23
bidang-bidang tersebut akan mendukung kemandirian mereka didalam keluarga.
3. Pengertian Pembelajaran Berpakaian
Rostamailis 2005:198
mengemukakan bahwa “berpakaian berbusana bukan hanya menutupi tubuh saja, tetapi memerlukan
keserasian atau kecocokan antara busana atau pakaian yang dipakai dengan si pemakai”.Walaupun kita telah bersolek lengkap dengan
menggunakan tata rias muka, rambut yang rapi, dan cantik tetapi pakaian yang kita pakai tidak sesuai, maka akan mengurangi penampilan kita.
Untuk itu, maka kita perlu menggunakan pakaian yang serasi dan sesuai dengan tempatnya.
Selain berfungsi menutup tubuh, pakaian juga dapat merupakan pernyataan lambing status seseorang dalam masyarakat.Sebab berpakaian
ternyata merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang mempunyai
rasa malu
sehingga berusaha
selalu menutupi
tubuhnya.Pakaian busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari dari ujung rambut sampai ujung kaki beserta segala perlengkapannya,
seperti tas, sepatu dan segala macam perhiasanaksesoris yang melekat padanya. Berpakaian merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia karena kalau tidak berpakaian, maka orang akan menganggap bahwa kita adalah orang gila atau tidak sopan. Untuk
24
membantu anak dalam meningkatkan keterampilan berpakaian, maka memerlukan waktu dan kesabaran dari orang tua.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berpakaian adalah suatu serangkaian kegiatan mengenakan baju untuk
menutupi atau sesuatu yang menempel pada tubuh.Pembelajaran berpakaian harus diterapkan pada anak autis yang mengalami kesulitan
dalam mengurus diri memakai pakaian. Sehingga dengan ini mereka dapat
beraktivitas sehari-hari
tanpa bantuan,
dengan tujuan
meminimalisir dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas khususnya dalam mengenakan
pakaian.
C. Kajian Tentang