Tujuan Cahaya Pengaruh Perbedaan Posisi Penempatan Lampu Tabung terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung

tudung kerucut dan pengaruhnya terhadap hasil tangkapan bagan. Pemusatan cahaya juga diteliti oleh Prasetyo 2009 yang melakukan penelitian mengenai pemusatan cahaya petromaks pada kedalaman 8 m dan pengaruhnya pada produktivitas bagan. Penelitian mengenai lampu tabung sebagai alat bantu penangkapan pada bagan hingga saat ini belum pernah dilakukan. Hal tersebut menjadi nilai unggul dalam penelitian kali ini. Penggunaan stoples Nutrisari menggambarkan bahwa barang-barang yang sudah dianggap kurang bermanfaat sebagai wadah dalam membuat lampu dalam air sebenarnya masih memiliki daya guna yang besar. Melalui daya kreatifitas, pemanfaatan barang-barang sederhana secara optimal dapat menjawab permasalahan yang muncul di masyarakat.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan cara penggunaan lampu tabung yang efektif pada pengoperasian bagan apung untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1 Sebagai informasi bagi nelayan mengenai penggunaan lampu tabung pada penangkapan ikan dengan alat tangkap bagan; dan 2 Sebagai masukan untuk evaluasi kegiatan perikanan bagan dan bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan dalam mengembangkan alat tangkap bagan. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bagan Bagan merupakan suatu alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok jaring angkat dan terdiri atas beberapa komponen, yaitu jaring, rumah bagan, dan lampu. Jaring bagan umumnya berkuran 9 × 9 m, dengan ukuran mata jaring mesh size 0,5-1 cm. Bahan jaring yang digunakan terbuat dari PE polyethylene. Bagan dioperasikan dengan cara mengangkat dan menurunkan jaring secara vertikal. Sebagai alat bantu digunakan cahaya untuk pengumpul ikan Subani dan Barus 1989.

2.1.1 Pengelompokan bagan

Von Brandt 1984 mengklasifikasikan bagan ke dalam kelompok alat tangkap yang dalam pengoperasiannya menggunakan cahaya sebagai alat bantu untuk memikat ikan. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan adalah jenis-jenis ikan yang bersifat fototaksis positif. Bagan, menurut Subani dan Barus 1989, dikelompokkan atas bagan tancap, bagan rakit atau bagan apung dan bagan perahu. Bagan tancap berbentuk bangunan bujur sangkar yang terbuat dari bambu betung yang ditanam ke dasar perairan. Lokasi pengoperasian bagan tancap tidak dapat dipindah-pindahkan. Bagan rakit memiliki rakit bambu sebagai landasan rumah bagan sekaligus alat apungnya. Bagan rakit sama halnya dengan bagan apung, dapat dipindah- pindahkan dengan bantuan perahu penarik. Adapun bagan perahu menggunakan dua perahu sebagai penopang. Jarak antara kedua perahu digunakan sebagai tempat pengoperasian alat tangkap.

2.1.2 Bagan apung

Bagan apung adalah jaring angkat yang keberadaannya dapat dipindah- pindahkan. Pada bagian bawah kanan-kiri bagan terdapat alat apung berupa drum dan rakit sebagai pondasi rumah bagan. Bagan apung tidak dilengkapi dengan alat bantu perpindahan tempat pengoperasian. Untuk proses pemindahan lokasi bagan apung dilakukan dengan bantuan perahu penarik Subani dan Barus 1989.

2.2 Cahaya

Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang apabila dipancarkan atau diserap akan memperlihatkan sifat-sifat partikel. Cahaya dapat merambat pada medium hampa udara dengan kecepatan 3 × 10 8 mdetik. Adapun laju cahaya merupakan konstanta fisika fundamental Young and Freedman 2004. Bila cahaya ditransmisikan dari satu medium ke medium yang lain, maka frekuensinya tidak akan berubah. Hal ini terjadi karena setiap siklus gelombangnya tidak mengalami perubahan. Perubahan hanya terjadi pada panjang gelombang dan laju gelombang. Hal ini disebabkan oleh panjang gelombang secara umum akan berbeda pada material yang berbeda Young and Freedman 2004. Cahaya yang melewati dua medium berbeda akan mengalami refraksi. Refraksi adalah perubahan kecepatan cahaya akibat perbedaan medium yang menyebabkan perubahan lintasan cahaya. Refraksi juga dikenal dengan pembiasan. Indeks refraksi dari sebuah material optik merupakan rasio antara laju cahaya c dalam ruang hampa terhadap laju cahaya v dalam material itu. Hal ini dapat dilihat melalui persamaan berikut: n = c v Keterangan : n : Indeks refraksi atau indeks bias; c : Laju cahaya dalam ruang hampa mdetik; dan v : Laju cahaya dalam material tertentu mdetik. Cahaya yang melewati dua medium dengan indeks refraksi yang berbeda akan mengalami penyerapan, pemantulan atau pembiasan Puspito 2008. Saat cahaya dari medium udara melalui medium air akan terjadi pembiasan cahaya. Hukum Snellius mengatakan bahwa rasio dari sinus sudut θ a dan θ b sama dengan rasio antara indeks refraksi medium a dan b. Sudut θ a dan θ b diukur dari garis normal terhadap permukaan. Rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut: = atau n a sin θ a = n b sin θ b Keterangan : n : Indeks refraksi medium a udara; n : Indeks refraksi medium b air; θ : Sudut sinar datang terhadap garis normal; θ : Sudut sinar yang direfraksikan terhadap garis normal; dan N : Garis normal. Pembiasan dan pemantulan cahaya disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Pembiasan dan pemantulan cahaya Young and Freedman 2004 Sinar yang bergerak dari medium satu ke medium lainnya dengan indeks refraksi yang lebih besar akan mengalami pembelokan mendekati garis normal. Sinar yang datang dari udara ke dalam air n bair n audara akan mengalami penurunan laju gelombang Young and Freedman 2004. Menurut Cayless dan Marsden 1983, kekuatan atau intensitas cahaya ditentukan berdasarkan iluminasinya. Iluminasi adalah kekuatan cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya dan mengenai suatu permukaaan benda. Besar intensitas cahaya dapat diukur dengan satuan candela. Iluminasi cahaya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya jarak terhadap sumber cahaya. Pengukuran iluminasi cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut : E = I r 2 N θ θ θ Udar Air Udara N Keterangan : E : Iluminasi cahaya lux; I : Intesitas cahaya candela; dan R : Jarak dari sumber cahaya m. Gelombang cahaya tersebar dari ultraviolet hingga infrared. Cahaya ultraviolet memiliki panjang gelombang kurang dari 390 µm dan infrared memiliki panjang gelombang lebih dari 770 µm. Gelombang yang terdapat antara cahaya ultraviolet dan cahaya infrared adalah gelombang cahaya tampak yang terdiri dari violet 390 – 455 µm, biru 455 – 492 µm, hijau 492 – 577 µm, kuning 577 – 497 µm, orange 597 – 622 µm, dan merah 622 – 770 µm. Namun, hanya cahaya yang berasal dari gelombang 400 - 750 µm termasuk ke dalam gelombang cahaya tampak Ben Yami 1988. Gambar 2 menunjukkan penyebaran gelombang cahaya tampak Ben Yami 1987. Gambar 2 Penyebaran cahaya tampak Ben Yami 1987

2.3 Lampu