Rekayasa Permintaan False Demand dan Rekayasa Penawaran False Supply

EKONOMI MIKRO ISLAM | DISTORSI PASAR : PERSPEKTIF ISLAM BAB II PEMBAHASAN

A. Distorsi Pasar : Perspektif Islam

Kata distorsi dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki arti yaitu sebuah gangguan yang terjadi atau pemutar balikan suatu fakta, aturan dan penyimpangan dari fakta yang seharusnya terjadi. Sedangkan pengertian pasar secara umum yaitu suatu tempat bertemunya antara penjual dengan pembeli. Distorsi pasar adalah sebuah gangguan yang terjadi terhadap sebuah mekanisme pasar yang sempurna menurut prinsip islam atau bisa dikatakan juga suatu fakta yang terjadi dimekanisme pasar, yang mana pasar tersebut tidak sesuai dengan teori-teori yang seharusnya terjadi dalam sebuah mekanisme pasar.

B. Bentuk-Bentuk Distorsi Pasar

Pada garis besarnya, ekonomi islam mengidentifikasi tiga bentuk distorsi pasar, yakni sebagai berikut :

1. Rekayasa Permintaan False Demand dan Rekayasa Penawaran False Supply

Dalam fiqh islam, rekayasa permintaan dikenal sebagai ba’i najasy, sedangkan rekayasa penawaran lebih dikenal sebagai ihtikar. a Ba’i Najasy Transaksi ba’i najasy diharamkan karena si penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik untuk membeli, sementara si penawar tidak bermaksud untuk benar-benar membeli barang tersebut. Ia hanya ingin menipu kepada orang lain yang benar-benar ingin membeli. Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah kamu sekalian melakukan penawaran terhadap barang tanpa bermaksud untuk membeli.” H.R. Tirmidzi . Dari hadits Nabi di atas jelaslah bahwa praktek jual beli najasy merupakan salah satu praktik penawaran palsu yang akan menaikkan harga dan dilarang dalam agama islam. Contoh dari ba’i najasy banyak sekali. Pada waktu Indonesia dilanda krisis moneter 1997 misalnya, terjadi isu kelangkaan pangan karena takut kehabisan persediaan beras, maka masyarakat ramai-ramai menyerbu toko-toko memborong beras. Akibatnya terjadi peningkatan permintaan terhadap beras sehingga harga beras naik. EKONOMI MIKRO ISLAM | DISTORSI PASAR : PERSPEKTIF ISLAM b Ihtikar Bersumber dari Said bin al-Musayyab dari Ma’mar bin Abdullah al-Adawi bahwa Rasulullah SAW. bersabda : : : ركتحيل لوقي ملسو هيلع هللا يلص هللا لوسر تعمس لاق ةلضف نب هللادبع نبارمعم نع . ىدمرتلا هاور ئطاخلا “Tidaklah orang yang melakukan ihtikar itu kecuali ia bersalah berdosa H.R.Tirmidzi.” Ihtikar bukanlah monopoli atau penimbunan. Dalam islam, siapa pun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual monopoli atau ada penjual lain. Menyimpan stock barang untuk keperluan persediaan pun tidak dilarang dalam islam. Jadi, monopoli sah-sah saja. Demikin pula menyimpan persediaan. Yang dilarang adalah ihtikar, yaitu mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi Monopoly’s Rent-seeking. c Tallaqi Rukban Tallaqi rukban adalah tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota atau pihak yang lebih memiliki informasi lebih lengkap membeli barang petani atau produsen yang tidak memiliki informasi yang benar tentang harga dipasar yang masih di luar kota, untuk mendapatkan harga yang lebih murah dari harga pasar yang sesungguhnya. Transaksi tallaqi rukban dilarang, karena mengandung dua hal : Pertama, rekayasa penawaran yaitu mencegah masuknya barang ke pasar entry barrier, dan kedua, mencegah penjual luar kota untuk mengetahui harga pasar yang berlaku. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi : Dari Anas ra., ia berkata : “Rasulullah SAW. melarang orang-orang kota menjualkan barang orang desa yang baru datang sebelum sampai pasar, walaupun orang itu saudara kandungnya sendiri.” H.R. Bukhari dan Muslim. Mencari barang dengan harga yang lebih murah tidaklah dilarang, namun apabila transaksi jual beli antara dua pihak dimana yang satu memiliki informasi yang lengkap dan yang satu tidak mengetahui harga dipasar yang sesungguhnya dan kondisi demikian dimanfaatkan untuk mencari keuntungan yang lebih, maka terjadilah penzaliman antara pedagang kota dengan petani di luar kota tersebut, maka hal inilah yang dilarang.

2. Tadlis Unknown To One Party