Gambar 10 Penyebaran nilai iluminasi cahaya lampu tabung dalam air pada medium air.
Penyebaran iluminasi cahaya lampu tabung dalam air pada medium air terlihat pada Gambar 10. Melalui gambar terlihat bahwa penyebaran cahaya
lampu dalam air pada medium air menyebar pada kolom perairan. Penurunan nilai iluminasi pada kedalaman 6 hingga 10 m terjadi secara perlahan. Cahaya yang
terdeteksi pada kedalaman 10 m sangat kecil, yaitu kurang dari 1 lux.
4.2 Komposisi hasil tangkapan
4.2.1 Hasil tangkapan bagan apung 1
Komposisi hasil tangkapan total berdasarkan jenis
Hasil tangkapan total bagan yang diperoleh seberat 216,75 kg yang terdiri atas beragam jenis ikan. Masing-masing adalah teri Stolephorus commersonii,
layur Trichiurus sp, kembung Rastrelliger spp., tembang Sardinella
-3 -2
-1 1
2 3
-10 -9
-8 -7
-6 -5
-4 -3
-2 -1
-3 -2
-1 1
2 3
-10 -9
-8 -7
-6 -5
-4 -3
-2 -1
fimbriata, tongkol Auxis thazard, rebon Mysis sp., dan cumi-cumi Loligo sp.. Gambar organisme hasil tangkapan dirujuk pada Lampiran 3. Persentase
berat hasil tangkapan bagan per jenis organisme dapat dilihat Gambar 11.
Gambar 11 Persentase berat hasil tangkapan bagan. Hasil tangkapan didominasi oleh tembang seberat 51 kg atau 23,53 dari
berat total hasil tangkapan. Berikutnya teri seberat 44,44 kg 20,48 , kembung 43,35 kg 20,00, rebon 34,5 kg 15,92 , layur 29,5 kg 13,61 dan cumi-
cumi 8,5 kg 3,92 . Tongkol menempati urutan terakhir seberat 5,5 kg 2,54. Tembang menjadi jenis ikan yang mendominasi hasil tangkapan bagan
apung. Nybakken 1988 mengatakan bahwa ikan tembang merupakan ikan pelagis permukaan yang menyukai perairan terbuka dengan kedalaman hingga
150 m sebagai habitatnya. Kedalaman ini merupakan zona yang masih dapat ditembus oleh cahaya. Penggunaan alat bantu cahaya pada bagan akan
menyebabkan jenis ikan tembang banyak tertangkap. Apalagi musim penangkapan tembang berlangsung sepanjang tahun. Ini didukung oleh data
Statistik PPN Palabuhanratu 2010 yang menyebutkan bahwa tembang didaratkan sepanjang tahun di Palabuhanratu.
Jenis ikan berikutnya yang tertangkap adalah teri seberat 44,4 kg atau sekitar 20,48 dari total tangkapan 151,7 kg. Teri merupakan ikan pelagis kecil
pemakan plankton. Menurut Hutomo 1987, ada dua jenis plankton yang menjadi makanan teri, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton biasanya menjadi
44.4 29.5
43.35 51
5.5 34.5
8.5 10
20 30
40 50
60
Teri Layur
Kembung Tembang Tongkol Rebon
cumi
B e
r a
t k
g
Jenis ikan
makanan bagi teri yang memiliki ukuran panjang p 40 mm. Adapun zooplankton umumnya menjadi makanan bagi teri yang berukuran panjang p
≥ 40 mm. Fitoplankton harus selalu berada pada zona fotik atau perairan yang terdapat
cahaya agar dapat tetap hidup Basmi 1995. Plankton yang berada di sekitar bagan akan hidup, berkumpul dan berkembang biak dengan baik dikarenakan
adanya cahaya dari lampu. Kembung tertangkap seberat 43,35 kg 20 . Menurut Bal Rao 1984
diacu dalam Parerung 1996, kembung merupakan ikan pelagis yang memanfaatkan plankton sebagai makanannya. Kembung tersebar pada perairan
pantai dengan kedalaman 20 - 90 m yang menjadi habitat plankton dan ikan-ikan kecil Collete Nauen 1983. Selain itu, kembung merupakan organisme diurnal
yang banyak aktif di siang hari. Pada malam hari keberadaannya menyebar di seluruh lapisan kedalaman. Penangkapannya hanya dapat dilakukan dengan
bantuan cahaya, seperti bagan Laevastu dan Hayes 1981. Hasil tangkapan rebon seberat 34,5 kg 15,92. Rebon merupakan
organisme yang bersifat fototaksis positif atau tertarik terhadap cahaya. Migrasi hariannya berlangsung seiring dengan perubahan intensitas cahaya matahari.
Pergerakannya lebih disebabkan oleh aktivitas mencari makan dan menghindari dari serangan predator yang akan memangsanya. Penggunaan cahaya pada bagan
menyebabkan plankton berkumpul dan berkembang biak dengan baik di sekitar bagan. Hal ini yang mengundang rebon untuk datang dan tertangkap pada bagan
apung. Jenis ikan hasil tangkapan selanjutnya adalah layur yang tertangkap
seberat 29,5 kg 13,61. Layur sebenarnya bukan target utama penangkapan dengan bagan. Layur merupakan jenis ikan demersal yang hanya sesekali saja
muncul ke permukaan atau kolom perairan untuk mendapatkan mangsa. Keberadaannya di sekitar bagan lebih dikarenakan ativitasnya dalam mencari
makanan berupa ikan, udang dan berbagai jenis cumi-cumi yang banyak berkumpul di sekitar bagan. Wewengkang 2002 menyebutkan layur termasuk
ikan buas yang memangsa ikan-ikan kecil, udang-udangan dan berbagai jenis cumi. Menurutnya, layur tertangkap bukan karena bersifat fototaksis positif
melainkan karena tertarik oleh organisme yang menjadi sasaran makanannya.
Jenis cumi-cumi hanya tertangkap seberat 8,5 kg. Cumi-cumi merupakan organisme demersal yang digolongkan sebagai karnivor. Organisme ini umumnya
memakan zooplankton, udang dan ikan-ikan kecil. Migrasi cumi-cumi dipengaruhi oleh keberadaan predator dan penyebaran makanannya. Menurut
Tasywiruddin 1999, umumnya cumi-cumi tersebar di perairan pantai hingga kedalaman 400 m. Pada lokasi ini terdapat banyak makanan cumi-cumi, sehingga
cumi-cumi banyak tersebar dan kemudian tertangkap pada bagan.
2 Komposisi berat hasil tangkapan total berdasarkan waktu penangkapan
Jenis dan berat ikan yang didapat pada tiga waktu penangkapan cukup berbeda. Gambar 12 menjelaskan berat hasil tangkapan berdasarkan jenis per
waktu penangkapan.
Gambar 12 Berat hasil tangkapan total berdasarkan jenis per waktu penangkapan. Berdasarkan Gambar 12, hasil tangkapan terbanyak diperoleh pada pukul
01.00-04.00 WIB seberat 97,6 kg atau 45,03 dari berat total tangkapan. Pada pukul 19.00-22.00 WIB diperoleh hasil tangkapan seberat 77,85 kg 35,92.
5 10
15 20
25 30
35
19.00 - 22.00 22.00 - 01.00
01.00 - 04.00 B
e ra
t k
g
Waktu penangkapan
Teri Layur
Kembung Tembang
Tongkol Rebon
cumi
Adapun pada waktu penangkapan pukul 22.00-01.00 WIB diperoleh hasil tangkapan paling sedikit, yaitu 41,3 kg atau 19,05.
Jenis tangkapan terberat antara pukul 19.00-22.00 WIB adalah tembang seberat 28,5 kg. Selanjutnya kembung seberat 12,6 kg antara pukul 22.00-01.00
WIB. Adapun teri dan rebon -dalam jumlah yang tidak terlalu berbeda yaitu 31,4 kg dan 30,5 kg- menjadi 2 jenis ikan tangkapan terberat antara waktu
penangkapan 01.00–04.00 WIB. Tembang menjadi hasil tangkapan terbanyak karena tembang termasuk
kelompok hewan fototaksis positif Gunarso 1988. Makanan utama organisme fototaksis positif umumnya adalah plankton dan ikan-ikan kecil Laevastu dan
Hayes 1981. Keberadaan plankton yang berlimpah diakibatkan adanya cahaya dari lampu dan sinar matahari sore yang masih dapat terdeteksi. Keberadaan
plankton ini membuat tembang berkumpul dan tertangkap pada bagan apung. Pada waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00 WIB, kembung
menjadi tangkapan terbanyak meskipun jumlahnya menurun dari waktu penangkapan sebelumnya. Keberadaan kembung yang lebih sedikit ini disebabkan
oleh jumlah plankton yang tidak terlalu banyak. Menurut Bal Rao 1984 diacu dalam Parerung 1996, kembung merupakan ikan pelagis yang memanfaatkan
plankton sebagai makanannya. Sedikitnya keberadaan plankton terlihat dari ikan- ikan kecil pemakan plankton seperti teri dan rebon sangat sedikit. Selain itu, ikan
layur sebagai predator kembung cukup melimpah. Ikan jenis teri, layur, kembung dan tembang tertangkap pada ketiga waktu
penangkapan. Tongkol, rebon dan cumi-cumi tidak tertangkap pada sebagian
waktu penangkapan. Hasil tangkapan tongkol terbanyak pada waktu penangkapan pukul 19.00-22.00 WIB seberat 5 kg. Rebon dan cumi tertangkap paling banyak
antara pukul 01.00-04.00 WIB seberat 30,5 kg dan cumi-cumi seberat 8,5 kg. Teri paling banyak tertangkap antara pukul 01.00-04.00 WIB. Pada waktu
tersebut teri yang tertangkap 31,4 kg. Menurut Hutomo 1987, teri merupakan organisme yang memanfaatkan plankton sebagai makanan utamanya. Basmi
1995 menambahkan bahwa keberadaan plankton akan melimpah saat ada cahaya yang cukup. Keberadaaan pemangsa teri juga mempengaruhi jumlah hasil
tangkapan. Predator yang memangsa teri pada waktu tersebut jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal ini menyebabkan teri yang tertangkap semakin banyak.
Layur merupakan ikan predator yang memanfaatkan ikan kecil, udang, dan cumi-cumi sebagai makanannya. Berat hasil tangkapan layur berbanding terbalik
dengan ikan-ikan kecil. Pada saat waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 WIB, layur yang tertangkap mencapai jumlah terbanyak yaitu 12 kg. Teri
tertangkap dalam jumlah sedikit. Rebon dan cumi-cumi tidak ada yang tertangkap. Pada pengoperasian bagan apung pada penelitian kali ini tongkol tidak
banyak tertangkap. Tongkol tidak berada pada musim puncak penangkapan. Musim terbaik untuk penangkapan tongkol berada pada bulan Maret hingga Mei.
Tongkol terbanyak tertangkap pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 WIB yaitu seberat 5 kg. Hal ini disebabkan karena layur sebagai predator lain
lebih banyak. Terjadi persaingan antar predator dalam mencari makanan.
4.2.2 Hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung 1