi moneter akan dengan mudah menyebar terutama di negara maju utama dengan melalui reaksi kebijakan di negara lain (misalnya pelonggaran untuk menolak apresiasi mata uang dan mempertahankan daya saing).

2. Penggunaan mata uang Internasional, terutama penggunaan dolar AS atau Euro dengan jumlah yang besar di luar wilayah pemilik mata uang tersebut disertai dengan kebijakan wilayah tersebut akan memengaruhi kondisi keuangan di seluruh dunia. Dolar AS diikuti dengan euro memainkan peran outsize dalam faktur perdagangan, omset devisa, cadangan resmi dan denominasi obligasi dan pinjaman. Hal tersebut dimaksudkan adalah bahwa kredit dollar AS untuk pinjaman non-bank di luar AS telah mencapai US$9,2 triliun, dan saham ini memperluas kebijakan pelnggaran moneter. Bahkan hal ini telah berkembang jauh lebih cepat di dalam perekonomian internasional dibandingkan di perekonomian domestik AS.

3. Integrasi keuangan juga dapat memungkinkan faktor umum global yang dapat menggerakkan harga obligasi dan ekuitas. Ketidakpastian dan penghindaran


(46)

risiko, sebagaimana tercermin dalam indikator seperti indeks VIX, memengaruhi pasar aset dan aliran kredit di seluruh dunia. Pada fase baru dari likuiditas global adalah dimana pasar modal yang lebih menonjol dan untuk sebuah return/yield merupakan faktor pendorong, premi risiko dan premi jangka dipasar obligasi memiliki peran penting dalam transmisi keuangan di seluruh pasar.

4. Saluran keempat dalam hal ini yaitu berupa ketersediaan pembiayaan eksternal secara umum: aliran modal menyediakan sumber pendanaan yang dapat memperkuat boom dan bust kredit domestik. Leverage dan ekuitas bank global bersama-sama mendorong pinjaman lintas batas, dan apresiasi mata uang domestik dapat mempercepat arus masuk tersebut karena memperkuat neraca perusahaan lokal yang telah membiayai aktiva dalam mata uang lokal dengan pinjaman dolar AS.

Liberalisasi ekonomi menyebabkan efek spillover semakin meningkat di dalam perekonomian global, hal ini disebabkan karenaadanya hubungan antar negara yang saling keterkaitan (Gelos dan Sahay, 2001).Guncangan finansial yang terjadi pada suatu negara akibat rentannya sistem keuangan negara tersebut tidak hanya dirasakan oleh negara itu sendiri, melainkan akan ada dampak limpahan yang diberikan ke negara lain.

Ekonomi yang semakin berkembang diera globalisasi saat ini menyebabkan sistem keuangan yang semakin terintegrasi. Hal tersebut mengakibatkan saling keterkaitan antara pasar keuangan antar negara yang nantinya akan menghasilkan sebuah efek spillovers (Ehrmann et al., 2005 dan Yamamoto, 2014). Efek spillover yang diberikan dari adanya guncangan finansial dari suatu negara ke negara lain dapat disalurkan melalui berbagai aktifitas ekonomi yang rentan sekali terkena dampak dari kegiatan eksternal, misalkan perdagangan internasional, investasi asing (foreign direct investment atau portfolio investment), cross-border lending (Gelos dan Sahay, 2001; Moriyana, 2010). Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang melibatkan sebuah hubungan kerjasama dengan negara mitra ekonomi.


(47)

Spillover yang terjadi pada negara mitra tergantung pada interaksi dengan fundamental negaranya sendiri dan kerangka kebijakan yang dilakukan. Spillover di setiap negara terutama negara berkembang karena efek dari kebijakan negara lain dapat mengakibatkan pertumbuhan pada pasar melambat dari titik tinggi ke titik rendah. Kondisi ini merupakan dampak eksternal dari hubungan yang dilakukan antar negara, baik melalui hubungan perdaganan maupun hubungan keuangan, namun juga dapat diakibatkan karena pengaruh lingkungan (Coe et. al., 2008). Ketergantungan yang dimiliki masing-masing negara terhadap negara lain adalah faktor utama yang menyebabkan efek spillover terjadi.

2.1.3 Konsep Financial Shock

Arus modal yang mengalir ke tempat yang tidak produktif, dana tersebut tidak mengalir sama sekali, penarikan secara tiba-tiba atas modal yang disebabkan oleh efek sentimen investor merupakan ketidakseimbangan pada pasar keuangan yang selanjutnya akan menyebabkan guncangan keuangan. Hal-hal tersebut merupakan sebuah efek negatif jangka pendek dari liberalisasi keuangan (World bank, 1999/2000; Stiglitz, 2000; Agenor, 2003; Borio et. al., 2014). Pendapat Hall (2010) dan Nolan dan Thoenissen (2009) mengungkapkan bahwa guncangan keuangan merupakan adanya hubungan kontraktual antara peminjam dan pemberi pinjaman, yang mana suatu guncangan positif adalah ketika penurunan selektif dalam perpajakan dalam intermediasi keuangan, sehingga membuat biaya intermediasi lebih murah dan lebih efisien, sehingga kredit semakin meningkat dan menguntungkan bagi intermediasi keuangan.

Financial shock merupakan gerakan dalam variabel keuangan yang tidak dapat diprediksidari dari informasi sebelumnya (inovasi) dan berkolerasi dengan gerakan kontemporer dalam variabel makroekonomi utama (orthogonal). Financial shocks juga didefinisikan sebagai perubahan yang tak terduga dari kondisi indeks keuangan. Faktor yang menyebabkan negara rentan dengan guncangan keuangan yaitu mereka mengekspor banyak jasa dan produk keuangan, sehingga hal ini dapat


(48)

memengaruhipermintaan luar negeri. Sebuah financial shocks dapat mengarah ke positive shock dan negative shock. Guncangan positif pada keuangan global memberikan dampak positif terhadap negara maju, sebaliknya guncangan negatif dari keuangan global akan memberikan dampak negatif pula kepada negara maju. Guncangan negatif untuk variabel keuangan di suatu negara secara signifikan memengaruhi negara lainnya dan juga memengaruhi variabel ekonomi lainnya (Hubrich et al., 2013; Eickmeier et al., 2011 dan Feldkircher dan Huber, 2015). Namun guncangan positif dari keuangan tidak hanya akan memberikan dampak positif, namun juga akan memberikan dampak negatif baik untuk negara maju maupun negara berkembang.

Guncangan-guncangan yang terjadi pada perekonomian negara maju berpengaruh signifikan terhadap perekonomian global. Amerika Serikat merupakan negara dengan perekonomian terbesar didunia, aktifitas ekonomi yang terjadi di Amerika berpengaruh terhadap perekonomian negara-negara lain.Selama ini guncangan yang terjadi dalam perkonomian Amerika Serikat memberikan efek kepada perekonomian global secara keseluruhan. Dalam penelitian Feldkircher dan Huber (2015) menganalisa tentang tiga guncangan yang terjadi di Amerika Serikat yaitu guncangan ekspansif permintaan agregat, penawaran agregat dan kontraksi kebijakan moneter memberikan hasil yang signifikan pada perekonomian global. Guncangan positif pada permintaan dan penawaran agregat Amerika serikat memberikan efek positif terhadap output riil dan guncangan negatif dari kontraksi kebijakan moneter Amerika Serikat menurunkan output riil secara global.Terdapat juga guncangan positif dari meningkatnya indeks volatilitas CBOE (VIX) memberikan ketidakpastian terhadap investor, sehingga membuat mereka tidak dapat membiayai proyeknya dan akhirnya mengurangi investasi dan mengurangi ekspor pada negara-negaraSub-Sahara Afrika (Kriljenko, et al., 2014).

Krisis keuangan merupakan salah satu guncangan negatif pada sektor keuangan. Krisis keuangan adalah gangguan dari sistem keuangan yang memfasilitasi aliran dana dari pemberi pinjaman untuk peminjam. Kegiatan ekonomi tergantung


(49)

pada kemampuan rumah tangga untuk membiayai pembelian dan kemampuan perusahaan untuk meminjam dalam membiayai kegiatan sehari-hari serta investasi jangka panjang mereka di pabrik-pabrik yang baru, seperti mesin, peralatan dan sebagainya. Hal ini mendeskripsikan bahwa krisis keuangan dapat mengakibatkan resesi ekonomi yang nantinya paling terasa berdampak terhadap rumah tangga dan perusahaan, mengakibatkan mereka akan mengurangi belanja mereka karena menghadapi kondisi yang sulit dalam meminjam uang (Hubbard dan O’Brien, 2012, dan Hubrich et. al., 2013). Krisis diawali dengan melemahnya daya beli masyarakat yang nantinya berimbas terhadap produksi perusahaan yang akan mengalami penurunan. Hal ini juga merupakan sebuah efek dari keterbukaan ekonomi yang tidak terkontrol (Bustelo, 2000).

Krisis keuangan terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan pada sistem pasar keuangan. Beberapa faktor yang dapat memicu ketidakseimbangan pada sistem keuangan adalah asset price bubble, kenaikan tingkat suku bunga, peningkatan ketidakpastian, efek pasar aset pada neraca, dan masalah di sektor perbankan (Mishkin dan Eakins , 2012; Evanoff, 2012). Asset price bubble ini terjadi ketika harga pasar pada aset melebihi harga yang ditentukan oleh faktor fundamental dengan jumlah yang signifikan dalam waktu lamadengan karakteristik volume perdagangan yang tinggi dengan volatilitas harga yang tinggi. Konsekuensi dari adanya gelembung harga aset ini adalah inflasi yang rendah dengan tingkat suku bunga yang tinggi, dengan demikian hal ini akan menyebabkan harga aset semakin meningkat.

Faktor kedua adalah kenaikan tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan adverse selection lebih besar. Hal ini dikarenakan tingkat bunga yang lebih tinggi meningkatkan kemungkinan bahwa pemberi pinjaman akan meminjamkan dana dengan risiko kredit macet. Jika pemberi pinjaman tidak dapat membedakan peminjam dengan proyek-proyek investasi berisiko, maka pemberi pinjaman akan mengurangi jumlah dana kredit dan hal ini akan mengakibatkan pasokan kredit menurun dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.


(50)

Ketiga yaitu peningkatan ketidakpastian. Ketidakpastian yang meningkat pada pasar keuangan yang disebabkan dari kegagalan lembaga keuangan bank atau non bank, adanya resesi, ketidakstabilan politik, merosotnya pasar saham, hal ini mempersulit bagi pemberi pinjaman dalam memilih peminjam dalam menghindari risiko redit macet. Hal ini juga mengakibatkan meningkatkan informasi asimetris yang membuat mereka mengurangi dana pinjaman dan hal ini akan memberikan dampak terhadap investasi dan produktifitas keseluruhan.

Faktor keempat adalah efek pasar aset pada neraca. Kondisi neraca dari dua pihak yaitu antara perusahaan non finansial dan perbankan merupaka faktor utama dalam meningkatkan masalah asimetri informasi pada sistem keuangan. Kondisi neraca yang buruk akan memperburuk adverse selection dan juga masalah moral hazard sehingga hal ini akan memicu ketidakstabilan pasar keuangan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai transmisi keuangan global sudah banyak dilakukan oleh para akademisi di berbagai negara, dengan menggunakan metode analisis yang sama maupun berbeda, dan juga dengan menggunakan variabel yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dees et al. pada tahun 2005, yang meneliti mengenai hubungan internasional yang dilakukan oleh kawasan Eropa dengan menggunakan analisis global vector autoregression. Variabel yang digunakan yaitu suku bunga jangka pendek, pengembalian saham, index VIX, US TED, dan US treasury. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor perdagangan merupakan saluran utama dalam mentransmisikan efek menular guncangan. Hal ini terjadi ketika guncangan negatif terjadi mengakibatkan penurunan permintaan dunia, hal ini juga memberikan dampak pada penurunan ekspor dunia, sehingga hubungan perdagangan merupakan saluran transmisi yang paling utama dalam menyebarkan efek guncangan. Guncangan keuangan (harga saham dan obligasi) cenderung menyalurkan lebih cepat dampak guncangannya daripada guncangan output riil atau inflasi, hal ini disebabkan karena


(1)

(9.39288) (214.138) (38.6797) (359.036) [ 0.20365] [-0.41192] [-0.70510] [ 1.46775] EXP_JER 0.688674 -0.631198 -0.934707 -7.323872 (0.16661) (3.79831) (0.68609) (6.36846) [ 4.13350] [-0.16618] [-1.36237] [-1.15002] GDP_JER 0.005127 0.156451 0.054938 0.088331 (0.00535) (0.12187) (0.02201) (0.20433) [ 0.95917] [ 1.28374] [ 2.49564] [ 0.43229] SB_JER -0.022444 2.195475 0.298670 -2.596730 (0.03415) (0.77848) (0.14062) (1.30524) [-0.65727] [ 2.82022] [ 2.12400] [-1.98947] TKS_JER -0.008351 -0.135962 0.008669 -0.486376 (0.00854) (0.19481) (0.03519) (0.32662) [-0.97735] [-0.69794] [ 0.24636] [-1.48911] R-squared 0.970804 0.933238 0.910899 0.967194 Adj. R-squared 0.950494 0.886794 0.848916 0.944373 Sum sq. resids 0.042033 21.84626 0.712783 61.41373 S.E. equation 0.042749 0.974596 0.176041 1.634063 F-statistic 47.79847 20.09409 14.69595 42.38090 Log likelihood 80.40617 -44.66054 23.79163 -65.33262 Akaike AIC -3.170308 3.083027 -0.339581 4.116631 Schwarz SC -2.452534 3.800801 0.378192 4.834405 Mean dependent 24.59375 4.955547 2.977500 119.5900 S.D. dependent 0.192132 2.896612 0.452904 6.928270 Determinant resid covariance (dof adj.) 6.23E-05

Determinant resid covariance 6.81E-06 Log likelihood 10.89966 Akaike information criterion 2.855017 Schwarz criterion 5.726112

c. Filipina

Vector Autoregression Estimates Date: 02/23/16 Time: 22:46 Sample (adjusted): 2002Q4 2014Q4 Included observations: 49 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

EXP01 GDP SB TKS EXP01(-1) 0.439443 -3.506577 1.490023 -0.104968

(0.19239) (3.07417) (0.75986) (0.06649) [ 2.28412] [-1.14066] [ 1.96091] [-1.57868]


(2)

EXP01(-2) -0.157385 -0.464054 -1.368891 0.093334 (0.22846) (3.65057) (0.90234) (0.07896) [-0.68889] [-0.12712] [-1.51705] [ 1.18206] EXP01(-3) 0.358884 3.473967 0.335991 -0.043875 (0.24231) (3.87183) (0.95703) (0.08374) [ 1.48109] [ 0.89724] [ 0.35108] [-0.52392] EXP01(-4) 0.156248 -6.443245 -0.529120 -0.037787 (0.18802) (3.00429) (0.74259) (0.06498) [ 0.83103] [-2.14468] [-0.71253] [-0.58151] GDP(-1) -0.001080 0.498839 -0.028365 -0.000286 (0.00871) (0.13911) (0.03438) (0.00301) [-0.12406] [ 3.58592] [-0.82494] [-0.09522] GDP(-2) 0.004273 -0.136166 -0.010038 0.001870 (0.01058) (0.16898) (0.04177) (0.00365) [ 0.40407] [-0.80582] [-0.24032] [ 0.51154] GDP(-3) -0.006369 0.026703 -0.009116 -0.001635 (0.01064) (0.16994) (0.04200) (0.00368) [-0.59885] [ 0.15714] [-0.21703] [-0.44486] GDP(-4) -0.006724 -0.293924 0.080778 -0.000241 (0.00952) (0.15219) (0.03762) (0.00329) [-0.70596] [-1.93131] [ 2.14736] [-0.07322] SB(-1) -0.057901 0.221551 1.176239 0.005164 (0.04562) (0.72898) (0.18019) (0.01577) [-1.26915] [ 0.30392] [ 6.52788] [ 0.32753] SB(-2) 0.036114 0.203195 -0.183050 -0.017066 (0.07246) (1.15785) (0.28619) (0.02504) [ 0.49839] [ 0.17549] [-0.63960] [-0.68147] SB(-3) 0.031457 -0.162354 -0.159948 0.033820 (0.07228) (1.15500) (0.28549) (0.02498) [ 0.43519] [-0.14057] [-0.56026] [ 1.35378] SB(-4) -0.016112 0.039122 -0.107471 -0.033085 (0.06327) (1.01093) (0.24988) (0.02187) [-0.25466] [ 0.03870] [-0.43009] [-1.51314] TKS(-1) 0.129593 0.715644 -2.471629 0.584026 (0.47146) (7.53343) (1.86209) (0.16294) [ 0.27487] [ 0.09500] [-1.32734] [ 3.58428] TKS(-2) -0.015332 4.894663 1.690661 -0.062988 (0.57452) (9.18016) (2.26913) (0.19856) [-0.02669] [ 0.53318] [ 0.74507] [-0.31723]


(3)

TKS(-3) -0.807425 -5.554111 -0.711449 -0.017920 (0.56553) (9.03652) (2.23362) (0.19545) [-1.42773] [-0.61463] [-0.31852] [-0.09169] TKS(-4) 0.774050 8.568346 1.851682 0.619425 (0.47499) (7.58975) (1.87601) (0.16416) [ 1.62962] [ 1.12894] [ 0.98703] [ 3.77332] C -21.51150 -467.7475 -54.07452 -5.491300 (12.2345) (195.493) (48.3214) (4.22833) [-1.75826] [-2.39266] [-1.11906] [-1.29869] EXP_ 0.783949 11.51450 1.328374 0.126903 (0.28508) (4.55520) (1.12594) (0.09852) [ 2.74995] [ 2.52777] [ 1.17979] [ 1.28804] GDP_ 0.025344 0.165653 0.014182 -0.003640 (0.01214) (0.19396) (0.04794) (0.00420) [ 2.08784] [ 0.85404] [ 0.29581] [-0.86775] SB_ 0.003314 0.343617 0.155969 0.012342 (0.03825) (0.61118) (0.15107) (0.01322) [ 0.08664] [ 0.56222] [ 1.03242] [ 0.93361] TKS_ 0.022752 0.160688 0.075176 -0.000115 (0.00921) (0.14711) (0.03636) (0.00318) [ 2.47126] [ 1.09228] [ 2.06738] [-0.03620] R-squared 0.912280 0.813338 0.983142 0.967867 Adj. R-squared 0.849622 0.680007 0.971101 0.944915 Sum sq. resids 0.120926 30.87510 1.886362 0.014444 S.E. equation 0.065718 1.050087 0.259557 0.022712 F-statistic 14.55983 6.100169 81.64746 42.16899 Log likelihood 77.57969 -58.21217 10.27268 129.6400 Akaike AIC -2.309375 3.233150 0.437850 -4.434286 Schwarz SC -1.498595 4.043930 1.248630 -3.623506 Mean dependent 23.17915 5.387329 5.469623 35.68908 S.D. dependent 0.169469 1.856330 1.526831 0.096771 Determinant resid covariance (dof adj.) 1.51E-07

Determinant resid covariance 1.61E-08 Log likelihood 161.4995 Akaike information criterion -3.163245 Schwarz criterion 0.079875

d. Thailand

Vector Autoregression Estimates Date: 02/14/16 Time: 10:00 Sample (adjusted): 2001Q2 2014Q4


(4)

Included observations: 55 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

EXP01 GDP SB TKS EXP01(-1) -0.138692 -7.132771 -1.472056 0.106646

(0.16598) (9.67856) (1.33106) (5.49824) [-0.83560] [-0.73697] [-1.10593] [ 0.01940] EXP01(-2) 0.038010 -4.746370 -1.248518 -11.54998 (0.14640) (8.53710) (1.17408) (4.84979) [ 0.25962] [-0.55597] [-1.06340] [-2.38154] EXP01(-3) 0.201587 6.933206 1.478455 -6.615252 (0.14654) (8.54472) (1.17513) (4.85412) [ 1.37569] [ 0.81140] [ 1.25812] [-1.36281] EXP01(-4) 0.448760 -19.95201 0.531501 2.643752 (0.13919) (8.11655) (1.11624) (4.61088) [ 3.22403] [-2.45819] [ 0.47615] [ 0.57337] GDP(-1) 0.006044 0.257614 0.027647 -0.012581 (0.00257) (0.14983) (0.02061) (0.08512) [ 2.35234] [ 1.71937] [ 1.34171] [-0.14781] GDP(-2) 0.000375 0.052467 -0.010002 0.150678 (0.00244) (0.14241) (0.01958) (0.08090) [ 0.15343] [ 0.36844] [-0.51070] [ 1.86257] GDP(-3) -0.002317 -0.073278 -0.030388 0.028092 (0.00236) (0.13766) (0.01893) (0.07820) [-0.98138] [-0.53232] [-1.60515] [ 0.35922] GDP(-4) -0.005321 -0.431182 0.002905 0.046221 (0.00215) (0.12513) (0.01721) (0.07109) [-2.47946] [-3.44581] [ 0.16882] [ 0.65021] SB(-1) -0.005427 0.539116 1.042668 0.156776 (0.02248) (1.31058) (0.18024) (0.74452) [-0.24145] [ 0.41136] [ 5.78491] [ 0.21057] SB(-2) -0.002637 -0.002540 -0.131464 0.405102 (0.03179) (1.85399) (0.25497) (1.05322) [-0.08294] [-0.00137] [-0.51560] [ 0.38463] SB(-3) -0.057065 -2.568247 -0.001937 0.708383 (0.03143) (1.83250) (0.25202) (1.04102) [-1.81584] [-1.40150] [-0.00769] [ 0.68047] SB(-4) 0.050438 3.604531 -0.281917 -0.967957 (0.02490) (1.45173) (0.19965) (0.82470) [ 2.02596] [ 2.48293] [-1.41205] [-1.17370]


(5)

TKS(-1) 0.006584 0.090826 0.055098 0.629001 (0.00452) (0.26370) (0.03627) (0.14980) [ 1.45594] [ 0.34444] [ 1.51932] [ 4.19890] TKS(-2) 7.48E-05 -0.082577 -0.055424 0.378450 (0.00563) (0.32830) (0.04515) (0.18650) [ 0.01328] [-0.25153] [-1.22753] [ 2.02918] TKS(-3) -0.010374 -0.347253 -0.022382 -0.334618 (0.00567) (0.33069) (0.04548) (0.18786) [-1.82924] [-1.05007] [-0.49213] [-1.78119] TKS(-4) 0.001586 0.294399 0.032605 0.152207 (0.00396) (0.23084) (0.03175) (0.13114) [ 0.40057] [ 1.27533] [ 1.02702] [ 1.16067] C -1.031511 410.9742 -34.22156 488.0346 (4.31454) (251.589) (34.6001) (142.924) [-0.23908] [ 1.63351] [-0.98906] [ 3.41465] EXP_ 0.477355 10.44720 1.922206 0.554634 (0.10503) (6.12456) (0.84229) (3.47926) [ 4.54489] [ 1.70579] [ 2.28212] [ 0.15941] GDP_ 0.024249 0.380127 0.046872 -0.384411 (0.00499) (0.29073) (0.03998) (0.16516) [ 4.86356] [ 1.30748] [ 1.17229] [-2.32750] SB_ -0.020561 -2.602495 0.147796 -1.449765 (0.01753) (1.02209) (0.14056) (0.58063) [-1.17304] [-2.54624] [ 1.05144] [-2.49686] TKS_ -0.002257 -0.609505 0.004750 -0.916664 (0.00728) (0.42429) (0.05835) (0.24103) [-0.31015] [-1.43654] [ 0.08141] [-3.80310] R-squared 0.992192 0.724753 0.911750 0.977198 Adj. R-squared 0.987599 0.562844 0.859838 0.963785 Sum sq. resids 0.080734 274.5184 5.192118 88.59244 S.E. equation 0.048729 2.841491 0.390780 1.614206 F-statistic 216.0185 4.476280 17.56342 72.85478 Log likelihood 101.3663 -122.2530 -13.13635 -91.15124 Akaike AIC -2.922410 5.209198 1.241322 4.078227 Schwarz SC -2.155974 5.975635 2.007758 4.844663 Mean dependent 24.28286 3.933121 2.527273 101.6200 S.D. dependent 0.437578 4.297618 1.043801 8.482321 Determinant resid covariance (dof adj.) 0.002143

Determinant resid covariance 0.000313 Log likelihood -90.25880 Akaike information criterion 6.336684


(6)