Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al Mujaadilah berikut ini.                                  Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al Mujaadilah 58:11 Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak didik. Tujuan guru mengajar adalah bahan disampaikannya dikuasai sepenuhnya oleh anak didik, bukan hanya beberapa orang saja yang diberikan angka tertinggi. 1 Kegiatan belajar mengajar dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang 1 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Angkasa, 2006, hal. 35 2 menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan. 2 Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dipahami oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial yang mempunyai latar belakang yang berlainan. Keluhan-keluhan guru yang sering terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru dalam mengelola kelas, tujuan pengajaran akan sukar dicapai. Hal ini tidak perlu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar. Sehingga dapat memperbaiki pegelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik, akan menciptakan interaksi belajar mengajar yang baik pula dan tujuan pembelajaran dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. 3 Pengelolaan yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, hal ini dikarenakan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-tiba dan diluar kemampuan guru, sehingga menjadi kendala spontanitas dalam pengelolaan kelas. Adanya kendala spontanitas suasana kelas 2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 37 3 Ibid, hal. 2 3 biasanya terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi anak didik. Peran guru di sini adalah mengkondisikan anak didik kembali belajar dengan mempertahankan tugas belajar yang diberikan oleh guru. Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan pemahaman anak didik tanpa melibatkan kemampuan berfikir kreatif. Anak didik tidak diberi kesempatan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang sudah diajarkan guru. Guru sering tidak memberikan kesempatan kepada anak didik mengkontruksi pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika. Pada Peraturan Menteri No 22 tahun 2006 tentang standart isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan kerjasama. 4 Peraturan tersebut menjadi salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana Firman Allah dalam surat An- Najm berikut ini:             Artinya : “ Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat kepadanya.” QS. An Najm 53 : 39-40 4 Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif, Surabaya: Unesa Universitas Press, 2008, hal. 2 4 Hal ini juga didukung oleh keterampilan guru dalam memilihkan suatu media ataupun sarana belajar. Jika media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. 5 Media mempunyai arti cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan materi yang disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan menggunakan media. Media dapat mewakili apa yang tidak mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat. Media sebagai alat mengkonkritkan materi yang abstrak. Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Jika diabaikan, maka media bukan bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, media dijadikan sebagai alat bantu atau pendukung dari strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru dapat menghadirkan masalah-masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalah-masalah yang sudah dikenal dekat dengan kehidupan sehari-hari anak didik. Masalah kontekstual dapat digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika dalam membantu anak didik mengembangkan pengertian terhadap konsep matematika yang dipelajari dan juga bisa digunakan sebagai sumber aplikasi matematika. 6 Kecerdasan matematis-logis adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan berhitung, menalar, berfikir logis, serta dalam 5 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ... hal. 120 5 hal memecahkan masalah. 7 Usaha mendorong berfikir kreatif dalam matematika digunakan konsep masalah dalam suatu situasi tugas. Guru meminta anak didik menghubungkan informasi-informasi yang diketahui dan informasi tugas yang harus dikerjakan, sehingga tugas itu merupakan hal baru bagi anak didik. Jika ia segera mengenal tindakan atau cara-cara menyelesaikan tugas tesebut, maka tugas tersebut merupakan tugas rutin dan tidak menjadi suatu masalah baginya. Jika tidak, maka merupakan masalah baginya. Jadi konsep masalah membatasi waktu dan individu. Masalah dapat diartikan suatu situasi atau pertanyaan yang dihadapi seorang individu atau kelompok ketika mereka tidak mempunyai aturan, algoritmaprosedur tertentu atau hukum yang segera dapat digunakan untuk menentukan jawabannya. Kreativitas diakui sebagai faktor utama yang dapat memberdayakan fungsi manusia dengan mensintesis interaksi antara kekuatan intelektif, emotif, dan motivasional. 8 Pada perwujudan diri pribadi maupun untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara, kebutuhan akan kreativitas dirasakan dalam semua aspek kehidupan manusia. Dalam masa pembangunan dan era globalisasi ini setiap individu dituntut untuk memperluas cakrawala mentalnya agar mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Pengembangan potensi kreatif yang pada dasarnya ada pada setiap orang, terlebih mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, perlu dimulai sejak usia dini. Salah satu masalah yang selalu menarik perhatian para pakar dan masyarakat 6 Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, hal. 60 7 Nini Subina, Mengatasi kesulitan Belajar pada anak, Yogyakarta: Javalitera, 2012, hal. 71 8 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat, Jakarta: Gramedia pustaka utama,2002, hal. 397 6 umumnya adalah hubungan antara inteligensi dan kreativitas. 9 Masalah dimensional kreativitas dan inteligensi dalam pendidikan adalah masalah peranan kreativitas dan inteligensi dalam prestasi di sekolah. 10 Torrance, Getzels, Jackson, dan Yamamoto berdasarkan studinya masing- masing sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi tidak berbeda dalam prestasi sekolah dari kelompok siswa yang inteligensinya relatif tinggi. 11 Dasar pertimbangan untuk mengembangkan kreativitas dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1 Dewasa ini terjadi kesenjangan antara kebutuhan akan kreativitas dan perwujudannya di dalam masyarakat pada umumnya, dan dalam pendidikan di sekolah pada khususnya. 2 Pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan inteligensi dari pada pengembangan kreativitas, sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan dalam hidup. 3 Pendidik guru dan orang tua masih kurang memahami arti kreativitas, yang perlu dikembangkan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. 4 Masih sangat kurangnya pelayanan pendidikan khusus bagi mereka yang berbakat istimewa sebagai sumber daya manusia berpotensi unggul padahal apabila mereka diberi kesempatan pendidikan yang sesuai dengan potensinya, dapat memberi kontribusi yang bermakna kepada masyarakat. 12 9 Ibid, hal. 8 10 Ibid, hal. 9 11 Ibid, hal. 9 12 Utami munandar, Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat,..., hal. 15 7 Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti kali ini akan menyajikan suatu penelitian yang berkaitan dengan konsep bilangan berpangkat. Peneliti memilih materi bilangan berpangkat sebagai media penelitian ini, karena memiliki keragaman sifat yang masing-masing mempunyai aturan cara penyelesaiannya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika kelas X Administrasi Perkantoran yaitu ibu Cita Retno. Peneliti mendapatkan keterangan dari beliau mengenai sekilas karakter dari anak didik pada kelas X Administrasi Perkantoran. Anak didik pada kelas tersebut mayoritas auditorial, sehingga harapannya mampu berkomunikasi dengan baik disaat menjadi informan pada penelitian. Selain itu memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menyelesaikan permasalahan metematika. Penelitian ini berjudul “Analisis Kreativitas Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bilangan Berpangkat Pada Kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung ”. B. Fokus Penelitian Setelah melihat latar belakang yang ada, agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan dan demi terwujudnya suatu pembahasan yang sesuai dengan harapan, maka peneliti dapat membatasi dan memfokuskan pembahasan yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun Fokus Penelitian yang diambil yaitu: Bagaimana Kreativitas Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bilangan Berpangkat Pada Kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung?

C. Tujuan Penelitian