STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014 STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)

(1)

STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014

STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P)

DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) (Thesis)

Oleh

DWIPA REMA DONA

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2015


(2)

ABSTRAK

STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014

STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P)

DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)

OLEH

DWIPA REMA DONA

Hasil Pemilu 2014 untuk DPRD Provinsi Lampung ada 10 partai yang berhasil mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Lampung, dan dari jumlah keseluruhan anggota DPRD Provinsi Lampung sebanyak 85 orang, dengan komposisi laki-laki 73 orang dan perempuan 12 orang, keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi Lampung belum memenuhi kuota 30% sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang. Kurangnya keterwakilan perempuan di parlemen atau dibidang politik antara lain disebabkan oleh kondisi budaya yang patriarkis, persepsi yang sering dipegang bahwa arena politik adalah untuk laki-laki. Adanya konstruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh mengurus soal-soal domestik saja. Bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan pemilu 2014, dari 10 partai pemenang pemilu tahun 2014 penulis hanya mengambil 3 partai yang memiliki ideologi yang berbeda, yaitu Partai Golkar, PDI-P dan PPP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi caleg perempuan dari ketiga partai tersebut dalam pemenangan pemilu 2014 dan hambatan yang dihadapi.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi. Sedangkan untuk tehnik keabsahan data dilakukan melalui kredibilitas data yaitu tehnik triangulasi, sedangkan teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi yang digunakan para calon legislatif perempuan menggunakan analisis SWOT dan strategi pemasaran politik : Calon Legislatif perempuan memililiki kekuatan dari dukungan suami, keluarga, persiapan finansial yang matang dan dukungan tim sukses yang solid, serta popularitas di mata masyarakat daerahnya yang sudah sejak lama dibangun. membutuhkan proses dan waktu yang panjang, tidak bisa


(3)

dibangun sesaat atau hanya pada saat kampanye menjelang pemilu saja. Kelemahan bagi caleg perempuan yaitu waktu yang terbatas calon legislatif perempuan merupakan ibu rumah tangga yang secara otomatis memiliki peran ganda sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai aktivis politik. Peluang bagi caleg perempuan adalah Convention on the elimination of all forms of discrimination against women (CEDAW) merekomendasikan agar semua pemerintah di dunia untuk memberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang bersifat sementara untuk meningkatkan jumlah perempuan di dalam jabatan-jabatan pada tingkat lokal maupun nasional. Undang-undang No 8 Tahun 2012 memberikan peluang 30% kepada kaum perempuan untuk memperoleh kesempatan besar untuk masuk dalam arena politik karena selama ini keterwakilan perempuan di legislatif belum memenuhi kuota 30%. Serta dukungan partai bagi caleg perempuan juga merupakan peluang, ada alasan ideology partai dalam penempatan calon legislatif perempuan di Daerah Pemilihan (DP) untuk memenangkan pemilu. Ancaman bagi caleg perempuan adalah faktor kultural dalam kerangka budaya patriarki. Ada kontruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh mengurus soal-soal domestik saja. Kontruksi sosial ini sudah tertanam lama pada masyarakat Indonesia khususnya Provinsi Lampung ini menjadi ancaman bagi caleg perempuan. Ancaman berikutnya adalah kecurangan dari calon legislatif lainnya.

Segmentasi pemilih merupakan tahap pertama strategi pemasaran politik yang paling penting Perolehan suara hasil pemilu 2014 Mega Putri (Caleg Golkar) memperoleh 10.222 suara. Ririn Kuswantari (Caleg Golkar) memperoleh 31.112 suara. Apriliati (Caleg PDIP) memperoleh 7.005 suara. Eva Dwiana memperoleh 19.818 suara. Zeldayatie (Caleg PPP) memperoleh 6.358 suara. Hasil perolehan suara menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan hal ini karena target segmennya berbeda, yang mendapat suara tertinggi Ririn Kuswantari (Caleg Golkar) memperoleh 31.112 suara, selanjutnya menyusul Eva Dwiana memperoleh 19.818 suara. Keduanya memfocuskan target segmennya adalah ibu-ibu, yang notabenenya jumlah pemilih perempuan lebih banyak dari laki-laki. Strategi caleg perempuan Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama daerah setempat untuk menjadi tim sukses yang akan mengawal sosialisasi caleg perempuan saat turun ke masyarakat. Menjaga silaturahmi atau hubungan baik dengan masyarakat, membangun komunikasi dan keakraban dengan masyarakat. Hadir pada undangan-undangan baik pribadi ataupun agenda desa, kecamata, dan partai. Hadir pada acara-acara pengajian, masuk pada

komunitas pengajian atau menjadi pengurus atau pembina Majlis Ta’lim sehingga dapat

merangkul banyak jama’ah (banyak massa).

Hambatan yang dihadapi adalah hambatan struktural : Ketua partai yang menentukan Penempatan Daerah Pemilihan berdasarkan ketokohan (popularitas) didaerah pemilihan. Pemberian nomor urut 1 diprioritaskan untuk pengurus struktural partai. Hambatan kultural yaitu waktu yang terbatas untuk kaum perempuan, kalau laki-laki aktivitas diluar rumah penuh waktu. Tetapi bagi kaum perempuan waktu untuk keluar rumah biasanya pagi hingga sore, dan jika wanita keluar rumah pada malam hari dapat merusak citra dirinya dimata masyarakat. Namun luar biasa dari kelima caleg yang diwawancarai mereka dapat mengatasi hambatan tersebut. jika harus keluar malam kesemua caleg bepergian dengan menggunakan sopir dan ada keluarga yang mengawal. Begitu juga untuk mengurus soal-soal domestik sebagai ibu rumah tangga kesemua caleg perempuan sangat terbantu dengan para asisten rumah tangga.

Kata Kunci : Analisis SWOT (faktor individual, struktural, dan kultural), strategi pemasaran politik dan hambatan.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengartian Strategi ... 10

2.2 Teori Strategi ... 12

2.3 Pemasaran Politik ... 17

2.3.1 Konsep Pemasaran Dalam Politik ... 19

2.3.2 Strategi Pemasaran Politik dan Kampanye ... 21

2.4 Pengertian SWOT. ... 25

2.5 Sistem Kepartaian Modern ... 29

2.6 Sistem Kepartaian Tradisional ... 31

2.7 Fungsi Partai Politik Modern ... 34

2.8 Fungsi Partai Politik Tradisional ... 36


(8)

2.10 Fungsi Rekrutmen Partai Politik Tradisional ... 45

III.METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 47

3.2 Penetapan Tempat Penelitian ... 48

3.3 Fokus Penelitian ... 48

3.4 Jenis Data Penelitian ... 49

3.4.1 Data Primer ... 49

3.4.2 Data Sekunder ... 49

3.5 Tahap Penelitian ... 50

3.5.1 Tehnik Pengumpulan Data ... 50

3.5.2 Tehnik Pengolahan Data ... 51

3.5.3 Tehnik Analisis Data ... 51

IV.PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penellitian ... 53

4.1.1. Sejarah Pembentukan Daerah Provinsi Lampung ... 53

4.1.2. Geografi Lampung ... 55

4.1.3. Struktur Ekonomi Provinsi Lampung ... 56

4.1.4. Sejarah DPRD Provinsi Lampung ... 57

4.1.4.1. Susunan DPRD GR1971 ... 58

4.1.4.2. Susunan DPRD Provinsi Lampung 1997-1999 ... 58

4.1.4.3. Komposisi Fraksi-fraksi 1997-1999 ... 59

4.1.4.4. Anggota MPR Utusan Daerah Provinsi Lampung Periode 1997-1999 ... 59


(9)

4.1.4.6.Komposisi Fraksi-fraksi 1999-2004 ... 60

4.1.4.7. Anggota MPR Utusan Provinsi Lampung Periode 1999-2004 ... 60

4.2. Deskripsi Informan... 60

4.3. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 63

4.3.1. Pemilu 2014 di Provinsi Lampung ... 63

4.3.2. Faktor Penentu Kemenangan Calon Legislatif Perempuan Dari Partai Golkar, PDIP, PPP untuk DPRD Provinsi Lampung 2014 ... 71

4.3.3. Analisis SWOT Calon Legislatif Perempuan Dalam Memenangkan Pemilu 2014 ... 72

4.3.4. Kekuatan (Strenghts) ... 72

4.3.4.1 Faktor Individual. ... 73

a. Mega Putri Tarmizi (Caleg Partai Golkar). ... 75

b. Ririn Kuswantari (Caleg Partai Golkar). ... 76

c. Apriliati (Caleg PDIP). ... 76

d. Eva Dwiana (Caleg PDIP). ... 77

e. Zeldayatie (Caleg PPP). ... 77

4.3.4.2 Faktor Kultural. ... 79

4.3.5 Kelemahan (Weaknes) ... 83

4.3.6 Peluang (Opportunity). ... 85

4.3.6.1 Faktor Struktural. ... 86

4.3.7 Ancaman (Threat) ... 92

4.3.8 Startegi Calon Legislatif Perempuan Dalam Memenangkan Pemilu Tahun 2014 Menggunakan Pemasaran Politik. .... 93

4.3.8.1 Segmentation ... 94

4.3.8.2 Strategi ... 98

a. Strategi Calon Legislatif Mega Putri Tarmizi Memperoleh 10.222 Suara ( Daerah Pemilihan Lampung 8 : Rangking 9) ... 98


(10)

b. Strategi Calon Legislatif Ririn Kuswantari Memperoleh 31.112 Suara ( Daerah Pemilihan Lampung 3 : Rangking 1) ... 102 c. Strategi Calon Legislatif Apriliati (Caleg PDIP) Mendapat

7.005 suara (Daerah Pemilihan Lampung 1 : Rangking 9) ... 106 d. Strategi Calon Legislatif Eva Dwiana Mendapat 19.818

suara (Daerah Pemilihan Lampung 1 : Rangking 2)….. ... 109 e. Strategi Calon Legislatif Zeldayatie (Caleg PPP) Mendapat

6. 358 Suara ( Daerah Pemilihan Lampung 3 : Rangking 10) ... 111 4.3.9 Hambatan . ... 113 4.3.10 Kelemahan Penelitian ... 114

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 115


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keterwakilan Perempuan di DPR RI ... 2

Tabel 2 Hasil Pemuli 2014 Provinsi Lampung ... 7

Tabel 3 Deskripsi Informan ... 61

Tabel 4 Nama Anggota DPRD Provinsi Lampung Dalam Pemilihan Umum

Tahun 2014 ... 66

Tabel 5 Perbandingan pendapat informan mengenai kesiapan finansial ... 73

Tabel 6 Perbandingan pendapat informan mengenai dukungan keluarga ... 80

Tabel 7 Keterwakilan 30 % caleg perempuan partai Golkar,


(12)

Motto

Berilah aku segenggam huruf

Karena aku inging menyusun segunung kata

Yang menjadi kalimat penuh makna

Dengarlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang berkata

(Al Mahfudzod)

Kajilah dirimu sedalam-dalamnya, barulah engkau mengkaji oranglain

Sebuah keritikan lebih berarti dari seribu pujian

(Rema)

Mampukah kita bersabar dikala duka, sekaligus tidak lengah dikala suka

Masa lalu sebagai pijakan dan cermin positif sekaligus kenangan indah untuk

menyongsong hari-hari mendatang dengan penuh optimis

Hari kemarin merupakan kenangan dan pelajaran

Hari ini adalah kesempatan dan perjuangan

Hari esok adalah peluang dan tantangan

Perjuangan yang berhasil adalah merubah tantangan menjadi peluang

(Rema)

“Cogito Ergo Sum”

Saya berpikir maka saya ada

Berpikir Global dan bertindak lokal

Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(QS. Ar-

Ra’ad : 11)

Kesuksesan akan tercapai dengan 3 hal

Kerja keras, kerja keras dan berdo’a

Yakin Usaha Sampai

(HMI)


(13)

Bukanlah kecantikan itu dengan pakaian penghias kita

tapi kecantikan itu dengan ilmu dan adab

(Al Mahfudzot)

Keberhasilan dari sebuah proses pengkaderan

Adalah terciptanya insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan

islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur

yang diRidhoi Allah SWT

(HMI)

Kedewasaan akan terlihat pada diri insan cita

Ketika ia berpikir secara arif serta bertindak secara bijak

Melalui kesulitan dengan pembawaan yang tenang

Dan mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang elegan

(Rema)

“Als men veel doe tom geld dan eindigtmen met alles te doe nom gold”

Jika engkau menilai uang terlalu tinggi, tiada yang tidak engkau perbuat demi

uang

(Surat terbuka DR. Halim untuk Soekarno)

Uang bukanlah yang nomor 1 tetapi yang terpenting adalah kemauan,

komitmen, dan keberanian menangkap peluang dan harus selalu jaga citra diri

Ingat idealis tapi realistis YAKUSA

(Rema)

Masalah akan selalu ada

Semakin banyak masalah

Semakin banyak latihan

focus pada solusi

Bersama kesulitan ada kemudahan

All izz well


(14)

Perjalanan ribuan mil diawali dari satu langkah

(Lao-tzu-604-531 SM, Filsuf Cina)

Berhentilah Mengukur Masalah…

Mulailah Membangun Langkah

Action Now…!!!

Apa yang terjadi…

Hadapi…

Yang telah berlalu Jangan pernah disesali

Karena tidak ada 1 pun manusia yang tak pernah bersalah

Dan tidak ada 1 pun manusia yang tak punya masalah

Yakinlah…

yang terjadi hari ini adalah yang terbaik

yang Allah berikan untuk kita

Bersemangatlah untuk menjadi lebih baik lagi…

Allah selalu bersama kita…

(Rema)

Masalah-masalah yang ada

Jika disikapi dengan positip

Menjadikan kita kuat, tangguh, tegar, dan bijaksana

Sadari bahwa segala yang tidak enak

Adalah proses yang memang harus dilalui

Jangan melihat dimana anda saat ini

Tapi kemana anda akan tiba…

Focus pada garis finish

Nikmati saja prosesnya

Keep Happy N Passion

Allah selalu bersama kita…

(Rema)

Bersama waktu dan kejadian…

Aku memilih untuk bertumbuh

Bukan untuk matang


(15)

Setelah segala sesuatunya mengalir dan bergulir

Yakinlah kita akan menemukan nikmatnya sebuah proses

Andai anda terp

aksa terjun…

Terjunlah serendah-rendahnya

Seperti rollercoaster

Tidak perlu galau dan risau

Yang terpenting segeralah naik kembali

See you at the TOP

Tidak akan berubah potensi menjadi prestasi

Tanpa persistensi…

Diperlikan keberanian…

Dan tidak diperlukan kesempurnaan

Untuk memulai sesuatu

Dream N Action (DNA)

Adalah double helik yang kelak membentuk DNA Kesuksesan anda

Dream N Action (DNA)

Akan memutar balikkan keadan 180

Berani Gagal…

Bayar harganya dimuka…

Kegagalan demi kegagalan sebenarnya menyimpan hikmah yang sangat berharga

Blessing in disguise

Tidak memiliki

tidak otomatis menjadikan kita kekurangan

seperti memiliki

tidak otomatis menjadikan kita kelebihan

olah rasa dan olah pikir

menjadikan kita siap

menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi

Allah will not give marcy to anyone

Except those who give marcy to other creatures

Hari ini…

Anda adalah orang yang sama dengan anda 5 tahun mendatang

Kecuali 2 hal :


(16)

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan buah pemikiran ini kepada yang tercinta :

Orangtuaku Ayah (Rozali Husin) dan Mama (Nurbaiti Badroldin) Ayah dan Mama selalu sabar memberikan nasehat, membimbing dan mendoakan anak-anaknya untuk menjadi yang terbaik. Selalu memotivasi kami untuk mengejar prestasi. Ayah dan mama juga yang mengajarkan kepada kami bahwa pendidikan

harus diprioritaskan.

Dati (Rahma Zilfa Putri) sosok ayunda yang tegas, dan rajin serta selalu mengarahkan adik-adiknya tuk menjadi dan mendapatkan yang terbaik. Adikku (Hassanal Bolkiah) anak yang tekun dan selalu optimis tuk meraih yang

terbaik, yang selalu konsultasi sama uni untuk menentukan pilihan. Adik Bungsuku (Anbeja Kirsy) adik yang selalu setia menemani uni disaat uni

butuh pertolongan.

Sebuah karya kecil dengan perjuangan untuk mencapainya menjadi sebuah tesis, kupersembahkan kepada keluarga tercinta sebagai bukti dan janji hati untuk

menyelesaikan apa yang sudah dimulai.

Kutulis dengan cahaya cinta sebagai bentuk abdi pada keluarga tercinta Kupersembahkan untuk almamater tercinta


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya pada tanggal 04 Juni 1987 anak kedua dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Ayahanda Rozali dan Ibunda Nurbaiti, oleh keduanya penulis dianugrahi nama yang unik

“Dwipa Rema Dona.”

Penulis dibesarkan ditanah kelahiran, masa kecil penulis dilalui bersama keluarga. Pada tahun 1990 penulis mulai mengenal pendidikan formal, pada Taman Kanak-kanak (TK) Aisyah Bustanul Alfa Bandar Jaya selama 2 tahun dari kelas nol kecil hingga nol besar. Kemudian setelah itu penulis beranjak ke Sekolah Dasar (SD) pada SD N 2 Bandar Jaya (1992-1998), penulis juga didaftarkan oleh orang tua

penulis untuk sekolah siang pada Madrasah Ibtida’iyah (MI) Nurul Iman Bandar

Jaya, setelah tamat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtida’iyah (MI) penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun (1998-2001) pada MTS Darussalam dan penulis aktif mengikuti ektrakurikuler Retorika, Pramuka dan pencaksilat, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) pada SMU N I Menggala, selama mengenyam pendidikan di SMU penulis aktif diberbagai kegiatan ekstrakurikuler :

1. Pramuka sebagai Wakil ketua Gugusdepan A.002 (Tahun 2002 s/d 2003) dan Ketua Dewan Saka Bhayangkara Polres Tulang Bawang (Tahun 2003)

2. Organisasi Siswa (OSIS) Sebagai Sekretaris Umum (Tahun 2003 s/d 2004) 3. Rohani Islam (Rohis) sebagai Bendahara Umum (Tahun 2003 s/d 2003)


(18)

Setelah tamat SMU pada tahun 2004 penulis diterima pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur PKAB.

Semasa S1 penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa yang merupakan laboratorium bagi mahasiswa sosial, baik itu organisasi intra maupun organisasi ekstra kampus, organisasi intra kampus penulis aktif pada : Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan (Biro Keilmuan dan Keintelektualan pada tahun 2004), Brigade Muda BEM U KBM (pada tahun 2004-2005), LSSP Cendikia (PIC pada tahun 2005), Senat Mahasiswa FISIP (pada tahun 2005) sebagai sekretaris komisi C, BEM FISIP (tahun2006) sebagai Staf Sekretaris Eksekutif, Senat Mahasiswa Universitas (tahun 2006-2007) sebagai ketua komisi II bidang kemahasiswaan, dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPM U KBM Unila tahun 2007-2008). Penulis sangat aktif mengikuti berbagai pelatihan seperti : LKMK (2004), LKMM TD (2004), PIC (2005), LKMM TM (2006), DJM TD(2006), dan Kader Bangsa yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti. Dan penulis juga sebagai MC (Master Of Ceremony) Universitas, jika Universitas Lampung mengadakan kegiatan baik tingkat lokal, regional ataupun Nasional.

Sedangkan organisasi ekstra kampus yang penulis ikuti adalah : Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Sosial Politik Unila yang merupakan markas insan cita sebagai pusat akademik dan informasi mengenai issu aktual, penulis berhimpun pada HMI Cabang Bandar Lampung dan mengikuti Basic Training

(Latihan Kader I pada tahun 2004), kemudian Intermedite Training (Latihan Kader II pada tahun 2006), dan Latihan Khusus Kohati (LKK pada tahun 2007).


(19)

Penulis senang mengikuti berbagai perlombaan, dan mengukir banyak prestasi seperti :

1. Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Indonesia Kabupaten Tulang Bawang (tahun 2001)

2. Juara 2 Lomba Pidato Bahasa Arab Tingkat Regional dan 2 negara sahabat (tahun 2002)

3. Juara 1 Lomba Syarhil Qur’an Arab Tingkat Regional dan 2 negara sahabat (tahun 2002)

4. Juara 1 Lomba Cerdas Cermat Tingkat Regional dan 2 negara sahabat (tahun 2002)

5. Juara 2 Speech Contect (Tahun 2003)

6. Juara 1 Lomba Syarhil Qur’an pada MTQ Tingkat Provinsi Lampung (tahun 2004)

7. Juara 1 Penyaji makalah (tahun 2004)

8. Peserta terbaik pada LKMM TM (di Universitas Batanghari Propinsi Jambi yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti tahun 2006

9. Peserta terbaik Khusus Kohati Regional A (tahun 2007)

10.Juara 1 Karya Tulis Mahasiswa (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun 2008)

11.Mahasiswa Berprestasi Universitas Lampung (pada tahun 2008)

Setelah Lulus S1 Penulis tertarik untuk berwirausaha Melawan Arus ketika

“Orang Rata-rata Mencari Pekerjaan, Penulis Mencari dan Membangun Jaringan”. Goal Setting jangka panjang adalah penulis ingin sukses dan mapan dijalur bisnis kemudian berkarir di dunia politik. Selain berbisnis penulis aktif sebagai trainer


(20)

dan motivator. Penulis bergabung dalam Enterpreneur University (EU) angkatan 13 dan penulis aktif di lembaga Network Marketing yaitu PT K. Link telah mencapai karir sebagai Emerald Manager dan aktif pada K. System saat ini penulis ditugaskan sebagai Koordinator Area Lampung (Korea).

Untuk Mengupgrade diri penulis mengikuti berbagai pelatihan seperti : 1. Training Best Of The Best (BOB) Jakarta 2010

2. Training The Presenter (TTP) Lampung 2011 3. BGF Training Leadership 2012

4. Training The Trainer (Transco) Lampung 2012 5. Enterpreneur University (EU) Lampung 2012 6. Training The Trainer K.System Jakarta 2012

Penulis melanjutkan S2 tahun 2011 pd Magister Ilmu Pemerintahan dan

mendapatkan beasiswa Bakrie Center Foundation, semasa kuliah penulis sempat jeda satu tahun setengah dikarenakan prioritas target. Penulis kembali ke kampus untuk menyelesaikan tesis dan lulus ujian pada tanggal 17 April 2015. Penulis sangat bersyukur atas segala pencapaian saat ini, dengan semua proses yang telah dilewati yang membuat penulis terus bertumbuh baik sikap, mental, finansial dan spiritual. Penulis ingin menginspirasi kaum perempuan untuk bisa berkarya, mandiri, kuat dan tangguh dalam sebuah buku yang sedang dalam proses penyelesaian. Penulis juga memiliki obsesi : ingin menjadi Bupati Perempuan Pertama di Provinsi Lampung. Setelah selesai mencapai gelar Magister Ilmu Pemerintahan Penulis akan terus berkarya dan berbagi manfaat bagi banyak orang.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah ini…aamiin… Laahaulaa Walaa Kuata Illaa Billahilaliyiladziiim…


(21)

SANWACANA

Bismillahirrohmannirrohiim…

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang…

Puja dan Puji syukur penulis haturkan kepada Allah. Tuhan Yang Maha Esa sang pemilik jagat raya. Tiada tuhan selain Allah yang senantiasa member tuntunan dan mencurahkan kecerdasan kepada penulis untuk menyusun tesis dengan judul :

Strategi Calon Legislatif Perempuan Untuk DPRD Provinsi Lampung dalam Pemenangan Pemilu 2014 Studi Pada Partai Golongan Karya (GOLKAR) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)” sampai dengan selesai. Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW utusan Allah, sang revolusioner sejati yang telah mewarnai dunia ini dalam bingkai keislamannya.

Sebagai manusia yang tak luput dari kekurangan, jika dalam penyelesaian tesis ini masih terdapat kesalahan atau kurang baik dalam penyampaian maupun substansi, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa keritik dan saran untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam memberikan kontribusi dan pemikiran dalam rangka penyelesaian tesis ini, ucapan terimakasih tersebut penulis persembahkan kepada :


(22)

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak DR. Suwondo, M.A., selaku pembimbing dan ketua tim penguji penulis yang senantiasa memberikan bimbingan serta pemikiran konstruktif kepada penulis dalam penyelesaian tesis.

4. Bapak Drs. Budi Harjo, M. IP., selaku pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan serta pemikiran konstruktif kepada penulis dalam penyelesaian tesis.

5. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku ketua program studi Magister Ilmu Pemerintahan, sekaligus sebagai dosen pembahas, terimakasih bunda atas bimbingan dan arahan yang bersifat konstruktif untuk penulis.

6. Bpk. Drs. Denden Kurnia Drajat, M. Si. Selaku pembimbing akademik yang turut memberikan perhatiannya kepada penulis.

7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang beragam kepada penulis, terimakasih atas keiklasannya.

8. Para Informan dalam Tesis penulis, Ibu Mega Putri Tarmizi, SE. MM., (Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Partai Golkar). Ibu Ririn Kuswantari, S. Sos., (Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Partai Golkar). Ibu. Apriliati, SH. MH., (Anggota DPRD Provinsi Lampung dari PDIP). Ibu Eva Dwiana (Anggota DPRD Provinsi Lampung dari PDIP). Dan Ibu Zeldayatie Anggota


(23)

DPRD Provinsi Lampung dari PPP) yang telah memberikan seluruh informasi kepada penulis dalam penyelesaian tesis.

9. Keluargaku ayah, mama, dati, ahi, adek oki, adek kirsy, adek aziz, adek Alief, ponakanku yang lucu Fatih, nyaik Ima, menak Agus, semua kemaman,

kelamou, kemenan, dan sepupu yang telah memberikan motivasi dan do’a

untuk keberhasilan penulis (Terimakasih keluargaku tercinta)

10. Koko Tersayang (Mas J) terimakasih 5 tahun kebersamaan kita, menjadi kenangan indah yang tak terlupakan, sampai jumpa di surga ya sayang.

11. Ibu. Hj. Sartini, SH. MH., terimakasih ibu atas bimbingan, nasehat, motivasi serta perhatian yang telah ibu berikan selama ini. Pelatih Bisnisku CA M. Jamalluddin Al-Afghani, CA Jailani Akramsal, CA Dwi, dan Bu Elya Bae terimakasih semuanya atas bimbingan, nasehat, dan motivasi untuk penulis.

12. Semua Mitra-mitraku seperjuangan di Lampung dan seluruh Indonesia terimakasih kebersamaan selama ini kita saling mengisi, memotivasi dan berbagi manfaat untuk masa depan yang lebih baik lagi.

13. Teman-teman Entrepreneur University dan para mentor, Komunitas Tangan Di Atas (TDA), Komunitas IIBF, trimakasih atas wawasan bisnis dan telah berbagi pengalaman selama ini.

14. Kanda, Yunda, dan dinda-dinda HMI Komsospol Unila, Cabang Bandar Lampung dan di seluruh Indonesia terimakasih atas perhatian dan silaturahim yang terjaga.


(24)

15. Komunitas Pengajian Khadijah Al-Kautsar, Ummi Ning (makasih mi tausiahnya), Bu Tini, Tante Ristin, Tante Ida, Tante Ecy, Tante Win, Tante Ella, Tante Endriani, Tante Maya, Tante Anti, Tante Irma, Tante Ines, mami, Tante Ajeng Tante Rini, Tante Yanti, Tante Sri, Mama Hanif, Mama Sisi, Mama Fajar, Mama Pinkan, Tante Kartini, Tante Eel dll (Thanks All

Komunitas Wanita Soleha Tapi Tetep Kece….)

16. Komunitas Ladies Beauty Club (LBC) : Komunitas yang mengkaryakan wanita agar bermanfaat bagi banyak orang, special Tq Bingitz LBC Bandung yang sangat menginspirasi dr. Nila (Bunda) and The Genk.

17. Teman-teman Beaswan Bakrie (BCF) : Mas Eko, Kak Selamet, Siregar, dan

Rio Keep Spirit…!!!

18. Teman MIP angkatan 2011 Mas Eko, Memeh (Atu Eka), mbak Lili, mbak Omeg, Atu Riri, Uda Ardian, Bung Ferry, Bang Indra, bang Heri, Bang Sunu, bang Rendy, Bang Taufik, Bang Agustam, Bang Rosidi, kak Selamet at all terimakasih atas kebersamaan yang telah berlalu.

Bandar Lampung, 17 April 2015 Penulis


(25)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan keputusan. Platform aksi Beijing dan konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan Convention on the elimination of all forms of discrimination against women (CEDAW) merekomendasikan agar semua pemerintah di dunia untuk memberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang bersifat sementara untuk meningkatkan jumlah perempuan di dalam jabatan-jabatan pada tingkat lokal maupun nasional.

Keterwakilan perempuan di Indonesia dalam jabatan publik yaitu parlemen telah diatur didalam UU No. 8 Tahun 2012. Selain menetapkan jumlah calon di masing-masing daerah pemilihan, diatur juga bahwa calon-calon yang diusulkan harus memenuhi keterwakilan perempuan 30%, hal tersebut sebagaimana diatur dalam pasal 55. Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan.


(26)

2 Keterwakilan perempuan sepanjang sejarah pemilu legislatif 1955 sampai 2009 menunjukan kenaikan yang cukup bagus, yaitu jumlah perempuan yang duduk di parlemen semakin banyak dan signifikan dengan naiknya jumlah kursi di DPR RI. Hal ini dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 1. Keterwakilan Perempuan pada DPR RI

Pemilu Presentase Perempuan Jumlah Kursi DPR

1955 5,9% 272

1971 6,7% 460

1977 8% 460

1982 9,1% 500

1987 11,8% 500

1992 12,4% 500

1997 11,6% 500

1999 8,8% 500

2004 11,80% 550

2009 17,32% 560


(27)

3 Pada pemilu yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada 1955, perempuan yang berhasil menjadi anggota parlemen hanya 5,9% dari jumlah anggota DPR (periode 1955-1960). Pemilu pada tahun 1971 pada masa orde baru berlangsung hasil dari pemilu itu sebanyak 6,7% legislator perempuan. Terjadi kenaikan di banding pemilu 1955. Presentase perempuan yang duduk di parlemen terus meningkat. Hasil pemilu 1977 mendudukan 8% perempuan dalam lembaga DPR (periode 1977-1982).

Bertambahnya jumlah perempuan di parlemen terus menunjukan peningkatan signifikan selama beberapa pemilu pada masa orde baru, yaitu pemilu tahun 1982 (anggota DPR dari kalangan perempuan 9,1%), lalu pemilu 1987 (11,8%). Kemudian, pada pemilu 1992 presentase perempuan menjadi legislator naik lagi menjadi 12,4%. Namun, keterwakilan perempuan dalam parlemen mengalami penurunan pada periode 1997-1999, yaitu menjadi 11,6% (58 orang). Jika dibandingkan dengan presentase keterwakilan perempuan di DPR pada periode sebelumnya. Kondisi ini semakin memperihatinkan pada pemilu 1999 dengan jumlah kursi masih tetap 500, perempuan hanya 44 orang (8,8%).

Kemudian pada dua pemilu terakhir (2004 dan 2009) terjadi kenaikan signifikan keterwakilan perempuan di DPR. Perempuan yang menjadi anggota DPR RI meningkat menjadi 11,8% (65 orang), hasil pemilu 2004. Jumlah kursi juga naik menjadi 550 kursi (naik 50 kursi). Pada pemilu 2009, keterwakilan perempuan di parlemen naik drastis menjadi 17,32% (101 kursi) atau naik sekitar 6%. Inilah angka tertinggi keterwakilan perempuan dalam parlemen sejak pemilu 1955.


(28)

4 Namun demikian bahwa keterwakilan perempuan di DPR sampai dengan pemilu 2009 belum memenuhi kuota 30%.

Pemilu 2004 sudah memperlihatkan adanya kenaikan keterwakilan perempuan dalam parlemen menjadi sebesar 11,8%. Kemudian pada pemilu 2009, gerakan perempuan menginginkan menjadi alokasi 30% bagi perempuan dalam daftar calon legislatif menjadi kewajiban bagi partai politik. Keinginan itu diakomodasi dalam undang-undang No.10 tahun 2008 tentang pemilihan umum. Pasal 53 dari UU ini menyebutkan syarat bagi partai politik untuk menominasikan setidaknya 30% perempuan dalam daftar calon legislatif terbuka dalam pemilu 2009. Hasil pemilu 2009 jumlah perempuan di legislatif baru mencapai 18% masih kurang 12% untuk pemenuhan kuota 30%.

Keterwakilan perempuan masih rendah di parlemen hal ini disebabkan adanya hambatan yang bersifat struktural, kultural, maupun individual dari perempuan itu sendiri, yang telah memberikan kontribusi pada rendahnya minat perempuan memasuki dan aktif dalam politik. Hambatan yang bersifat struktural ini terkait dengan kebijakan-kebijakan mengenai kesetaraan gender serta aturan main partai yang dibentuk untuk meningkatkan representasi perempuan di parlemen, hal ini terkait dengan proses seleksi dalam partai politik.

Seleksi terhadap para kandidat yang akan maju pada pemilu biasanya dilakukan oleh sekelompok kecil pejabat atau pimpinan partai yang hampir rata-rata adalah laki-laki, di beberapa negara termasuk Indonesia dimana kesadaran mengenai


(29)

5 kesetaraan gender dan keadilan masih rendah, pemimpin laki-laki dari partai-partai politik mempunyai pengaruh yang tidak proposional terhadap politik partai-partai khususnya dalam hal gender. Perempuan tidak memperoleh banyak dukungan dari partai-partai politik karena struktur kepemimpinannya didominasi oleh laki-laki.

Secara kultural kurangnya representasi perempuan dalam bidang politik antara lain disebabkan oleh kondisi budaya yang patriarkis, hubungan dalam konteks budaya persepsi yang sering dipegang bahwa arena politik adalah untuk laki-laki, ada kontruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh mengurus soal-soal domestik saja.

Secara individual kurangnya representasi perempuan dalam bidang politik antara lain disebabkan oleh kondisi individual dari perempuan itu sendiri dalam hal ini rasa percaya diri perempuan pada kemampuan mereka sendiri untuk bersaing dengan laki-laki dalam upaya menjadi anggota parlemen, untuk itu kualitas perempuan menjadi sangat penting karena itu kaum perempuan yang masuk ke dunia politik perlu mempersiapkan diri dengan meningkatkan kualitas pengetahuan dan pemahaman akan tugas dan kewajibannya sebagai wakil rakyat. Kemudian faktor keluarga, wanita berkeluarga sering mengalami hambatan-hambatan tertentu khususnya persoalan ijin dari pasangan mereka, banyak suami cendrung menolak pandangan-pandangan mereka dan aktifitas tambahan mereka di luar rumah. Kegiatan-kegiatan politik biasanya membutuhkan tingkat keterlibatan yang tinggi dan penyedian waktu dan uang yang besar.


(30)

6 Persoalan perwakilan perempuan menjadi penting manakala kita sadar bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita melihat perempuan tidak secara proposional terlibat dalam pengambilan keputusan. Padahal jumlah perempuan menurut data statistik lebih banyak ketimbang laki-laki. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan bukan hanya hak asasi manusia, namun juga prasyarat pembangunan yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Partisipasi perempuan dalam politik adalah jantung dari tujuan ini, dan partai politik adalah salah satu lembaga penting untuk meningkatkan dan memperluas partisipasi tersebut dengan jumlah kursi parlemen didunia kurang dari dua puluh persen diduduki perempuan, jelas bahwa partai politik harus berubah dan sebaiknya didukung dalam upaya pemberdayaan politik perempuan.

Melihat konteks Indonesia dengan sistem multi partai, terdapat banyak sekali partai politik di Indonesia, semenjak jatuhnya rezim orde baru aspirasi politik masyarakat Indonesia sangat besar, walaupun banyak sekali partai politik di Indonesia, partai politik tersebut sayangnya tidak memiliki ideologi politik yang jelas, mereka lebih mengutamakan mendapatkan masa yang banyak ketimbang memperjelas ideologinya.

Selanjutnya kita lihat dalam konteks Provinsi Lampung, keterwakilan perempuan di dalam parlemen (DPRD Provinsi Lampung) hasil pemilu 2014 :


(31)

7

Tabel 2. Hasil Pemilu 2014 Provinsi Lampung

NO NAMA PARTAI JUMLAH

KURSI

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

1 Partai Nasdem 8 Kursi 5 3

2 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 7 Kursi 6 1

3 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 8 Kursi 8 - 4 Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDI-P)

17 Kursi 14 3

5 Partai Golongan Karya (GOLKAR)

10 Kursi 8 2

6 Partai Gerindra 10 Kursi 9 1

7 Partai Demokrat 11 Kursi 11 -

8 Partai Amanat Nasional 8 Kursi 7 1

9 Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

4 Kursi 3 1

10 Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA)

2 Kursi 2 -

TOTAL 85 KURSI 73 12


(32)

8 Hasil Pemilu 2014 untuk DPRD Provinsi Lampung ada 10 partai yang berhasil mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Lampung, dan dari jumlah keseluruhan anggota DPRD Provinsi Lampung sebanyak 85 orang, dengan komposisi laki-laki 73 orang dan perempuan 12 orang. Keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi Lampung belum memenuhi kuota 30% sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang. Kurangnya keterwakilan perempuan di parlemen atau dibidang politik antara lain disebabkan oleh kondisi budaya yang patriarkis, persepsi yang sering dipegang bahwa arena politik adalah untuk laki-laki, adanya konstruksi sosial yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya boleh mengurus soal-soal domestik saja. Hal ini menjadi kajian yang sangat menarik bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan pemilu 2014, dari 10 partai pemenang pemilu tahun 2014 penulis hanya mengambil 3 partai yang memiliki ideology yang berbeda, yaitu Partai Golkar, PDI-P dan PPP. Bagaimana strategi caleg perempuan dari ketiga partai tersebut dalam pemenangan pemilu 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang penulis sampaikan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014 ? (Studi pada partai Golkar, PDI-P dan PPP)

2. Adakah hambatan atau kendala calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014?


(33)

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, setidaknya tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD propinsi Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014. (Studi pada partai GOLKAR, PDI-P, PPP Provinsi Lampung)

2. Untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dialami oleh calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, manfaat dari penelitian antara lain:

1. Secara akademis dapat mengembangkan studi Ilmu Pemerintahan sebagai salah satu cabang disiplin Ilmu Politik yang berkaitan dengan Strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan Pemilu 2014

2. Secara praktis merupakan sumber informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian lainnya yang berkenaan dengan keterwakilan perempuan di legislatif.

3. Secara tidak langsung dapat dijadikan bahan masukan bagi partai politik untuk mendapatkan kader-kader yang berkualitas agar dapat menduduki jabatan politik.


(34)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategia. Akar kata stratos artinya militer, sedangkan ag artinya memimpin. Strategi militer difahami sebagai suatu tindakan dan pengamatan untuk mengetahui kekuatan dan posisi musuh, memahami bagaimana situasi medan perang, kekuatan dan kelemahan sumber daya sendiri, serta tindakan apa yang perlu dilakukan sekiranya terjadi perubahan.

Dalam kamus Longman Dictionary of Contemporary English, arti dari strategi adalah strategy is a particular plan for winning success in particular activity, as in war, a game, a competition, or for personal advantage.

Adapun pengertian strategi secara umum dapat dirumuskan sebagai suatu rencana yang fundamental untuk mencapai tujuan organisasi. Kotler menyatakan bahwa strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Guru besar

Northwestern University ini menyatakan bahwa “setiap bisnis harus merancang

strategi untuk mencapai tujuannya, yang terdiri dari strategi pemasaran dan strategi teknologi serta strategi penetapan sumber yang cocok (Kotler, 2003). Strategi merupakan perencanaan dalam mensukseskan tujuan dalam segala aktifitas, baik dalam mensukseskan peperangan, kompetisi maupun yang lainnya.


(35)

11 Kemudian, seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, kata strategi yang biasa di gunakan organisasi profit dan non profit, sering digabungkan dengan perencanaan strategi maupun manajemen strategi. Perencanaan strategi dimaknai rancangan yang bersifat sistemik dilingkungan sebuah organisasi. Sedangkan manajemen strategi mempunyai definisi yang berbeda-beda.

Yang Pertama, proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Dilihat dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara rinci, yaitu; manajemen strategi adalah proses pengambilan keputusan, kedua, keputusan yang diambil merupakan keputusan yang menyeluruh dan mendasar. Ketiga, pembuatan keputusan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sebagai penanggung jawab utama dalam keberhasilan dan kegagalan dalan sebuah organisasi. Keempat, pengimplementasian keputusan tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi. Kelima, keputusan tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam bentuk kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah.

Yang kedua, usaha manajerial menumbuh kembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah di tentukan.


(36)

12 Yang ketiga, arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada pengembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang bersifat efektif untuk membantu mencapai tujuan organisasi.

Yang keempat atau terakhir, perencanaan berskala besar (disebut perencanaan

strategic) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi) dan ditetapkan sebagai keputusan majaemen puncak (keputusan yang mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi) dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan Operasional) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategi) dan berbagai sasaran (tujuan Operasional) organisasi.

Sedangkan menurut Michael Allison dan Jude Kaye, Strategi adalah proses sistemik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara

stakeholder utama-tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi.

Jadi, strategi politik adalah sebuah rencana yang sistematik dan mengimplementasikannya dalam mencapai tujuan memenangkan dalam bidang politik. Dengan strategi politik inilah partai politik mampu memenangkan dalam setiap momentum perebutan kekuasaan.

2. 2. Teori Strategi

Whittington mengemukakan terdapat empat teori tentang strategi. Keempat perspektif ialah Classical, Evolutionary, Processual, dan Systemic. Teori Klasik menekankan pada perencanaan dalam suatu strategi, Evolutionary theory


(37)

13 menekankan pada keterbukaan dan tetap menjaga low cost. Processual theory

beranggapan bahwa strategi bersifat dinamis dan biasanya terlahir secara spontan dari langkah-langkah atau tindakan yang telah dilakukan, dan Systemic Theory

lebih melihat bahwa strategi berhubungan dengan sosiologi dan perilaku manusia. (Whittington, 2001 : 10).

1. Classical theory atau Teori Klasik yang muncul pada tahun 1960-an di dasarkan pada tradisi militer dimana internasional merupakan suatu keadaan yang anarkis serta menganggap bahwa keberadaan jenderal sangat diperlukan sebagai penentu keputusan. Karena ditentukan oleh pemikriran jenderal maka cenderung menekankan pada perencanaan maka tersirat adanya analisis rasional, pemisahan konsep dari eksekusi dan komitment pada maksimalisasi keuntungan atau profit (Whittington, 2001 : 11). Selain bidang militer pemikiran teori kalsik juga mengacu pada ekonomi dimana adanya pandangan teori klasik dalam kontrol strategi terletak pada menajer atas sedangkan implementasi dibebankan pada manajer operasional yang memiliki divisi khusus. Layaknya jenderal, manajer juga menyusun rancangan yang matang dan bersifat jangka panjang dengan mempertimbangkan pula segala kemungkinan yang akan terjadi, resiko yang mungkin timbul serta rumusan pemecahan masalah. Sehingga teori klasik menekankan pada kemampuan manajer dalam optimalisasi strategi untuk mendapatkan keuntungan yang besar secara rasional. Namun manajer atas memiliki tanggung jawab utama dalam memastikan bahwa strategi untuk mencapai sebuah kesesuaian yang efektif atau sejalan antara


(38)

14 kapabilitas sumberdaya organisasi dengan lingkungan eksternal sehingga mampu mengeksploitasi kesempatan yang ada.

Tahun 1960-an terdapat tiga pemikir yang sangat mempengaruhi teori ini yaitu, Alfred Chandler, Igor Ansoff, dan Alfred Sloan. Mereka memberikan tiga point penting dalam kesuksesan pembuatan suatu strategi bisnis, dimulai dari melakukan analisis rasional, memisahkan konsep dan pelaksanaan, dan komitmen untuk mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya. (Whittington,2001:11). Jadi dalam teori klasik tersirat adanya spesialisasi kerja secara rasional untuk mencapai keuntungan.

2 Proccessual theory yang muncul pada tahun 1970-an, berbeda dengan teori klasik dimana teori ini menganggap strategi lebih pada sebuah seni dan menekankan pada negosiasi dan tawar menawar. Dengan kompleksitas dunia maka strategi suatu proses yang berkelanjutan dan adaptif (Mintzberg dalam Whittington, 2001 : 23). Hal inilah yang menjadikan teori processual mengesampingkan analisis rasional karena membatasi fleksibilitas strategi dan mengurangi pencapaian kesuksesan. Pendukung dari teori ini percaya bahwa pembelajaran sebagai alat yang efektif dalam mengembangkan strategi dalam kehidupan yang tergolong sulit dan berubah-ubah. Oleh karena itu teori prosesual ini adalah proses belajar dan beradaptasi secara tiba-tiba dengan penyesuaian lingkungan. 3. Systemic Theory yang muncul pada 1980-an. Asumsi dari teori ini berbeda

dengan teori klasik, perbedaanya ialah bagaimana bertahan dalam situasi yang ada (Whittington, 2001:16). Dalam bidang bisnis teori sistemik ini


(39)

15 sendiri berpandangan bahwa kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari hubungan sosial seperti keluarga, negara atau agama. Faktor-faktor sosial mempengaruhi cara dan menentukan strategi apa yang cocok untuk menghadapi keadaan. Hal ini sinkron dengan ucapan Henderson yakni keselamatan bisnis dalam lingkungan yang kompetitif bergantung pada pembedaan strategi. (Henderson dalam Whittington, 2001 : 18). Jadi dalam kondisi yang sama aktor harus memiliki strategi yang berbeda oleh karena itu terciptanya kompetisi di pasar menjadikan banyak aktor untuk bersaing hingga pada akhirnya aktor yang kuat akan tetap bertahan dan aktor yang lemah tersingkirkan. Selain itu penganut teori sistemik beranggapan bahwa dalam pendekatan sistemik, organisasi tidak hanya terdiri dari individu tetapi kelompok-kelompok sosial dengan kepentingan. Variabel teori sistemik adalah bersaing dengan kelas dan profesi, bangsa dan negara, keluarga dan gender. Teori ini menganut pemikiran strategi yang fleksibel dalam meraih keuntungan karena keformalan seperti teori klasik akan membuat stagnan dalam menanggapi evolusi dunia. Sehingga pembuatan strategi tidak harus menunggu kehadiran manajer.

4. Evolutionary theory atau teori evolusi yang muncul pada tahun 1990-an. Teori evolusi tudak bergantung kepada keterampilan manajemen puncak dalam upaya perencanaan strategi dan atau untuk bertindak secara rasional. Pemikiran teori evolusi tidak terlalu bergantung pada pemikiran manajer, didasari suatu keyakinan bahwa pasar dengan sendirinya akan menentukan maksimalisasi laba, bukan akibat pemikiran manajer. Berbeda dengan teori klasik, dalam teori evolusi suatu persaingan tidak diatasi dengan


(40)

16 perhitungan terpisah, akan tetapi dengan suatu perjuangan secara terus menerus untuk mampu bertahan hidup (survive) di kehidupan yang sesungguhnya. Esensi dari teori evolusi sebenarnya adalah prinsip biologis seleksi alam sebagaimana yang digagas oleh Charles Darwin bahwa yang tidak mampu bertahan, maka akan tersingkir. Sedangkan kaitannya dengan pemikiran strategis, hal ini dijelaskan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan pihak-pihak dengan performa terbaik akan bertahan dan mengalir bersama arus kemajuan, sedangkan yang lemah akan berangsung-angsur keluar dari pasar.

Teori yang paling mendekati ketepatan dalam menjelaskan strategi adalah teori evolusi. Karena kehidupan manusia memang penuh persaingan, seperti teori Charles Darwin mengenai seleksi alam bahwa siapa yang mampu beradaptasi akan bertahan, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan tersingkir. Strategi disini digunakan sebagai cara untuk bertahan. Strategi yang digunakan dalam teori evolusi bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan, serta berpikir untuk menjadi berbeda dari yang lain adalah salah satu strategi yang tepat digunakan untuk bertahan dan memenangkan persaingan dalam konteks ini adalah persaingan politik dalam pemilu 2014.

Strategi politik adalah sebuah rencana yang sistematik dan mengimplementasikannya dalam mencapai tujuan memenangkan dalam bidang politik. Dengan strategi politik inilah kandidat politik mampu memenangkan dalam setiap momentum perebutan kekuasaan (dalam hal ini perebutan suara


(41)

17 terbanyak untuk mendapatkan kursi di DPRD Provinsi Lampung). Bagaimana memperoleh suara terbanyak dalam pemilu tentunya harus memiliki cara atau langkah-langkah yang terukur, dalam hal ini lebih tepat menggunakan pemasaran politik.

2. 3. Pemasaran Politik

Pembahasan mengenai pemasaran biasanya selalu identik dengan penjualan ataupun dunia bisnis, ternyata tidak selalu demikian. Ilmu pemasaranpun dapat diadopsi pada berbagai macam bidang termasuk politik. Bahkan jawara ilmu Pemasaran dunia Philip Kotler mengatakan pemasaran tidak hanya terbatas pada institusi bisnis semata (Kotler & Levy,1969). Konsep pemasaran yang diterapkan dalam dunia politik sepertinya hal tersebut hanya baru dirasakan menjelang Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di daerah-daerah. Berbagai macam cara dan strategi dilakukan oleh para pemilik kepentingan demi meraih tujuannya. Hal ini terbukti dengan maraknya iklan-iklan yang menampilkan wajah-wajah si calon di berbagai media baik cetak maupun elektronik, mulai dari stiker yang kecil hingga spanduk-spanduk besar.

Aktivitas pemasaran politik sudah merambah ke media massa, baik cetak, online maupun elektronik. Beberapa parpol memasang iklan di koran-koran serta tokoh-tokohnya mulai mengkampanyekan kelebihan dan keunggulan partainya di media elektronik. Sementara itu untuk pemanfaatan media massa hampir keempat bentuk/kategori publikasi yang dikenal dalam khazanah komunikasi politik telah dimanfaatkan. Sebagai contoh, ada elit parpol atau caleg yang mempopulerkan diri melalui aktivitas masyarakat atau dengan membuat spanduk propaganda


(42)

18 (kategori pure publicity). Lalu ada yang tampil sebagai pembicara di sebuah forum yang diselenggarakan pihak lain atau turut berpartisipasi dalam pertandingan olahraga (free ride publicity), kemudian ada aktivis parpol yang berpartisipasi pada kegiatan bakti sosial pasca peristiwa luar biasa seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor hingga tsunami (tie-in publicity). Begitu pula ada tokoh parpol yang mempopulerkan dirinya melalui iklan di televisi maupun radio atau membeli rubrik atau program di media massa tertentu (paid publicity).

Di era multipartai seperti sekarang ini, pemasaran politik menjadi kebutuhan yang tak terelakkan. Bukan hanya partai-partai baru dan relatif sedikit pendukungnya yang memerlukan pemasaran politik guna mengatrol citra dan popularitasnya agar dapat menangguk suara yang memadai, tetapi juga partai-partai besar yang telah eksis dan mapan pun tidak bisa meremehkan kehadiran instrumen ini, jika parpol tidak ingin suaranya tergerus atau menurun posisinya pada pemilu mendatang. Di Indonesia pemasaran politik disinyalir mulai digunakan sejak tahun 1990-an. Tapi di dunia, pemasaran politik digunakan sejak sebelumnya Perang Dunia II, yaitu pertama kali pada tahun 1917 ketika Partai Buruh di Inggris meresmikan Departemen Publikasi dibantu oleh agen publikasi Egerton Wake. Sedangkan di Amerika Serikat pertama kali digunakan pada tahun 1926 ketika pesan politik dilakukan melalui media cetak seperti poster pamflet, koran dan majalah (Firmanzah, 2007).

Terdapat banyak manfaat yang bakal didapat dari penggunaan pemasaran politik tersebut. Pertama, membantu parpol untuk mengenal masyarakat atau konstituen


(43)

19 dengan lebih baik. Kedua, dapat mengembangkan program kerja atau isu politik yang sesuai dengan aspirasi masyarakat/konstituen. Ketiga, mampu berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat/konstituen melalui berbagai media sebagai salurannya. Memang, dengan menerapkan pemasaran politik maka ongkos politik (political cost) yang harus dikeluarkan oleh sebuah parpol atau calon anggota legislatif menjadi sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, menurut Hotline Advertising, pada Pemilu 2004 lalu saja biaya iklan kampanye setiap pasangan capres-cawapres mencapai Rp 60-100 miliar. Lalu iklan Ketua Umum PAN Soketrisno Bachir (SB) “Hidup adalah Perbuatan” di televisi maupun koran, menurut sebuah sumber diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp 153,7 miliar.

2. 3. 1. Konsep Pemasaran dalam Politik

Konsep bauran pemasaran atau yang dikenal dengan istilah 4P, yaitu : 1. Product (personal karakter, platform partai, janji-janji kampanye) 2. Price (biaya kampanye, lobi-lobi politik

3. Place (basis masa, tim sukses)

4. Promotion (advertising, publicity, kampanye)

Hughes (2006) menyatakan:

In politics, the application of marketing centers on the analysis of needs centers on voters and citizens; the product becomes a multifaceted combination of the politician himself or herself, the politician’s image, and the platform the politician advocates, which is then promoted and delivered to the appropriate audience.”


(44)

20 Dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran politik sama dengan pemasaran pada umumnya yang berpusat pada kebutuhan pemilih. Kebutuhan pemilih yang menjadi pusat perhatian dalam membina hubungan jangka panjang antara partai politik dan pemilihnya. Dan untuk mengetahui kebutuhan pemilihnya ini, maka partai politik perlu melakukan riset untuk mengenali pemilihnya dalam konteks sebagai konsumen politik. Dengan demikian, bagi para politisi sangatlah penting untuk beradaptasi dan mengaplikasikan konsep pemasaran ke dalam pengembangan kebijakan dan komunikasi yang dilakukannya (pemasaran politik) seiring perkembangan kebutuhan pemilih untuk dapat memberikan input dalam proses politik yang dilakukan dan kebutuhan pemilih untuk memperoleh kepuasan dari hasil pemilu yang dilaksanakan menyadarkan politisi akan pentingnya. Pemasaran politik memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu deskriptif dan preskriptif (memuat aturan-aturan dasar). Dalam fungsi deskriptifnya, analis pemasaran politik menyediakan suatu struktur bisnis untuk menjalankan, memetakan, mengartikan dan memadatkan dinamika sebuah kampanye partai politik, menawarkan kemungkinan baru dalam memenangkan pemilihan umum. Sementara itu, dalam fungsi preskriptif, banyak ahli yang mengungkapkan (secara eksplisit maupun implisit), bahwa pemasaran politik adalah suatu hal yang harus dilakukan partai politik dan kandidat untuk memenangkan pemilihan umum. Pemasaran politik bukan hanya sebuah disiplin, melainkan juga sebuah

rekomendasi (0’Shaughnessy, 2001).

Pemasaran politik juga menyediakan perangkat teknik dan metode pemasaran dalam dunia politik (Firmanzah, 2007). Tujuan dari perangkat dan metode ini


(45)

21 adalah untuk memahami, menganalisis kebutuhan dan keinginan pemilih, dan membina hubungan dengan pemilihnya. Hubungan dengan pemilih ini, akan terbangun kepercayaan, dan selanjutnya akan diperoleh dukungan suara mereka

(O’Shaughnessy 2001).

Perlu diperhatikan disini, bahwa kemenangan suatu partai politik diperoleh dengan mendapatkan suara mayoritas pemilih dalam pemilu. Untuk memperoleh suara mayoritas ini, partai politik perlu menetapkan pemasaran politik sebagai strategi jangka panjang (konsep permanen) untuk membangun kepercayaan (Dean & Croft 2000) mayoritas pemilih pemilu. Kepercayaan mayoritas pemilih pemilu hanya akan diperoleh jika partai politik terus konsisten menetapkan bauran pemasaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pemilih yang ditargetkan.

2. 3. 2. Strategi Pemasaran Politik dan Kampanye

Marketing is everybody’s business. Di era keterbukaan sekarang ini, politik tidak

hanya dimenangkan lewat pengerahan massa, tetapi juga melalui penggunaan strategi pemasaran yang jelas. Politik tidak ada bedanya dengan pasar, karena itu, pemasaran diperlukan untuk mendapat pangsa pasar sebesar-besarnya. Produsennya adalah kandidat atau partai politik sebagai penghasil produk politik, sedangkan konsumennya adalah masyarakat yang menentukan dan memilih produk politik yang ditawarkan oleh produsen.

Supaya hasil pemasaran politik lebih maksimal, maka parpol sebaiknya tidak hanya berkutat pada pemanfaatan akses media massa dan riset politik belaka,


(46)

22 tetapi perlu ditambah dengan pola atau strategi lain yang lebih kreatif dan inovatif, karena sejatinya aktivitas pemasaran politik tidak hanya terpaku pada 2 hal itu saja tapi masih banyak yang lain.

Pertama, karena pemasaran politik lebih dari sekadar komunikasi politik, menurut Lees-Marshmant (2001), maka ia mesti diaplikasikan pada seluruh proses organisasi partai politik. Tidak hanya pada momentum menjelang pemilu atau tahapan pemilu saja ia diejawantahkan, melainkan harus sedini mungkin, misalnya pada tahap bagaimana memformulasikan produk politik lewat penciptaan simbol, image, platform, isu politik hingga program kerja.

Kedua, dalam menerapkan pemasaran politik seyogyanya menggunakan konsep pemasaran secara luas, tidak hanya pada teknik pemasaran namun juga sampai pada strategi pemasaran mulai dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, serta desain produk hingga ke market intelligent dan pemrosesan informasi.

Ketiga, dalam menerapkan pemasaran politik hendaknya juga melibatkan disipilin ilmu sosiologi dan psikologi. Hal ini karena produk politik merupakan fungsi dari pemahaman sosiologis mengenai simbol dan identitas, sedangkan faktor psikologisnya adalah kedekatan emosional dan karakter seorang pemimpin hingga pada aspek rasionalitas platform partai.

Keempat, penerapan konsep pemasaran politik tidak hanya berhenti hingga pemilihan umum tapi juga harus terus berlanjut setelah itu, yaitu proses lobi


(47)

23 politik di parlemen. Justru di situlah efektivitas pemasaran politik dipertaruhkan.

Penggunaan pemasaran politik (political marketing) yang efektif dan komprehensif sejak dini menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kalau tidak, partai politik sebagai komunitas politik siap-siap gigit jari. Pemasaran Politik tidak dilihat selama periode kampanye saja ( Butler & Collins, 2001 ). Partai politik harus terus menerus memperhatikan, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam kondisi dan keadaan apapun. Kampanye yang dilakukan oleh partai politik dilihat dari sudut padang konsep pemasaran terdapat dua jenis kampanye, yakni pertama kampanye Pemilu bersifat jangka pendek dan biasanya dilakukan menjelang pemilu. Kedua Kampanye Politik bersifat jangka panjang dan dilakukan secara terus menerus.

Memiliki strategi pemasaran politik yang tepat, partai/kandidat memiliki panduan dan arah yang jelas untuk memaksimalkan segala sumber daya yang dimiliki dalam memikat suara pemilih, ada tahapan penting dalam penyusunan strategi pemasaran politik yang dikategorikan dalam 3 kelompok besar yaitu Segmentation, Strategy, dan Scorecard.

Segmentasi pemilih merupakan tahap pertama strategi pemasaran politik yang paling penting tapi seringkali dilewatkan dalam penyusunan strategi pemasaran politik. Segmentasi paling mudah dilakukan adalah berbasis demografi (usia, gender, dll) dan geografi, namun menurut Gareth Smith dan Andy Hirst (2001)


(48)

24 model segmentasi pemilih di dunia dewasa ini sudah bergerak ke berbasis psikografi.

Setelah segmen pemilih sudah di tentukan langkah selanjutnya adalah menentukan target segmen pemilih yang dituju. Paling tidak ada tiga kriteria utama untuk menentukan target segmen pemilih yaitu besaranya jumlah pemilih, tingkat persaingan, dan kemampuan kandidat/partai dalam menarget segmen pemilih tersebut.

Setelah target segmen pemilih ditentukan, kita masuk tahap selanjutnya yaitu penyusunan strategi. Ditahap ini ada tiga tahap penting yaitu penyusunan

positioning kandidat/partai, brand, dan campaign. Positioning adalah bagaimana kandidat/partai menempatkan citranya di benak pemilih. Citra ini harus dibentuk agar memiliki cita rasa kandidat/partai berbeda dengan pesaing kandidat/partai lainnya, sementara branding adalah bagaimana personifikasi dan identitas kandidat/partai itu di susun termasuk didalamnya slogan dan simbol kandidat/partai.

Ketika positioning dan brand kandidat/partai sudah ada maka langkah berikutnya adalah penyusunan campaign. Campaign ini bisa melaui serangan udara melalui media cetak maupun elektronik atau juga serangan darat melalui tatap muka dengan pemilih. Dengan era internet yang semakin berkembang model kampanye sekarang juga mesti memprtimbangkan untuk menggunakan internet dan social media.


(49)

25 Langkah terakhir dari penyusunan strategi pemasaran politik adalah scorecard

untuk evaluasi dan monitoring. Evaluasi dan monitoring ini sangat penting untuk memantau kinerja team pemasaran politik dan sebagai bahan masukan untuk perbaikan implementasi strategi pemasaran politik yang telah disusun

Secara umum survei yang dilakukan untuk evaluasi dan monitoring mengukur 4 hal yaitu: candidate awareness (popularitas), candidate image (citra), candidate engagement, dan candidate electability.

Akhirnya, pemasaran politik bukanlah sekedar komunikasi politik atau juga bukan sekedar menjual kandidat/partai kepada pemilih, lebih dari itu pemasaran politik adalah serangkaian aktifitas komprehensif untuk menyampaikan dan menerjemahkan ide dan gagasan kepada target pemilih yang lebih tepat.

2. 4. Pengertian SWOT

SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh calon legislatif perempuan untuk memenangkan pemilu 2014.

Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama


(50)

26 kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.

Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,Fred R.,2005:47) yaitu :

1. Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing dalam pemilu dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh calon legislatif yang diharapkan dapat dipenuhi. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi calon legislatif di dalam pemilu.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja calon legislatif. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan calon legislatif.


(51)

27

3. Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan calon legislatif. Kecendrungan-kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara calon legislatif dengan masyarakat pemilih.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan bagi calon legislatif. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya kecurangan-kecurangan dari calon legislatif lainnya (competitor) dalam pemilu dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan calon legislatif tersebut.

Fungsi SWOT

Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu calon legislatif mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi target memenangkan pemilu legislatif tahun 2014.


(52)

28 Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai kerangka / panduan sistematis dalam diskusi untuk membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan.

Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapatmenggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternalyang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dankelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.

IFAS EFAS

Kekuatan (streigh) Kelemahan (weakness)

Peluang (oppurtunity) Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Ancaman (Threats) Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman


(53)

29 Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas :

1. Strategi SO (Strength and Oppurtunity). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran calon legislatif, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya.

2. Strategi ST (Strength and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki calon legislatif untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity). Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Dalam penelitian ini fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). yang dihadapi oleh calon legislatif perempuan untuk memenangkan pemilu 2014. Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu calon legislatif perempuan untuk mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi target memenangkan pemilu legislatif tahun 2014.


(54)

30

2. 5. Sistem Kepartaian Modern

Menurut Giovani Sartori ( rentang ideologis) sistem kepartaian terus bergeser di setiap negara. Sistem kepartaian ini terbagi menjadi:

1. Atomized Party System

Terdapat banyak partai politik tapi tak satupun yang memiliki pengaruh terhadap atau hubungan dengan parpol lain. Masing-masing hanya terikat pada satu atau sekelompok orang pemimpin, sehingga keberlangsungan hidup partai tergantung kepada pemimpinnya.

2. Polarized-Pluralism Party System

Dalam sistem kepartaian ini terdapat lima atau enam partai politik yang secara efektif pada tingkat nasional membentuk struktur yang bipolar, yaitu sebagian partai politik itu membentuk koalisi pemerintahan, sementara sisanya membentuk koalisi oposisi.

3. Moderate-Pluralism Party System

Terdapat maksimal lima partai politik yang masing-masing mempunyai kesempatan yang sama untuk memerintah atau membentuk koalisi pemerintahan. Tiap partai politik menjadi elemen alternatif bagi pembentukan koalisi dan dalam tahap ini tak satupun partai bisa memperoleh suara mayoritas dalam pemilu.


(55)

31 4. Two-Party System

Dalam sistem ini sebenarnya bisa saja ada lebih dari dua parpol, tetapi partai ketiga dan seterusnya tidak cukup kuat untuk menantang salah satu atau kedua partai politik besar yang sudah ada.

5. Pre-dominant party system:

Mulai tampak satu partai politik yang terus-menerus memenangkan mayoritas suara, sekalipun sudah mulai muncul open-market system yang dengan itu sebenarnya suara-suara pemilih akan terdistribusi merata. Tapi suara itu justru terpusat, sebab mulai muncul kesamaan-kesamaan kepentingan dalam masyarakat.

6. Hegemonic party system

Terdapat kompetisi antar partai politik secara formal, tapi hanya ada satu partai politik yang menguasai tidak hanya pemilu tapi juga areal pembuatan keputusan. Partai-partai lain berkedudukan sebagai partai kelas dua.

7. Single Party System

Dalam sistem kepartaian ini dikenal close-market system di mana satu partai memonopoli sistem politik yang ada, dengan fungsi utama melaksanakan kebijaksanaan yang dibuat pemerintah.

Secara alamiah, gerak pendulum akhirnya akan berhenti pada posisi menggantung (vertikal), dan menunjuk pada two-party system. Sebab setelah pendulum sampai pada tahap perkembangan single party system, arus balik modernisasi akan mendorongnya kembali ke tengah. Dalam masyarakat yang kian modern single-party system sangat tidak ideal, karena kesadaran untuk memilih semakin besar.


(56)

32

2. 5. Sistem Kepartaian Tradisional

Dalam Buku Ajar Sistem Kepartaian Dan Pemilu Di Indonesia asal-usul keberadaan atau munculnya partai politik menurut La Palombara (Ramlan Surbakti, 1992), ada tiga situasi yang dapat digunakan untuk menjelaskannya. Pertama,situasi kelembagaan. Teori ini menyebutkan bahwa partai politik muncul dilatarbelakangi oleh kepentingan para tokoh politik yang ada di parlemen untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Sebagai lembaga pembuat kebijakan publik dibutuhkan alat penghubung efektif kepada masyarakat sekaligus agar masyarakat mendukung keberadaan mereka sebagai wakil rakyat.

Kedua,situasi historis, yang menekankan pada kondisi suatu bangsa transisional. Di masyarakat terjadi perubahan yang mendasar baik struktur, harapan maupun kepentingan. Situasi ini menimbulkan krisis multi dimensi, baik krisis identitas bersama, krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, krisis integrasi serta krisis partisipasi. Situasi krisis ini membutuhkan pengendalian dan saluran masyarakat agar tidak menimbulkan anarki, maka lahir partai partai politik yang menyuarakan aspirasi masyarakat.

Ketiga, teori pembangunan. Teori ini mengasumsikan bahwa lahirnya partai politik tidak terlepas dari adanya perkembangan di masyarakat dengan adanya modernisasi sosial dan ekonomi. Perkembangan tersebut menyebabkan kepentingan masyarakat semakin kompleks dan beragam. Oleh sebab itu untuk memperjuangkan aspirasi yang beragam tersebut dibutuhkan partai politik. Pendapat La Palombara tersebut cenderung melihat keberadaan partai politik


(57)

33 dipengaruhi adanya kondisi-kondisi yang melingkupi masyarakat, sehingga partai politik dianggap sebagai organisasi yang mengakomodasi kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok masyarakat.

Pendapat diatas hampir mirip dengan yang dikemukakan oleh Maurice Duverger (Ichlasul Amal (ed.), 1996). Namun Duverger melihatnya pada dua situasi, yakni partai-partai politik yang lahir di dalam lingkungan intra-parlemen dan partai politik yang lahir di luar parlemen. Pada partai kategori yang pertama, para anggota parlemen menciptakan kelompok-kelompok di parlemen, kemudian diikuti oleh pembentukan panitia pemilihan dan akhirnya berkembang menjadi suatu hubungan permanen antara kedua elemen tersebut. Komunikasi yang intensif dan permanen di antara keduanya, pada akhirnya melahirkan partai politik yang menyuarakan kepentingan kelompok mereka. Sedangkan di luar parlemen partai politik lahir karena adanya kepentingan dari kelompok-kelompok masyarakat yang ingin menyuarakan dan melindungi kepentingan kelompok mereka, seperti kelompok pekerja.

Pendapat kedua pakar di atas, merupakan gambaran bahwa kemunculan partai politik dalam suatu negara dilatarbelakangi oleh beragam faktor. Walaupun kemungkinan munculnya partai politik belum pasti ditentukan faktor tunggal, artinya kemungkinan banyak faktor yang melahirkan partai politik.

Titik awal tumbuhnya partai politik pada suatu negara akan menentukan fungsi partai dalam masyarakat. Partai-partai yang muncul dari dalam parlemen karena adanya perluasan hak-hak politik masyarakat. Hal itu menbuat politik tidak lagi menjadi urusan para aristokrat atau elit saja yang sebelumnya mendominasi


(58)

34 parlemen, terutama di Eropa. Adanya perluasan hak-hak politik tersebut menyebabkan kelompok-kelompok dalam parlemen berusaha mencari dukungan dari masyarakat untuk mendapatkan legitimasi dalam bentuk suara dari mayoritas anggota. Dengan demikian, fungsi partai politik yang muncul dari dalam parlemen lebih berorientasi pada mobilisasi massa untuk memberikan legitimasi politik.

Sedangkan partai politik yang berasal dari luar parlemen berawal dari adanya kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat yang sebelumnya telah secara efektif mengartikulasi dan mengagregasi kepentingan masyarakat. Kelompok kepentingan (interest group), kelompok penekan (pressure group) dan kaukus (caucus) adalah contoh embrio partai politik yang berasal dari luar parlemen. Dari asal-usulnya, dapat ditelusuri fungsi utama dari partai politik dari luar parlemen adalah meneruskan aspirasi masyarakat kepada pemerintah.

2. 6. Fungsi Partai Politik Modern

Fungsi utama partai politik menurut Ramlan Surbakti (1999) adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem politik demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam pemilihan umum, sedangkan cara yang digunakan partai tunggal dalam sistem politik totaliter berupa paksaan fisik dan psikologik oleh suatu diktatorial kelompok (komunis) maupun oleh diktatorial individu (fasis).

Ketika melaksanakan fungsi itu partai politik dalam sistem politik demokrasi melakukan tiga kegiatan. Adapun ketiga kegiatan itu meliputi:


(59)

35 1. seleksi calon-calon

2. kampanye

3. melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif dan/atau eksekutif).

Apabila kekuasaan untuk memerintah telah diperoleh maka partai politik itu berperan pula sebagai pembuat keputusan politik. Partai politik yang tidak mencapai mayoritas di dewan perwakilan rakyat akan berperan sebagai pengontrol terhadap partai mayoritas. Dalam sistem politik totaliter kalaupun dilaksanakan maka pemilihan umum lebih berfungsi sebagai sarana pengesahan calon tunggal yang ditetapkan lebih dahulu oleh partai tunggal. Namun, partai politik baik dalam sistem politik demokrasi maupun sistem politik totaliter, juga melaksanakan sejumlah fungsi lain.

Fungsi lain tersebut yaitu:

1. Sosialisasi Politik, yaitu proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat.

2. Rekrutmen Politik, yaitu seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.

3. Partisipasi Politik, adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan.

4. Pemadu Kepentingan, yaitu kegiatan menampung, menganalisis, dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan


(1)

117 mendapat suara tertinggi Ririn Kuswantari (Caleg Golkar) memperoleh 31.112 suara, selanjutnya menyusul Eva Dwiana memperoleh 19.818 suara keduanya memfocuskan target segmennya adalah ibu-ibu, yang notabenenya jumlah pemilih perempuan lebih banyak dari laki-laki.

6. Strategi caleg perempuan Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama daerah setempat untuk menjadi tim sukses yang akan mengawal sosialisasi calon legislatif perempuan saat turun ke masyarakat. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat, silaturahmi yang terjaga jangan datang ketika kita hanya butuh saja tetapi bangun komunikasi dan keakraban dengan masyarakat. Hadir pada undangan-undangan masyarakat baik pribadi ataupun agenda desa, kecamata, dan partai. Hadir pada acara-acara pengajian, masuk pada komunitas pengajian atau menjadi pengurus atau pembina Majlis Ta’lim sehingga dapat merangkul banyak jama’ah (banyak massa).

7. Dengan menjadi istri kepala daerah (Walikota ataupun Bupati) secara otomatis publik mengenal dan sebagai ibu Walikota ataupun ibu Bupati, secara otomatis dapat menjadi ketua ataupun Pembina organisasi-organisasi yang ada pada daerah tersebut dengan demikian secara otomatis dapat memberikan pengaruh pada komunitas dalam organisasi-organisasi tersebut. Maka jika istri kepala daerah maju menjadi calon legislatif di daerah tersebut sudah dipastikan akan menang, didukung kuat oleh pengaruh suami pada daerah tersebut.


(2)

118 Hambatan yang dihadapi :

1. Hambatan struktural : Ketua partai yang menentukan Penempatan Daerah Pemilihan berdasarkan ketokohan (popularitas) didaerah pemilihan. Pemberian nomor urut 1 diprioritaskan untuk pengurus struktural partai. 2. Hambatan kultural yaitu waktu yang terbatas untuk kaum perempuan,

kalau laki-laki aktivitas diluar rumah penuh waktu sampai larut malam bahkan sampai dini haripun tidak masalah tidak menimbulkan citra buruk. Tetapi bagi kaum perempuan waktu untuk keluar rumah biasanya pagi hingga sore, dan jika wanita keluar rumah pada malam hari bahkan sampai larut dapat merusak citra diri perempuan itu sendiri dimata masyarakat. Namun luar biasa dari kelima caleg yang diwawancarai mereka semua dapat menutupi hambatan tersebut dengan bantuan keluarga dan tim suksesnya, misalnya jika diharuskan keluar malam kesemua caleg bepergian dengan menggunakan sopir dan ada keluarga ataupun tim sukses yang mengawal. Begitu juga untuk mengurus soal-soal domestic sebagai ibu rumah tangga kesemua caleg perempuan sangat terbantu dengan para asisten rumah tangga.

5. 2 Saran

1. Perempuan yang mau maju ke dunia politik, haruslah mapan secara finansial, keluarga harus mendukung, anak-anak harus sudah mandiri (jika anak masih kecil, untuk urusan tehnis harus ada asisten rumah tangga yang dapat mempersiapkan segala kebutuhan anak), suami harus mendukung dan mengerti dengan aktifitas yang padat, dan hubungan dengan orang


(3)

119 banyak. Keterbukaan dan komunikasi harus terjaga baik, agar tidak ada dugaan-dugaan negatif terhadap anggota legislatif perempuan.

2. Untuk mendapatkan dukungan dari perempuan maka harus memainkan issu mengenai gender. Untuk dapat menyuarakan suara perempuan maka perempuan harus memiliki wakil dari perempuan itu sendiri. Perempuan itu memiliki keluesan yang lebih besar untuk masuk di tengah-tengah masyarakat dan cendrung seorang suami itu bisa dipengaruhi pilihannya oleh seorang isteri.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amal, Ichlasul (ed.). 1996. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta. 176 hlm.

Budiarjo, Miriam. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hlm.

Darmastuti, Ari dan Tabah Maryana. 2004. Sistem Kepartaian dan Pemilu di Indonesia. Universitas Lampung.Lampung. hlm

David, Fred R., 2006. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Dhakidae, Daniel. 2004. Partai-Partai Politik Indonesia Ideologi dan Program 2004-2009. Kompas. Jakarta. Hlm

Firmanzah, 2008. Marketing Politik; Antara Pemahaman dan Realitas. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Hadari Nawawi, 2005. Manajemen Strategi Organisasi non Profit Bidang

Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, Gadjah Mada Press. Yogyakarta.hlm

Harison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Kencana. Jakarta. 203 hlm. Haryanto. 1984. Sistem Politik Suatu Pengantar. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta. hlm.

Hughes, Andrew dan Stephen Dann. 2006. Political Marketing Direct Benefit, Value and Managing The Voter Relationship.

Islam, Nur. 2006. Strategi Memenangkan dan Mengamankan Hasil Pilkada. Adhi Warna. Lampung. 152 hlm.

Jogiyanto, 2005, Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.


(5)

Kamus Longman Dictionary of Contemporary English, The Pitman Press, Bath, Great Britain, 1982

Kotler, Philip. 2003. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall. Kurt, David L. & Kenneth. E. Clow. 1998. Service Marketing. Jhon Willey &

Sons Inc.

Michael Allison, dan Jude Kaye, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Nirlaba, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia)

Miles, Matthew dan A. Michael Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru.UI Press. Jakarta. hlm.

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial.Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Rajagrafindo Persada. Jakarta. hlm. Rangkuti, Freddy. (2006). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1987. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. hlm.

Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Grasindo. Jakarta. 261 hlm. Suseno, Franz Magnis. 2000. Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia

Tandjung, Akbar. 2007. The Golkar WaySurvival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 402 hlm.

Tjiptono, Fandy. 1977. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Whittington, Richard. 2001. “Theories of Strategy”, dalam What is Strategy –and does it matter?, London: Thompson, pp. 9-40


(6)

Literatur Lainnya :

Media informasi dan komunikasi konstitusi Edisi No.04/thVI/april 2012

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.


Dokumen yang terkait

Strategi Pemenangan Partai Golkar Pada Pemilu Legislatif 2009 Di Kabupaten Mandailing Natal (Studi Kasus: Masyarakat Kecamatan Lembah Sorik Marapi)

3 65 167

STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM PEMENANGAN PEMILU LEGISLATIF 2014 (Studi pada DPC PPP Kabupaten Sumenep)

4 62 31

Strategi Kampanye Humas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014

2 29 122

Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014

0 5 0

STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM PEMENANGAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 (Studi pada Partai PKS, PDI-P dan Partai NasDem Kota Bandar Lampung)

0 12 97

Pandangan dan Strategi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mengenai Calon Legislatif Perempuan Kabupaten Bekasi Periode 2009-2014

0 8 73

PROSES PENETAPAN CALON LEGISLATIF (CALEG) PARTAI POLITIK UNTUK PEMILIHAN UMUM 2014 Proses Penetapan Calon Legislatif (Caleg) Partai Politik Untuk Pemilihan Umum 2014 (Studi Kasus: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Cabang Kota Surakarta).

0 1 20

PENDAHULUAN Proses Penetapan Calon Legislatif (Caleg) Partai Politik Untuk Pemilihan Umum 2014 (Studi Kasus: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Cabang Kota Surakarta).

0 1 15

DAFTAR PUSTAKA Proses Penetapan Calon Legislatif (Caleg) Partai Politik Untuk Pemilihan Umum 2014 (Studi Kasus: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Cabang Kota Surakarta).

0 2 5

PROSES PENETAPAN CALON LEGISLATIF (CALEG) PARTAI POLITIK UNTUK PEMILIHAN UMUM 2014 Proses Penetapan Calon Legislatif (Caleg) Partai Politik Untuk Pemilihan Umum 2014 (Studi Kasus: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Cabang Kota Surakarta).

0 4 14