Pandangan dan Strategi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mengenai Calon Legislatif Perempuan Kabupaten Bekasi Periode 2009-2014

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Mencapai Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

NIDAUL HASANAH NIM : 1112045200016

Oleh:

NIDAUL HASANAH

NIM : 1112045200016

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAN DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Konsentrasi Hukum Tata Negara (Siyasah). Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1438H/2016M.

Strategi politik merupakan rencana atau tindakan yang akan dilakukan oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kabupaten Bekasi dalam memperoleh dukungan dari masyarakat menjelang Pemilihan Calon Legislatif, pada April 2014, khususnya Caleg Perempuan. Keterlibatan Perempuan pada Pemilihan Umum sudah ditetapkan oleh Undang-Undang No 8 tahun 2012 pasal 55 bahwa keterlibatan perempuan paling sedikit 30%. Oleh sebab itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) harus benar-benar menggunakan strategi yang bagus dalam menarik simpati dari masyarakat untuk memenangkan caleg perempuan pada Pemilihan Umum 2014.

Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan teori yang dipakai bahwa hanya ada beberapa strategi yang dipakai oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kabupaten Bekasi dalam memenangkan Calon Legislatif Perempuan. 9 Element yang menonjol dari strategi pada saat memenangkan Calon Legislatif Perempuan yaitu Policy, Push Marketing dan Pass Marketing. Adapun yang dilakukan oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kabupaten Bekasi yaitu menjalankan program-program yang telah direncanakan seperti mengadakan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan Industri Rumah Tangga. Dalam hal ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan biasanya diadakan pada rumah-rumah penduduk. Selainitu, Media Massa juga berperan aktif dalam mempromosikan kandidat dan juga program-program yang dijalankan.

Kata kunci :Strategi Politik PPP, Caleg Perempuan kabupaten Bekasi Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA


(6)

vi

menciptakan manusia dengan kesempurnaan sehingga dengan izin dan berkah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Allah SWT dan seluruh umat manusia yang mencintai ilmu. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan bagi

Karimal akhlaq, Nabiyyin karim, Muhammad SAW, atas tetesan darah dan air mata beliaulah kita mampu berdiri dengan rasa bangga sebagai umat Islam yang menjadi umat yang terbaik di antara semua kaum. Tidak lupa kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya. Amin

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Hj. Maskufa, MA. Ketua Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (kajur) dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag. (sekjur) terima kasih banyak telah memberikan arahan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.


(7)

vii

menggapai studi sarjana strata I dengan sebaik-baiknya.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas menyalurkan ilmu dan pengetahuannya dalam kegiatan belajar mengajar yang penulis jalani.

5. Pimpinan dan Karyawan perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pimpinan serta stap Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku-buku ataupun lainnya, sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan.

6. Teristimewa buat kedua orang tua penulis, Ayahanda Bahtiar dan Ibunda Fauziah Jailani S.PdI yang membantu dengan sekuat tenaga dan pengorbanan serta do’a yang bergema dalam dzikir dan tahajudnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi sarjana strata I dengan penuh semangat, maafkan anakmu ini yang sungguh bergelimang dosa.

7. Adik-adik, Nadia Alfaini Wahdah, dan Nabil Naufal Alfairuz, atas dukungan sebagai motivator dalam menyelesaikan studi sarjana strata I. 8. Saudara-saudara Penulis, kakak Rizky Aditia, Bibi Maisyaroh, Veny,

Daspinih, St. Rahmah S.PdI, Paman Ahmad Satiri, Mustofa, Ahmad Suryadi, Ahmad sarwanih, dan tidak lupa pula Neneku Hj. Maspiroh yang


(8)

viii

dan Hukum Pidana Angkatan 2012, Yujio Mikata, Mursalat, Saikal, Fkma, Imamatun Nisa S.PdI, Badrina Alfi SH., S.PdI, Hadirotusholihah, S.Com, Heni Suhaeni S.Sos, Silvi Meidilla, Atiqoh Fatiyah SH. Suci Khoirunnisa, Yang telah memberikan semangat dan warna kepada penulis selama ini. 10.Serta Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya,

semoga amal baik mereka diterima Allah SWT dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca Amin.

Besar harapan penulis, skripsi ini dapat beermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Wassalammualaikum. Wr. Wb

Jakarta,12 Oktober 2016


(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI………iii

LEMBAR PERNYATAAN………......iv

ABSTRAK ……….v

KATA PENGANTAR………..……vi

DAFTAR ISI……….ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian………....6

D. Review Studi Terdahulu……….7

E. Metode Penelitian………9

F. Sistematika Penulisan ………...11

BAB II PERAN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK A. Perempuan Perspektif Islam……….…….………12

B. Partisipasi Perempuan Dalam Berpolitik……….……...……...16

C. Perempuan Dalam Demokrasi Indonesia………..22

BAB III PROFIL PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) A. Sejarah Berdiri PPP………..…25

B. Asas Partai Islam …...………....……….……….30


(10)

x

PEMBANGUNAN (PPP) MENGENAI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN KABUPATEN BEKASI PERIODE 2009-2014

A. Pandangan Tentang Caleg Perempuan di Bekasi……….41

1. Pandangan Tentang Kualitas Caleg Perempuan PPPP .………...41

2. Pandangan Tentang Keterwakilan Caleg Perempun…………...44

B. Strategi PPP Dalam Pemenangan Caleg Perempuan………..….45

1. Rekrutmen Caleg Perempuan PPP………46

2. Kampanye Caleg Perempuan PPP………49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….52

B. Saran………53

DAFTAR PUSTAKA………..………...………54


(11)

1

Pandangan Islam terhadap perempuan adalah sama dengan pandangannya terhadap laki-laki dilihat dari segi kemanusiaan. Perempuan adalah manusia dan laki-lakipun manusia, masing-masing tidak berbeda dari segi kemanusiaannya, bahkan tidak ada keistimewaannya bagi yang satu atas yang lainnya dari sudut ini, atas dasar inilah pandangan Islam terhadap perempuan dan laki-laki adalah sama. Dan kaum perempuan sama sebanding dengan laki-laki dalam hal moral, hak, dan kewajiban.1

Sedangkan hukum Islam bukanlah spesial untuk laki-laki dan perempuan saja, tetapi untuk kedua-duanya sesuai dengan peran masing-masing selaku insan. Islam juga membolehkan diangkatnya seorang perempuan sebagai pejabat dalam pemerintahan. Jugadi perbolehkan bagi perempuan menangani pengadilan, memilih hakim, menunjukan seseorang untuk suatu tugas pemerintahan, mengemukakan pendapat yang bersifat politik, ekonomi, perundang-undangan, dan lain-lain sebagaimana boleh baginya mewakilkan dirinya kepada orang lain yang ia kehendaki untuk mengajukan gagasannya atau ia tampil sebagai wakil dari orang lain yang menghendakinya untuk mengajukan gagasan serupa,

1

Sukron Kamil, Pemikiran Politik Islam Tematik Agama dan Negara, Demokrasi, Civil Socity, Syariah dan HAM, Fundamental dan Antikorupsi, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2013), Cet-1, h.188


(12)

menghendakinya untuk mengajukan gagasan serupa, serta boleh baginya untuk melakukan berbagai hubungan yang mendatangkan kemaslahatan bersama.2

Allah SWT telah menjadikan kekuatan berfikir pada laki-laki dan perempuan dengan kadar yang sama, akal yang dimiliki laki-laki dan perempuan juga sama karena Allah SWT hanya menciptakan akal yang tunggal untuk manusia dan tidak ada akal yang khusus untuk laki-laki ataupun perempuan. Karena Agama telah mendudukan akal sebagai tempat bergantung bagi pengalaman syariatnya.3

Berdasarkan Undahg-UndangDasar 1945 Pasal 28 C. Poin 2 setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara koletif untuk membangun masyarakat, Bangsa dan Negara. Maksudnya adalah, setiap orang berhak memajukan dirinya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap orang berhak mencalonkan dirinya untuk menjadi pilihan rakyat dalam hal pembangunan negara dalam arti dapat ikut serta dalam calon Presiden, DPR, MPR, Menteri, Bupati, Gubernur, bahkan RT. Atau jika terbeban, dapat membangun bangsa secara sukarela melalui lembaga Suadaya Masyarakat atau semacamnya. Semuanya dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.4 Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadi reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia, pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada bangsa

2

Abdurrahman Al Baghdadi, Emansipasi Adakah Dalam Islam. Suatu Tinjauan Syari’ah Islam Tentang Kehidupan Wanita, (Jakarta: GemaInsani Press, 1997), cet-9, h. 12-13

3

Shalah Qazam, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan, (Solo: PT Refika Aditama, 2005), cet-1 h. 43

4

Nursal Adman, Political Marketing, Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden, ( Jakarta: PT Gramedia, 2004), cet-1, h. 87


(13)

Indonesia bahwa pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi negara dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu bangsa Indonesia bersepakat untuk sekali lagi melakukan demokrasi,yakni proses pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk, kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan pengawasan terhadap eksekutif dapat dilakukan oleh lembaga wakil rakyat.

Dengan diadakan sistem demokrasi di Indonesia, rakyat bisa menentukan pilihan masing-masing dan bisa menyalurkan aspirasi mereka melalui Pemilihan Umum (Pemilu). Menurut Undang-undang nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilu Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Partai merupakan sebuah mesin politik dengan aneka kegiatan politik yang bertujuan untuk memperoleh kekuasaan atau ikut mengendalikan kekuasaan. Dalam hal ini, partai memberikan pemahaman tentang program-program yang akan dijalankan oleh Calon Legislatif. Adapun program-program yang dijalankan salah satunya mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersangkutan dengan Industri Rumah Berdasarkan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentan penyelenggaraan pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD menyebutkan daftar bakal calom yang disusun partai politik memuat paling sdikit 30% keterwakilan


(14)

perempuan. Bahkan Tangga yang bertujuan agar Ibu-Ibu RumahTangga bisa menghasilkan pendapatan sendiri.5

Pasal 56 ayat 2 menyebutkan bahwa dalam setiap 3 orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 orang perempuan poin-poin tersebut diikutkan dengan peraturan komisi Pemilihan Umum (KPU) nomor 7 Tahun 2013 pada pasal 11b,11d, 24 ayat 1c-d dan ayat 2.

Keterwakilan perempuan dalam legislatif saat ini memiliki peranan yang penting. Kedudukan perempuan melalui keterwakilan diharapkan mampu menjadi alat kontrol jalannya roda pemerintahan dan menyalurkan aspirasi untuk perubahan. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tentang aturan 30% keterwakilan caleg perempuan partai ini sendiri sepakat dengan aturan tersebut. Terkait keterwakilan perempuan dalam Caleg adalah norma affirmatif action, agar perempuan mempunyai hak yang sama dalam proses politik dan partai persatuan pembangunan sangat mendukung hal ini.6

Berdasarkan Anggaran Dasar Partai Persatuan Pembangunan ( PPP) di dalam angenda dan Strategis perjuangan nya juga terdapat pemberdayaan kaum perempuan karena menyadari kenyataan yang ada dimana jumlah perempuan telah melampaui bilangan kaum pria maka perjuangan hak kaum perempuan harus mendapat porsi yang penting untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, partai persatuan pembangunan (PPP) akan selalu mendukung perjuangan kaum perempuan untuk mendapat hak-hak politik mampu fungsi dan peran dalam

5 Ali Safa’at Muchammad,

Pembubaran Partai Politik, ( Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 1995), cet-1 h. 176

6

Wawancara langsung dengan H. Kairan anggota DPRD daerah Bekasi komisi II pada hari minggu 5 juni 2016, pukul 07:30


(15)

kehidupan berbangsa dan bernegara. Walau begitu, pengembangan program kesetaraan gender harus berlandaskan pada nilai-nilai Islam dan kearifan lokal.7

Di usianya yang ke 40 tahun tepatnya tanggal 5 Januari 2013, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan visinya berjihad membangun Indonesia sejahtera dan mandiri telah banyak melakukan upaya peningkatan kualitas hidup manusia secara lahir dan batin dalam hubungannya dengan manusia dan Allah SWT, sesuai dengan visi terwujudnya masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT dan Negara Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, bermoral, demokratis, tegaknya supremasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia, serta menjunjung tinggi harkat-martabat kemanusiaan dan keadilan sosial yang berlandaskan kepada nilai-nilaikeislaman.8

Berdasarkan yang telah tertuang dalam latar belakang diatas, maka penulis

bermaksud melakukan kajian dan penelitian tentang “Pandangan Dan Strategi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mengenai Calon Legislatif Perempuan Kabupaten Bekasi Periode 2009-2014 ”

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar masalah yang dikaji lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini pada pandangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam memenangkan calon Legislatif perempuan dan

7

Markus Gunawan, Buku Pintar Calon Anggota 7 Anggota Legislatif (DPR, DPRD, DPD), (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2009), cet-1, h. 52

8

Chozin Chumaidy, Bangkitlah PartaikuIdeologi, Strategi dan Kepemimpinan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), (Jakarta: Pustaka Indonesia Satu, 2014), cet-1, h. 19


(16)

strategi PPP dalam memenangkan Calon Legislatif Perempuan kabupaten Bekasi periode 2009-2014

Berdasarkan pembatasan masalaht ersebut, maka rumusan permasalahan utama penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pandangan PartaiPersatuan Pembangunan (PPP) mengenai Calon Legislatif perempuan di kabupaten Bekasi?

2. Bagaimana strategi Partai Persatuan Pembangunan dalam pemenangan Calon Legislatif Perempuan (PPP) di kabupaten Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaan Yang Diharapkan 1. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan, menggambarkan secara umum mengenai pandangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam memenangkan calon legislative perempuan dan strategi PPP dalam memenangkan calon legislative Perempuan secara spesifik, penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui pandanga PPP dalam memenagkan calon legislatif perempuan.

b. Untuk mengetahui strategi PPP dalam memenagkan calon legislatif perempuan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi akademik, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai pandangan PPP dalam memenangkan pemilihan calon legislatif di kabupaten Bekasi dan mengetahui strategi PPP dengan adanya keterwakilan 30% perempuan dalam pemilihan calon legislatif


(17)

b. Bagi partai politik, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kesetaraan antara laki-laki dan perempuan

c. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan dan wawasan dan menjadi bahan bacaan yang berguna bagi masyarakat pada umumnya dan bagi mahasiswa yang ingin memperdalam studi politik Islam

D.Review Pustaka

Sejumlah penelitian tentang skripsi ini telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik isu tersebut maupun menyinggung secara umum. Berikut paparan tinjauan atas sebagian karya penelitian tersebut.

1. Studi riview kajian terdahulu yang Pertama adalah skripsi Mahfudin, jurusan Ketatanegaraan Islam Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013, denganjudulskripsi : “ PeranPolitisi Perempuan Terhadap Legislasi Hukum Islam di Indonesia Periode 2000-2010 “ skripsi ini membahas kedudukan dan fungsi peran perempuan dalam politik periode 2000-2010

Perbedaan dengan skripsi yang penulis teliti adalah dalam penelitian ini penulis meneliti tentang pandangan Partai Partai Pesatuan Pembangunan (ppp) mengenai peluang dan pendapat Partai Persatuan Pembangunan terhadap kepemimpinan perempuan dan potensi dalam berkepemimpinan khususnya masalah legislatif.

2. Studiri review kajian terdahulu yang kedua adalah buku karangan Dr. Muhammad Baltaji dengan judul “ Kedudukan Wanita Dalam Al-qur’an


(18)

As-Sunnah”. Dalam buku ini Baltaji mencoba memaparkan permasalahan

–permasalahan seputar wanita. Baltaji membahas dalam 2 bagian, bagiann pertama memaparkan persamaan antara laki-laki dan perempuan kemudian, dituliskan juga bagaimana atau apa saja perbedaan antara laki-laki dan perempuan, semua yang menjadi pembahasan Baltaji menuju jelas kepada teks Al-Qur’an dan As-Sunnah, tapi selain itu di dalam buku ini pembahasan kelima mengenai karir, jabatan, dan parlemen Baltajit dan menemukan secara jelasayat Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menyinggung mengenai permasalahan tersebut, namun Baltaji menunjuk kepada para ulama,

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh penulis untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masala.9 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapat hasil yang maksimal dan optimal dengan menggunakan tahapan-tahapans ebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif yang memustaka pada prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif.

2. Sumber Data

9

Samiaji Sarosa, penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, (Jakarta:Permatapuri Media, 2012),cet-1, h. 3


(19)

Sumber data penelitian hokum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian berupa data primer dan data sekunder.10 Adapun sumber-sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

3. Bahan Hukum primer

Data primer dalam hukum penelitian ini adalah undang-undang dasar RI 1945 pasal 55 No. 8 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pemilu Umum.

4. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder ialah merupakan data yang diperoleh bahan kepustakaan.11 Data ini terdiri dari buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini, baik yang ditulis langsung oleh penulis

5. Teknik Pengumpulan data

Dalam upaya mengumpulkan data, metode yang dipergunakan sebagai berikut:

1. Interview/wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data den ganjalan bertanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dengan berlandasan kepadatujuanpenyelidian.12 Metode ini di gunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan penulis yang berupa data yang tidak tetulis. Adapun yang menjadi informasi dalam penelitian ini adalah, Bpk . H. Kairananggota Dewankomisi II kabupaten bekasi 2009-20014 dan Ibu, Wardah Asriah wakil ketua Umum kabupaten Bekasi.

10

Peter Muhamad Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: kencanaPrenada Media Grup, 2005), h.141

11

Lexi Meleong, metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:RemajaRosda Karya, 2005), cet xxI, h. 6

12

Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan wawancara , Ed-1, (Malang: Bayu Media Bublishing, 2004), cet-1, h. 1


(20)

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari hal-hal variable berupa catatan, surat kabar, dan sebagainya.

Pedoman penulisan skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berupa berpedoman pada “Buku pedoman penulisan skripsi tahun 2012” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah BAB perbab, dimana antara BAB yang satu dengan BAB yang lainnya memiliki keterkaitan, sistematika penulisan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

BAB I Merupakan bab pendahuluan dalam membuka penulisan skripsi ini, dengan uraian bahasan meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metodologi penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Berkenaan perempuan dalam perspektif Islam, partisipasi perempuan dalam berpolitik, dan perempuan dalam demokrasi Indonesia.

BAB III Berkenaan dengan sejarah berdiri PPP, Asas Paertai Islam PPP,visi dan misi PPP, dan politik perempuan di PPP.


(21)

BAB IV Bab ini membahas hasil penelitian meliputi pandangan PPP terhadap kepemimpinan perempuan dans trategi PPP agar mengetahui kemenangan perempuan dalam pemilihan Calon Legislatif.

BAB V Merupakan penutup, yang terdiri dari kesimpulan terhadap jawaban permasalahan dalam penyusunan skripsi ini. Sekaligus memberikan saran yang mungkin dapat membantu mewujudkan keadilan dan kepastian hokum dalam masyarakat.


(22)

12

BAB II

PERAN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK A. Perempuan Dalam Perspektif Islam

Masalah kepemimpinan perempuan sampai saat ini masih juga menjadi sebuah kontroversi yang menimbulkan perdebatan menarik. Apakah kepemimpinan di dalam rumah tangga atau di arena publik. Kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan berkeluarga ataupun bermasyarakat dan bernegara.1

Al- Qur’an menempatkan perempuan pada posisi sederajat dengan fitrahnya laki-laki dalam aktivitas kehidupan bermasyarakat. Namun kenyataannya data menyebutkan, bahwa perempuan di Indonesia yang menjadi kepala keluarga, 1 dari 10 kepala keluarga miskin adalah kepala keluarga perempuan yan diperkirakan jumlahnya 1,2-1,5 juta jiwa dan rata-rataberpendidikan tidak tama SD. Hal ini pula pernah ditegaskan oleh data dari badan pusat statistik tahun 1999, sebagaimana dilaporkan dalam harian umum Media Indonesia, bahwa 13,2% rumah tangga di Indonesia dikepalai oleh perempuan

Di masa Rasul SAW.perempuan sudah banyak tampil sebagai sosok yang dinamis. Hal ini di dorong oleh semangat kitab suci Al-Qur’an yang memberi jaminan pada perempuan berpartisipasi dan berkiprah dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat; termasuk di dalamnya peran public sebagai pemimpin.

Dalam ajaran Islam adalah merupakan tugas setiap muslim sebagai umat Muhammad SAW .yaituamar ma’ruf nahi munkar, sebagai tanggung jawab dan amanah bersama dalam rangka memperbaiki kehidupan sosial. Sehingga kiprah

1

Subhan zaitunah, Menggagas Fiqih Pemberdayaan Perempuan, (Jakarta: LKIS Pelangi Aksara. 2004),cet-1, h. 93


(23)

politik merupakan implementasi dari tugas manusia (laki-laki atau perempuan)sebagai khalifah fil ardl. Tugas bersama yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan; satu dengan yang lain mesti bermitra. Allah SWT telah menegaskan dalam surat At-Taubah ayat 71

ت م م

يقي ع ي ف ع ب م ي ضعبء ي أ م عب

ص ت ي سر ه عيطي ك

ه ه م ح يس ك أ ه

ب ب ت مي ح ي ع

۱۷ ) Artinya: Dan orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Merekan itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha Bijaksana (Q.S at-Taubah {9} : 71)

Ayat ini menjelaskan secara lebih spesipik dengan penyebutan laki-laki mukmin dan perempuan mukmin untuk melakukan salah satu bentuk aktifitas

politik, yaitu amar ma’ruf nahi munkar. Ayat ini lebih mempertegas lagi bahwa sebagian bagian dari masyarakat, laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban dan mempunyai hak melakukan hal yang baik untuk publik. Terbukti keduanya

berhak menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar,

mencakup segala segi kebaikan, termasuk memberi masukan dan kritik terhadap penguasa.2

Ditegaskan pula bahwa bidang politik merupakan bagian dari pergaulan sosial kemasyarakatan, maka perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki, tidak terdapat pengistimewaan yang didasarkan pada perbedaan jenis

2

Istibsyaroh.Hak-hak Perempuan; Relasi Gender Menurut tafsir Al-Sya’rawi,


(24)

kelamin. Sangatlah jelas bahwa dalam Islam, perempuan dan laki-laki mempunyai fungsi, dan eksistensi yang sama dimata Allah SWT. Dan posisi laki-laki dan perempuan juga sama dalam bidang publik, tidak ada peraturan dalam Islam, yang secara tekstual menempatkan perempuan sebagai second person.3

Pergeseran sosiologis akibat sosial budaya dan kondisi yang senantiasa berubah menjadikan pemahaman atau interpretasi terhadap ajaran Islam menjadi lebih dinamis. Karena sifat elastisitas dan dinamika bahasa, maka sesuatu yang wajar bila penafsiran terhadap sebuah teks selalu berkembang dan tidak selalu melahirkan pemahaman tunggal, begitu pula dengan subtansi ayat dalam surat An-Nisa ayat 34.

مأ م قف ب ضعب ي ع م عب ه ف ب ء س ي ع م ق ج ق تح ص ف م

ت

فح ظ ت ه ظفح ب بيغ يف ه ر جه ه ظعف ه ش ف خت يب

عج

غ ت اف م ع ف ه ب ض ء س ت ي ك ي ع ك ه اي س ي ع

۴۳ ) .

Artinya: kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dank arena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka sebab itu maka wanita yang sholeh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri [289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) [290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya [291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya [292] .sesungguhnya Allah maha tinggi lagi maha besar. (QS. An-Nisa :34).

Kalimat ar-rijal qawamun ala an-nisa yang terdapat dalam surat di atas, selalu menjadi salah satu alasan (dasar normatif) superrioritas laki-laki atas perempuan. Dalam tafsir al-Manar disebutkan, bahwa laki-laki lebih utama dari pada perempuan, sehingga lebih pantas untuk memimpin. Argumen yang

3

Tari Siwi Utami, Realitas Politik Perempuan Di Indonesia, Dalam Proseding Seminar Internasional, Keterwakilan Perempuan dan Sistem Pemilihan Umum, (Jakarta: National Demokratis & Pemberdayaan Perempuan RI, 2001), h. 106


(25)

dimunculkan dalam ayat ini, mengapa kaum laki-laki bisa menjadi kaum perempuan, adalah karena dua hal yang pertama, ketentuan Allah yang telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan).

Kedua, karena kaum laki-laki (suami) memberikan nafkah kepada istri.

Akan tetapi Al-Qur’an hanya mengatakan bahwa laki-laki adalah qawwah (lebih unggul/kuat) di mana menurut gramatikal bahasa Arab: posisi kata dalam kalimat tersebut sebagai khabar (predikat) dan tidak mengatakan bahwa mereka

“harus” menjadi qawwad. Bila susunan Al-Qur’an itu menyatakan “harus” maka ayat ini merupakan sebuah pernyataan normatif dan yang demikian ini akan mengingat bagi kaum perempuan pada semua masa dan dalam semua keadaan, padahal sebetulnya tidak demikian. Peran suami memberi nafkah kepada istri

bukan merupakan keadaan “hakikat” melainkan hanya perbedaan “fungsional”

saja.4

Senafas dengan argumentasi di atas, Imam Khomeini mengatakan bahwa perempuan dalam Islam memiliki peranan penting dalam pembangunan masyarakat Islam, sehingga kaum perempuan juga mempunyai tanggung jawab yang sama beratnya dengan laki-laki mengatasi problematika di pemerintahan Islam.5

Dalam realita sosial, banyak kaum perempuan yang mandiri secara ekonomi, bukan menjadi tulang punggung keluarga. Maka sosiologis atau laki-laki itu berjalan (bergerak) dan berusaha di ruang publik, sedangkan perempuan tinggal di

4

Subhan Zaitunah. Menggagas Fiqih Pemberdayaan Perempuan,(Jakarta: LKIS Pelangi Aksara. 2004), cet-1, h. 26-31

5

Imam Khomeini, Kedudukan Wanita dalam Pandangan Imam Khomeini, (Jakarta: Lentera 2004), h. 79


(26)

rumah. Konsekuensi logis dari pemahaman tersebut adalah jika pertempuan lebih aktif (bergerak), maka ia menjadi rijal secara sosiologis. Sedangkan kalau laki-laki berada di rumah, maka secara sosiologis ia menjadi nisa. Berdasarkan kajian gender, tipologi laki-laki seperti itu secara biologis ia tetap laki-laki (adz-dzakar), namun secara sosiologis ia adalah nisa; begitu pula sebaliknya.6

B. Partisipasi Perempuan dalam Berpolitik

Membahas tentang partisipasi politik perempuan di ranah perpolitikan nasional, selama ini selalu mengalami dinamika dan konstelasi yang tidak dapat difahami oleh kaum laki-laki yang selalu memiliki persepsi bahwa perempuan adalah mahluk yang diciptakan dengan memiliki kodrat dan naluri lemah serta terlalu halus. Sehingga kemungkinan untuk dapat terlibat secara langsung dan aktif di lapangan memiliki peluang yang sangat tipis.

Sinyalemen ini tentu bukan tanpa bukti, berbagai fakta sering dipakai sebagai alat analisis untuk melihat seberapa parah persoalan yang mengungkung kehidupan kaum perempuan. Laporan United Nations Development Program (UNDP) tahun 1996, misalnya menyebut bahwa 20% dari 1,3 miliar penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan adalah kaum perempuan. Fakta itu tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, jika dilihat dari komposisi penduduk miskin yang ada. Dilaporkan pula bahwa sekitar 67% dari total penduduk dunia yang buta huruf (sekitar 600 juta jiewa) juga dari kalangan perempuan. Di

6

Subhan zaitunah.Menggagas Fiqih Pemberdayaan Perempuan (Jakarta: LKIS Pelangi Aksara. 2004), cet-1, h. 33


(27)

Indonesia sendiri, perempuan menempat sekitar 70% dari penduduk yang buta hurup7

Gerakan feminisme sesungguhnya berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan di eksploitas. Oleh karena itu, harus ada upaya mengakhiri penindasan dan eksploitas.8 Meskipun para feminis mempunyai kesadaran yang sama mengenai ketidak adilan gender, akan tetapi mereka berbeda pendapat dalam sebab-sebab terjadinya ketidak adilan gender tersebut dan juga dalam target yang akan dicapai dalam perjuangan mereka.9

Di abad globalisasi seperti saat ini, golongan feminisme terus berupaya mendobrak sekat-sekat konstruksi sosial yang sebenarnya dibuat oleh kaum laki-laki yang menjadi penyebab utama dari ketimpangan antara laki-laki-laki-laki dan perempuan. Akhir dari tuntunan feminism adalah terbebasnya kaum perempuan dari berbagai macam belenggu, diskriminasi, keterbelakangan, dan terakomodirnya kepentingan perempuan dalam kontek kehidupan rill sebuah system kenegaraan.

Di Indonesia isu keterwakilan perempuan yang sangat rendah di ruang publik; dimana komitmen partai politik belum sensitif gender sehingga kurang memberikan akses memadai bagi kepentingan perempuan, dan kendala nilai-nilai budaya dan interpretasi ajaran agama yang sangat tidak mendukung atas

7Najmah Sa’idah dan Husnul Khatimah.

Revisi Politik Perempuan, Bercermin Pada Shahabiyat, (Bogor: Idea Pustaka Utama 2003), h. 26

8

Mansour Fakih. Analisis Gender dan Tranformasi sosial, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar 2003), h. 79

9

Yunaha Ilyas. Feminism dalam Kajian Al-Qur’an Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1997), h. 46


(28)

kesetaraan gender dan animo para perempuan untuk terjun dalam kancah perpolitikan nasional rendah, merupakan inti pokok permasalahan yang dihadapi saat ini. Akan tetapi, animo kaum perempuan untuk terjun secara praktis dalam ranah politik masih memerlukan kajian khusus dan penelitian yang matang.

Hak-hak politik perempuan hak asasi yang paling mendasar, sementara hak asasi perempuan dan laki-laki dalam proses pengambilan keputusan adalah syarat mutlak di dalam demokrasi. Pada tahun-tahun terakhir ini, pembicaraan tentang keterwakilan dan partisipasi politik perempuan menjadi signifikan. Kendati berbagai langkah mobilisasi dan advokasi telah ditingkatkan, namun, masih banyak politisi yang sangat rendah pemahamannya tentang isu ini.10

Padahal dalam agama Islam sebagai agama yang dianut mayoritas penduduk di Indonesia, jelas dikatakan bahwa antara laki-laki dan perempuan diberi hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan di mata Allah kecuali keimanannya. Akan tetapi walaupun begitu, masih banyak kalangan yang memperlihatkan ketidaksetujuan terhadap partisipasi perempuan dalam politik.11

Terpenuhnya hak politik perempuan di Indonesia, di samping mengacu kepada draft instrument internasional mengenai Hak asasi Manusia juga harus mengacu kepada pancasila sebagai ideologi dan konstitusi Negara ( Khususnya

10

Internasional IDE. Perempuan di Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah, (Jakarta: AMEPRO, 2005), h. 1

11


(29)

UUD 1945 hasil amandemen kedua, pada pasal 28 A sampai J tentang Hak Asasi Manusia).12

Pergerakan perempuan di Indonesia memiliki beberapa persamaan arah tujuannya dengan gerakan-gerakan perempuan di belahan dunia lain, yaitu bertumpu pada usaha aktualisasi diri sebagai warga yang tersubordinasi. Pada permulaan abad ke-20 terjadi perubahan dari pola gerakan kaum perempuan di Indonesia, karena pada waktu itu segelintir perempuan Indonesia telah mengeyam pendidikan yang lebih baik. Salah satu ikon penting dari pergerakan perempuan Indonesia, pada periode itu adalah Kartini. Keinginan Kartini yang lahir pada 1879 adalah membebaskan perempuan dari belenggu budaya feudal Jawa dan ingin mengangkat martabat perempuan melalui bidang pendidikan.13

Nasionalisme yang diperjuangkan Kartini dalam beberapa hal menjiwai berdirinya Boedi Otomo pada tahun 1908. Pada era selanjutnya, Boedi Otomo pada tahun 1912.14 Mendirikan Poetri Mardika sebagai sayap perempuan, dengan harapan kaum perempuan juga turut serta dalam perjuangan. Ketika Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 dikumandangkan sebagai pertanda persatuan Indonesia, maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut para perempuan Indonesia

12

Mujibur Rahman Khairul Muluk, Menggugat Partisipasi Politik dalam Pemerintahan daerah (sebuah kajian dengan pendekatan berfikir system), (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), h. 79

13

Marlita dan Porwandari. Pergerakan Perempuan Indonesia 1928-1965, (Jakarta: Program Pasca Sarjana UI), h. 83

14 Mu’min Rauf dan Tati Harminah.

Sejarah Pergerakan Perempuan di Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah), h. 20


(30)

melakukan Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta.15

Pada masa Orde Baru, seluruh aspek kehidupan dan semua pihak dikoptasi oleh pemerintah, dan dalam hal ini kaum perempuan adalah salah satu pihak yang mengalami penyingkiran, bentuk penyingkiran kaum perempuan dari politik formal yang paling jelas dapat kita lihat pada masa Orde Baru, di masa perempuan bener-bener dirumahkan dengan urusan-urusan domestik, program besar negara yaitu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), Dharma Wanita, dan lain-lain yang notabene adalah program-program yang menuntut perempuan hanya berkiprah dalam urusan rumah tangga, mengurus anak, memasak dan mengurus suami. Sebagai langkah strategi, pemerintah membentuk menteri urusan wanita pada tahun 1978, tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan yaitu peningkatan ekonomi dan kesehatan. Peranan perempuan diperkuat setelah adanya peninjauan kembali dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1978 yang mencantumkan bahwa perempuan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk ikut serta sepenuhnya dalam segala kegiatan pembangunan.16

Pada 21 Mei 1998 menjadi hari yang paling bersejarah bagi segenap bangsa Indonesia, karena pada hari itu Presiden Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia. Mundurnya Soeharto kali ini memberi secercah harapan bagi para aktivis perempuan Indonesia yang telah lama

15

Rini Soerojo, dkk. Perempuan dan Politi, (Jakarta: Kementrian pemberdayaan perempuan RI, 2001), h. 1

16

Saparinah Sadil, Pengantar Tentang Kajian Wanita dan Kajian Wanita dalam Pembangunan, (Jakarta: Yayasan Bor, 1995), h. 29


(31)

dipinggirkan. Budaya politik dominan yang berkembang pada masa Orde Baru, membuat eksistensin, posisi dan peran perempuan tidak mendapat tempat semestinya. Perempuan pada periode tersebut harus senang menjadi penghuni tetap dari ruang domestik perempuan belaka.

Pada tahap awal, para aktivis perempuan kemudian berbondong-bondong mendirikan bermacam-macam organisasi yang bertujuan memperjuangkan hak-hak perempuan dan membebaskan perempuan dari segala macam belenggu diskriminasi. Organisasi-organisasi tersebut antara lain Yayasan Kalyanamitra. Forum Indonesia untuk Keadilan (APIK), Yayasan solidaritas perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan, KOWANI. Kaukus perempuan Parlemen, Kaukus Perempuan Politik Indonesia, Pusat Pemberdayaan Perempuan dalam Politik PD-Pol), Gerakan Pemberdayaan Suara Perempuan (GPSP), Himpunan Wanita Karya (HWK), Jaringan Perempuan dan Politik, dan lain-lain.17

Tuntutan merekapun beragam, mulai dari wacana mengenai kesetaraan gender seperti hak-hak asasi perempuan dalam perkawinan dan masyarakat,

marital rape (perkosaan dalam perkawinan), kekerasan dalam rumah tangga, cuti hamil, pelecehan seksual (sexual harassment) di tempat kerja, kesehatan reproduksi, affirmative action (tindakan khusus sementara), peran perempuan dalam lingkungan, serta peran perempuan dalam mencegah dan mengupayakan resolusi konflik. Dan tidak sedikit perempuan yang terjun langsung ke partai-partai politik. Bahkan kemudian sosok perempuan menjadi figur sentral dalam partai politik tersebut. Klimaksnya adalah dengan terpilihnya megawati sebagai

17

Rini Soerojo, dkk. Perempuan dan Politik, (Jakarta: Kementrian pemberdayaan perempuan RI, 2001), h. 8


(32)

Presiden Republik Indonesia yang berstatus perempuan, dan sekaligus pertama dalam sejarah kepemimpinan di negeri ini. Realitas politik ini semacam merupakan suatu capaian yang tidak bisa di pandang sebelah mata.

Satu tahapan penting di masa reformasi dalam rangka mengangkat derajat wanita melalui keterwakilan politik di lembaga legislatif adalah adanya klausul politik yang menyatakan bahwa perempuan berhak dicalonkan oleh partai politik dengan proporsi tiga puluh persen. Hal ini terakhir telah di tuangkan pada UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu, yang salah satu klausul pasalnya menyebutkan: setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRDKabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%. Terlepas dari pro dan kontra yang melingkupi penerapan UU ini, setidaknya perempuan dapat memperjuangkan nasib kaum perempuan dengan berjuang sekuat tenaga melalui legislasi di parlemen.

C. Perempuan dalam Demokrasi Indonesia

Demokrasi memang telah sejak lama dirasakan sebagai kebutuhan mendasar bagi masyarakat Indonesia, bahkan akhir-akhir ini terasa hangat dan sempat mencuat ke permukaan. Salah satunya penyebabnya karena pemerintahan sudah semakin terbuka. Artinya, dimungkinkan bagi masyarakat luas untuk membicarakannya secara terbuka.

Penerapan nilai-nilai demokrasi baik pada perempuan maupun laki-laki sama. Artinya, perempuan mulai sejak awal harus terlibat dalam proses pembangunan, sejak perencanaan pengambilan keputusan, pelaksanaan keputusan


(33)

sampai pada tahap evaluasi. Dan Tentunya ini memerlukan kreatifitas tersendiri bagi aktifis-aktifis perempuan agar penerapan-penerapan nilai-nilai demokrasi terlaksana. Program peningkatan pendapatan, program lingkungan atau apapum bentuknya asal dimungkinkan untuk memperkuat perempuan, sehingga

mempunyai “Barganing Power” yang nasional dan berjangka panjang. Karena

tidak aka nada yang memberikan “Power” kecuali diupayakan sendiri.

Jika buruh perempuan diberikan kekuatan “Barganing Power” justru akan memperkuat industri dan meningkatkan produktifitas, karena ada wadah yang komunikatif. Berbeda dengan buruh yang tidak memiliki kekuatan itu, maka yang terjadi adalah kemandekan industry serta pemogokan dan menurunkan produktifitas.18

Begitu pula halnya perempuan dalam diskusi politik, bila terjadi penyekatan atau pembatasan-pembatasan wilayah, maka politik benar-benar

memiliki “Barganing Power” dalam demokrasi di Indonesia. Demokrasi tanpa

keikutsertaan perempuan bukanlah demokrasi sesungguhnya. Legitimasi dari suatu kebijakan yang demokratis harus memperhitungkan kepentingan pemilihan yang mana pemilih perempuan jumlahnya lebih dari 50% penduduk di Indonesia.

Dalam kerangka demokrasi yang representatif, pandangan dari kelompok yang berbeda harus dipertimbangkan dalam memformulasikan keputusan dan kebijakan yang akan di buat. Mempertimbangkan kepentingan perempuan dan melibatkan laki-laki dan perempuan dalam proses pembuatan kebijakan adalah

18

Fauzie Ridjal, dkk, Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia, (Yogyakart: Tiara Wacana Yogya, 1993) hlm. 142-143


(34)

dasar dari kerangka demokrasi yang mendorong kearah kesetaraan dan keadilan gender.19

19

Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Esai-esai Pilihan, (Jakarta: Kompas 2015), h. 25


(35)

25

BAB III

PROFIL PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) A. Sejarah Berdiri Partai PPP

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) didirikan tanggal 5 januari 1973, sebagai hasil fusi politik empat partai Islam, yaitu Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslim Indonesia (Pamusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti. Fusi ini menjadi symbol kekuatan PPP, yaitu partai yang mampu mempersatukan berbagai faksi dan kelompok dalam Islam, untuk itu wajar jika

PPP kini memproklamirkan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam.

PPP didirikan oleh 5 deklarator yang merupakan pimpinan 4 partai Islam peserta pemilu 1971 dan seorang ketua kelompok persatuan pembangunan, semacam fraksi 4 partai Islam di DPR. Para deklarator itu adalah:

1. KH. Idham Chalid, Ketua Umum PB Nadhltul Ulama

2. H. Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Ketua Umum Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI)

3. H. Anwar Tjokroaminoto, Ketua Umum PSII 4. H. Rusli Halil, Ketua Umum Partai Islam

5. H. Masykur, Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan di Fraksi DPR. 1 PPP berasaskan Islam dan berlambangkan Ka’bah. Akan tetapi dalam perjalanannya, akibat tekanan politik kekuasaan Orde Baru, PPP pernah menanggalkan asas Islam dan menggunakan asas Negara Pancasial sesuai dengan sistem politik dan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahun 1984. Pada

1

www.PPP.or.id/pag/PPP-Dalam-Lintasan-Sejarah/Index/Di akses pada pukul 23.11. tgl 8 maret 2016


(36)

Muktamar I PPP tahun 1984 PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dan lembaga Partai berupa bintang dalam segi lima. Setelah tumbang nya Orde Baru yang di tandai dengan lengsernya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998 dan dia digantikan oleh wakil Presiden B.J Habibie, PPP kembali mengunakan asas Islam dan lambang Ka’bah. Secara resmi itu dilakukan melalui Muktamar IV akhir tahun 1998.Walau PPP kembali menjadikan Islam menjadi asas, PPP tetap berkomitmen untuk mendukung keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila. ADRT PPP yang ditetapkan dalam Muktar VII Bandung 2011 adalah bahwa: “Tujuan PPP adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Rebplubik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah Ridho Allah. 2

Secara de facto , ketika PPP mendapat dukungan dari 20 organisasi Islam itu, PPP berhasil menorehkan sejarah, baik dari sisi kuantitas maupun dari sisi kualitas. Bersama organisasi Islam, PPP menjadi partai politik yang gigih memperjuangkan kepentingan politik umat Islam, dengan segala macam resiko, seperti penahanan, intimidasi, dan bahkan siksaan. Itu semua dilakukan oleh aktivis PPP karena mereka yakin bahwa apa yang mereka lakukan sesuai dengan perintah Allah SWT serta sesui dengan aspirasi umat Islam dengan organisasi Islam.

Konsekwensi politik dari kenyataan itu adalah, fungsionaris PPP ditingkat pusat, wilayah, cabang, anak cabang, dan ranting harus meningkatkan hubungannya dengan partai Islam yang mendukung atau mendirikan partai deklarator serta dengan organisasi Islam yang mendukung atau mendirikan partai

2

www.PPP.or.id/pag/PPP-Dalam-Lintasan-Sejarah/Index/ Di akses pada pukul 23.11. tgl 8 maret 2016


(37)

deklarator PPP itu. Ini penting agar PPP tidak kehilangan orientasi dan pijakan sejarahnya.

Selain itu, fungsional PPP sesuai dengan tingkatnya tidak perlu ragu-ragu untuk mengangkat aktivis organisasi Islam sebagai pengurus PPP sehingga PPP betul-betul dapat menyuarakan kepentingan umat Islam karena dikawal oleh orang-orang yang paham akan aspirasi dan perjuangan umat Islam Indonesia. Bahkan, fungsionaris PPP di berbagai tingkatan nya harus memberikan ruang kepada organisasi Islam untuk dicalonkan oleh PPP sebagai angota DPR/ DPRD bahkan juga sebagai pejabat public lain nya.3

Kembalinya PPP sebagai Partai Islam identik dengan membuka lembaran lama. Sebab PPP yang lahir pada 5 Januari 1973 pada awalnya merupakan fusi dari lima partai Islam, yaitu Partai Nadhlatul ULama, Partai Muslim Indonesia, Partai Syarikat Islam Indonesia, dan Partai Islam PERTI.

Kembalinya PPP berasaskan Islam bukan tanpa sebab, ini dikarenakan karena PPP mempunyai program perjuangan yang dilakukan melalui agama Islam, diantaranya ialah :

a. PPP meyakini Islam sebagai agama paripurna yang mengemban misi transformasi di semua aspek kehidupan dalam rangka merahmati semesta alam. PPP menempatkan agama sebagai sumber kekuatan rohani dan sekaligus sumber kesadaran akan makna, hakekat, dan tujuan hidup bangsa. Agama merupakan sumber moral, etika, inspirasi, dan motivasi sebagai pedoman untuk membedakan yang benar dan salah. Agama adalah

3

www.PPP.or.id/pag/PPP-Dalam-Lintasan-Sejarah/Index/ Di akses pada pukul 23.11. tgl 8 maret 2016


(38)

pendorong manusia untuk keluar dari kegelapan dan meraih cahaya kebenaran.

b. PPP berpandangan bahwa hubungan Islam dan negara bersifat simbiotik sinergi serta saling membutuhkan dan memelihara, yang berpegang pada prinsip harmoni antara universalitas Islam dan lokalitas keindonesiaan demi terwujudnya negara Indonesia yang damai, makmur, sejahtera.4 Dilihat dari sisi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PPP, pernyataan PPP sebagai rumah besar umat Islam. Merupakan penegasan bahwa PPP merupakan hasil fusi atau gabungan dari beberapa partai politik Islam melalui sebuah deklarasi bersama pada 5 Januari 1973 bertepatan dengan tanggal

30 dzulqa’da 1392. Jadi, kekuatan utama PPP terletak pada kemampuannya untuk membangun dan menggalang kebersamaan di antara partai politik Islam yang melakukan fusi dalam PPP.

Untuk kembali kejayaannya, PPP memproklamirkan diri sebagai “Rumah

besar Umat Islam” menurut Wakil Ketua Umum DPP PPP 2011-2015, Lukman Hakim Saifudin, sebagaimana dijelaskan dalam rapat pleno DPP PPP 2011-2015, 21-22 Oktober 2011 di Jakarta, setidak-tidaknya ada tiga pengertian yaitu:

Pertama, PPP merupakan tempat kembalinya orang Islam, terutama untuk menyalurkan aspirasi dan menindaklanjutinya. Sebagaimana kita maklumi, di era reformasi banyak eksponen PPP yang pindah ke partai lain atau mendirikan partai baru. Selain itu, banyak organisasi Islam yang merupakan pendiri atau pendukung PPP yang memberikan dukungan kepada partai politik baru. Namun, di rumah

4

Ketetapan Muktar VI Partai Persatuan Pembangunan, Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, (Jakarta: 2007), h. 3


(39)

baru itu banyak eksponen PPP yang mengalami kekecewaan. Nah saat itu merupakan waktu yang tepat bagi mereka yang telah meninggalkan PPP untuk kembali lagi berjuang bersama PPP dalam menyalurkan aspirasi umat Islam serta menindaklanjutinya.5

Kedua, PPP merupakan tempat bernaung atau berlindung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana kita maklumi, PPP merupakan partai yang paling gigih memperjuangkan aspirasi umat Islam dari berbagai macam langkah-langkah berbagai kalangan yang merugikan umat Islam di Indonesia. Hal ini dilakukan sejak PPP berdiri sampai kini. Sebagai partai Islam, maka PPP meredam keinginan sebagian umat Islam itu sendiri untuk mendirikan negara Pancasila masih dimungkinkan berdirinya partai Islam yang mempunyai kebebasan memperjuangkan aspirasi umat Islam dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, keberadaan PPP dalam konteks NKRI sangat penting.6

Ketiga, PPP merupakan tempat untuk menyatukan aspirasi umat Islam dan menindaklanjutkannya, sehingga aspirasi umat Islam dapat terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan modal sejarah itu seharusnya pengurus PPP di berbagai tingkatan dapat menghimpun dan merangkul seluruh potensi dan kekuatan umai Islam Indonesia dalam rangka menegakkan perjuangan para pahlawan yaitu

5

Ketetapan Muktar VI Partai Persatuan Pembangunan, Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, (Jakarta: 2007), h. 5

6

Ketetapan Muktar VI Partai Persatuan Pembangunan, Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, (Jakarta: 2007), h. 5


(40)

menciptakan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (Negara yang adil dan makmur). Kader-kader PPP tidak boleh egois dengan menjadikan PPP sebagai miliknya sendiri, lalu menghalangi masuknya kader umat terbaik yang belum sempat bergabung dengan PPP. Jika hal ini terjadi, maka kader itu telah melupakan sejarah PPP bahwa PPP adalah milik seluruh umat Islam, sehingga seluruh umat Islam juga kader PPP.7

B. Asas Partai Islam

PPP pada masa Orde Baru berasas pancasila, tapi setelah reformasi PPP menjadi berasaskan Islam. Hal ini berlandaskan pada pasal 2 AD/ART PPP yang

berbunyi “PPP berasaskan Islam”. Dengan berasaskan agama Islam PPP

mewajibkan para bakal caleg perempuan harus beragama Islam. Tidak hanya pada bakal caleg perempuan saja namun seluruh pengurus dan kader-kader PPP merupakan umat Islam. Dari dulu hingga sekarang PPP tetap konsisten pada asasnya yang berpegang teguh pada agama Islam. Sebagai partai pertama yang lahir dengan asas Islam PPP ingin menjaga kekonsistenan tersebut. Disamping itu di internal partai yang berlambang Kabah ini berisi ulama dan kyai yang terkenal sehingga Islam didalam PPP begitu kental dan sulit pudar.8

C. Visi dan Misi PPP

Visi PPP adalah “ Terwujudnya masyarakat yang bertaqwa kepada Allah

Swt dan Negara Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, bermoral, demokratis,

7

Ichlasul Amal, 1996. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya), h. 23

8

wawancara pribadi dengan, Dr. khamami, SH, MA, di kampus pada hari selasa tanggal 18 Oktober 2016 jam 11.05


(41)

tegaknya supermasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), serta menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan dan keadilan sosial yang berlandaskan kepada nilai-nilai keislamam.9

Di bidang Agama, platform PPP menegaskan tentang ; 1) perlunya penataan kehidupan masyarakat yang Islami dan berakhlakul karimah dengan

prinsip amar ma’ruf nahi munkar, 2) pentingnya peran Agama (Islam) sebagai

panduan moral dan sumber inspirasi dalam kehidupan kenegaraan, 3) paradigma hubungan antara Islam dan negara yang bersifat simbiotik, sinergis serta saling membutuhkan dan memelihara, yang berpegang pada prinsip harmoni antara universalitas dan lokalitas keindonesiaan, dan 4) komitmen pada prinsip dan sikap toleransi antara umat beragama. Sementara itu di bidang politik, PPP berkomitmen untuk memingkatkan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia, terutama pada aspek penguatan kelembagaan, mekanisme dan budaya politik yang demokrasi di Indonesia dan berakhlakul karimah. PPP menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), menghargai kebebasan berespeksi, berpendapat dan berorganisasi, terwujudnya good and clean government, dan upayamempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berlandasan Pancasila dan UUD 1945.

Platform ekonomi PPP mempertegas keberpihakannya pada konsep dan system ekonomi kerakyatan, terwujudnya keadilan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, penguasa negara terhadap cabang-cabang ekonomi yang menguasai hidup orang banyak, maksimalisasi BUMN dan BUMD,

9

Ketetapan Muktar VI Partai Persatuan Pembangunan, Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, (Jakarta: 2007), h. 12


(42)

dan mendorong peningkatan keswadayaan nasional (unit usaha keluarga/individual, usaha swasta badan usaha negara dan koperasi) demiwujudnya kemandirian ekonomi masyarakat dang banga Indonesia.10

PPP berkomitmen pada upaya tegaknya supermasi hukum, penegakan HAM, terwujudnya tradisi kepatuhan hukum dan tradisi berkonstitusi, pemberantasan korupsi, lolusi, dan nepotisme, pembaruan hukum nasional, terciptanya tertib sipil dan rasa aman masyarakat, penguatan institusi dan instrument penegakan hukum, serta penguatan moralitas penegakan hukum.11

PPP berjuang demi terwujudnya kehidupan sosial yang religious dan bermoral, toleran dan menjunjung tinggi persatuan, taat hukum dan tertib sipil, kritik dan kreayif, mandiri, menghilangkan budaya kekerasan, terpenuhinya rasa aman masyarakat, mencegah segala upaya marjinalisasi dan kolonilsasi budaya lokal baik atas nama agama maupun modernitas dan pembangunan, mengembangkan nilai-nilai sosial budaya yang bersumber pada ajaran etik, moral dan spiritual agama, serta mengembangkan seni budaya tradisional dan daerah memperkaya seni budaya nasional yang di dalamnya dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan.12

PPP berkomitmen pada terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai serta kualitas kesehatan yang baik. Program pembangunan kesejahteraan hendaknya diarahkan

10

www.PPP.or.id/page/visi dan misi PPP.Di akses pada pukul 23.11. maret 2016

11Muchamad Ali Safa’at,

Pembubaran Partai Politik, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010), h. 52

12


(43)

pada peningkatan, kesehatan dan jumlah sosial yang adil dan merata serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat. PPP bertekad menjadikan bidang pendidikan sebagai prioritas dan titik tolak pembangunan kesejahteraan, yang darinya diharapkan lahir manusia Indonesia yang cerdas, trampil, mandiri dan berdaya saing tinggi.

Visi politik luar negeri PPP diorientasikan pada upaya mengembangkan politik luar negeri yang bebas dan aktif, dalam arti bahwa Indonesia ikut aktif memajukan perdamaian dunia dan memandang segala bentuk penjajahan, menolak ketergantungan terhadap pihak luar maupun yang dapat mengurangi kedaulatan Indonesia dengan negara-negara lain atas dasar saling menghormati dan kerjasama menuju terwujudnya perdamaian dunia yang adil, beradab, dan dengan prinsip keseimbangan.13

Misi PPP (khidmat perjuangan) PPP berkhidmat untuk berjuang dalam mewujudkan dan membina manusia dan masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, meningkatkan mutu kehidupan beragama, mengembangkan ukhuwa Islamiyah (persaudaraan sesame muslim). Dengan demikian PPP mencegah berkembangnya faham-faham pendangkalan agama dalam kehidupan bangsa Indonesia.

PPP berkhidmat untuk memperjuangkan hak-hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia sesuai dan kewajiban dasar manusia sesuai harkat dan martabatnya dengan memperhatikan nilai-nilai Agamaterutama nilai-nilai ajaran Islam, dengan mengembangkan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesame

13


(44)

manusia).Dengan demikian PPP mencegah dan menentang berkembangnya faham-faham yang melecehkan martabat manusia, proses dehumanisasi, diskriminasi, dan budaya kekerasan.

PPP berkhidmat untuk berjuang memelihara rasa aman, mempertahankan dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dengan mengembangkan ukhuwa wathaniyyah (persaudaraan sebangsa). Dengan demikian PPP mencegah dan menentang proses disintegrasi, perpecahan dan konflik sosial yang membahayakan keutuhan bangsa Indonesia yang bhineka tunggal ika.

PPP berkhidmat untuk berjuang melaksanakan dan mengembangkan kehidupan politik yang mencerminkan demokrasi dan kedaulatan rakyat yang sejati dengan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat.Dengan demikian PPP mencegah dan menentang setiap bentuk otoritarlanisme, fasisme, serta kewewenang-wenangan yang mendzalimi rakyat.14

PPP berkhidmat untuk memperjuangkan berbagai upaya dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT, baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur, dengan demikian PPP mencegah berbagai bentuk kesenjangan sosial, ekonomi, budaya, pola kehidupan yang konsumeristis, materialistis, ditengah-tengah kehidupan rakyat banyak yang masih hidup dibawah garis kemiskinan.

D. Politik Perempuan PPP

Partai politik dalam pendefinisiannya sangat berbeda-beda dalam yang dikemukakan oleh pakar. Menurut Lapalombara dan Myron Weiner ada tiga teori

14


(45)

yang mencoba menjelaskan asal usul partai politik. Pertama, teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya parpol. Kedua, teori situasi historik yang melihat timbulnya parpol sebagai upaya suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas.Ketiga, teori pembangunan yang melihat parpol sebagai produk modernisasi sosial ekonomi. Pengertian dari sisi etimologis, yang dikemukakan oleh Jimly Asshiddiqie dalam Safa’at mengatakan bahwa partai berasal dari akar kata part yang berarti bagian atau golongan. Kata partai menunjuk pada golongan sebagai pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan tertentu seperti tujuan, ideologi, agama, bahkan kepentingan .Pengelompokan itu bentuknya adalah organisasi secara umum, yang dapat dibedakan menurut wilayah aktifitasnya, seperti organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan, serta organisasi politik. Dalam perkembangannya, kata partai lebih banyak diasosiasikan untuk organisasi politik,yaitu organisasi masyarakat yang bergerak dibidang politik15

Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara serta memelihara keutuhan Negara kesatuan republic Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

15Muchamad Ali Safa’at,

Pembubaran Partai Politik,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010), h. 50


(46)

Partai politik sebagai sekelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiel dan ideal kepada anggota-anggotanya. Sementara itu, Soltau memberikan definisi partai politik sebagai sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisasi, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih,bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijaksanaan umum mereka.Ada satu unsur yang kurang mendapat perhatian dari keduanya, yaitu ideologi atau nilai-nilai politik yang hendak diperjuangkan.Ideologi partai, selain berfungsi sebagai dasar dan tujuan partai, juga berfungsi sebagai identitas dank arena itu sebagai pemersatu partai politik yang bersangkutan. Hanya saja kadar ideology suatu partai dengan partai lain mungkin berbeda-beda.16

Maka dapat disimpulkan bahwa partai politik merupakan sekelompok anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang disatukan dan didorong oleh suatu ideologi tertentu, yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan lewat pemilihan umum guna melaksanakan kebijaksanaan umum yang mereka susun. Kebijaksanaan umum partai tersebut merupakan hasil pemaduan berbagai kepentingan yang hidup dalam masyarakat, sedangkan cara mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan guna melaksanakan kebijaksanaan umum itu adalah lewat pemilihan umum.17

16

Suwarno. 2002. Muhammadiyah sebagai Oposisi, (Yogyakarta:Cetakan ke-2), UII Press.

17Muchamad Ali Safa’at,

Pembubaran Partai Politik, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010), h. 56


(47)

Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai sarana kedaulatan rakyat berfungsi mengatur pergantian kekuasaan di pusat dan daerah, serta membangun basis legitimasi politik yang kuat dan konstitusional. Pemilu sebagai media pendidikan politik rakyat dan upaya meningkatkan kualitas partai politik dalam menjalankan fungsinya.

Oleh karena itu Pemilu 2014 adalah agenda strategis dalam konsolidasi demokrasi, untuk membangun sistem politik yang akan memperkuat fungsi dan perankelembangaan politik nasional. Dengan sistem Pemilu Proporsional terbuka, diharapkan mampu melahirkan sistem keterwakilan yang memiliki kedekatan dengan konstituen dan rakyat terpilih.

Pemilihan Umum (Pemilu) bagi PPP merupakan sarana konsolidasi dalam rangka memantapkan posisi PPP sebagai partai islam yang demokratis, sehat, solid, dan mandiri, untuk memperjuangkan aspirasi umat islam. Dengan demikian, PPP akan memaksimalkan Pemilu 2014 untuk meningkatkan perolehan suara dan kursi di DPR,DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan ikut serta dalam pemerintahan yang akan datang.18

Tuntutan pemenuhan keterwakilan perempuan tidak semata-mata terkait kehadiran fisik wakil perempuan di lembaga legislatif seperti DPRD, melainkan juga sejauh mana ide atau gagasan tentang kepentingan kaum perempuan terwakili dalam kebijakan publik. Terkait soal ini, empat legislator perempuan di DPRD Bekasi , meskipun mengaku telah berusaha bekerja maksimal, sejauh ini

18

Nielma Farida, Strategi Politik Caleg Dalam Pemilu 2009 (studi KasusTentang Kemenangan Caleg PKB di Dapil 1 Kabupaten Sidoarjo)


(48)

mereka sebenarnya relatif belum menemukan format kontribusi yang tepat bagi peningkatan perjuangan kepentingan kaum perempuan.19

Memperkuat partisipasi politik dalam hal „bukan semata jumlah’ berarti

menempuh upaya-upaya yang tak hanya terbatas pada upaya meningkatkan jumlah perempuan di dunia politik, namun juga memperbaiki kinerja dan keberhasilan perempuan dalam berpolitik, mengkaji dampak yang ditimbulkan dari partisipasi mereka di dalam sistem politik, memonitor perkembangan agenda politik, dan memantau isu-isu yang muncul seiring dengan keterlibatan mereka di dalam sistem politik Pada umumnya, pemahaman anggota legislatif perempuan di DPRD Kota Bekasi dan DPRD Bekasi tentang persoalan-persoalan perempuan rata-rata cukup memadai. 20

Tantangan yang paling mendasar yang dihadapi oleh perempuan ketika akan memasuki ranah politik/publik justru datang dari pemisahan wilayah yang luas antara ranah publik dan privat. Ideologi pemisahan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin menentukan perempuan sebagai seorang warga negara yang bersifat privat dengan peran utama di dalam rumah tangga sebagai ibu dan istri, sementara laki-laki diberikan peran yang lebih produktif di ranah publik. Dikotomi publik-privat ini membentuk struktur peluang partispasi dan peran politik bagi perempuan di Indonesia menjadi minim. Ideologi peran jender juga membuat kontribusi perempuan di ranah produktif tidak lagi terlihat. Peran mereka tidak

19

Nielma Farida, Strategi Politik Caleg Dalam Pemilu 2009 (studi Kasus Tentang Kemenangan Caleg PKB di Dapil 1 Kabupaten Sidoarjo)

20

Muchamad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010) , h. 58


(49)

diakui secara sosial, sehingga semakin sedikit sumber daya yang diinvestasikan pada perempuan sebagai sebuah modal (human capital) baik oleh keluarga maupun negara terkait peran mereka dalam publik dam politik. Perempuan yang tidak memiliki daya secara finansial, memiliki kekurangan dalam hal kekuasaan sosial maupun ekonomi semakin sulit untuk masuk ke ranah politik yang didominasi oleh kaum laki-laki.21

E. Pandangan PPP Tentang Presiden Perempuan

Kepemimpinan politik perempuan dalam Islam masih merupakan persoalan yang kontroversial, dalam arti menimbulkan sikap pro dan kontra. Secara normatif mayoritas ulama, baik di kalangan Sunni maupun Syiah, pada umumnya menolak kepemimpinan politik perempuan. Bagi ulama Sunni, syarat utama untuk menjadi seorang Khalifah atau Kepala Negara selain alim, memiliki kapabilitas dan integritas moral, dari keturunan Arab Quraisy, dan harus laki-laki. Demikian pula, para ulama Syiah mempersyaratkan keharusan laki-laki dan keturunan ahlul bait Rasulullah (anak keturunan Fatimah putri Rasulullah dan Ali ibn Abi Thalib) untuk menduduki jabatan Imam atau Kepala Negara

Di kalangan partai politik Islam, PPP dapat dinilai yang paling keras dan serius menentang serta menolak Megawati Soekarnoputri untuk tampil menjadi kandidat presiden menggantikan Habibie. Alasan yang kerap dipakai oleh para tokoh PPP, terutama Hamzah Haz dan Zarkasih Noor, adalah karena Megawati seorang perempuan, sedangkan sebagian besar ulama Islam mengharamkan perempuan tampil sebagai kepala negara. Akan tetapi hal kenyataannya, PPP Pada

21Muchamad Ali Safa’at,

Pembubaran Partai Politik, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010) , h. 58


(50)

waktu Presiden Gus Dur dilengserkan oleh MPR dalam Sidang Istimewa (SI) bulan Juli 2001 dan kemudian MPR menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden menggantikan Gus Dur, PPP menyetujui. Bahkan Ketua Umum PPP, Hamzah Haz, terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi Megawati melalui tiga tahapan voting dengan mengalahkan calon lain, seperti Akbar Tanjung, Susilo Bambang Yudhoyono, Agum Gumelar, dan Siswono Yudhohusodo. 22

22Muchamad Ali Safa’at,

Pembubaran Partai Politik,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010), h. 62


(51)

41

BAB IV

PANDANGAN DAN STRATEGI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) MENGENAI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN KABUPATEN

BEKASI PERIODE 2009-2014 A. Pandangan Tentang Caleg Perempuan di Bekasi

Secara khusus Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan sDPRD, sebagai salah satu dasar hukum yang mengatur mengenai keterwakilan Perempuan sebagai seorang legislatif dengan kuota sebesar 30% (persen). Adapun pandangan mengenai perempuan sebagai Calon Legislatif menurut Ibu Wardah1 seorang perempuan juga memiliki hak dalam berpolitik, terbukti di Indonesia pernah memiliki Presiden perempuan dan sekarang bupati Bekasi Perempuan.

1. Pandangan Tentang Kualitas calon Legislatif Perempuan

Seorang perempuan juga memiliki hak dalam berpolitik, dan harus diperjuangkan juga hak tersebut, sekarang adalah zaman nya modernisasi , globalisasi, zaman yang sudah maju dan canggih, seperti contoh perempuan yang kita lihat dahulu Cut Nyak Dien, RA Kartini, adalah sosok perempuan yang pejuangnya besar. Terbukti di Indonesia Presiden pernah perempuan dan Sekarang bupati Bekasi Perempuan. Tuntutan pemenuhan minimal 30% keterwakilan perempuan dalam politik., khususnya dilembaga-lembaga legislatif, kini menjadi salah satu isu krusial dalam berbagai perdebatan tentang kualitas lembaga-lembaga demokrasi hasil pemilihan umum, jadi perempuan merutut PPP

1

Wawancara pribadi dengan Ibu Wardah Asriah, 5 Juni 2016, di Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi


(52)

dalam mencalonkan diri di lembaga tersebut memiliki hak dan tidak ada salahnya.2

Untuk menjadi caleg perempuan PPP di seluruh Indonesia sama tidak ada perbedaan sehingga para bakal caleg akan memenuhi persyaratan yang sama. Persyaratan pertama yang ditetapkan dan diimplementasikan pada DPC PPP Kabupaten Bekasi ialah kewajiban bagi setiap bakal caleg perempuan yang mendaftar di PPP harus beragama Islam. Hal ini berlandaskan pada pasal 2

AD/ART PPP yang berbunyi “PPP berasaskan Islam”. Dengan berasaskan agama

Islam PPP mewajibkan para bakal caleg perempuan harus beragama Islam. Tidak hanya pada bakal caleg perempuan saja namun seluruh pengurus dan kader-kader PPP merupakan umat Islam. Dari dulu hingga sekarang PPP tetap konsisten pada asasnya yang berpegang teguh pada agama Islam. Sebagai partai pertama yang lahir dengan asas Islam PPP ingin menjaga kekonsistenan tersebut. Disamping itu di internal partai yang berlambang Kabah ini berisi ulama dan kyai yang terkenal sehingga Islam didalam PPP begitu kental dan sulit pudar.

Tidak kalah pentingnya ialah keharusan setiap caleg baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki KTA (Kartu Tanda Anggota) partai. Dengan adanya kepemilikan KTA bagi bakal caleg perempuan maka dirinya sudah menjadi keluarga besar PPP. Sebab tidak mungkin orang mencalonkan pada sebuah partai politik tanpa memiliki KTA partai secara tidak langsung orang tersebut tidak memiliki ikatan batin maupun fisik dengan partai tersebut. DPC PPP Kabupaten Bekasi mewajibkan bagi bakal calon legislatif perempuan untuk mengantongi

2

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Kairan, 5 Juni 2016, di Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi


(53)

KTA sebelum dirinya mendaftarkan diri nyaleg di PPP. Dengan KTA membuktikan diri bahwa bakal caleg perempuan tersebut loyal terhadap partai dan terlibat menjadi kader PPP.

Dan yang harus dipenuhi oleh para bakal caleg perempuan ialah sehat jasmani maupun rohani. Yang dimaksud sehat jasmani tentu sehat dari segi fisik para bakal caleg perempuan sebelum dirinya mendaftarkan dirinya. Tidak ada cacat permanen maupun penyakit parah yang diderita bakal caleg perempuan saat pendaftaran. Sehat rohani lebih terletak pada kesehatan psikologi dan kejiwaannya. Selama hidup bakal caleg perempuan diharapkan tidak pernah mengidap kelainan kejiwaan seperti sakit gila.3

Perlu dingat bahwa kuota 30% adalah kuota minimal bukan kuota maksimal untu keterwakilan calon legislatif perempuan sehingga dapat memberikan banyak kesempatan untuk perempuan Indonesia dalam berpartisipasi di dunia politik dan menyuarakan hak-haknya. Dalam pemilu tahun 2004, implementasi ketentuan-ketenuan afirmatif ini sudah berjalan di PPP, misalnya, menyebut perempuan baru bisa menggunakan sistem proporsional tertutup atau kebijakan jatah kursi (reserve seat), karena dengan proporsional terbuka dan Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) 25% saja masyarakat juga mendorong keterwakilan perempuan dengan memperbanyak perempuan.4

3

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosdakarya), h. 30

4

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosdakarya), h. 30


(54)

Dalam kepengurusan partai. Kabupaten Bekasi, PPP sudah menetapkan kepengurusan 30% harus perempuan, yang mengikuti sesuai dengan undang-undang pemilu mengenai kuota 30% untuk perempuan di dalam lembaga legislatif atau parlemen tidaklah mudah, melewati proses perjuangan yang keras dan perdebatan panjang antara pro dan kontra. Namun dengan semangat dan kegigihan perempuan Indonesia sampailah pada proses pembentukan dan pengesahan undang-undang tersebut. Dengan demikian kenyataan disahkannya kuota 30% bagi perempuan dalam pencalonan legislatif dapat terwujud, yakni dengan diundangkannya UU Pemilu No. 12 tahun 2003 dalam pasal 65 (1) yang berisi:

“Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR,

DPRD provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%”5.

2. Pandangan Tentang Keterwakilan Calon Legislatif Perempuan

Setiap kali diadakan pemilu legislatif PPP di Kabupaten Bekasi selalu ikut berpartisipasi dan mengirimkan caleg-calegnya untuk bersaing dengan caleg dari partai lain guna memperebutkan kursi DPRD Kabupaten Bekasi yang hanya tersedia 50 saja. Calon legislatif dari PPP sendiri berasal dari kader-kader yang loyal terhadap PPP dimana terdiri laki-laki dan perempuan. Dalam pemilu legislatif DPC PPP selaku dewan yang diberi mandat dari pusat sebagai perwakilan untuk mengurusi perpolitikan PPP di Kabupaten Bekasi mengirimkan calegnya yang didominasi oleh caleg perempuan. Tercatat pada pemilu legislatif 2009 DPC PPP Kabupaten Bekasi mengirimkan 13 caleg perempuan dari 43

5

Syaiful, Mujani, 2007, Muslim Demokrat, Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca-Orde Baru, ( Jakarta, Gramedia), h. 32


(55)

peserta caleg dari PPP. Sedangkan untuk pemilu legislatif yang jatuh pada tahun ini naik menjadi 14 caleg perempuan dari 35 peserta caleg PPP di Kabupaten Bekasi.

Jumlah peserta caleg perempuan PPP pada pemilu 2014 mengalami penaikan, hal ini juga terjadi pada caleg perempuan yang mengalami penurunan satu caleg perempuan. Disamping itu dominasi caleg laki-laki di lingkungan PPP sendiri masih kuat. Hingga pemilu terakhir kemarin jumlah caleg perempuan dari PPP sudah mengalami penambahan bakal calon legislatif. Penaikan jumlah caleg perempuan yang terjadi di DPC PPP Kabupaten Bekasi sudah berhasil memenangkan keterwakilan calon legislatif perempuan dengan jumlah perempuan di parlemen sendiri masih 7 perempuan . Dengan adanya penaikan jumlah seperti ini secara tidak langsung nantinya akan berimbas pada jumlah perempuan yang duduk di DPRD Kabupeten Beksi periode 2009-2014.

B. Strategi Partai Persatuan Pembangunan dalam Pemenangan Calon Legislatif Perempuan

Pemilihan Umum pada 9 April 2014 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Bekasi ini sendiri harus memiliki strategi dalam memenangkan caleg perempuan di Kabupaten Bekasi karena selama ini yang banyak berkuasa di kursi legislatif adalah kaum laki-laki. Strategi ini dilakukan agar terciptanya perubahan apabila yang menduduki kursi legislatif adalah kaum perempuan.6 Adapun strategi dalam pemilihan calon legislatif perempuan dilakukan melalui upaya, rekrutmen terhadap calon anggota dan melakukan kampanye partai.

6

Nielma Farida, Strategi Politik Caleg Dalam Pemilu 2009 (studi Kasus Tentang Kemenangan Caleg PKB di Dapil 1 Kabupaten Sidoarjo)


(56)

1. Rekrutmen Calon Legislatif Perempuan PPP Kabupaten Bekasi

Test seksi yang pertama dilakukan oleh para bakal caleg perempuan merupakan test paling utama yakni test agama. Di mana tiap-tiap calon bakal caleg perempuan di test dalam bacaan Al Quran dan bacaan salatnya yang diuji oleh orang-orang ahlinya sehingga penilaiannya begitu ketat. Lagi-lagi kembali pada asas partai yang berpegang teguh pada agama Islam. Penerapannya pun hingga test seleksi dimana agama menjadi kunci bagi kelolosan bagi calon bakal caleg menjadi bakal caleg PPP. Disamping itu dengan diadakan test agama ini akan menyelematkan nama baik PPP sendiri. Sangat memalukan apabila wakil rakyat dari perempuan PPP kelak tidak bisa membaca Al Quran dan tidak bisa salat padahal PPP sangat berpegang teguh pada ajaran agama Islam. Upaya antisipasi dini yang dilakukan oleh pihak partai untuk menjaring calon bakal caleg yang nantinya akan merusak nama partai. Semua ini terlepas dari urusan korupsi yang kelak menjerat wakil rakyatnya, DPC PPP Kabupaten Bekasi mengaku tidak dapat membendungnya sebab korupsi kembali pada tiap-tiap individu. 7

Pada test seleksi selanjutnya, para caleg perempuan diminta untuk mengisi sebuah formulir yang nantinya akan menunjukkan pengalaman dari tiap-tiap calon bakal caleg yang berkompetisi di PPP Kabupaten Bekasi. Dari pihak pengurus harian DPC PPP Kabupaten Bekasi beserta LP2C akan mempelajari rekam jejak kehidupan dari para calon bakal caleg perempuan. Seperti pengalaman menduduki sebuah jabatan pada organisasi tertentu. Dengan memiliki pengalaman menduduki jabatan tersebut maka calon bakal caleg perempuan tersebut memiliki wawasan

7

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Kairan, 5 Juni 2016, di Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi


(1)

57

PEDOMAN WAWANCARA DPRD BEKASI Nama : H. Kairan

Jabatan : Anggota DPRD Daerah Bekasi

1. Tanya: Menurut Bapak bagaimana pandangan mengenai keterwakilan calon legislative perempuan?

Jawab: Seorang perempuan juga memiliki hak dalam berpolitik, dan harus diperjuangkan juga hak tersebut, sekarang adalah zaman nya modernisasi , globalisasi, zaman yang sudah maju dan canggih, seperti contoh perempuan yang kita lihat dahulu Cut Nyak Dien, RA Kartini, adalah sosok perempuan yang pejuangnya besar. Terbukti di Indonesia Presiden pernah perempuan dan Sekarang bupati Bekasi Perempuan. Tuntutan pemenuhan minimal 30% keterwakilan perempuan dalam politik., khususnya dilembaga-lembaga legislatif, kini menjadi salah satu isu krusial dalam berbagai perdebatan tentang kualitas lembaga-lembaga demokrasi hasil pemilihan umum.

2. Tanya: bagaimana strategi PPP dalam memilih Caleg Perempuan ?

Jawab: Sulit bagi PPP dalam memenuhi strategi legislative perempuan. Karena untuk menentukan calon legislative tidak serta merta dan tidak asal-asalan, tentunya memiliki izajah, dan harus mencari yang berkualitas, seperti yang kitalihat sekarang ini banyak yang memiliki berkemampuan minim akan tetapi tidak memiliki integritas yang tinggi, kami didalam PPP sangat mengkhawatirkan hal itu, maka dari itu kami betekad untuk tidak


(2)

58

memilih calon yang asal-asalan dalam arti tidak memiliki kemampuan kedepan untuk memajukan PPP

3. Tanya: siapa saja Caleg Perempuan daerah bekasi? Dan siapa yang terpilih?

Jawa:Di dapil 5 dandapil 2 perempuan yang menjadi legislatif, PPP sudah sukse dalam menjalankan keterwakilan perempuan. Orangnya adalah Wardah Asriyah dan Maryani Ulfa.

4. Tanya: apa saja hambatan menentukan Caleg perempuan?

Jawab: Berdasarkan Anggaran Dasar Partai Persatuan Pembangunan( PPP) di dalam angenda dan Strategis perjuangan nya juga terdapat pemberdayaan kaum perempuan karena menyadari kenyataan yang ada dimana jumlah perempuan telah melampaui bilangan kaum pria maka perjuangan hak kaum perempuan harus mendapat porsi yang penting untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, partai persatuan pembangunan (PPP) akan selalu mendukung perjuangan kaum perempuan untuk mendapat hak-hak politik mampu fungsi dan peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walau begitu, pengembangan program kesetaraan Gender harus berlandaskan pada nilai-nilai Islam dan kearifan lokal

5. Tanya: Apakah sudah memenuhi di dalam PPP keterwakilan 30% Caleg perempuan?

Jawab: Pengaturan tentangkuota 30% keterwakilan perempuan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah perempuan yang duduk di lembaga


(3)

legislatif telah diatur dalam beberapa undang-undang yang terkait dengan pemilu, bahkan bila dibandingkan dengan beberapa pemilu sebelumnya, peraturan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut padaPemilu 2014 lebih banyak dan rinci. Meskipun demikian, jumlah perempuan yang pada akhirnya menjadi Anggota DPRD periode 2009-2014 justru menurun dari 101 orang atau 17,86% menjadi hanya 79 orang atau 14% dari total 560 anggota terpilih. Hal ini perlu dicermati secara kritis karena hasil yang diperoleh berbanding terbalik dengan tingkat pencalonan caleg perempuan yang mengalami peningkatan padaPemilu 2014 ini

6. Tanya: Berdasarkan Undahg-Undang Dasar 1945 Pasal 28 C. Poin 2 setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara koletif untuk membangun masyarakat, Bangsa dan Negara. Apakah sudah terealisasi belum UUD tersebut?

Jawab:Partai merupakan sebuah mesin politik dengan aneka kegiatan politik yang bertujuan untuk memperoleh kekuasaan atau ikut mengendalikan kekuasaan. Dalam hal ini, partai memberikan pemahaman tentang program-program yang akan dijalan kanoleh Calon Legislatif. Adapun program-program yang dijalankan salah satunya mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersangkutan dengan Industri RumahTangga yang bertujuan agar Ibu-Ibu Rumah Tangga bias menghasilkan pendapatan sendiri

7. Tanya:Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD menyebutkan


(4)

60

daftar bakal calom yang disusun partai politik memuat paling sdikit 30% keterwakilan perempuan. Apakah sudah terlaksana atau belum?

Jawab:Keterwakilan perempuan dalam legislatif saat ini memiliki peranan yang penting. Kedudukan perempuan melalui keterwakilan diharapkan mampu menjadi alat kontrol jalannya roda pemerintahan dan menyalurkan aspirasi untuk perubahan. Menurut pandangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tentang aturan 30% keterwakilan caleg perempuan partai ini sendiri sepakat dengan aturan tersebut. Terkait keterwakilan perempuan dalam Calegadalah norma affirmatif action, agar perempuan mempunyai hak yang sama dalam proses politik dan partai persatuan pembangunan sangat mendukung hal ini.


(5)

61

PEDOMAN WAWANCARA DPRD BEKASI Nama : Wardah Asriah

Jabatan : Wakil Ketua Umum PPP

1. Tanya: Menurut Ibu bagaimana pandangan mengenai keterwakilan calonl egislatif perempuan?

Jawab: Target saya darikuota 30% itu caleg perempuan masuk nomor satu. Bahwa keberadaan caleg perempuan hendaknya tidak hanya sekedar untuk memenuhi kuota 30% keterwakilan perempuan dalam daftar caleg yang bias ditempatkan dinomor berapa saja sebagai pelengkap, tapi perempuan yang berkualitas sangat layak untuk berada dinomor 1.

2. Tanya: Bagaimana strategi PPP dalam memilih Caleg Perempuan ?

Jawab: strategi kuat yaitu menyeimbangi dengan kualitasnya, integritas tinggi dan moralitas yang baik, dan memiliki tanggung jawab.

3. Tanya: APpakah sudah memenuhi didalam PPP keterwakilan 30% Caleg perempuan?

Jawab: sudah, karena aturan penyelenggaraan pemilu sangat tegas. Apabila keterwakilan tidak tercapai, partai tidak dapat mengajukan calon. 4. Tanya: Berdasarkan Undahg-Undang Dasar 1945 Pasal 28 C. Poin 2

setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara koletif untuk membangun masyarakat, Bangsa dan Negara. Apakah sudah terealisasi belum UUD tersebut?

Jawab: Sudah, karea di Bekasi masyarakat banyak merespon dengan adanya keterwakilan 30% tersebut


(6)

62

5. Tanya: Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD menyebutkan daftar bakal calom yang disusun partai politik memuat paling sdikit 30% keterwakilan perempuan. Apakah sudah terlaksana atau belum?

Jawab: pada pemilu 2009 alhamdulillah sudah memenuhikuota 30% dan terlaksana dengan baik.


Dokumen yang terkait

Strategi komunikasi politik dalam perolehan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada pemilu legislatif 2009 di Kabupaten Tegald

1 48 115

Kontruksi Pemberitaan Kontroversi Pencalonan Angel Lelga dari Partai Persatuan dan Pembangunan di Okezone.com

0 22 146

Strategi Kampanye Humas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014

2 29 122

Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014

0 5 0

Pragmatisme partai islam : studi tentang perekrutan calon legislatif artis oleh Partai Persatuan Pembangunan

2 7 99

Analisis framing pemberitaan konflik internal partai persatuan pembangunan dalam menentukan koalisi pada pemilu 2014 oleh harian online republika.com

1 4 132

STRATEGI CALON LEGISLATIF PEREMPUAN UNTUK DPRD PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMENANGAN PEMILU 2014 STUDI PADA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) DAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP)

0 19 84

STRATEGI POLITIK CALON LEGISLATIF PEREMPUAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2009 (Kasus : Calon Legislatif Perempuan dari Partai Demokrat di Kabupaten Bungo).

0 0 19

HUBUNGAN STRATEGI POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) DENGAN HASIL PEROLEHAN SUARA PPP DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 DI KOTA PARIAMAN.

0 0 6

Strategi Kampanye Calon Legislatif Pemula DPR RI Dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) (Studi Kasus : Strategi Kampanye Caleg Pemula DPR RI dari Partai PPP Dapil Jabar Dalam Memenangkan Pemilihan Umum 2014).

0 1 25