Taghrir Uncertain to Both Parties

EKONOMI MIKRO ISLAM | DISTORSI PASAR : PERSPEKTIF ISLAM layanan taksi sebesar Rp 70.000,- menuju alamat yang ingin dituju sang musafir. Padahal dengan jarak demikian, pasarannya biasanya hanya Rp 40.000,- kelebihan harga Rp 30.000,- merupakan bentuk penipuan yang dilakukan oleh supir taksi yang dilarang dalam islam. Telah terjadi di zaman Rasulullah SAW. terhadap tadlis dalam harga yaitu: diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Umar :“Kami pernah keluar mencegat orang-orang yang datang membawa hasil panen mereka dari luar kota, lalu kami membelinya dari mereka. Rasulullah SAW melarang kami membelinya sampai nanti barang tersebut dibawa kepasar”. 4 Tadlis dalam Waktu Penyerahan Time of Delivery Tadlis dalam waktu penyerahan Seperti juga pada tadlis penipuan dalam kuantitas, kualitas, dan harga, Tadlis dalam waktu penyerahan pun dilarang. Contoh tadlis dalam hal ini ialah bila si penjual tahu persis bahwa ia tidak akan dapat menyerahkan barang tepat pada waktu yang dijanjikan, namun ia sudah berjanji akan menyerahkan barang pada waktu yang telah dijanjikan. Dalam Hadits yang diriwiyatkan oleh Abdullah bin ‘Abbas r.a, Bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: “Barang siapa menjual makanan, maka jangganlah engkau menjualnya sehingga kau mampu menyempurnakan penjualan tersebut.”

3. Taghrir Uncertain to Both Parties

Taghrir berasal dari Bahasa Arab gharar, yang berarti akibat, bencana, bahaya resiko dan ketidakpastian. Dalam istilah fiqih Mu’amalah, taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi, atau mengambil resiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung resiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya. Menurut Ibnu Taimiyah, gharar akan terjadi apabila seorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu kegiatan jual beli. Dalam ilmu ekonomi, taghrir ini lebih dikenal sebagai uncertainty ketidakpastian atau resiko. Taghrir terbagi menjadi empat bentuk, yaitu : a Taghrir dalam Kuantitas Contoh taghrir dalam kuantitas adalah sistem ijon. Misalnya petani sepakat menjual hasil panennya beras dengan kualitas A kepada tengkulak dengan harga Rp. 750.000,-. Padahal pada saat kesepakatan dilakukan sawah petani belum dapat di panen. Dengan demikian , kesepakatan jual beli dilakukan tanpa menyebutkan spesifikasi mengenai berapa kuantitas yang di jual berapa ton, berapa kwintal misalnya padahal harga sudah ditetapkan. Dengan demikian, terjadi ketidakpastian menyangkut kuantitas barang yang ditransaksikan. b Taghrir dalam Kualitas EKONOMI MIKRO ISLAM | DISTORSI PASAR : PERSPEKTIF ISLAM Contoh taghrir dalam kualitas adalah menjual anak sapi yang masih di dalam kandungan induknya. Penjual sepakat untuk menyerahkan anak sapi tersebut segera setelah anak sapi itu lahir, seharga Rp 1.500.000,-. Dalam hal ini, baik si penjual maupun si pembeli tidak dapat memastikan kondisi fisik anak sapi tersebut bila nanti sudah lahir. apakah akan lahir normal, cacat, atau lahir dalam keadaan mati. Dengan demikian, terjadi ketidakpastian menyangkut kualitas barang yang ditransaksikan. c Taghrir dalam Harga Taghrir dalam harga terjadi ketika misalnya seorang penjual menyatakan bahwa ia akan menjual satu unit panic merk ABC seharga Rp. 10.000,- bila dibayar tunai, atau Rp. 50.000,- bila dibayar kredit selama lima bulan, kemudian si pembeli menjawab “setuju”. Ketidakpastian muncul karena adanya dua harga dalam satu akad. Tidak jelas harga mana yang berlaku, yang Rp.10.000,- atau yang Rp.50.000,. Apabila pembeli membayar lunas pada bulan ke-3, berapa harga yang berlaku? Atau ekstremnya satu hari setelah penyerahan barang, berapa harga yang berlaku? Ekstrem lainnya adalah bagaimana menentukan harga bila dibayar lunas sehari sebelum akhir bulan ke-5? Dalam kasus ini, walaupun kuantitas dan kualitas barang sudeh ditentukan, tetapi terjadi ketidakpastian dalam harga barang karena si penjual dan si pembeli tidak mensepakati satu harga dalam satu akad. d Taghrir Menyangkut Waktu Penyerahan Misalkan Rangga kehilangan mobil Ferari F12 Berlinetta-nya. Maya kebetulan sudah lama ingin memiliki mobil Ferari F12 Berlinetta seperti yang dimiliki oleh Rangga, dan karena itu ia ingin membelinya. Akhirnya Rangga dan Maya membuat kesepakatan. Rangga menjual mobil Ferari F12 Berlinetta-nya yang hilang tersebut seharga Rp.5 milyar. Harga pasaran mobil tersebut adalah Rp.8 milyar. Dalam transaksi ini terjadi ketidakpastian mengenai waktu penyerahan barang, karena barang yang dijual belum diketahui keberadaannya. Mungkin mobil tersebut akan ditemukan satu bulan lagi, satu tahun lagi atau bahkan mungkin tidak akan ditemukan sama sekali. Hal inilah yang membuat transaksi tersebut dilarang dan diharamkan. EKONOMI MIKRO ISLAM | DISTORSI PASAR : PERSPEKTIF ISLAM BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan