Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014

(1)

SIKAP POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) DALAM SUKSESI KEPEMIMPINAN NEGARA PADA PEMILU 2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.sy)

Disusun Oleh :

ADE HIKMATUL FAUZIAH NIM. 1110045200006

KONSENTRASI KETATANEGAARAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Ade Hikmatul Fauziah, 1110045200006. Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014.

Konsentrasi Ketatanegaraan Islam Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1435 H/2015 M. 1x 76 Halaman + 15 Lampiran.

Skripsi ini berjudul Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam Suksesi Kepemimpinan Pada Tahun 2014, ini merupakan hasil penelitian yang menggambarkan arah sikap politik Partai PPP dalam suksesi kepemimpinan pada pemilu 2014. Metode pedekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif –kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam pemilu 2014, sikap politik partai PPP serta konflik yang terjadi di internal partai. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000;3) yang menyatakan “metodelogi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian kualitatis karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang partai PPP dalam pemilu 2014, Sikap PPP dalam suksesi kepemimpinan pada pemilu 2014, serta konflik internal partai yang ada pada saat karya tulis ini dibuat.

Dalam hal ini berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan, bahwa dalam pemilu 2014 perolehan suara PPP naik dibandingkan dengan pemilu 2009 . pada pemilu 2014 semua anggota Partai PPP resmi mendukung koalisi merah putih yang dipimpin oleh Prabowo saat itu, bagi PPP suksesi kepemimpinan pada pemilu 2014 sudah berjalan dengan lancar dan dijadikannya pembelajaran untuk masa yang akan datang. Sebelum adanya konflik internal PPP, suara PPP bersatu untuk memilih koalisi merah putih namun setelah pelantikan presiden terpilih Jokowi-JK maka sebagian anggota PPP memilih untuk mendukung pemerintahan.

Kata kunci : Sikap Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014. Pembimbing : 1. Masyrofah, M.Si.

2. Atep Abdurofiq, M.Si Daftar Pustaka : Tahun 1976 s.d Tahun 2014


(6)

ii

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT penulis panjatkan atas

segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, Rasul yang berjasa besar kepada kita semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.

Setulus hati penulis sadari bahwa tidak akan sanggup menghadapi dan mengatasi berbagai macam hambatan dan rintangan yang mengganggu lancarnya penulisan skripsi ini, tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang berharga ini perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Phil. Asep Saepuddin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Program Studi Jinayah Siyasah, Dra. Hj. Maskufa, MA., dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah Ibu Rosdiana, MA., yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Zaitunah Subhan, sebagai Pembimbing Akademik yang juga senantiasa mengingatkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.


(7)

iii

4. Kepada Ibu Masyrofah, M.Si, dan Bapak Atep Abdurofiq, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatiannya kepada penulis dalam memberikan pengarahannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Bapak / Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk dibangku perkuliahan. 6. Segenap jajaran karyawan akademik Perpustakaan Syariah dan Hukum

dan Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

7. Kepada semua jajaran pengurus DPP PPP Bapak Akhmad Gozali Harahap S.Ag, M.Si dan Bapak Nur Salam AS, S.IP yang telah bersedia untuk penulis wawancarai, Saya ucapkan terimakasih untuk beliau semua, karena tanpa bantuan beliau-beliau skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan.

8. Kepada Ayahanda dan Ibunda penulis, Bpk. H. Nawin Hs. Dan Ibu Hj. Aminah Hs. yang telah membesarkan dan membimbing penulis dari kecil hingga saat ini dengan penuh kesabaran dan pengertian. Serta tiada henti memberikan doa dan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil.

9. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan teruntuk kakak Muniroh H.N, S.Ag dan Abang Bastari yang sudah penulis anggap sebagai orangtua, terima kasih mereka telah sampai membawaku hingga pada


(8)

iv

melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka..

10.Kepada Ibu mertua Djariah H.S dan Bapak mertua H. Saman H.R, D1 Meteo, terimakasih telah memberikan doa dan semangatnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

11.Teruntuk Suami tercinta Jamaludin A.Md, terimakasih karena atas dorongan dan semangat yang tak kenal henti dari mu, skripsi ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah kita harapkan.

12.Terimakasih penulis sampaikan kepada kakak-kakak ku Naiyam Khairul Umma H.N, Muniroh H.N. S.Ag, Eni Rustini H.N, Imron Rosyadi H.N. S.Ag, Nur Jannah H.N.S.Pd M.Pd, Ridwan H.N, Raudhatul Jannah H.N. A.Mk, Ahmad Fauzan H.N. S.E, Tety Syafitri H.S. S.Ak dan adik ipar ku yang ganteng-ganteng Zaenal Arifin H.S. S.I, Rizky Ferdiansyah H.S. yang telah senantiasa dan tak henti untuk memberikan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Kepada sahabat-sahabat terbaikku, Eli Rinawati S.Sy, Rifanny Fathia Caesa Putri S.Sy, Ihda Raudhotul Ihsaniah, Luluk Husnawati, Siti Nurhilaliyah S.Sy, Hafidz, M. Arifin Saleh, Siti Nurlaela,Wardah Susanti, Cicih Susanti yang telah membantu penulis dalam berjalannya skripsi ini, selalu mengingatkan akan kesabaran dan mendengarkan keluhan penulis hingga memberikan solusi dalam pembuatan skripsi.


(9)

v

14.Kepada sahabat seperjuangan SS Angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas kebaikan kalian, yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan do’anya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Kepada sahabat-sahabat KKN BERDIKARI 2013 dan sahabat-sahabat seperjuangan dari Alumni MAN 4 Jakarta 2009 terutama yang berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan motivasi, selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda pula. Penulis berharap skripsi ini dapat memberkan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Ciputat, 01 April 2015


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II PARTAI POLITIK ISLAM DALAM SUKSESI KEPEMIMPINAN NEGARA A. Pengertian Suksesi dan Kepemimpinan ... 16

B. Jenis – jenis Kepemimpinan ... 18

C. Sekilas Mengenai Partai Politik Islam di Indonesia 1. Partai Politik Islam Pada Era Orde Lama (1945 – 1965) ... 20

2. Partai Politik Islam Pada Era Orde Baru (1967 – 1998) .... 23

3. Partai Politik Islam Pada Era Reformasi (1999 – 2014) .... 31

BAB III PROFIL PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) A. Sejarah Berdirinya Partai Persatuan Pembangunan ... 41


(11)

vii

B. Visi dan Misi PPP ... 46

C. Ideologi Politik PPP ... 51

BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN A. Partai Persatuan Pembangunan Dalam Pemilu 2014 ... 54

B. Sikap Politik PPP Dalam Suksesi Kepemimpinan Negara ... 57

C. Konflik Internal dan Kelompok Kepentingan ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran – Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(12)

1

A. Latar Belakang

Lengsernya Soeharto sebagai ‘icon’ Orde Baru menandai lahirnya Era Reformasi, hal ini telah melambungkan harapan masyarakat bahwa bangsa Indonesia akan segera meninggalkan kekelaman politik yang berkepanjangan dan memasuki era baru yang dilandasi oleh semangat demokratisasi.1 Hal ini dapat membuka kesempatan bagi berlangsungnya reformasi demokratis di Indonesia. Untuk memenuhi aspirasi rakyat yang digemakan oleh gerakan reformasi, perubahan–perubahan mendasar harus ditegakkan, termasuk perubahan menyeluruh pada semua pranata politik, sosial, ekonomi, dan perubahan pada basis hubungan antara rakyat dan negara.

Perubahan-perubahan semacam ini hanya dapat diwujudkan melalui penyusunan satu agenda reformasi yang menyeluruh, sebagai hasil dari proses dialog yang terbuka, inklusif dan partisipatif. Keruntuhan rezim Orde Baru pada pertengahan tahun 1998 merupakan babak baru dalam kehidupan perpolitikan di Indonesia yaitu berakhirnya era otoriter dan lahirnya era demokratisasi.2

1 Zainal Abidin Amir, Peta Islam Politik: Pasca Soeharto (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2003),

Hal. 282

2 Dede Rosyada, Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia


(13)

2

Peluang semakin besar di Era Reformasi khususnya di bidang politik, yang diwujudkan dengan lahirnya banyak partai politik Islam. Sebelumnya dizaman Orde Baru partai Islam telah habis setelah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menetapkan asas pancasila dan menghilangkan asas Islam dalam muktamarnya yang pertama tahun 1984.3

Secara resmi PPP didirikan pada 5 Januari 1973, menurut undang-undang ditetapkan pada tahun 1975 partai ini mempunyai dua tujuan yakni mewujudkan cita-cita bangsa seperti dimaksud dalam UUD 1945 dan Islam, menciptakan masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada mulanya partai ini mempunyai tiga asas, yaitu ; Pancasila, UUD 1945, dan Islam dan penggunaan Ka’bah sebagai lambang partai. Sesuai dengan asas, tujuan dan usaha diatas salah satu diantara program utama PPP digariskan pada tahun 1973 untuk memelihara persatuan umat Islam untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dalam segala kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan.4

Dengan sosok seperti itu, PPP mempunyai kejelasan basis pendukung dari kalangan Islam. Dalam menggunakan ukuran hasil pemilu 1955, dukungan yang bisa diperoleh PPP sebenarnya berkisar 43,5%. Sebagian besar dari jumlah itu berasal dari Masyumi dan NU sebagai dua sumber konstituen politik Islam terbesar. Akan tetapi, pada kenyataannya dengan

3 Sudirman, Tebba.,Islam Orde Baru : Perubahan Politik Dan Keagamaan. (Yogyakarta:

Tiara Wacana Yogya, 1993), Cet.1, Hal. ii

4 M. Rusli Karim., Negara Dan Peminggiran Islam Politik, (Yogyakarta: Tiara Wacana


(14)

diberlakukannya sistem dan praktik politik yang hegemoni dan tidak kompetitif, pemerintah berhasil menggembosi suara PPP, antara lain karena sejak kelahirannya PPP hanya mampu meraih peralihan suara dibawah 28%. Dalam hal perolehan suara ini, guncangan hebat dialami PPP ketika partai ini memperoleh suara 15% lebih sedikit pada tahun 1987.

Secara umum dapat dikatakan bahwa konfigurasi perolehan suara sudah pasti akan berubah, dengan munculnya banyak partai dan secara teoretis hal itu akan memekarkan pola distribusi pemberian suara. Jelas dalam hal ini partai-partai lama akan mengalami perubahan besar, dan cenderung mengarah pada penurunan perolehan suara. Demikian hal dengan PPP seperti telah diisyaratkan, partai ini menjadi korban pemerintah lama dalam suasana kemarahan yang sangat mencolok terhadap kehidupan politik lama.5

Meskipun bertahun-tahun menjadi penurut terhadap rezim Orde Baru, partai PPP berhasil mempertahankan hidup hingga kemasa reformasi dengan keluarnya sebagai partai yang memiliki suara terbanyak keempat dan jumlah kursi ketiga terbesar pada pemilu 1999. Keuntungan PPP adalah namanya yang sudah dikenal dengan pemilih yang terbiasa memilih PPP, sebuah organisasi nasional, dan legitimasi reformasi karena posisinya sebagai partai oposisi paling dinamis di akhir zaman Orde Baru.6

Dalam bahan-bahan kampanye pemilu 1999, PPP menekankan sifat moderatnya. Mereka mengatakan mendukung reformasi, namun ketua partai

5 Bahtiar Effendy, (RE)Politisasi Islam, (Bandung: Penerbit Mizan, 2000), Cet. 1, Hal. 255 6 Panduan Parlemen Indonesia (Jakarta: Yayasan API, 2001), Hal. 128


(15)

4

Hamzah Haz pada saat itu menyakinkan, ia tidaklah fanatik dalam pendekatan kepada Islam. Contoh, ia tidak mendukung implementasi hukum syari’ah Islam, namun dengan prinsip-prinsip Islam.

Seiringan dengan berjalannya waktu pemilu 2014 telah berlangsung. Sebelumnya partai-partai politik telah mempersiapkan diri untuk bersaing. Survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia tentang nasib dan masa depan partai Islam menarik untuk dicermati. Popularitas dan elektabilitas mereka berada dibawah partai politik yang berhaluan Nasionalis. Hasil survei tersebut menjadi peringatan bagi partai Islam untuk berbenah, survei-survei yang dilansir belakangan ini masih menempatkan partai-partai Islam dibawah partai Nasionalis. Sebagaimana diketahui, survei LSI itu dilakukan pada 1-8 Oktober 2012, melibatkan 1.200 responden di 33 provinsi, dengan tingkat kesalahan sekitar 2,9 persen. Dari bukti-bukti empiris, memang menjadi trend penurunan perolehan suara partai Islam. Pada pemilu pertama tahun 1955 partai Islam menjadi kampium di Indonesia dengan perolehan suara sebesar 43,7 persen, kemudian menurun pada pemilu tahun 1999 menjadi 35,95 persen, naik sedikit menjadi 37,74 persen pada pemilu tahun 2004, pemilu 2009 kembali menurun menjadi 28,62 persen, dan pemilu 2014 partai Islam kembali meraih suara 31,41 persen.7

Dalam sistem demokratis, pergantian kekuasaan suksesi ditentukan melalui cara yang demokratis, berupa pemilihan umum. Pelaksanaan pemilu

7 Muhammad Ridwan, Elektabilitas Partai Dan Kompatibilitas Demokrasi. 2013. Diakses

Tanggal 26 Agustus 2014 Dari Http://M.Kompasiana.Com/Post/Read/529097/2/Elektabilitas-Partai-Islam-Dan-Kompatibilitas-Demokrasi.Html


(16)

sendiri merupakan ajang pertarungan bagi parpol-parpol dalam menempatkan kader-kader yang terbaik untuk dapat menempati kursi di lembaga legislasi. Hal ini tentunya dapat terealisasi apabila masyarakat percaya ikut memberikan suaranya untuk memberi mandat kepada kader partai yang akan duduk di lembaga perwakilan tersebut.8

Adanya pergantian kepemimpinan dalam suatu negara, maka kita mengenal istilah suksesi. Singkatnya suksesi adalah penggantian kepemimpinan dari suatu negara, suksesi menjadi hal yang mutlak dalam sebuah organisasi, dewasa ini suksesi hanyalah dimaknai sebagai ajang perebutan kekuasaan saja. Akan tetapi, dibalik itu tersirat makna akan kehadiran setitik sinar yang dapat membawa pada benderangnya lautan gulita. Langkah dan sikap yang bijak diperlukan dengan tujuan mengkonstruk organisasi yang lebih baik. Egoisitas hendaknya dikesampingkan demi kepentingan bersama, terkhusus dalam setiap suksesi di sebuah organisasi dan lembaga manapun agar terciptanya kebersamaan, dan kedamaian yang dinantikan oleh khalayak dalam kelompok atau organisasi tersebut.9

Suksesi presiden tahun 2014 menjadi sangat penting ketika bangsa ini memasuki era baru. Indonesia terus menjalani proses konsolidasi demokrasi, yaitu membangun demokrasi yang kokoh dan menyelesaikan sejumlah masalah dalam beragam bidang kehidupan. Suksesi menjadi sangat penting

8 Ahmad Budiman, Eksistensi Parpol Islam Dalam Pemilu 2004, Dalam Sali, Ed., Susiana,

Pemilu 2004 : Analisis Politik, Hukum Dan Ekonomi (Jakarta: Tiga Putera Utama, 2003), Hal. 57

9 Artikel Diakses Pada Tanggal 16 Mei 2014 Pukul 23.00 Wib Dari


(17)

6

karena transisional dari era lama (era baru hingga reformasi) menuju era yang benar-benar baru dengan generasi yang terlepas dari beban masa lalu. Sebagai salah satu lembaga yang berfungsi menciptakan kader pemimpin nasional, menjadi tugas partai politik mencari pemimpin baru yang bisa mempin Indonesia di era baru.10

Kepemimpinan adalah tingkah manusia yang mengadung unsur kemampuan, melebihi kemampuan orang lain dalam suatu lingkungan kerja sama, guna untuk mempengaruhi orang lain untuk bekerja sesuai dengan rencana, demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.11 Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi kelompok menuju tercapainya tujuan dalam suatu organisasi.12

Dari penjelasan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah dan akan dibahas dalam skripsi dengan judul: “Sikap Politik Partai Persatuan Pembanguan (PPP) dalam Suksesi Kepemimpinan Negara Pada Pemilu 2014.”

10 Artikel Diakses Pada Tanggal 12 Mei 2014 Pukul 16.15 Wib Dari

Http://Nasional_Kompas_Com/Read/2013/08/26/0833212/Pentingnya_Suksesi_2014

11 Alex Gunur, Manajemen; Kerangka-Kerangka Pokok (Jakarta: Bhratara Karya Aksara,

1982), Cet. 4, Hal. 55

12 Stephen P.Robbins, Marry Coulter, Manajemen (Jakarta: PT Indeks Gramedia Grup,


(18)

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Studi tentang Partai Persatuan Pembangunan berangkat dari sebuah kenyatan politik, berupa sebagai Partai Politik yang ikut mewarnai dinamika demokrasi di Indonesia keterlibatan PPP dalam dinamika demokrasi tersebut, dapat dilihat dengan keikutsertaan menjadi kontestan dan berkompetisi dalam pemilu di era reformasi yang dianggap sebagai pemilu yang demokratis. Dalam hal ini, PPP telah ikut berpartisipasi dalam mewujudkan demokrasi dipentas politik nasional bersama partai-partai lainnya. Disisi lain, reformasi dianggap sebagai masa pencarian jati diri setelah terbebas dari tekanan Orde Baru selama hampir 32 Tahun.

Berdasarkan acuan tersebut, agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu melebar dan terjebak pada kurang terfokusnya pembahasan serta kesimpulan, maka penulis membatasi permasalah pada aktifitas politik Partai Persatuan Pembangunan yang dilakukan mulai pada saat pemilu 1999 sampai pada tahun 2014. Dalam hal itu, Partai Persatuan Pembangunan ikut berpartisipasi aktif dalam pemerintahan sebagai bentuk aktifitas bagian dari gerakan politik Islam di Indonesia yang begitu aktual dan menghegemoni.

Beberapa pertanyaan yang dirumuskan dan menjadi fokus permasalahan dalam skripsi sebagai berikut :


(19)

8

1. Bagaimanakah sikap politik PPP dalam pemilu 2014 ?

2. Bagaimanakah suksesi kepemimpinan Negara pada Pemilu 2014 menurut PPP?

3. Bagaimanakah strategi PPP dalam menyikapi konflik internal dan kelompok kepentingan yang terjadi pada PPP ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti untuk mencapai suatu tujuan, maksud dan manfaatnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisa sikap politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam pemilu 2014

2) Untuk menambah wacana perpolitikan nasional.

3) Untuk mengetahui strategi yang dijalankan dalam menyikapi konflik yang terjadi pada PPP

4) Untuk mengetahui suksesi kepemimpinan Negara pada pemilu 2014 menurut PPP.

2. Manfaat Penelitian

Salah satu hal terpenting di dalam kegiatan penelitian ini adalah mengenai manfaat dari penelitian tersebut, adapun manfaat tersebut diantaranya :


(20)

1) Menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam suksesi kepemimpinan Negara

2) Agar dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak umum terutama civitas akademika bahwa terdapat beberapa jenis mengenai kepemimpinan.

3) Karya ilmiah ini diharapkan menjadi motivasi bagi masyarakat Indonesia mengenai bagaimana sikap politik PPP dalam suksesi kepemimpinan Negara pada pemilu 2014.

D. Tinjauan Pustaka

Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang suksesi kepemimpinan yang mengarah pada upaya formalisasi syari’at Islam telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik topik tersebut maupun yang bersinggungan secara umum dengan bahasan penelitian. Berikut ini merupakan paparan atas sebagian karya karya penelitian tersebut.

Untuk melihat pembahasan yang mendekati dengan kajian skripsi, maka diperlukan kajian atau studi terdahulu, seperti skripsi M. Septiadi Fadli dengan judul Muhammadiyyah dan Suksesi Kepemimpinan Nasional. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa konsep suksesi kepemimpinan yang telah lama pada masa Soeharto akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan kedudukan dan tidak jalannya sistem demokrasi untuk regenerasi pemimpin selanjutnya.


(21)

10

Penelitian juga dilakukan oleh, disertasi milik Sihabudin Noor yang berjudul: “Politik Islam Studi Tentang Artikulasi Politik PPP1973-2004”. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa artikulasi politik PPP disepanjang menyangkut kepentingan penyelenggaraan Islam, hampir selalu diakomodir oleh rezim. Sedangkan menyangkut kepentingan status kekuasaan, sebagaimana dimasa Orde Baru upaya yang ditempuh PPP harus dilalui jalan panjang.

Buku pertama disunting dalam bentuk tesis yang pernah ditulis oleh

Imam Ibnu Hajar (1999) yang berjudul :“Suksesi Dalam Pemerintahan Islam: Telaah Historis Atas Sistem Peralihan Kekuasaan Pada Masa Al-Khula’ Al-Rasyidun”. Tesis rotasi kepemimpinan yang bukan atas dasar hubungan darah yang memungkin suksesi mendapatkan pilihan terbaik dari para calon, serta terwadahinya pilihan bebas umat dalam bai’at, kiranya menjadi benang merah yang menjadi titik temu dari cara-cara peralihan kekuasaan pada masa khalifah.Sehingga kaum muslimin dapat menerima cara-cara itu semua dengan lapang dada, dan tentu implikasi langsungnya adalah bahwa mereka semua dapat diterima oleh umat dengan suara bulat.

Buku kedua disunting dari penjelasan sederhana oleh Kartini

Kartono (2006).Dalam bukunya yang berjudul “Pemimpin Dan

Kepemimpinan”, yang menjelaskan tentang pentingnya ketertiban.

Menurutnya dalam kompleksitas masyarakat, manusia harus hidup bersama dan bekerja sama dalam sauna yang tertib dan terbimbing oleh seorang pemimpin, dan tidak hidup menyendiri. Demi efisiensi kerja dalam upaya


(22)

mencapai tujuan bersama, dan untuk mempertahankan hidup bersama, diperlukan kerja kooperatif yang perlu dipandu oleh seorang pemimpin. Selain ketertiban, kata kunci lain yang perlu diperhatikan adalah panutan, suatu komunitas memerlukan panutan, yakni sosok yang dianggap mampu mengayomi dan melindungi mereka, serta bisa diandalkan untuk berdiplomasi dengan komunitas lain.

Buku ketiga disunting oleh M. Alfan Alfian (2009), dalam bukunya

yang berjudul “Menjadi Pemimpin Politik (Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan)” ia menyimpulkan definisi dari beberapa pendapat para ahli kepemimpinan, yang menjelaskan bahwa kepemimpinan : (1) Kepemimpinan itu proses leadership is a process, (2) dalam kepemimpinan ada pengaruh leadership involves influences, (3) konteks konteks kepemimpinan adalah kelompok leadership occurs within a group context, (4) ada unsur pencapaian tujuan leadership involves goal attainment. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang punya pengaruh dalam satu kelompok (organisasi) untuk menggerakkan individu lain untuk dapat meraih tujuan bersama. Dengan demikian, pemimpin bukan saja orang yang memiliki sifat utama kepemimpinan (potensial), tetapi juga mampu mengaktualisasikannya.

Dari judul di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa suksesi presiden tahun 2014 menjadi sangat penting ketika bangsa ini memasuki era baru, Indonesia terus menjalani proses konsolidasi demokrasi dengan


(23)

12

membangun demokrasi yang kokoh dan menyelesaikan sejumlah masalah dalam beragam bidang kehidupan.

Maka dalam hal ini penulis menambahkan bagaimana partai PPP dalam pemilu 2014, dengan adanya arah sikap partai PPP dalam suksesi kepemimpinan Negara pada pemilu 2014, serta akan mengkaitkan adanya konflik internal partai PPP yang ada pada saat karya tulis ini dibuat.

E. Metode Penelitian

Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan secara rinci tentang hal-hal yang terkait dengan metode penelitian dari proposal skripsi ini, yaitu :

1. Jenis Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode yang bersikap deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran terhadap keadaan seseorang, lembaga, atau masyarakat sekarang ini. Berdasarkan faktor-faktor dan latar belakang pendidikan yang nampak dalam situasi yang diselidiki. Penelitian ini terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana keadaan, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta.13

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah sikap politik PPP dalam suksesi kepemimpinan negara pada pemilu 2014.

13 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia Pusaka


(24)

3. Tahapan Penelitian a. Sumber Data

 Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu berupa wawancara secara langsung untuk mendapatkan informasi yang actual kepada objek yang akan dijadikan permasalaha dalam pembahasan ini. Adapun yang dimaksud wawancara adalah percakapan antara penulis dengan seseorang yang berharap mendapat informasi dari seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya. Misalnya antara penulis dengan tokoh yang ada pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

 Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu berupa studi dokumentasi, yang artinya pengumpulan data tersebut sering digunakan dalam berbagai pengumpulan data. Dokumentasi dapat terbentuk dokumen publik atau dokumen privat melalui buku-buku, makalah-makalah dan rekaman yang berhubungan dengan judul yang peneliti angkat.14

b. Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data dilapangan secara berkesinambungan. Diawali


(25)

14

dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi dilapangan dengan langkah abstraksi-abstraksi teoritis terhadap informasi lapangan, dengan menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal.15

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekretariat pusat PPP yang bertempat di Jl. Diponegoro No. 60, Jakarta Pusat. Waktu penelitian dimulai sejak bulan September 2014.

5. Teknik Penulisan

Adapun metode penulisan dalam skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012, dengan menggunakan ejaan yang disempurnakan.

F. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab berisi sub-sub bab, secara sistematis, bab-bab tersebut adalah sebagai berikut :

Tulisan didahulukan dengan Bab I, yaitu merupakan bab pendahuluan yang berfungsi sebagai acuan pembahasan dalam bab-bab selanjutnya, sekaligus mencerminkan isi skripsi ini secara global. Bab ini mencakup latar belakang masalah, batasan dan rumusan pokok masalah,

15 Burhan Bagin, Metode Penelitian KualitaTif (Akutualisasi Metodologis Ke Arah Ragam


(26)

metode penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Dilanjutkan Bab II, bab ini berisi tentang penjelasan suksesi kepemimpinan. Pada bab ini, penulis akan coba menjelaskan perjalanan partai politik Islam di Indonesia pada saat dan sebelum era reformasi.berupa perjalanan PPP dalam pemilu pada masa era reformasi yang mengalami penurunan suara akan dikaji lebih jauh. Dan kepemimpinan terbagi menjadi tiga bagian juga akan penulis kaji dalam bab ini.

Sedangkan Bab III, akan membahas gambaran umum tentang profil dari Partai Persatuan Pembangunan(PPP), sejarah berdirinya Partai Persatuan Pembangunan, visi dan misi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Serta Ideologi politik PPP sebagai salah satu indikator dari demokrasi akan dibahas juga dalam bab tiga ini.

Sementara Bab IV, adalah fokus dari pembahasan penulis. Fokus dari penelitian dan pembahasan dalam bab ini adalah bagaimana perjalanan Partai Persatuan Pembangunan dalam pemilu 2014, sikap politik PPP dalam suksesi kepemimpinan negara pada pemilu 2014. Dalam pembahasan ini, penulis akan mengeksplorasi lebih jauh bagaimana strategi PPP dalam menyikapi konflik internal dan kelompok kepentingan yang terjadi di dalam partai PPP pada saat karya tulis ini dibuat.

Penulisan ini diakhiri Bab V, dalam bab penutup ini berisikan kesimpulan dan sara dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(27)

16

BAB II

PARTAI POLITIK ISLAM DALAM SUKSESI KEPEMIMPINAN NEGARA

A. Pengertian Suksesi dan Kepemimpinan

Adanya pergantian kepemimpinan dalam suatu negara, maka terdapat istilah mengenai suksesi, yang biasa diartikan sebagai suatu proses perubahan yang berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi didalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu sehingga terbentuk negara baru yang berbeda dengan negara semula. Singkatnya, suksesi ialah penggantian kepemimpinan dari suatu negara. Sedangkan seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain, dalam pekerjaan untuk mencapai tujuan sebuah organisasi memerlukan bantuan orang lain.

Istilah suksesi diambil dari kata bahasa Inggris succession atau bahasa latin succieo, yang berarti penggantian, urutan dan pewarisan. Suksesi yang diartikan sebagai suatu proses perubahan yang berlangsung satu arah secara teratur terjadi didalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu sehingga terbentuk negara baru yang berbeda dengan negara semula.1


(28)

Kepemimpinan berasal dari kata dasar “Pimpin” yang berarti dibimbing atau dituntun.2 Kepemimpinan mendapatkan awalan “ke” dan

sisipan “em” serta akhiran “an”. Menurut tata bahasa awalan ke- dan ke-an berfungsi sebagai pembentuk, kata benda abstrak yang mengandung arti menjadi atau peristiwa. Sedangkan sisipan “em” pada kata pemimpin berfungsi membentuk kata baru yang artinya tidak berbeda dengan kata dasar. Arti sisipan “em” disini mengandung sifat, jika pemimpin berasal dari kata “pimpin” yang dapat awalan “pe” mempunyai arti orang yang melakukan. Jadi, pemimpin adalah orang yang memimpin.3

Dalam Negara Indonesia masalah suksesi ini sering disebut sebagai masalah estafet kepemimpinan. Yang berarti penyerahan kepemimpinan dari generasi tua kepada generasi muda. masalah suksesi pada dasarnya ialah masalah memilih pemimpin yang diperkirakan akan mampu membawa suatu dinasti suatu negara, suatu organisasi politik atau suatu perusahaan mengarungi kehidupan yang terbentang dimasa kini dan dimasa depan masalah ini pada umumnya timbul pada waktu seorang pemimpin atau sekelompok pemimpin kelihatan menua dan menurun kemampuannya untuk menyelesaikan dengan baik persoalan-persoalan yang dihadapi organisasinya, dan menurun pula kemampuannya untuk menangkap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam zamannya. Masalah suksesi mulai

2 WJS.Pooerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982).

Cet.4, Hal.754


(29)

18

menjadi pembicaraan, apabila orang mulai meragukan kemampuan suatu pimpinan untuk mengemudikan jalan bahtera organisasi yang dipimpinnya.4

Setiap tipe kepemimpinan efektif yang mampu bertahan, merupakan hasil dari ikhtiar budaya yang dilakukan oleh suatu masyarakat atau bangsa. Negara melahirkan kepemimpinan politik yang terdiri dari tokoh-tokoh politik, para pemimpin partai. Kepemimpinan politik di Indonesia lahir dari sejarah, budaya, dan harapan-harapan masyarakat.Kepemimpinan politik sesudah proklamasi cenderung bersifat ideologis pada zaman orde lama, bergerak menuju kepemimpinan yang bersifat pragmatis pada Orde Baru disebabkan oleh perubahan harapan masyarakat.

Kepemimpinan politik bergeser dari politik ideologi menuju pragmatism bersifat karismatik. Sudah saatnya untuk kita meninggalkan kepemimpinan karismatis menuju kepemimpinan legal-rasional karena kepemimpinan politik karismatik tidak baik untuk dalam jangka panjang, sedangkan kepemimpinan rasional berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan wibawa perorangan.

B. Jenis - jenis Kepemimpinan

1. Kepemimpinan Partisipatif dan Pendelegasian

Kepemimpinan partisipatif adalah suatu kepemimpinan yang memberikan seperangkat aturan untuk menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi-situasi

4 Muchtar Buchori, Suksesi Dan Masalah Masalah Demokrasi (Jakarta: Ikip


(30)

yang berlainan. Pemimpin meminta dan mempergunakan saran-saran dari bawahan, tetapi masih membuat keputusan. Kebanyakan studi dalam organisasi industri manufaktur, terdapat bahwa dalam tugas-tugas yang tidak rutin, seperti karyawan lebih puas dibawah pimpinan yang pertisipatif daripada kepemimpinan yang non partisipatif. Kepemimpinan partisipatif memberikan suatu perangkat urutan aturan yang seharusnya diikuti untuk menentukan ragam dan banyaknya partisipasi yang diinginkan dalam pengambilan keputusan, sebagaimana ditentukan oleh jenis situasi yang berlainan.

2. Kepemimpinan karismatik

Kepemimpinan karismatik merupakan perpanjangan dari teori atribusi. Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi dari kemampuan kepemimpinan yang luar biasa bila mereka mengamati prilaku-prilaku tertentu.

3. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional adalah tipe kepemimpinan yang memadu atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Pemimpin jenis ini yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang di individualkan, dan yang memiliki karisma. Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada keprihatinan dan kebutuhan pengembangan dari pengikut individual, mereka mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu


(31)

20

mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra untuk mencapai tujuan kelompok.5

C. Sekilas Mengenai Partai Politik Islam Di Indonesia 1. Partai Politik Islam Pada Era Orde Lama (1945-1965)

Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, kelahiran partai politik di Indonesia diawali dengan keluarnya Maklumat pemerintah pada tanggal 3 November 1945, yang memuat “Pemerintah menyukai timbulnya partai politik karena dengan adanya partai-partai itulah dapat di pimpin ke jalan teratur segala aliran paham yang ada dalam masyarakat. Pemerintah berharap supaya partai-partai itu telah tersusun, sebelumnya dilangsungkan pemilihan anggota badan-badan perwakilam rakyat pada bulan Januari 1946”.6

Sejak dikeluarkan Maklumat pemerintah, setiap kelompok dan organisasi dalam masyarakat mempunyai kesempatan yang luas dalam membentuk partai politik. Partai politik yang pertama terbentuk adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), kemudian diikuti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan partai-partai kecil lainnya.

5

Kuntowijoyo, Identitas Politik Islam, Penerbit Mizan (Anggota IKAPI) Bekerjasama Dengan Majalah UMMAT, (Bandung: 40124), Cet. 1, Hal. 186

6 Wilopo, Zaman Pemerintahan Parai-Partai Dan Kelemahan-Kelamahannya, (Jakarta:


(32)

Sejalan dengan pembentukan partai-partai politik terjadi perubahan fungsi komite nasional Indonesia pusat (KNIP). KNIP yang sebelumnya berfungsi sebagai dewan penasihat pemerintah berubah menjadi dewan yang mempunyai kekuasaan legislatif. Selanjutnya melalui badan pekerja KNIP diajukan usul kepada Presiden agar mempertimbangkan perubahan sistem pemerintahan Presidential menurut UUD 1945 menjadi sistem pertanggungjawaban Menteri kepada Badan Perwakilan Rakyat (pada waktu itu adalah Badan Pekerja KNIP). Melalui Maklumat pemerintahan tanggal 14 November 1945, Presiden menyatakan persetujuannya atas usul tersebut, sambil mengumumkan susunan kabinet Syahrir yang pertama.7

Kelahiran partai yang didorong oleh kebutuhan pemerintah untuk menjaga kedaulatan negara, membuat proses terbentuknya partai tidak melalui tahap-tahap tertentu yang dapat mematangkan dirinya. Hal ini akan berimplikasi pada kualitas pemimpin partai dalam wawasan politiknya, yang mungkin lebih berorientasi pada nilai primordial daripada ideologi nasional. Keadaan politik seperti yang disebutkan diatas, dapat ditemui pada partai Masyumi. Sekalipun Masyumi berlandaskan pada ideologi Islam bahkan dapat dikatakan sudah menghimpun seluruh aspirasi kelompok Islam di Indonesia.8

7 A. Dahlan Ranuwihardjo, Pergerakan Pemuda Setelah Proklamasi Beberapa Catatan,

(Jakarta: Yayasan Idayu, 1979), Hal.17

8 Satu-Satunya Partai Politik Islam Yang Berada Di Luar Masyumi Adalah Perti Yang


(33)

22

Pemilu yang diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955 tersebut, kelompok Islam mampu memenangkan kompetisi dibandingkan aliran politik lainnya dengan klasifikasi suara aliran Islam sebesar 45,2%, aliran Nasionalis 27,6%, aliran sosialis 17,2% serta sisanya dibagi antara golongan Kristen dan partai-partai kecil lainnya yang beraliran Nasionalis maupun Marxis. Secara lebih spesifik, pemilu 1955 mengantarkan Masyumi menduduki urutan kedua setelah PNI dengan memperoleh 57 kursi di parlemen sedangkan NU memperoleh 45 kursi di parlemen.

Dengan pembagian suara tersebut, pemilu 1955 menghasilkan Masyumi sebagai kekuatan Islam yang dominan di Majelis Konstituante mendapatkan 112 kursi dengan perolehan suara sebesar 7.903.886 suara atau 20,9%, sedangkan partai Islam lainnya NU mendapatkan 91 kursi dengan perolehan suara sebesar 6.955.141 suara atau 18,4%, PSII 16 kursi dan Perti 7 kursi. 14 kursi lainnya diperoleh oleh partai Islam kecil.9

Dapat dilihat dari pemilu 1955 memberikan suara sebagai berikut: aliran Islam 45,2% (116 dari 217 kursi dalam DPR hasil pemilu), aliran Nasionalis 27,6% (71 dari 257 kursi), sedang Sosialis

Maka Pengaruhnya Tidak Begitu Besar. Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam : Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam Dan Umatnya, (Bandung: Perpustakaan Salman ITB, 1983), H.221

9Ahmad Budiman, Eksistensi Parpol Islam Dalam Pemilu 2004, Dalam Sali Susiana. Ed.,


(34)

Kanan 2% (5 dari 257 kursi), aliran Sosialis Kiri (Komunis) 15,2% (39 dari 257 kursi), golongan Kristen Katolik 4,6% (14 dari 257 kursi).10

Keutuhan Masyumi sebagai partai politik umat Islam tidak berlangsung lama, perbedaan kultur dan tahap perkembangan masing-masing unsur pendukungnya jauh lebih berperan daripada memperjuangkan kepentingan partai. Masyumi akhirnya mengalami keretakan karena terjadi perebutan kekuasaan di dalam partai. Dengan alasannya sendiri, pemimpin unsur membawa pengikutnya keluar untuk membangun partai baru atau mengubah sifat organisasinya menjadi politik tersendiri. PSII keluar karena ajakan Amir Syarifuddin untuk membentuk kabinet diluar Masyumi. NU megubah dirinya menjadi partai politik, setelah mengenal kursi Menteri Agama.11

2. Partai Politik Islam Pada Era Orde Baru (1967-1998)

Ketika Orde Baru berkuasa, Indonesia telah menyelenggarakan pemilu sebanyak 6 (enam) kali, yaitu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Meskipun demikian, pelaksanaan pemilu dibawah Orde Baru memiliki karakter yang berbeda dengan pemilu yang dikenal negara-negara demokrasi pada umumnya. Jika dinegara-negara demokrasi karakter pemilu dibangun atas prinsip free and fair baik dalam struktur dan proses pemilu sebaiknya, Orde Baru menghindari penerapan prinsip tersebut. Yang terjadi kemudian adalah ketidakseimbangan kontestasi

10 Sumarno, Megawati Dan Aspirasi Politik Islam, Dalam Rusdi Muhtar et.all, Megawati

Soekarno Putri : Presiden Republik Indonesia (Jakarta: Rumpun Dian Nugraha, 2002) Hal.64


(35)

24

antar peserta pemilu dan hasil pemilu tidak mencerminkan aspirasi dan kedaulatan rakyat.Pelaksanaan pemilu diatur melalui cara-cara tertentu untuk kelanggengan kekuasaan Orde Baru itu sendiri. Kenyataan ini disebabkan beberapa faktor utama , yakni :

1) Banyak anggota parlemen yang diangkat, dari 460 orang anggota DPR hanya 360 kursi yang dipilih melalui pemilu, 75 kursi lainnya diangkat dari unsur ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), dan 25 lainnya dari Golkar (Golongan Karya).

2) Kontrol Rezim terhadap partai dilakukan lewat upaya :

a) Fusi (paksaan bergabung) partai-partai berasaskan Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Perti) menjadi PPP (Parai persatuan pembangunan) pada 5 Januari 1973 dan partai-partai Nasionalis (PNI, IPKI, Murba, Parkindo, dan Partai Katolik) menjadi PDI (Partai demokrasi Indonesia) pada 10 Januari 1973. Fusi diatur dalam UU No. 3/1975 Tentang Partai Politik dan Golongan Karya dalam satu konsideran.

b) Meminimalkan citra parpol dengan cara mewajibkan seluruh organisasi kemasyarakatan dan parpol menerapkan pancasila sebagai satu-satunya asas pada tahun 1985, melalui UU No. 3/1985 Tentang Perubahan atas UU No. 3 Tahun 1975 Tentang partai politik dan Golongan Karya, diundangkan tanggal 19 Februari 1985. Ketentuan pasal 2 diganti dengan ketentuan pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “(1) Partai Politik dan Golongan Karya


(36)

berasaskan pancasila sebagai satu-satunya asas, (2) asas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”Kewajiban tersebut dirasa berat oleh parpol yang memiliki basis dikalangan agama seperti PPP.Sehingga mengakibatkan perolehan suara PPP dari pemilu ke pemilu semakin merosot.

Sistem kepartaian dizaman Orde Baru tersebut dinamakan sistem kepartaian yang hegemonic, yaitu dimana sistem kepartaian yang mana tingkat kompetensi antara parpol dibuat seminimal mungkin oleh parpol. Daniel Dhakidae menyebutnya sebagian sistem partai tunggal (Golkar) dengan dua partai satelit (PPP dan PDI), sebagai rekayasa rezim Soeharto tentu saja menjauhkan pemilu sebagai sarana bagi rakyat untuk memastikan politisi yang terpilih dapat bertindak atas nama dan berdasar preferensi serta mewakili rakyat. Akibatnya : 1). Lemahnya parpol sebagai representasi politik rakyat terutama karena partai dibuat tergantung dan tunduk pada kekuasaan, kelemahan terjadi tidak saja pada partai PDI dan PPP, tetapi juga Golkar. 2). Hilangnya ikatan ideologis yang membawa banyak orang pada pragmatisme dalam berpolitik. 3). Dalam kerangka hubungan antara rakyat dengan wakilnya, menjadikan pemilu bukan lagi sebagai sarana yang efektif bagi rakyat untuk menyatakan keinginannya, apalagi sebagai ekspresi kedaulatan rakyat.


(37)

26

Pelaksanaan pemilu yang tidak demokratis tersebut, bukan tanpa alasan. Orde Baru menginginkan adanya pemenang tunggal yang menyokong dalam segala kebijakan yang telah mereka buat.Hal ini berangkat dari pengalaman era demokrasi liberal, pluralitas kekuatan politik menjadikan pemerintah tidak dapat berjalan efektif. Paradigma Orde Baru “ekonomi sebagai panglima” atau juga dikenal dengan ideologi pembangunanisme menuntut stabilitas politik yang dalam rancang pembangunan Orde Baru, hanya bisa dilakukan apabila ada kekuatan politik dominan dan menjauhkan rakyat dari aktivitas dan isu-isu politik penting. Dengan demikian pemilu bagi Ode Baru adalah bukan merupakan suatu alat atau saran untuk mengubah pemerintahan atau negara, dan keterlibatan masyarakat didalam pemilu lebih merupakan kewajiban daripada hak warganya.12

Pemilu pertama pada masa Orde Baru diadakan pada tahun 1971, selama kampanye pemilu, para pemimpin Islam tetap mengingatkan sesama muslim bahwa suatu kewajiban secara agama untuk memberikan suara kepada partai Islam. Usaha itu tidak berlangsung secara efektif ketika diadakan pemungutan suara partai Islam hanya mampu memperoleh 20,44% suara atau 94 kursi dari 460 kursi yang diperebutkan di DPR.

Partai Islam terdiri dari Perti, NU, Permusi, dan lainnya sebagainya menyatakan berfusi menjadi satu partai yang diberi nama

12 Fernita Darwis, Pemilihan Spekulatif Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009,


(38)

dengan Partai Persatuan Pembangunan pada bulan Januari tahun 1973, dengan menggunakan Islam sebagai asas dan Ka’bah sebagai lambangnya. Dengan harapan bahwa partai ini terdapat dihati pemilih Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Setelah pemilu 1971 secara berkala pemerintahan Orde Baru berhasil mempertahankan kalender lima tahun penyelenggaraan pemilu, walaupun pemilu kedua terjadi keterlambatan selama satu tahun yaitu pada 2 Mei 1977, akibat keterlambatan pelantikan anggota MPR hasil pemilu 1971 baru dilantik 1 oktober 1972. Pada pemilu tahun 1977 partai Islam hanya mampu mampu memperoleh 21,52% atau 99 kursi dari 460 kursi di parlemen, serta pemilu tahun 1982 hanya mampu memperoleh 20,44% dari jumlah suara atau kursi 94 kursi13.

Tabel.1.1 Hasil Pemilu 1977. No Partai

Politik

Perolehan Suara

Kursi DPR 1 Golkar 39.750.096 232

2 PPP 18.743.491 99

3 PDI 5.504.757 29

Jumlah 63.998.344 360

Sumber : Biro Humas KPU

Pemilu 1982 dilaksanakan pada 4 Mei 1982 untuk memilih anggota DPR yang berjumlah 360 orang. Pemilu tahun 1982 dengan landasan hukumnya adalah UU No. 2/1980 Tentang Pemilu. Sebagaimana dalam UU sebelumnya, sistem pemilu yang digunakan

13 Bahtiar Effendy, Islam Politik Pasca Soeharto Di Indonesia, Refleksi: Jurnal Kajian


(39)

28

yaitu dengan sistem pemilihan proporsional. Pada pemilu saat itu jumlah penduduk Indonesia adalah 146.532.407 jiwa, dan jumlah pemilih 82.134.195 orang atau 56.05% dan suara sah 75.126.306 orang atau 91.47%, hasil pemilu tahun 1982 ini adalah

Tabel.1.2 Hasil Pemilu 1982

No Partai Politik

Perolehan Suara

Kursi DPR 1 Golkar 48.334.724 242

2 PPP 20.871.800 94

3 PDI 5.919.702 24

Jumlah 75.126.306 360

Sumber : Biro Humas KPU

Pemilu 1987, yaitu ketika PPP tidak lagi memakai asas Islam dan diubahnya lambang dari Ka’bah kepada Bintang dan terjadinya penggembosan oleh tokoh-tokoh unsur NU, terutama Jawa Timur, dan Jawa Tengah, sehingga terjadinya penurunan suara PPP yang mencerminkan sebagai partai Islam. Akibat berbagai kebijakan yang tidak mengakui hak-hak dan etika dalam berdemokrasi, khususnya ketika kepartaian, kekuatan politik umat Islam terbesar pada masa Orde Lama, yaitu dengan hilangnya Masyumi dari peredaran politik. Namun pada waktu pertengahan tahun 80-an sebetulnya ada keinginan dari tokoh-tokoh Masyumi untuk kembali mendirikan sebuah partai. Keinginan mereka itu bisa terlaksana mengingat iklim demokrasi yang


(40)

tidak mendukung untuk itu keinginan mereka baru terealisir pada era reformasi.14

Kebijakan politik yang menghapus legal formal Islam adalah politik dan lebih menekankan dimensi substansif Islam menandai telah tertutupya partai Islam untuk hidup dan bersaing dalam dinamika demokrasi di Indonesia serta partai Islam tidak bisa lagi untuk berkompetisi dalam pemilu, sehingga dalam pemilu 1987 PPP hanya mampu memperoleh 12,20% atau 61 kursi dari 500 kursi.

Pemilu 1992 dilaksanakan pada 9 Juni 1992, pemilu ini dilakukan dengan landasan hukum yaitu UU No. 1/1985 Tentang Pemilu. Pada pemilu 1992 jumlah penduduk Indonesia mencapai 177.489.747 jiwa, sementara pemilih terdaftar adalah 107.565.569 jiwa atau 60,60%. Pemilu pada saat itu adalah untuk memilih 400 anggota DPR, suara sah nasional pada saat itu ialah 97.789.534 suara atau 90.91%. Hasil pemilu saat itu adalah Golkar memperoleh 66.599.331 suara dan mendapat 282 kursi DPR, PPP memperoleh 16.624.647 suara dan mendapat 62 kursi DPR, PDI memperoleh 14.565.556 suara dan mendapat 56 kursi DPR, dengan hasil keseluruhan 97.789.534 jumlah suara, dan 400 kursi DPR.

14 Arsekal Salim, Partai-Partai Islam Dan Relasi Agama Negara, (Jakarta: Puslit IAIN,


(41)

30

Tabel 1.3. Hasil Pemilu 1992.

No Partai Politik

Perolehan Suara

Kursi DPR 1 Golkar 66.599.331 242

2 PPP 16.624.647 62

3 PDI 14.565.556 56

Jumlah 97.789.534 400

Sumber : Biro Humas KPU

Pemilu 1997 diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997. Dengan landasan hukum seperti sebelumnya, yaitu UU No. 1/1985 Tentang Pemilu. Sistem pemilu yang digunakan adalah sistem proporsional untuk pemilu ini anggota DPR yang dipilih berjumlah 425 orang atau bertambah 25 orang. Hal ini karena pemerintah mengubah UU No. 16/1969 Tentang Susunan dan Kedudukan dengan UU No. 5/1995 Tentang Susunan dan Kedudukan. Pelaksanaan pemilu diatur melalui cara-cara tertentu untuk kelanggengan kekuasaan Orde Baru, misalnya penunjukan pimpinan parpol, seperti tertengarai dengan jelas dalam konflik internal antara PDI Soerjadi dengan PDI Megawati Soekarno Putri yang memuncak, peristiwa pengambil alihan kantor PDI Jalan Diponegoro tanggal 27 Juli 1997. Ketika pemilu diselenggarakan penduduk Indonesia berjumlah 196.286.613 jiwa, sedangkan yang terdaftar sebagai pemilih 124.740.987 jiwa atau 63,55%. Suara yang sah tercatat pada pemilu saat itu adalah 112.991.150 atau 90,58%, dan hasil pemilu 1997 adalah Golkar mendapatkan 84.187.907 suara dan 325 kursi DPR, PPP mendapatkan 25.340.018 dan 89 kursi DPR, PDI


(42)

mendapatkan 3.463.225 dan mendapat 11 kursi DPR. Dengan jumlah keseluruhan 112.991.150 suara dan 425 kursi DPR.

Pemilu 1997 merupakan pemilu terakhir dari masa pemerintahan Orde Baru pemilu ini dilasanakan pemerintah yang sebenarnya direncanakan untuk memilih anggota DPR, MPR dan DPRD periode 1997-2002.

Tabel 1.4. Hasil Pemilu 1997

No Partai Politik

Perolehan Suara

Kursi DPR

1 Golkar 84.187.907 325

2 PPP 25.340.018 89

3 PDI 3.463.225 11

Jumlah 112.991.150 452

Sumber : Biro Humas KPU

3. Partai Islam Pada Era Reformasi (1998-2014) Tabel1.5.

Perbandingan Perolehan Suara Partai Islam Era Reformasi

Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014

35,95% 37,74% 28,62% 31,41%

PPP 12,60% PKB 10,61% PKS 7,88% PKB 9,04% PKB 10,70% PPP 8,16% PAN 6,01% PAN 7,59% PAN 7,12% PKS 7,34% PPP 5,32% PKS 6,79% PBB 1,94% PAN 6,41% PKB 4,94% PPP 6,53% PK 1,36% PBB 2,62% PBB 1,79% PBB 1,46% PNU 0,64% PBR 2,60% PKNU 1,47%

PP 0,52% PBR 1,21%

Masyumi 0,43%

PSII 0,36%

PKU 0,28%


(43)

32

Jangka waktu adalah zaman Orde Reformasi yang sangat semarak dalam pelaksanaan demokrasi. Pada masa ini telah terjadi pergantian kekuasaan yang cepat yaitu telah terjadi pergantian kekuasaan yang cepat yaitu dari Presiden Soeharto ke B.J.Habibie tahun 1998, selanjutnya dari Presiden B.J.Habibie ke Abdurrahman Wahid tahun 1999. Dari Presiden Abdurrahmah Wahid ke Megawati Soekarno Putri tahun 2001, dan dari Presiden Megawati Soekarno Putri ke Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004-2014 (2 periode). Selain itu, di Era Reformasi telah terjadi perubahan secara mendasar tentang sistem ketatanegaraan Indonesia.

Dimasa Presiden Soeharto, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar sakral dan tidak boleh dirubah, maka berdasarkan tuntutan gerakan reformasi, MPR sesuai tugasnya yaitu merubah Undang-Undang Dasar 1945 telah melakukan perubahan atau amandemen Undang-Undang Dasar. Salah satu bagian yang paling mendasar yang dirubah ialah pemilihan Presiden dan wakil Presiden yang semula dipilih oleh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), kini dipilih langsung oleh rakyat, yang untuk pertama dilaksanakan pada 5 Juli 2004. Selain itu rakyat telah memilih calon anggota parlemen (DPR), calon anggota DPRD Provinsi, DPRD


(44)

Kabupaten/kota, serta calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebanyak empat orang yang mewakili 32 provinsi di Indonesia.15

Perubahan besar arus politik dan sektor kehidupan lainnya yang diusung dalam bingkai reformasi membawa dampak positif bagi kehidupan politik yang selama rezim Orde Baru berkuasa hampir 32 tahun. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul untuk menyampaikan pendapat baik secara lisan maupun tulisan yang telah dijamin dalam konstitusi sesuai dengan amanat reformasi mulai dijalankan.

Undang-undang kepartaian baru pun digodok dan UU nomor 05 tahun 1985 Tentang Azaz Tunggal pun dicabut yang membawa angin segar bagi aktifis Islam untuk menghidupkan kembali partai Islam, apalagi dalam menyongsong pemilu 1999. Menjelang pemilu tersebut tidak kurang dari 141 partai baru didaftarkan dan sebanyak 48 darinya adalah partai Islam, jumlah tersebut secara kuantitas melebih partai Islam dalam pemilu 1955. Dari 48, namun dari jumlah tersebut hanya 33 partai yang dinyatakan memenuhi syarat untuk mengikuti verifikasi oleh Departemen Kehakiman dan sisanya tereliminasi dan dari 33 partai tersebut hanya 18 partai yang lolos verifikasi untuk ikut serta dalam pemilihan umum tanggal 7 Juli 1999.16

Dari 18 partai tersebut, hanya 9 partai Islam yang memperoleh satu kursi atau lebih diparlemen. Partai yang mendapatkan jatah kursi di

15 Musni Umar, Islam Dan Demokrasi Di Indonesia Kemenangan Abangan Dan Sekuler,

(Jakarta: Insed Bersama Lembaga Pencegah Korupsi, 2004) Cet. 1, Hal. 69

16 Arsekal Salim, Partai-Partai Islam Dan Relasi Agama-Negara (Jakarta: Puslit IAIN


(45)

34

DPR tersebut adalah PPP (58 Kursi), PKB (51 Kursi), PBB (13 Kursi), PKS (7 Kursi), PNU (5 kursi), PP (1 Kursi), PSII (1 Kursi), Masyumi (1 kursi), dan PKU (1 kursi).17

Pemilu 1999 merupakan pemilu yang dipercepat dari jadwal yang ditetapkan yaitu tahun 2002. Pemilu ini diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie yang menjabat sebagai Presiden pengganti Presiden Soeharto setelah berhenti secara sepihak pada 21 Mei 1998. Percepatan pemilu ini adalah hasil tekanan rakyat pada pemerintahan Habibi karena Ia dipandang tidak memiliki legitimasi untuk memegang tampuk kekuasaan. Pemilu 1999 tidak lagi diselenggarakan pemerintah, tetapi dilaksanakan oleh komisi pemilihan umum (KPU). Dalam UU No. 3/1999 Tentang Pemilu disebutkan sebelum KPU terbentuk, lembaga pemilihan umum melakasanakan tugas KPU paling lama tiga puluh hari setelah UU disahkan.18

Dari 8 partai Islam itu hanya tiga yang memperoleh suara yang cukup signifikan, yakni PPP, PKB, dan PBB. Partai Amanat Nasional juga meraih suara yang lumayan, tetapi tidak dikategorikan sebagai partai Islam, Karena tidak memenuhi kriteria partai Islam, walaupun partai ini sangat dekat dengan kalangan Islam, karena pada saat itu ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) Prof Dr M. Amien Rais adalah sebagai mantan ketua pimpinan pusat Muhammadiyah.

17 Bahtiar Effendy, Islam Politik Pasca Soeharto Di Indonesia, Refleksi: Jurnal Kajian

Agama Dan Filsafat III, No. 5 (Agustus 2003), Hal. 45

18 Fernita Darwis Pemilihan Spekulatif Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009,


(46)

Meleburnya partai-partai Islam menjadi satu partai politik kelihatannya tidak mungkin terjadi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan partai-partai Islam tidak mungkin menjadi satu. Diantaranya ialah tidak semua orang yang menjadi pimpinan partai Islam memiliki komitmen terhadap kemajuan Islam dan kaum muslimin. Faktor lain yang menyulitkan penyatuan partai Islam adalah bahwa basis Islam saling berbeda dan tersebar ke dalam berbagai organisasi keagamaan, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Musllim se-Indonesia (ICMI), dan lain-lain. Masing-masing organisasi itu memiliki basis dan strategi perjuangan yang berbeda. Mereka memiliki wawasan keagamaan yang berbeda. Seperti NU berpegang teguh kepada paham

Ahlussunnah wal Jamaah, khususnya mazhab Syafi’i di bidang hukum

dan mazhab Asy’ariyah dibidang teologi. Sedang Muhammadiyah memiliki slogan “kembali kepada Al-qur’an dan Hadits” ini berarti Muhammadiyah tidak terikat pada salah satu mazhab, khususnya yang tergolong dalam kelompok Ahlussunnah wal Jamaah.

Karena itu kalau partai-partai Islam bisa disatukan mungkin umurnya tidak akan panjang, karena perbedaan kepentingan dan aspirasi masing-masing kelompok mereka bisa bertikai dan kemudian bubar sebagai partai politik. Dengan demikian partai-partai Islam kelihatannya tidak perlu dijadikan satu. Yang penting ialah mereka memiliki


(47)

36

komitmen yang sama dalam memperjuangkan kepentingan dan aspirasi kaum muslimin.

Secara kelembagaan partai Islam terbagi menjadi beberapa bagian partai, tetapi dalam memperjuangkan aspirasi umat mereka bersatu. Hal ini telah dibuktikan dengan membentuk forum silahturahmi partai-partai Islam yang kemudian melahirkan poros tengah. Poros tengah yang lalu menggalang kekuatan bersama Golkar untuk memperjuangkan Abdurrahman Wahid menjadi Presiden setelah B.J. Habibie megundurkan diri dari pencalonan Presiden dalam sidang umum MPR 1999. Perjuangan poros tengah ternyata berhasil, yang dibuktikan dengan terpilihnya Abdurrahman Wahid sebagai Presiden Indonesia yang keempat.

Dengan begitu penyatuan partai Islam bukanlah satu-satunya cara untuk memperjuangkan aspirasi umat. Tampaknya inilah strategi yang tepat bagi partai-partai Islam dalam menghadapi pemilu 2004 dengan menjalin kerja sama dalam memperjuangkan aspirasi umat.19

Pemilu 2004 merupakan pemilu kedua setelah Soeharto jatuh meskipun demikian, pada pemilu kedua ini memiliki perbedaan yang sangat jauh dalam banyak hal pada pemilu 1999. Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama setelah amandemen ke-4 UUD 1945. Melalui amandemen struktur politik Indonesia diubah sedemikian rupa sehingga mempengaruhi proses rekrutmen elit politik.

19 Sudirman Tebba, Islam Pasca Orde Baru, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001),


(48)

Menurut konstitusi 1945 hasil amandemen ke-4, pemilihan pasangan Presiden dan wakil Presiden tidak lagi dipilih melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Konstitusi mengamanatkan pemilihan Presiden dan wakil Presiden dilakukan oleh rakyat secara langsung melalui mekanisme pemilu.20 Indonesia adalah negara muslim terbesar didunia, akan tetapi sepanjang sejarah pemilihan umum di Indonesia sejak pemilu 1955 sampai dengan Era Reformasi 1999-2014, belum pernah partai-partai politik Islam berhasil memenangkan pemilu legislatif.

Dalam pemilu tahun 2004, PPP merupakan salah satu partai politik Islam terkemuka di Indonesia dengan membuat kejutan yang mengajukan ketua umum H.Hamzah Haz sebagai calon Presiden RI periode 2004-2009. Akan tetapi, hasilnya sangat menyedihkan karena berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilu Presiden/wakil Presiden 5 Juli 2004, yang diumumkan komisi pemilihan umum (KPU) 26 Juli 2004, Hamzah Haz yang berpasangan dengan Jend.(Purn.) Agum Gumelar hanya memperoleh dukungan suara sebesar 3.09% atau 3.569.861, sebelumnya partai PPP berhasil memperoleh dukungan suara sebesar 8,15 % atau 9.248.764.21

20 Fernita Darwis Pemilihan Spekulatif Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009,

(Bandung: Alfabeta Cv, 2011), Cet. 1 Hal.18

21 Musni Umar, Islam Dan Demokrasi Di Indonesia Kemenangan Abangan Dan Sekuler,


(49)

38

Pada pemilu demokratis pertama di Era Reformasi pada tahun 1999, gabungan partai lebih tajam terjadi antara partai Islam dengan partai Nasionalis. Partai Islam meraih suara sebesar 35,95%, partai Nasionalis mendapat suara sebesar 64,05%. Pada pemilu 2004, partai Islam mendapat perolehan suara sebesar 37,74%, sementara partai Nasionalis mendapatkan suara sebesar 62,26%.22

Pada pemilu 2009 terjadi banyak perubahan, diantaranya adanya dua threshold. Pertama, Electoral Threshold (ET) yaitu syarat untuk dapat ikut serta dalam pemilu sebelumnya sebesar 3% suara. Kedua, diadakan Parliamentary Threshold (PT) yaitu syarat partai untuk dapat diikut sertakan dalam penghitungan fungsi yaitu sebesar 2,5%. Partai-partai yang diperoleh suaranya tidak mencapai 2,5% tidak dapat menempatkan wakilnya di DPR.

Pemilihan umum Presiden dan wakil Presiden tahun 2009 diselenggarakan untuk memillih Presiden dan wakil residen Indonesia periode 2009-2014. Pemungutan suara diselenggarakan pada 8 Juli 2009. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung dengan memperoleh suara 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarno Putri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto. Pasangan calon terpilih adalah pasangan yang memperoleh suara lebih dari 50% dari jumlah

22

Fernita Darwis Pemilihan Spekulatif Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009, (Bandung: Alfabeta Cv, 2011), Cet. 1 Hal. 36


(50)

suara dengan sedikitnya 20% suara disetiap propinsi yang tersebar dilebih dari 50% jumlah propinsi di Indonesia.

Pada pemilu 2009, gabungan partai Islam mengalami penurunan, tingkat keterpilihan gabungan partai Islam sebesar 28,62%. Sedangkan gabungan elektabilitas partai Nasionalis mencapai 71,38%.Pemilu 2009 seolah menjadi kuburan bagi partai yang berideologi Islam. Dari enam partai yang berideologi Islam yang ikut serta dalam pemilu (PKS, PPP, PBB, PKNU, PBR, dan PMB), hanya 2 partai yang lolos aturan parliamentary threshold 2,5%, yakni PKS dan PPP.

Pada hasil pemilu tahun 2009 menempatkan dua poros koalisi Megawati dan Prabowo, sementara Susilo Bambang Yudhoyono akan menjadi pengikut karena partai yang dipimpinnya hanya meraih 9,42% perolehan suara mengalami penurunan dari perolehan pada pemilu 2009 yang mencapai 20,81%. Satu poros koalisi lainnya adalah partai Golkar Aburizal Bakrie alias ARB menjadi calon Presiden.

Dengan fenomena politik seperti itu, tiga pemimpin partai Nasionalis (Megawati, Prabowo, Aburizal Bakrie) masing-masing akan memimpin poros koalisi. Adapun partai-partai Islam, kecuali mereka bersatu hanya akan menjadi pengikut.23

Hal ini terlihat lebih jelas pada pilpres 2014 yang baru saja berlangsung.Prabowo yang didukung oleh partai-partai Islam (PPP, PKS, dan PBB) dan bahkan ormas-ormas Islam ternyata mesti menelan

23 Artikel Diakses Pada Tanggal 1 November 2012, Pukul 20.40 Wib Dari


(51)

40

kekalahan. Jokowi yang “diboikot” oleh kalangan formalis Islam dengan beragam kampanye hitam sertahingga isu “perang badar” dan fatwa haram justru menang telak. Dalam pandangan Azyumardi Azra, fenomena ini menunjukkan bahwa simbolisme Islam tidak lagi efektif, sehingga teori “jebakan demokrasi” tidak berlaku di Indonesia.

Menurut teori ini, demokrasi yang terbuka di dalam negara berpenduduk mayoritas Muslim hanya akan menghasilkan kekuasaan partai Islam. Namun, kemerosotan perolehan suara partai-partai Islam di Indonesia memperlihatkan gagalnya teori “jebakan demokrasi”.24

24Artikel Diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2014, Pukul 19.30 Wib Dari

Http://M.Detik.Com/News/Read/2013/05/27/113913/2256501/103/2/Menerawang-Nasib-Partai-Islam-Di-Pemilu-2014 .


(52)

41

A. Sejarah Berdirinya Partai

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berdiri dan dideklarasikan di Jakarta, pada 5Januari 1973, sebagai fusi dari partai-partai politik yang berasaskan Islam. Terdiri dari : Partai Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Syarikat Islam Indonesia dan PERTI. Dengan demikian PPP merupakan wadah perjuangan umat Islam untuk menegakkan demokrasi serta mewujudkan keadilan sosial dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.1 Adanya latar belakang perjuangan yang mendorong terjadinya fusi, salah satu faktor di antaranya adalah : dua dari partai Islam yaitu NU dan PSII pernah berada satu wadah dalam Masyumi, partai Islam yang lahir pada tanggal 7 November 1945. Hanya saja dua tahun kemudian tahun 1947 SI keluar dari Masyumi, dan NU mengikuti jejak SI pada tahun 1952. 2

Namun setelah pemilu 1955, Masyumi, NU, PSII, dan PERTI kembali melakukan kerjasama strategis, kerjasama itu terjadi didalam Konstituante, ketika sama-sama mendukung Islam sebagai dasar negara. Kerjasama itu (minus Masyumi) terjadi pada pembahasan GBHN dalam

1 Tim Litbang Kompas, Partai Partai Politik Indonesia. ( Jakarta: Pt. Kompas Media

Nusantara, 1999), Hal. 161

2 Partai Masyumi Dengan Resmi Dibubarkan Oleh Presiden Soekarno Tahun 1960, Setelah

Orde Baru Tampil, Para Tokoh Itu Ingin Merehabilitasinya, Tetapi Ditolak Pemerintah, Yang Di Izinkan Pemerintah Hanya Lahirnya Parmusi Untuk Menyalurkan Aspirasi Pendukung Masyumi Dulu.


(53)

42

sidang istimewa (SI) MPR 1967.3 Begitu pula dalam menghadapi pemilu 1971, sesuai dengan TAP MPRS No. XXII/MPRS/1966 yang mengamanatkan perlu penyederhanaan orsospol, maka Presiden Soeharto pada tanggal 17 Februari 1970 menganjurkan agar dalam menghadapi pemilu 1971, orsospol yang ada melakukan pengelompokkan. Pada tanggal 27 Februari 1970 Presiden mengadakan konsultasi dengan pimpinan orsospol mengenai penyederhanaan dan pengelompokkan tersebut. Dalam konsultasi tersebut, Presiden Soeharto menyarankan bahwa disamping Pancasila dan UUD 1945 sebagai asas bersama yang didasari pada persamaan tekanan pada aspek pembangunan, sehingga terwujudlah tiga kelompok yaitu ; “Kelompok Spiritual Material” dan “Kelompok Material Spiritual” dan “Spiritual Material” (Kelompok Karya).4

Setelah pemilu 1971, kegiatan untuk memfusikan partai-partai terus berlangsung. Soeharto sendiri berkali-kali mengundang pimpinan partai untuk membicarakan perlunya fusi empat partai Islam itu menjadi partai baru bernafaskan spiritual dan material. Dari kalangan Islam sendiri, prakarsa kearah fusi kemudian dilakukan oleh ketua umum PARMUSI, H.M.S Mintaredja, SH.5 Bulan Desember 1972, HMS Mintaredja mengundang pimpinan partai ke Departemen Sosisal (Menteri Sosial) saat itu untuk merealisasikan pengangkatan kelompok persatuan pembangunan yang bersifat federatif kearah yang lebih kokoh. Dalam pertemuan itu, PSII

3 Pemi Apriyanto, Kader Nasional PPP Dari Masa Ke Masa, Hal.2

4 H.M Dja’far Siddiq, PPP Menggagas Reformasi Membangun Indonesia Baru, Jakarta.

2003


(54)

menolak dengan keras adanya fusi, lain halnya dengan PARMUSI dan PERTI mendukung fusi KH. Idham Chalid pada prinsipnya setuju peningkatan kerjasama walau belum bersedia meningkatkannya kearah fusi.

Setelah lama tertunda, rapat dilakukan bertempat dikediaman KH. Idham Chalid rapat itu dipicu oleh lahirnya DPP PSII tandingan (terhadap kepemimpinan PSII M. CH. Ibrahim) yang setuju fusi, yakni tanggal 5 Januari 1973 atau bertepatan dengan tanggal 30 Dzulqaidah 1392 Hijriyah. Isi rapat tersebut adalah sebagai berikut :

“Deklarasi hasil rapat presidium badan pekerja dan pimpinan fraksi kelompok Partai Persatuan Pembangunan. Keempat partai Islam : NU, PARMUSI, PSII, dan PERTI yang sampai sekarang ini tergabung dalam bentuk konfederasi kelompok Partai Persatuan Pembangunan, dalam Rapat Presidium Badan Pekerja dan Pimpinan Fraksi tanggal 5 Januari 1973, telah seia sekata untuk memfusikan politiknya dalam satu partai politik bernasa Partai Persatuan Pembangunan.

Segala kegiatan yang bukan kegiatan politik, tetap dikerjakan organisasi maisng-masing sebagaimana sediakala, bahkan lebih ditingkatkan sesuai dengan partisipasi kita dalam pembangunan spiritual dan materii. Untuk merealisasi kesepakatan ini telah dibentuk team untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan oleh partai pesatuan pembangunan, baik organisator maupun politis.

Kemudian hasil dari pekerjaan team dilaporkan presidium untuk selanjutnya disampaikan kepada dan disahkan oleh suatu musyawarah yang lebih


(55)

44

representatif yang insya Allah akan diadakan selambat-lambatnya awal Februari 1973. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan taufiq dan hidayahnya. Amin”.6

Partai persatuan pembangunan (PPP) merupakan hasil fusi politik dari partai Nadhlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), yang dideklarasikan pada tanggal 5 Januari 1973 bertepatan dengan 30 Dzulqa’dah 1392 Hijriyah. PPP merupakan partai politik penerus estafet empat partai Islam dan wadah penyelamat aspirasi umat Islam, serta cermin kesadaran dan tanggung jawab tokoh-tokoh umat Islam, bahu-membahu membina masyarakat agar lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui perjuangan politik.

Ketua umum DPP PPP yang pertama adalah H. Mohammad Syafaat Mintaredja, SH. yang menjabat sejak tanggal 5 Januari 1973 sampai tahun 1978. Ketua umum yang kedua adalah H. Jailani Naro, SH. yang menjabat dua periode tahun 1978 ketika H. Mohammad Syafaat Mintaredja mengundurkan diri sampai diselenggarakannya Muktamar I PPP tahun 1984. Dalam muktamar I, Naro terpilih kembali menjadi ketua umum DPP PPP. Kemudian ketua umum DPP PPP yang ketiiga adalah H. Ismail Hasan

6 Ketetapan Muktamar VI Partai Persatuan Pembangunan, Tentang Khittah Dan Program


(56)

Matareum, SH, yang menjabat sejak terpilih dalam muktamar II PPP tahun 1989 dan kemudian terpilih kembali dalam muktamar III tahun 1994. 7

Sejak berdirinya PPP terus berjuang untuk membawa aspirasi dan kepentingan umat dan bangsa, terutama dalam menjaga agar produk-produk peraturan perundang-undangan tetap berada dalam nafas dan tidak bertentangan dengan asas Islam.

Sebelum mendaftar pada lembaga pemilihan umum sebagai peserta pemilu 1999, PPP dalam perjalannya telah melakukan muktamar sebanyak 4 kali dan pernah melakukan perubahan lambang partai dari gambar Ka’bah (pemilu 1977-1982) menjadi gambar Bintang (1987-1997) karena mengacu pada UU No. 3/1987, yang mensyaratkan bagi peserta pemilu harus berasaskan Pancasila. Setelah melasanakan muktamar IV di Jakarta pada 29 November–Desember 1998, Muktamar mengamanatkan PPP kembali ke asas Islam, maka lambang partai pun menggunakan gambar Ka’bah. Hasil muktamar lainnya, adalah terbentuknya kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat yang terdiri : Dr. Hamzah Haz (ketua) dan H. Alimarwan Hanan, S.H. sebagai Sekretaris Jendral.

Karena berasaskan Islam, maka kelompok masyarakat pendukung utama partai adalah warga Republik Indonesia yang beragama Islam. Serta terbuka untuk semua profesi dan status sosial ekonomi. Basis pendukung PPP meliputi wilayah : Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Untuk memenangkan pemilu PPP memiliki strategi mengedepankan isu,

7 Artikel Diakses Pada Tanggal 31 Maret 2015, Pukul 20.30 Wib Dari


(57)

46

bahwasannya PPP telah kembali ke fitrahnya dan berjuang untuk mengisi kehidupan bangsa dengan nilai-nilai akhlakul karimah, serta memperjuangkan kehidupan bangsa yang demokratis.8

Ketua umum DPP PPP yang kelima adalah H.Suryadharma Ali yang terpilih dalam Muktamar VI tahun 2007 dan H.Irgan Chairul Mahfiz sebagai Sekretaris Jendral. H.Suryadharma Ali kemudian terpilih kembali menjad ketua umum untuk masa bakti 2011-2015 melalui Muktamar VII PPP tahun 2011.

Proses reformasi memberikan kesempatan kepada kader-kader partai untuk duduk dalam pemerintahan, meskipun belum maksimal seperti yang diharapkan terutama karena perolehan suara PPP selalu menurun. Dalam pemilihan umum 2009, bagi PPP merupakan pemilu ke-delapan yang diikuti sejak PPP lahir dipentas politik nasional.PPP meraih 5,5 juta suara atau 5,33%. Dari sisi perolehan kursi, PPP memperoleh 38 kursi dari 550 kursi yang diperebutkan. PPP mengalami penurunan suara 3% dibandingkan pemilihan umum 2004, PPP memperoleh 8,15% dengan perolehan 58 kursi DPR, dan pada pemilu 2014 PPP kembali meraih suara 6, 53% dengan perolehan 39 kursi DPR.

8 Tim Litbang Kompas, Partai Partai Politik Indonesia, ( Jakarta: Pt. Kompas Media


(58)

Tabel 1.5.9

Perbandingan Perolehan Suara PPP pada Pemilu Era Reformasi No Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014

1. 11.329.905 58 Kursi (12,60%) 9.248.764 58 Kursi (8,15%) 5.533.214 38 Kursi (5,33%) 8.157.488 39 Kursi (6,53%)

B. Visi dan Misi PPP

Visi PPP adalah “terwujudnya masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT dan Negara Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, bermoral, demokratis, tegaknya supermasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), serta menjunjung tinggi harkat – martabat kemanusiaan dan keadilan sosial yang berlandaskan kepada nilai-nilai keIslaman.”10

Di dalam bidang agama, platform PPP menegaskan tentang; 1) perlunya penataan kehidupan masyarakat yang Islami dan berahlakul karimah dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar; 2) pentingnya peran agama (Islam) sebagai panduan moral dan sumber inspirasi dalam kehidupan kenegaraan; 3) paradigma hubungan antara Islam dan negara yang bersifat simbiotik, sinergis serta saling membutuhkan dan memelihara,

9

Pemilihan Umum Presiden Indonesia Era Reformasi, Wikipedia Bahasa Indonesia,

Ensiklopedia Bebas,

Http://Id.M.Wikipedia.Org/Wiki/Pemilihan_Umum_Presiden_Indonesia_Era_Reformasi, Diakses Pada Tanggal 02/12/2014

10 Ketetapan Muktamar VII PPP, Tentang Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga,


(59)

48

yang berpegang pada prinsip harmoni antara universalitas dan lokalitas keindonesiaan; dan 4) komitmen pada prinsip dan sikap toleransi antar umat beragama. Sementara itu dibidang politik, PPP berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia, terutama pada aspek penguatan kelembagaan, mekanisme dan budaya politik yang demokrasi di Indonesia dan berakhlakul karimah. PPP menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), menghargai kebebasan berekspresi, berpendapat dan berorganisasi, terwujudnya good and clean government, dan upaya mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Platform ekonomi PPP mempertegas keberpihakannya pada konsep dan sistem ekonomi kerakyatan, terwujudnya keadilan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, penguasaan negara terhadap cabang-cabang ekonomi yang menguasai hidup orang banyak, maksimalisasi BUMN dan BUMD, dan mendorong peningkatan kesewadayaan nasional (unit usaha keluarga/individual, usaha swasta badan usaha negara dan koperasi) demi terwujudnya kemandirian ekonomi masyarakat dan bangsa Indonesia.

PPP berkomitmen pada upaya tegaknya supermasi hukum, penegakkan HAM, terwujudnya tradisi kepatuhan hukum dan tradisi berkonstitusi, pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme, pembaruan hukum nasional, terciptanya tertib sipil dan rasa aman masyarakat,


(1)

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak. Nur Salam AS, S.IP

Jabatan : Staff Ahli Anggota DPR RI Bapak Amir Uskara, M.Kes. Hari : Selasa, 20 Februari 2014

Pihak : Romahurmuziy

1. Bagaimana menurut PPP mengenai Suksesi Kepemimpinan pada pemilu 2014?

Jawab : Bagi PPP kepemimpinan pada pemilu 2014 itu, menjadi sebuah pembelajaran yang amat berharga bagi bangsa Indonesia. Secara keseluruhan pemilu berjalan dengan lancar, cukup kondusif, kemudian berhasil membuka dinamika baru di dunia perpolitikan yang ditandai dengan hadirnya dua pasangan caleg yang di dalam melakukan, ya katakanlah perpaduan politik itu. PPP menganggap itu berjalan cukup feerr dan kemudian pada saat bersamaan, ada juga kekurangan tetap iya pada dasarnya itu bisa dikatakan nantinya harus ada perbaikan dimasa yang akan dating.

2. Bagaimana sikap PPP dalam pemilu 2014?

Jawab : PPP pada pemilu 2014 secara organisasi PPP mengambil sikap memilih Prabowo Hatta jadi dukunganya itu secara bulat, secara partai resmi mendukung memilih pasangan nomor urut satu dan itu sudah diputuskan bersama-sama saat itu, tapi setelah pelantikan presiden terpilih Jokowi-JK maka PPP mendukung pemerintahan terpilih dan tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat.


(2)

3. Apa yang menyebabkan PPP tidak menempati kursi pimpinan DPR?

Jawab : Mengenai kursi DPR, kalau sampai hari ini posisi PPP dalam pimpinan DPR RI itu kan belum final, jadi masih ada beberapa komisi yang belum final karena adanya konflik internal yang sampai sekarang kita masih bernegosisasi untuk mendapatkan kursi pimpinan DPR, sampai sekarang juga kami masih optimis untuk mendapatkan kursi, kecuali ya.. bagi komisi yang sudah resmi diputuskan dan dilantik menduduki kursi pimpinannya. Tapi masih ada beberapa yang belum ditetapkan juga

4. Bagaimana pendapat PPP mengenai beberapa survey yang mengatakan bahwa elektabilitas partai islam saat ini merosot jauh dibawah partai nasionalis?

Jawab : yaa.. sebenarnya sudah muncul 2 tahun yang lalu menjelang pemilu 2014, bahkan ada yang menyatakan prediksinya bahwa partai Islam khususnya PPP itu akan tenggelam, namun pada tahun 2004-2009 itu PPP sangat-sangat drastic penurunan suara dan kursi DPR, akan tetapi kami membuktikan pada pemilu 2014 PPP mengalami perbaikan, perbaikan yang telah kita lakukan itu mengalami peningkatan lebih dibanding pemilu tahun 2004-2009

5. Sejauhmana sikap PPP dalam menghadapi perbedaan kelompok kepentingan Jawab : hemm... ini juga suatu cobaan didalam sebuah partai PPP, perbedaan itu tidak bisa kita hindari dan musti kita hadapi, dan PPP akan mendukung kepentingan yang pasti mengutamakan rakyat dan kepentingan PPP. Apalagi dengan adanya konflik internal sekarang kita lihat, untuk menuju islah sebenarnya


(3)

sudah dilakukan dan sudah dibangun komunikasi kedua pihak untuk menuju keislah, namun nampaknya memang kedua pihak lebih merasa nyaman kalo menyesaikan secara hukum, proses hokum sudah berjalan maka ya kita harus nantikan bagaimana keputusan akhir. Harus kita hormati, dan nampaknya sejauh ini proses hukumlah yang memberikan jalan keputusan final, hingga akhir ini diserahkan pada hukum. Karena kami versi pihak Romi sampai saat ini menunggu bagaimana hasilnya, tetapi pihak sana juga menghargai proses hukum Karena kan yang mengajukan kepihak hokum itu dari pihak sana dan karena itu sudah terlanjur masuk keranah hukum jadi ya positifnya harus menunggu hasil putusan.dari kejelasan siapa yang pada akhirnya paling tepat dan berhak disebut sah diantara kedua ini, Dan setelah itu, tentu selanjuatnya adalah islah ini berlanjut dalam artian siapapun yang menang tidak dan munafikan yang kalah tetapi merangkul dan partai ini berjalan kembali bersama dengan menyongsong agenda-agenda selanjutnya di dalam negara.

6. Sejauhmana tokoh senior PPP berperan dalam penyelesaian konflik internal PPP?

Jawab : Tokoh senior ulama PPP sangat andil dalam mengupayakan agar konflik ini segera berakhir, bias dikatakan tokoh PPP sangat aktif dalam mendorong adanya islah, agar bias membawa kembali nama besar partai Islam ini. Ada banyak pihak yang mengupayakan islah tetap berjalan dan itu termasuk tokoh senior, namun karena ini telah bergulir keranah hukum maka kita termasuk juga tokoh


(4)

senior PPP semua harus menghargai proses hukum yang telah berjalan, yaa seperti itu kiranya.

7. Bagaimana konsep kepemimpinan yang bersih menurut PPP?

Jawab : Jelas sekali PPP telah tertera lahir dari dasar bahwa semangat perjuangan PPP itu adalah amar ma’ruf nahi mungkar, jadi prinsip perjuangannya itu harus bercermin, menjunjung tinggi nilai kebenaran harus melawan hal yang mungkar, jadi yang benar itu benar, salah itu ya salah. Pemimpin dari sebuah negara harus memiliki kreadibilitas harus jujur dan harus bersih demi kepentingan rakyat bersama.

8. Bagaimana pendapat Mahkamah Partai PPP dalam menyelesaikan konflik? Jawab : Mahkamah Partai, dan Majelis Syariah itukan sebenarnya punya peran pentingya., posisi keberadaannya di dalam partai itu ya salah satunya kalo ada hal-hal seperti itu, perlu diselesaikan di dalam internal partai, perannya untuk memberikan masukan, bantuan untuk penyelesaian masalah, memberi arahan, saran-saran, tetapi bukan memberi instruksi.

9. Bagaimana strategi yang dilakukan PPP dalam memperjuangkan Syariat Islam yang merupakan dari cermin sikap politikPPP?

Jawab : Jadi strategi yang ditempuh oleh PPP, tentu pertama itu ya membesarkan partai ini dengan bagaimana sehingga partai ini mendapatkan dukungan banyak dari masayarakat, mendapat kepercayaan dari masayarakat, apalagi kita Indonesia mayoritas Islam, mustahillah PPP ini kalau tidak bias berbuat banyak dalam rangka kebijakan syariat Islam, kalau dukungan terhadap partai ini kecil dan itu


(5)

berdampak kecilnya kursi dpr sehingga tidak dapat posisi strategis dan penentu di Parlemen, tentu di dalam melakukan perjuangan-perjuangan termasuk bagaimana mengawal dari strategi syariat itu berjalan dengan baik, bagaimana PPP mmbesarkan ini, sehingga orang jatuh cinta dengan partai ini, dan dapat memberikan kepercayaan pada partai PPP ini,


(6)