KOMUNIKASI POLITIK DALAM PILIHAN KEPALA DAERAH KOTA MALANG 2013 (Studi pada Tim Sukses Pasangan AJI Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013)
KOMUNIKASI POLITIK DALAM PILIHAN KEPALA DAERAH KOTA MALANG 2013 (Studi pada Tim Sukses Pasangan AJI Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013)
Tesis
Oleh :
Mokhamad Firman Sofi’i 201110270211030
PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2)
KOMUNIKASI POLITIK DALAM PILIHAN KEPALA DAERAH KOTA MALANG 2013 (Studi pada Tim Sukses Pasangan AJI Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013)
Yang diajukan oleh: Mokhamad Firman Sofi’i
NIM 201110270211030
Telah disetujui
Tanggal ………..
Pembimbing Utama
Dr. Vina Salviana DS., M.Si
Pembimbing Pendamping
Dr. Muslimin Machmud, M.Si
Direktur Program Pasca Sarjana
Dr. Latipun, M.Kes
Ketua Program Studi Magister Sosiologi
(3)
KOMUNIKASI POLITIK DALAM PILIHAN KPALA DAERAH KOTA MALANG 2013 (Studi pada Tim Sukses Pasangan AJI Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013)
Dipersiapkan dan disusun oleh: Mokhamad Firman Sofi’i
NIM 201110270211030
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal, 15 Juli 2013
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Vina Salviana DS., M.Si ...
Sekretaris : Dr. Muslimin Machmud, M.Si ...
Penguji I : Drs. Rinekso Kartono, M.Si ...
(4)
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Mokhamad Firman Sofi’i
NIM : 201110270211030
Program Studi : Magister Sosiologi
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :
1. Tesis dengan Judul KOMUNIKASI POLITIK DALAM PILIHAN KEPALA DAERAH KOTA MALANG 2013 (Studi pada Tim Sukses Pasangan AJI Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013) Adalah hasil karya saya dan dalam naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruahan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 26 Juli 2013
(5)
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum, Wr. Wb. Alhamdulillah...
Puja dan puji syukur tercurahkan kepada kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta kesabaran kepada penulis. Tak lupa pula
penulis panjatkan shalawat serta salam kepada nabi besar Muhammad SAW,
yang selama ini telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia dan sebagai
inspirasi penulis dalam meneladani ketabahan beliau dalam menghadapi masalah.
Selama 4 bulan lebih ini penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
”Komunikasi Politik Dalam Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013 (Studi
pada Tim Sukses Pasangan AJI Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013)” dapat
penulis selesaikan meskipun dalam penyelesaiannya penuh hambatan dan
rintangan. Semua ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan-bantuan baik
secara moril maupun materil dari pihak-pihak yang membantu penulis.
Banyak suka maupun duka yang penulis alami selama dalam proses
pengerjaan tesis ini, namun semua itu menjadikan suatu pelajaran yang sangat
berharga bagi penulis melalui pengalaman-pengalaman di lapangan dalam proses
observasi, penyusunan, dan bimbingan. Maka dari itu penulis ingin sekali
mengucapkan rasa terima kasih yang amat dalam kepada pihak yang telah
membantu penulis selama ini. Berkenaan dengan itu penulis memberikan
penghargaan serta ucapan terimaksaih kepada :
1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Dr. Latipun, M.Kes. selaku direktur program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. selaku Wakil Direktur I Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang, serta seluruh civitas akademik, program pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Malang.
(6)
4. Bapak Drs. Rinekso Kartono, M.Si. selaku penguji I dan Ketua Program Studi Magister Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang. Beliau pengusul utama lokasi tema penelitian ini.
5. Ibu Dr. Vina Salviana DS., M.Si. selaku Pembimbing I penulis, beliau adalah sosok seorang ibu kedua bagi penulis. Tak heran jika beliau sering menjadi media curhatan bagi para mahasiswa, karenanya beliau adalah pengayom di manapun berada.
6. Bapak Dr. Muslimin Machmud, M.Si. Selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis, hingga akhirnya penulisan laporan tesis ini dapat terselesaikan.
7. Ibu Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si selaku Penguji II, yang telah banyak memberikan dukungan, saran dan kritikan guna menunjang penulisan tesis ini lebih baik.
8. Tidak lupa kepada para penulis buku penunjang kepustakaan penelitian ini : Prof. Dr. Hafied Cangara, Prof. Dr. Anwar Arifin, Prof. Dr. Dan Nimmo. 9. Bapak Nur (Jel) Jailani selaku ketua tim sukses pasangan AJI. Bapak
Zamroni selaku koordinator lapangan pasangan AJI. Bapak Joni selaku koordinator publikasi pasangan AJI. Mas Topo selaku anggota keamanan pasangan AJI. Terima kasih banyak kepada beliau-beliau yang telah memberikan ijin dan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.
10. Teman-teman kos-kosan, Sukis, Tomi (Hidung), Galih (Alis), Usman (Sukowi), Dika (Kadir), Mukadi, Iqfir, Kipli, Venda, Indra, Arman, Rendi, Mail, Anas, Inggit, Adit, Gigih, Antok. Kalian mengisi warna selama penulis kuliah. Terima kasih. (Wania...???)
11. Teman-penulis angkatan 2011, Bang Sofyan, Pak Abduh, Mas Dony, Mas Hendra, Pak Dedy, Bang Zul, Mas Arif, Pak Bahrain, Pak Sallam (Alm.), Mbak Rina, Mbak Devi, Mbak Ayu. Terima Kasih.
Sebagai manusia yang selalu akan keterbatasan, penulis tentunya menyadari
bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu saran serta kritikan
penulis harapkan agar kedepannya penulis dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga
dengan adanya tesis ini mampu memberikan kontribusi bagi pembaca dan semua
pihak yang berkepentingan.
Malang, 26 Juli 2013
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
SURAT PERNYATAAN ... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Masalah... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
D.1. Manfaat Teoritis ... 9
D.2. Manfaat Praktis ... 9
E. Definisi Konsep... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kerangka Konsep komunikasi Politik ... 15
A.1. Hakikat Komunikasi Politik ... 17
A.2. Ruang Lingkup Komunikasi Politik ... 24
B. Fungsi Komunikasi Politik ... 39
C. Tujuan Komunikasi Politik... 41
D. Faktor Penyebab Politik dan Perilaku Politik... 44
E. Perilaku Politik dan Macam-macam Hubungan Politik ... 38
F. Konsep Pilkada ... 46
G. Tim Sukses ... 49
(8)
I. Penelitian Terdahulu ... 53
J. Landasan Teori... 54
K. Skema Pemikiran Penelitian ... 60
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 61
B. Lokasi Penelitian ... 62
C. Subyek dan Informan Penelitian ... 63
D. Sumber data ... 64
E. Teknis Pengumpulan Data ... 65
E.1. Obervasi ... 66
E.2. Wawancara ... 66
E.3. Metode Dokumentasi ... 66
F. Teknis Analisis Data ... 67
F.1. Pengumpulan Data ... 68
F.2. Reduksi Data ... 69
F.3. Penyajian Data ... 69
F.4. Penarikan Kesimpulan ... 70
G. Kredibilitas Data ... 70
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 72
B. Profil Pasangan Terpilih H. Moch. Anton dan Sutiaji ... 75
B.1. Profil H. Moch. Anton ... 76
B.2. Profil Sutiaji... 77
B.3. Visi dan Misi ... 78
C. Kampanye Pemilihan Walikota Malang 2013 ... 79
C.1. Fenomena Kampanye Pilkada Kota Malang 2013 ... 83
C.2. Iklan Politik dalam Kampanye Pilkada Kota Malang 2013 ... 89
C.3. Komunikasi Politik Pasangan Terpilih H. Moch. Anton dan Sutiaji (AJI)... 92
C.3.1. Tahapan Pemasaran Politik Pasangan AJI ... 99
(9)
b. Targeting ... 101 c. Positioning ... 102 C.3.2. Kegiatan Kampanye Politik Pasangan AJI (Anton dan Sutiaji) di Kota Malang... 103 a. Kampanye Langsung ... 104 b.Kampanye Tidak Langsung ... 107 C.4. Fungsi Media Massa Sebagai Komunikasi Politik Pasangan AJI 118 C.5. Proses Detik-Detik Kemenangan Pasangan AJI ... 124 D. Analisa Data ... 126
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 131 B. Saran-saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
II.1. Penelitian Terdahulu ... 53
VI.1. Matriks hasil pemilihan kepala daerah Kota Malang 2013 ... 93
VI.2. Matriks Kampanye Pasangan AJI di Kota Malang ... 109
VI.3. Matriks Kegiatan Kampanye Massa Langsung Pasangan AJI ... 109
VI.4. Matriks Kampanye Direct Selling Pasangan AJI ... 111
VI.5. Data Kemunculan Pasangan AJI di Media Cetak Malang Post Bulan Februari Sampai Bulan Mei 2013 ... 120
(11)
DAFTAR GAMBAR
II.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 60 III.1 Komponen-komponen Analisa Data : Model Interaktif ... 68 VI.1 Peta Politik Kota Malang ... 74
(12)
DAFTAR PUSTAKA Buku :
Abercrombie, Nicholas. 2010. Stephen Hill, dan Bryan S. Turner. Kamus Sosiologi, terjemahan Desi Noviyanti dkk., Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik, Paradigma, teori, aplikasi,strategi &
Komunikasi Politik Indonesia dan Sistem Sosial, PT. Balai Pustaka : Jakarta.
__________. 2006. Komunikasi Politik dan Sistem Sosial, PT. Balai Pustaka : Jakarta.
__________. 2010. Komunikasi Politik dan Sistem Sosial, PT. Balai Pustaka : Jakarta.
__________. 2011. Komunikasi Politik (Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia), Graha Ilmu : Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek),
penerbit: Rineka Cipta : Jakarta.
Budiardjo, Miriam. 1985. Dasar-dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia : Jakarta. Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan IV, Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
__________. 2009. Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Effendy, Onong U. 1992. Dinamika Komunikasi. Remaja Rosdakarya : Bandung. __________. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya :
Bandung.
Firmanzah. 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. YOI : Jakarta.
__________.2007. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. YOI : Jakarta.
__________. 2008. Marketing Politik:Antara Pemahaman dan Realitas. YOI : Jakarta.
Giddens, A. 1984. The Constitution of Society-Outline Of The Theory Of Structuration. Polity Press
(13)
Harun, Rochajat dan Sumarno. 2006 Komunikasi Politik Sebagai Suatu Pengantar, CV. Mandar Maju : Bandung.
Heryanto, Gun gun. 2010. Komunikasi Politik di Era Industri Citra. PT. Lasswell Visitama : Jakarta.
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. CV. Mandar Maju : Bandung.
Kincaid, Lawrence dan Schram, Wilbur. 1977. Asas-asas Komunikasi Antar manusia (terjemah; Agus setiadi), Jakarta, LP3ES-EWCI.
K. Dwi Susilo, Rachmad. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. AR-RUZZ Media : Jogjakarta.
Litleljohn, W. Stephen. 1995, Theories of Human Communication. Wedswort Publishing Company, America.
Liliweri, Alo. 2000. Politik Komunikasi dan Komunikasi Politik : Suatu analisis Tentang Isi Pesan Beberapa Surat Kabar di Kupang. YPSDM:Bandung. Moleong, Lexy. 1994, Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakarya : Bandung. McQuail, Denis, 1987 Teori Komunikasi Massa, edisi kedua, Erlangga : Jakarta.
__________. 1989. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Terjemahan: Agus Dharma dan Aminuddin Ram. Erlangga : Jakarta.
Nimmo, Dan. 1989, Komunikasi Politik-Komunikator, Pesan dan Media. Remaja Karya : Bandung.
__________. 2000. Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan, dan Media). Terjemahan: Tjun Surjaman. Cetakan III, Remadja Rosdakarya, Bandung.
Panuju, Redi. 1994. Telaah Politik untuk Studi Komunikasi. Unitomo : Surabaya Pratikno. 1987. Globaliasi Komunikasi. Pustaka Sinar Harapan : Jakarta.
Priyono, Herry. 2002. Anthony Giddens : Suatu Pengantar. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) : Jakarta
Ritzer, George dan Dauglas J. Goodman. 2004 (cetakan ke- 6) Teori Sosiologi Modern. Kencana : Jakarta.
__________. 2008. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir, terjemahan Nurhadi. Kreasi Wacana : Yogyakarta.
(14)
Rivers, L. William, Jay. W, Jensen, dan Peterson, Theodore, 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern, Kencana : jakarta.
Ruslan, Rosady. 2008. Management Public Relations & Media Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Saeful Muhtadi, Asep. 2008. Komunikasi Politik Indonesia. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Sastroputro, Santoso 1982. Komunikasi Internasional. Sarana Interaksi, antar bangsa, Alumni : Bandung.
Shannon, Weaver. 1949. The Mathematical Theory of Communication. University Illonois, Urbana.
Smith, Craig Allen. 1990. Political Communication. New York : Harcourt Brace Jovanovich ,Publishers.
Sudijono, Sastroadmodjo. 1995. Perilaku Politik. IKIP Semarang Press : Semarang.
Sudikan, Setya Yuwana. 2000. Metode Penelitian Kebudayaan. Citra Wacana : Surabaya.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta : Bandung.
Sumarno, A.P. 1989. Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik. Citra Aditya Bakti : Bandung.
__________,1993. Dimensi-dimensi Komunikasi Politik, Citraaditya Bakti, Bandung
Syam, Nina W. 1990. Sosiologi Komunikasi. Humaniora : Bandung.
Varma, S.P, 1995. Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta. __________, 2002. Rekonstruksi Ilmu Komunikasi Perspektif Pohon Komunikasi.
Depdiknas, Unpad : Bandung.
Widjaja, A.W. 1993. Komunikasi : Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Bumi Aksara : Jakarta.
Yustian, Yuddi. 2008. Strategi Kampanye Politik Calon Incumbent dan Pendatang Baru dalam Pemilihan Kepala Daerah. IPB : Bogor
(15)
Jurnal :
Asegaff, H. Djafat. 1998. Membangun,Mempertahankan, Serta Meningkatkan Citra Negara-Bangsa. Jurnal Ikatan Sarjana komunikasi, Rosda Karya : Bandung.
Gode, Alexander. 1969. What is Communication? Journal of Communication, 9:5 Nasir, Haedar. 2012. Memahami Strukturasi dalam Perspektif Sosiologi Giddens.
Vol.7. Yogyakarta
Riewanto, Agust. 2007. Jurnal Demokrasi dan HAM, Demokrasi dan Pilkada. Lembaga Studi Agama dan Budaya : Wonogiri.
Loisa, Riris dan Yugih Setyanto. 2012. Mencari Bentuk Kampanye Politik Khas Indonesia: Pencitraan Berbasis Dimensi Budaya. Fakultas Ilmu Komunikasi : Universitas Tarumanagara.
Sulaiman, Adhi Iman. 2008. Komunikasi Politik dalam Pilkada antara Das Sollen dan Das Sein. Vol.1.
Sudaryanti, 2005. Analisis Tentang Perilaku Pemilih pada Pilkada Surakart. Vol 2 nomor 2.
Urofsky, M. I. 2001. Jurnal Demokrasi. Office of international Information Program, U.S. Department of State
Website :
http://kompol.wordpress.com/pengantar-komunikasi-politik/
http://politik.kompasiana.com/komunikasi-politik-wali-kaki-lima-joko-widodo/ http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/262-philosophy-of-language.html
(16)
1 BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hal-hal mendasar yang berkaitan dengan
preferensi peneliti untuk mengambil judul penelitian meliputi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep. Berikut
diuraikan mengenai poin-poin tersebut.
A. Latar Belakang.
Pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung diharapkan akan menghasilkan
figur kepemimpinan yang aspiratif, berkualitas dan legitimate. Pilkada langsung
akan mendekatkan pemerintah dengan yang diperintah dan akuntabilitas kepala
daerah benar-benar tertuju kepada rakyat (Dahlan Thalib dalam Sudaryanti,
2005:200). Di samping itu pilkada langsung merupakan tuntutan dan desakan
rakyat yang menghendaki bahwa kepala daerah tidak lagi dipilih oleh DPRD
tetapi rakyat dapat menggunakan hak politiknya secara langsung seperti pada
pemilihan presiden. Dengan demikian suara rakyat tidak lagi digadaikan kepada
politisi di DPRD dan anggota Dewan tidak dapat sepenuhnya memainkan dan
memonopoli suara rakyat di daerah.
Perubahan sistem pemilihan kepala daerah membuat partai politik dan tim
sukses harus melakukan pendekatan terhadap kekuatan lokal yang memiliki
pengaruh serta pada masyarakat itu sendiri. Selain itu aspek lokalitas
masing-masing daerah juga membuat partai politik pengusung kandidat dan tim sukses
membuat strategi pemenangan yang menyesuaikan lokalitas daerah pemilihan itu
(17)
2 Pilkada langsung dilaksanakan sebagai wujud nyata pelaksanaan demokrasi,
dan mengajarkan masyarakat untuk melihat dan berpikir secara objektif terhadap
fenomena politik di tingkat daerah, sehingga masyarakat tidak semata-mata
terfokus pada pola pikir dan perilaku politik para elite politik yang berkompetisi
dalam pilkada. Semarak pilkada langsung hendaknya dijadikan semarak
program-program yang menyentuh kepentingan masyarakat luas, bukan semarak bagi-bagi
uang dari para calon pemimpin daerah. Asumsi bahwa money politic muncul pada
tiap momentum pilkada langsung harus dilawan tiap individu yang memiliki
kesadaran politik. Jika kondisi perpolitikan daerah tetap diwarnai money politic,
politik hanya dikuasai oleh sekelompok oligarki daerah, dan kesejahteraan rakyat
makin jauh dari harapan.
Sulaiman (2008:45-46) menjelaskan dalam peristiwa Pilkada, tidak jarang
para politikus atau bakal calon mencuri start kampanye dengan tampil di media
televisi, baik berperan seperti seorang penyanyi yang melantunkan syair-syair
lagu pembangunan dan kepedulian terhadap daerah, serta rakyat. Biasanya ia
tampil intens di televisi lokal dengan syair lagu daerah agar bisa menyentuh
simpati tataran grassroot (rakyat bawah). Kemudian dikuatkan oleh tampilnya
beberapa artis yang sudah dikenal masyarakat untuk ikut andil, diselingi oleh
jargon-jargon politik yang mudah diingat oleh khalayak. Politikus atau bakal
calon, berperan sebagai aktor dalam sebuah segmen cerita pendek mengenai profil
bakal calon dengan menampilkan peran-peran yang menggugah simpati publik,
seperti wacana cinta tanah air, nasionalisme, kedaerahan, penegakan keadilan,
(18)
3 kesehatan, serta isu dan wacana lainnya yang lagi menjadi realita yang dihadapi
masyarakat pemilih.
Salah satu yang menarik untuk diamati dalam proses pilkada adalah
bagaimana komunikasi politik yang dilakukan para kandidat dalam merebut
simpati publik. Sebagaimana yang kita lihat selama ini, rangkaian proses pilkada
biasanya akan diramaikan dengan berbagai aksi tebar pesona oleh para kandidat.
Ini dilakukan bahkan jauh hari, bisa dua tahun sebelum pilkada digelar. Hampir di
seluruh ibu kota Provinsi dan Kabupaten/kota yang akan menggelar pilkada,
selalu diramaikan dengan poster, spanduk dan baliho yang menampilkan
wajah-wajah para tokoh yang akan maju.
Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari keseharian
manusia di berbagai bidang, termasuk dalam aktivitas politik. Berbagai fenomena
modern menunjukkan kepada kita, peran dan fungsi komunikasi politik yang
semakin penting, Heryanto (2010:3). Politik merupakan salah satu kegiatan
penting bagi manusia, karena suatu Negara yang memiliki masyarakat yang
beragam atau bermacam-macam kebudayaan, suku, dan bahasa seperti Indonesia
ini, dituntut untuk memiliki struktur organisasi kepemimpinan yang langsung.
Ada pula Asep Saiful Muhtadi (2008:145) menyatakan pemilihan umum telah
dilakukan berulang kali di Indonesia. Tetapi, proses yang dilaluinya dalam
rentang waktu sejak orde lama, orde baru, hingga orde reformasi, tampak
memperlihatkan kualitas komunikasi politik yang bervariasi.
Institusi partai politik menjadi sarana bagi proses komunikasi politik, dan
diperlukan strategi yang tepat agar dapat tercapai sasaran komunikasi politik,yaitu
(19)
4 Artinya ketokohan seorang politikus dan kemantapan lembaga politiknya (partai
politik) dalam masyarakat akan memiliki pengaruh tersendiri dalam
berkomunikasi politik. Selain itu juga diperlukan kemampuan dan dukungan
lembaga dalam menyusun pesan politik, menetapkan metode dan memilih media
politik yang tepat.
Pada hakikatnya, suatu strategi dalam komunikasi politik adalah keseluruhan
keputusan kondisional pada saat ini tentang tindakan yang akan dijalankan guna
mencapai tujuan politik pada masa depan. Dalam hal ini merawat ketokohan
(pemimpin politik atau politisi) dan memantapkan kelembagaan politiknya (partai
politik) akan merupakan keputusan yang paling tepat bagi komunikator politik
untuk mencapai tujuan politik ke depan.
Suatu fenomena yang dapat dilihat dalam dunia politik salah satunya yakni
fenomena mengenai pemilihan baik itu Pemilihan Umum (Pemilu), Pemilihan
Legislatif, maupun Pemilihan Kepala Derah (Pilkada). Fenomena politik yang
sangat tampak terlihat bagaimana masing-masing individu atau para calon
berusaha untuk menarik simpatik masyarakat, berusaha untuk memengaruhi
masyarakat untuk kemudian memilih mereka. Masing-masing mencoba
menyampaikan pesan-pesan politik, berorasi, menyampaikan setiap ide, gagasan
terhadap suatu hal baru yang mungkin belum pernah ada sebelumnya di mana itu
semua memiliki satu tujuan yakni untuk menarik simpati hingga suara masyarakat
hingga pada saat pemilihan berlangsung.
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung merupakan momentum politik
dan bagian dari “sejarah masa depan” demokrasi Indonesia. Keputusan
(20)
5 keputusan politik penting di era reformasi. Bahwa hajatan politik demokrasi
langsung tidak berlaku di tingkat nasional terkhusus pemilihan presiden (pilpres)
secara lansung, tetapi terjadi juga di daerah-daerah.
Seorang kepala daerah seperti halnya Gubernur, Bupati dan Walikota adalah
pejabat eksekutif yang memegang peranan yang amat penting di suatu daerah. Ia
bertindak bukan hanya sebagai pengambil keputusan eksekutif, melainkan juga
sebagai inovator atau pencipta kebijakan baru untuk menunaikan semua tugasnya.
Begitu pula, ia adalah pengendali utama dalam memutar roda organisasi
pemerintah daerah, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, serta dalam
menghadapi konflik, gejolak, problem pemerintah di daerah, Agust Riewanto
(2007:187).
Musim kampanye, ialah salah satu fase dalam proses pemilihan umum. Pada
fase tersebut, memunculkan sejumlah fenomena-fenomena menarik di
masyarakat. Pergantian era kepemimpinan memunculkan kewajiban untuk
mencari pemimpin baru. Tidak heran, sistem pemilihan hadir untuk memberikan
solusi sebagai cara untuk mendapat pemimpin baru yang sesuai dengan kehendak
rakyat. Muncullah tokoh-tokoh yang ”mencoba” untuk menjadi pemimpin daerah
yang mencoba menarik simpati pemilih dan memperoleh dukungan suara. Oleh
sebab itu, musim kampanye ini dipandang sebagai saat yang tepat untuk
mengucapkan janji-janji politik, menebar pesona dalam usaha untuk memperoleh
penilaian positif oleh masyarakat di daerah pemilihan. Mencermati keadaan di
atas, muncul sejumlah usaha-usaha yang dilakukan oleh calon pemimpin tersebut
untuk memperoleh dukungan suara rakyat, salah satunya melakukan proses
(21)
6 Dalam iklan politik yang penuh dengan persaingan terbuka dan transparan,
kontestan membutuhkan suatu metode yang dapat memfasilitasi mereka dalam
memasarkan inisiatif politik, gagasan politik, isu politik, ideologi partai,
karakteristik pemimpin partai, dan program kerja partai kepada masyarakat. Agar
suatu kontestan memenangkan pemilihan umum, ia harus dapat membuat pemilih
berpihak dan memberi suaranya. Marketing dapat bermanfaat bagi partai politik
dan calon presiden untuk membangun hubungan dengan pemilih, dalam
Firmanzah (2008:38). Dalam hal ini fungsi tim sukses sangat berpengaruh besar
terhadap kesuksesan suatu calon kepala daerah. Bagaimana mereka (tim sukses)
bekerja dengan strategi masing-masing yang akan diterapkan, sehingga
keberadaan tim sukses ini juga tidak terlepas dari hubungan antara calon kepala
daerah dengan tim sukses itu sendiri.
Keberadaan tim sukses akan menjadi pilihan utama oleh para calon kepala
daerah. Sebelum masa kampanye atau sedang berlangsung masa kampanye, tim
sukses bergerak melakukan upaya-upaya memenangkan pasangan calon yang
menungganginya. Ketatnya persaingan dalam pilihan kepala daerah membuat tim
sukses harus memeras keringat dan otaknya, karena para lawan tim sukses lain
juga mempersiapkan strategi-strategi jitu dalam memenangkan masing-masing
calon kepala daerah. Hal ini membuat segala macam upaya yang akan dilakukan
oleh tim sukses agar calonnya menang.
Kampanye merupakan hal yang sangat esensial dalam pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah. Selama masa kampanye yang dilaksanakan dalam
jangka waktu 14 hari dan berakhir tiga hari sebelum pemungutan suara, pasangan
(22)
7 dirinya serta memaparkan visi-misi mengenai rancangan kebijakan pembangunan
daerah selama lima tahun ke depan masa kepemimpinannya jika terpilih.
Kota Malang dikenal sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah
Surabaya, maka dinamika politik lokal tentunya tak bisa lepas dari kota yang
sangat kental dengan nuansa politiknya, selain itu juga merupakan kota yang sarat
dengan nuansa intelektualnya, karena selain kota pariwisata kota ini juga sering
disebut sebagai kota pendidikan. Ada yang menarik lagi ketika wajah-wajah calon
lama akan berhadapan dengan wajah-wajah calon baru yang begitu kuatnya.
Apalagi sempat terjadi perebutan kedaraan (partai) untuk mengusung
masing-masing calon dalam putaran pilkada tahun 2013 ini. Dengan demikian, akan
terjadi bervairiatif komunikasi politik yang dilakukan oleh masing-masing calon
tersebut.
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Malang, Jawa Timur,
menetapkan enam pasangan calon yang lolos untuk mengikuti Pilkada Kota
Malang periode 2013-2018 yang digelar pada 23 Mei 2013. Seusai mendapatkan
nomor urut, tiap-tiap pasangan memercayai angka yang didapat adalah angka
keramat alias angka keberuntungan. Berdasarkan hasil penetapan nomor urut
pasangan calon yang melalui undian secara acak, pasangan H. Dwi Cahyono-H
Nuruddin mendapatkan nomor urut 1, pasangan Sri Rahayu-Priyatmoko Oetomo
nomor urut 2, Heri Pudji Utami-Sofyan Edi Jarwoko mendapatkan nomor urut 3,
Mujaiz-Yunar Mulya nomor urut 4, Dono-Arif HS nomor urut 5, dan pasangan M
Anton-Sutiaji mendapatkan nomor urut 6.
Ada pula pasangan dari masing-masing calon yang diusung dari berbagai
(23)
8 independen, Pasangan urut 2 diusung melalui partai berlambangkan banteng
moncong putih yaitu PDI Perjuangan, selanjutnya pasangan nomer urut 3 diusung
dari Partai Golkar dan PAN, ada pula pasangan nomer urut 4 yang sama halnya
dengan pasangan nomer urut satu yaitu melalui jalur independen, sementara itu
pasangan dengan nomer urut 5 diusung dari Partai Demokrat dan PKS, sedangkan
pasangan nomer urut 6 diusung oleh PKB dan Partai Gerindra.
Sisi menarik bagi peneliti dalam pemilihan Walikota Malang adalah pada
pasangan nomor urut enam yang ikut mendaftar menjadi walikota di Kota Malang
yakni H. Moch. Anton berasal bukan dari politisi melainkan dari pengusaha.
Pasangan berjargon ‘Peduli wong cilik’ ini bisa dikatakan pasangan dengan
wajah-wajah baru dibandingkan dengan pasangan-pasangan lainnya.. Adapula
keterlibatan beliau dalam berorganisasi yaitu sebagai bendahara NU (Nadhatul
Ulama) Kota Malang dan Ketua PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) Kota
Malang.
Pasangan-pasangan calon kepala daerah yang dicalonkan itu diharapkan
mampu membawa dan mewujudkan visi dan misi kota Malang dan mampu
mensinergikan potensi yang dimiliki sehingga dapat dibentuk suatu pasangan
yang solid yang bisa seiring sejalan dan merupakan figur yang marketable di
Malang. Artinya karena masyarakat memilih langsung maka figur yang dipilih
adalah sosok yang bisa menjual dirinya sendiri kepada masyarakat Malang
sehingga calon dengan segala karakteristiknya akan menjadi unsur yang sangat
(24)
9 B. Rumusan Masalah.
Sebagaimana dijelaskan dalam latar belakang, pilihan kepala daerah kota
Malang pada tahun 2013 ini dirasa tensi yang begitu panas dikarenakan
wajah-wajah calon lama berhadapan dengan wajah-wajah-wajah-wajah calon baru yang begitu
kuatnya. Dengan demikian peneliti ingin mengambil judul penelitian
“Komunikasi Politik Dalam Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013 (Studi
pada Tim Sukses Pasangan AJI dalam Pilihan Kepala Daerah Kota Malang
2013)” dan menarik rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana komunikasi politik tim sukses pasangan AJI dalam pilihan
kepala daerah Kota Malang 2013 ?
2. Media massa apa saja yang digunakan pasangan AJI dalam menyampaikan
pesan politiknya ?
3. Pesan apa saja yang disampaikan pasangan AJI dalam masa kampanye ?
C. Tujuan Penelitian.
1. Ingin mengetahui bagaimana komunikasi politik tim sukses pasangan AJI
dalam pilihan kepala daerah Kota Malang 2013.
2. Ingin mengetahui media massa apa saja yang digunakan pasangan AJI
dalam menyampaikan pesan politiknya.
3. Ingin mengetahui pesan apa saja yang disampaikan pasangan AJI dalam
masa kampanye.
D. Manfaat Penelitian. D.1. Manfaat Teoritis
a Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan konsep
(25)
10 b Dapat menambah kajian sebagai literatur ilmiah yang berkenaan
dengan Komunikasi Politik dan Sosiologi Politik.
D.2. Manfaat Praktis
a Dapat dijadikan bahan masukan bagi masyarakat khususnya para
anggota partai politik dalam praktik komunikasi politik.
b Dapat dijadikan bahan masukan bagi Tim Sukses politisi maupun
parpol dalam menyalurkan pesannya ke masyarakat.
E. Definisi Konsep
Agar memperoleh kejelasan tentang arti dari berbagai konsep dalam
penelitian ini maka diperlukan adanya definisi konsep yang memberikan arahan
dan ruang lingkup penelitian sehingga mempermudah dalam mengadakan
penelitian, untuk itu dapat digunakan beberapa konsep untuk batasan-batasan atau
definisi secara jelas.
Mendefinisikan komunikasi politik memang tidak cukup hanya dengan
menggabungkan dua definisi, “komunikasi” dan “politik”. Ia memiliki konsep
tersendiri, meskipun secara sederhana merupakan gabungan dari dua konsep
tersebut. Komunikasi dan politik dalam wacana ilmu pengetahuan manusia
merupakan dua wilayah pencarian yang masing-masing dapat dikatakan relatif
berdiri sendiri. Namun keduanya memiliki kesamaan-kesamaan sebab memiliki
objek material yang sama yaitu manusia. Kesamaan objek material ini membuat
kedua disiplin ilmu itu tidak dapat menghindari adanya pertemuan bidang kajian.
Hal ini disebabkan karena masing-masing memiliki sifat interdisipliner, yakni
sifat yang memungkinkan setiap disiplin ilmu membuka isolasinya dan
(26)
11 kajiannya yang beririsan dengan disiplin ilmu lain, seperti sosiologi dan psikologi,
dan hal yang sama berlaku pula pada ilmu politik (Nina W. Syam, 2002:18).
Kajian keilmuan sinergi antara komunikasi dan politik, atau yang bisa disebut
dengan komunikasi politik kian hari menjadi kajian yang menarik, sebagai sebuah
disiplin ilmu, komunikasi politik memang tergolong baru, namun sesungguhnya
penelaahan komunikasi dan politik, serta pemanfaatan komunikasi untuk
kepentingan politik telah berlangsung sangat lama (Dan Nimmo, 2000:7). Kajian
komunikasi politik menurut Nina W. Syam (2002:2) berada dalam satu pohon
komunikasi, Komunikasi politik adalah salah satu cabang komunikasi
organisasional berdasarkan pendekatan publik. Artinya komunikasi politik
berlangsung dalam konteks organisasi dan dalam situasi publik.
Komunikasi Politik menurut Maswadi Rauf dalam Rochajat Harun dan Sumarno, (2006:3) menempatkan komunikasi politik sebagai objek kajian ilmu
politik, karena pesan-pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi
bercirikan politik, yaitu berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintahan
dan aktifitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik.
Lanjut Maswadi Rauf, komunikasi politik dapat dilihat dalam dua dimensi, yaitu
komunikasi politik sebagai sebuah kegiatan dan sebagai kegiatan ilmiah.
Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan
bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini bersifat
empirik karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan
sebagai kegiatan ilmiah maka komunikasi politik adalah salah satu kegiatan
(27)
12 Lebih lanjut Rochajat Harun dan Sumarno (2006:5) menjelaskan komunikasi
politik adalah suatu proses dan kegiatan-kegiatan membentuk sikap dan perilaku
politik yang terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan menggunakan
simbol-simbol yang berarti. Ada pula menurut Dan Nimmo (1989:10) komunikasi
politik adalah kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan
konsekuensi-konsekuensi actual maupun potensial yang mengatur perbuatan
manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Berbeda dengan Lord Windlesham,
komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja
dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat
komunikasi berperilaku tertentu dalam Effendy (1992:158).
Menurut Muis (1990) dalam (Arifin, 2010:75) menjelaskan bahwa istilah
komunikasi politik menunjuk pada pesan sebagai objek formalnya sehingga titik
berat konsepnya terletak pada komunikasi dan bukan pada politik. Pada
hakikatnya komunikasi politik mengandung informasi atau pesan tentang politik.
Meadow (1980) dalam (Arifin, 2010:78) selanjutnya mengemukakan bahwa
komunikasi politik meliputi segala bentuk pertukaran simbol atau pesan yang
sampai tingkat tertentu dipengaruhi atau memengaruhi berfungsinya sistem
politik.
Komunikasi politik tidak hanya sekedar bagaimana komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikan mengenai pesan-pesan politik, lebih dari
itu komunikasi politik juga bermakna pada efek yang ditimbulkan dari
komunikasi tersebut. Menurut kadarnya, efek komunikasi terdiri dari tiga jenis,
(28)
13 Efek merupakan salah satu unsur dalam suatu formula yang dirumuskan oleh
Lasswell (dalam Effendy, 2004:154) yakni who, says what, to whom, with what
channel and with what effect (siapa, berkata apa, kepada siapa, melalui saluran apa, dan bagaimana efeknya. Who yakni menyangkut komunikator politik yang
menyampaikan pesan-pesan politik (says what) kepada komunikan/khalayak (to
whom) melalui media politik apa (with what channel) dan apa efek politiknya (with what effect).
Selain itu komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses menghubungi atau
mengadakan perhubungan dengan menggunakan bahasa, gerak-gerik, badan,
system isyarat, kode dan lain-lain. Definisi yang menekankan persamaan arti,
ditemukan antara lain dari rumusan Gode (1969:5) yaitu “komunikasi adalah
suatu proses yang membuat adanya kebersamaan bagi dua atau lebih orang yang
semula dimonopoli oleh satu atau beberapa orang”. Perumusan ini dimaksud
bahwa komunikasi yang baik atau efektif, adalah komunikasi yang mampu
menciptakan kebersamaan arti bagi orang-orang yang terlibat. Tanpa persamaan
arti, sukar dipikirkan adanya komunikasi.
Selain pengertian komunikasi politik menurut para ahli di atas, ada pula
pengertian komunikasi politik yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu menurut
Harsono Suwardi (1997:12) komunikasi politik dapat dilihat dari arti sempit
maupun luas. Dalam arti sempit komunikasi politik adalah setiap bentuk
penyampaian pesan baik dari lambang maupun lisan hingga tulisan, atau pun
dalam bentuk isyarat yang mempengaruhi kedudukan seseorang yang ada dalam
(29)
14 adalah setiap jenis penyampaian pesan khususnya yang bermuatan info politik
dari suatu sumber kepada sejumlah penerima pesan.
Ada beberapa definisi yang mempertegas eksistensi komunikasi politik dalam
Pilkada. Seperti menurut Liliweri (2000:3) bahwa komunikasi politik merupakan
proses aktivitas dan kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan masalah politik.
Dengan kata lain, komunikasi politik adalah proses pertukaran pesan-pesan politik
di mana komunikator politik (masyarakat), propaganda, atau kampanye politik.
Komunikasi politik lebih merupakan kebijaksanaan umum untuk menentukan
bagaimana seharusnya mengelola atau memanage komunikasi. pengertian
komunikasi politik lainnya, yaitu dari Mark Roelofs dan Barn Lund dalam
Sumarno (2006:5) “Politic is talk or to put the metter, more exactly the activity of
politic (politicking) is talking”, artinya komunikasi politik lebih memusatkan kajiannya pada materi yang berisi pesan-pesan politik, isu politik, peristiwa dan
perilaku politik individu-individu, baik sebagai penguasa maupun yang barada
dalam asosiasi-asosiasi kemasyarakatan atau asosiasi politik.
Jadi, komunikasi politik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :
Berbagai upaya atau tindakan yang menyangkut penyampaian simbol atau
pesan politik oleh subyek (Tim sukses/ Pemenang Pilkada) kepada masyarakat
(1)
9 B. Rumusan Masalah.
Sebagaimana dijelaskan dalam latar belakang, pilihan kepala daerah kota Malang pada tahun 2013 ini dirasa tensi yang begitu panas dikarenakan wajah-wajah calon lama berhadapan dengan wajah-wajah-wajah-wajah calon baru yang begitu kuatnya. Dengan demikian peneliti ingin mengambil judul penelitian “Komunikasi Politik Dalam Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013 (Studi pada Tim Sukses Pasangan AJI dalam Pilihan Kepala Daerah Kota Malang 2013)” dan menarik rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana komunikasi politik tim sukses pasangan AJI dalam pilihan kepala daerah Kota Malang 2013 ?
2. Media massa apa saja yang digunakan pasangan AJI dalam menyampaikan pesan politiknya ?
3. Pesan apa saja yang disampaikan pasangan AJI dalam masa kampanye ?
C. Tujuan Penelitian.
1. Ingin mengetahui bagaimana komunikasi politik tim sukses pasangan AJI dalam pilihan kepala daerah Kota Malang 2013.
2. Ingin mengetahui media massa apa saja yang digunakan pasangan AJI dalam menyampaikan pesan politiknya.
3. Ingin mengetahui pesan apa saja yang disampaikan pasangan AJI dalam masa kampanye.
D. Manfaat Penelitian. D.1. Manfaat Teoritis
a Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan konsep komunikasi politik.
(2)
10
b Dapat menambah kajian sebagai literatur ilmiah yang berkenaan dengan Komunikasi Politik dan Sosiologi Politik.
D.2. Manfaat Praktis
a Dapat dijadikan bahan masukan bagi masyarakat khususnya para anggota partai politik dalam praktik komunikasi politik.
b Dapat dijadikan bahan masukan bagi Tim Sukses politisi maupun parpol dalam menyalurkan pesannya ke masyarakat.
E. Definisi Konsep
Agar memperoleh kejelasan tentang arti dari berbagai konsep dalam penelitian ini maka diperlukan adanya definisi konsep yang memberikan arahan dan ruang lingkup penelitian sehingga mempermudah dalam mengadakan penelitian, untuk itu dapat digunakan beberapa konsep untuk batasan-batasan atau definisi secara jelas.
Mendefinisikan komunikasi politik memang tidak cukup hanya dengan menggabungkan dua definisi, “komunikasi” dan “politik”. Ia memiliki konsep tersendiri, meskipun secara sederhana merupakan gabungan dari dua konsep tersebut. Komunikasi dan politik dalam wacana ilmu pengetahuan manusia merupakan dua wilayah pencarian yang masing-masing dapat dikatakan relatif berdiri sendiri. Namun keduanya memiliki kesamaan-kesamaan sebab memiliki objek material yang sama yaitu manusia. Kesamaan objek material ini membuat kedua disiplin ilmu itu tidak dapat menghindari adanya pertemuan bidang kajian. Hal ini disebabkan karena masing-masing memiliki sifat interdisipliner, yakni sifat yang memungkinkan setiap disiplin ilmu membuka isolasinya dan mengembangkan kajian kontekstualnya. Komunikasi mengembangkan bidang
(3)
11
kajiannya yang beririsan dengan disiplin ilmu lain, seperti sosiologi dan psikologi, dan hal yang sama berlaku pula pada ilmu politik (Nina W. Syam, 2002:18).
Kajian keilmuan sinergi antara komunikasi dan politik, atau yang bisa disebut dengan komunikasi politik kian hari menjadi kajian yang menarik, sebagai sebuah disiplin ilmu, komunikasi politik memang tergolong baru, namun sesungguhnya penelaahan komunikasi dan politik, serta pemanfaatan komunikasi untuk kepentingan politik telah berlangsung sangat lama (Dan Nimmo, 2000:7). Kajian komunikasi politik menurut Nina W. Syam (2002:2) berada dalam satu pohon komunikasi, Komunikasi politik adalah salah satu cabang komunikasi organisasional berdasarkan pendekatan publik. Artinya komunikasi politik berlangsung dalam konteks organisasi dan dalam situasi publik.
Komunikasi Politik menurut Maswadi Rauf dalam Rochajat Harun dan Sumarno, (2006:3) menempatkan komunikasi politik sebagai objek kajian ilmu politik, karena pesan-pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi bercirikan politik, yaitu berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintahan dan aktifitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik. Lanjut Maswadi Rauf, komunikasi politik dapat dilihat dalam dua dimensi, yaitu komunikasi politik sebagai sebuah kegiatan dan sebagai kegiatan ilmiah. Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini bersifat empirik karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah maka komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik.
(4)
12
Lebih lanjut Rochajat Harun dan Sumarno (2006:5) menjelaskan komunikasi politik adalah suatu proses dan kegiatan-kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan menggunakan simbol-simbol yang berarti. Ada pula menurut Dan Nimmo (1989:10) komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi-konsekuensi actual maupun potensial yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Berbeda dengan Lord Windlesham, komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikasi berperilaku tertentu dalam Effendy (1992:158).
Menurut Muis (1990) dalam (Arifin, 2010:75) menjelaskan bahwa istilah komunikasi politik menunjuk pada pesan sebagai objek formalnya sehingga titik berat konsepnya terletak pada komunikasi dan bukan pada politik. Pada hakikatnya komunikasi politik mengandung informasi atau pesan tentang politik.
Meadow (1980) dalam (Arifin, 2010:78) selanjutnya mengemukakan bahwa komunikasi politik meliputi segala bentuk pertukaran simbol atau pesan yang sampai tingkat tertentu dipengaruhi atau memengaruhi berfungsinya sistem politik.
Komunikasi politik tidak hanya sekedar bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan mengenai pesan-pesan politik, lebih dari itu komunikasi politik juga bermakna pada efek yang ditimbulkan dari komunikasi tersebut. Menurut kadarnya, efek komunikasi terdiri dari tiga jenis, yakni efek kognitif, efek afektif dan efek konatif/behavioral (Effendy, 2004:159).
(5)
13
Efek merupakan salah satu unsur dalam suatu formula yang dirumuskan oleh Lasswell (dalam Effendy, 2004:154) yakni who, says what, to whom, with what channel and with what effect (siapa, berkata apa, kepada siapa, melalui saluran apa, dan bagaimana efeknya. Who yakni menyangkut komunikator politik yang menyampaikan pesan-pesan politik (says what) kepada komunikan/khalayak (to whom) melalui media politik apa (with what channel) dan apa efek politiknya (with what effect).
Selain itu komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses menghubungi atau mengadakan perhubungan dengan menggunakan bahasa, gerak-gerik, badan, system isyarat, kode dan lain-lain. Definisi yang menekankan persamaan arti, ditemukan antara lain dari rumusan Gode (1969:5) yaitu “komunikasi adalah suatu proses yang membuat adanya kebersamaan bagi dua atau lebih orang yang semula dimonopoli oleh satu atau beberapa orang”. Perumusan ini dimaksud bahwa komunikasi yang baik atau efektif, adalah komunikasi yang mampu menciptakan kebersamaan arti bagi orang-orang yang terlibat. Tanpa persamaan arti, sukar dipikirkan adanya komunikasi.
Selain pengertian komunikasi politik menurut para ahli di atas, ada pula pengertian komunikasi politik yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu menurut Harsono Suwardi (1997:12) komunikasi politik dapat dilihat dari arti sempit maupun luas. Dalam arti sempit komunikasi politik adalah setiap bentuk penyampaian pesan baik dari lambang maupun lisan hingga tulisan, atau pun dalam bentuk isyarat yang mempengaruhi kedudukan seseorang yang ada dalam suatu struktur kekuasaan tertentu. Sedangkan dalam arti luas komunikasi politik
(6)
14
adalah setiap jenis penyampaian pesan khususnya yang bermuatan info politik dari suatu sumber kepada sejumlah penerima pesan.
Ada beberapa definisi yang mempertegas eksistensi komunikasi politik dalam Pilkada. Seperti menurut Liliweri (2000:3) bahwa komunikasi politik merupakan proses aktivitas dan kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan masalah politik. Dengan kata lain, komunikasi politik adalah proses pertukaran pesan-pesan politik di mana komunikator politik (masyarakat), propaganda, atau kampanye politik. Komunikasi politik lebih merupakan kebijaksanaan umum untuk menentukan bagaimana seharusnya mengelola atau memanage komunikasi. pengertian komunikasi politik lainnya, yaitu dari Mark Roelofs dan Barn Lund dalam Sumarno (2006:5) “Politic is talk or to put the metter, more exactly the activity of politic (politicking) is talking”, artinya komunikasi politik lebih memusatkan kajiannya pada materi yang berisi pesan-pesan politik, isu politik, peristiwa dan perilaku politik individu-individu, baik sebagai penguasa maupun yang barada dalam asosiasi-asosiasi kemasyarakatan atau asosiasi politik.
Jadi, komunikasi politik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :
Berbagai upaya atau tindakan yang menyangkut penyampaian simbol atau pesan politik oleh subyek (Tim sukses/ Pemenang Pilkada) kepada masyarakat Kota Malang yang tentunya mengakibatkan suatu efek dalam sistem politik.