MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN
TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
Oleh
Eka Firayogi
Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn
siswa kelas IV SD Negeri 3 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 3 Jatibaru
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dua siklus, tiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan yang terdiri atas
1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi. Analisis data yang
digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar
observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dan untuk data
kuantitatif melalui hasil tes formatif.
Observasi aktivitas belajar siswa siklus I dengan nilai 57,13% kategori
cukup, pada siklus II 76,78% dengan kategori baik, meningkat sebesar 19,65%.
Hasil belajar siswa siklus I dengan nilai rata-rata 66,87, siklus II menjadi 79,72

dengan peningkatan 12,85. Hasil kerja kelompok pada siklus I dengan nilai
tertinggi 85, siklus II menjadi 95, dengan peningkatan 10 serta pencapaian KKM
yang semula siklus I hanya 68,95%, dan silkus II menjadi 95,83%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKN
dengan menggunakan metode diskusi kelompok sangat efektif meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Aktivitas dan Hasil belajar, metode diskusi kelompok

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Palembang pada tanggal 14 Februari 1976, sebagai
anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Sugapar dan Ibu Sukartini
(Alm).

Pendidikan formal peneliti diawali dari Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di
SDN 1 Ketapang, di Lampung Utara Tahun 1978/1988, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP negeri Tegineneng, Lampung Selatan
tahun 1990/1991, dan Lulus SMA Wijaya di Bandar Lampung pada tahun
1993/1994 kemudian peneliti melanjutkan ke Fakultas Akademi Keuangan dan
Perbankan Diploma III di Yogyakarta Lulus Tahun 1997.


Pada tahun 2010, peneliti mengikuti perkuliahan di Program Studi S1 PGSD
SKGJ Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Lampung (Unila).

MOTO

. . . Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya
(QS Al Baqarah: 286, Al An'am: 152)

. . . Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum
sampai mereka berusaha mengubahnya sendiri
(QS Al Anfaal: 53, Ar Ra'd: 11)

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah Yang Maha Esa. Hanya berkat rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya, penelitian ini dapat terlaksana dan ini dapat diselesaikan.


Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini saya persembahkan kepada :
1.

Bapak dan Ibu tercinta terima kasih telah memberikan kasih sayang yang
tulus dan telah memberikan dukungan baik moril maupun materiel

2.

Keluarga, suami tercinta, Mulyadi yang telah ikut memberikan dukungan
semangat dan motifasi.

3.

Anakku tercinta, Atma Fawwaz Zakiah yang saya banggakan

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................


xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xvi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

1

B. Identifikasi Masalah .................................................................

5


C. Rumusan Masalah .....................................................................

6

D. Tujuan Penelitian ......................................................................

6

F. Manfaat Hasil Penelitian ...........................................................

6

KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar ......................................................................................

8

B. Aktivitas Belajar ......................................................................

10


C. Hasil Belajar .............................................................................

11

D. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar ........................................

13

E. Metode Diskusi Kelompok .......................................................

15

1. Metode Belajar ....................................................................

15

2. Metode Diskusi ...................................................................

15


3. Metode Dikusi Kelompok ...................................................

16

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Diskusi Kelompok .............

17

5. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok .......................................

18

6. Pengertian

Diskusi

Kelompok

Kecil


(Buzz

Group

Discussion) ..........................................................................

19

7. Tujuan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)

22

8. Keuntungan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group
Discussion) ..........................................................................
9. Kekurangan Diskusi Kelompok ..........................................
10.Langkah-langkah Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group
Discussion) ..........................................................................
F. Hipotesis ...................................................................................


24
20
24
26

BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian .......................................................................
1. Tempat Penelitian .................................................................
2. Waktu Penelitian ..................................................................
B. Subjek Penelitian
C. Metode dan Prosedur Penelitian ...............................................
D. Tehnik Pengumpulan Data ........................................................

27
31

E. Alat Pengumpulan Data .............................................................
F. Analisa Data ...............................................................................

31

32

G. Indikator Keberhasilan...............................................................

34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..........................................................................
1. Siklus I ..................................................................................
a. Pertemuan Pertama .........................................................
b. Pertemuan Kedua ............................................................
2. Siklus II ................................................................................
a. Pertemuan Pertama ..........................................................

35
35
36
43
50
51


b. Pertemuan Kedua .............................................................
B. Pembahasan ...............................................................................

56
62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................
B. Saran ..........................................................................................

66
67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

27
27
27

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1

Perolehan Nilai Semester I Kelas IV TP. 2013/2014 .............................

4

3.1

Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ...........................................................

32

3.2

Penilaian Kinerja Guru ..........................................................................

33

3.3

Kriteria Ketuntasan Siswa dalam Presentase ..........................................

34

4.1

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus I ...............

38

4.2

Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Pertama Siklus I ................

40

4.3

Hasil Belajar Siswa Pertemuan Pertama Siklus I ...................................

41

4.4

Hasil Kerja Kelompok Pertemuan Pertama Siklus I...............................

42

4.5

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus I ..................

45

4.6

Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Kedua Siklus I ...................

47

4.7

Hasil Belajar Siswa Pertemuan Kedua Siklus I ......................................

48

4.8

Hasil Kerja Kelompok Pertemuan Kedua Siklus I .................................

49

4.9

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus II ..............

52

4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Pertama Siklus II ...............

53

4.11 Hasil Belajar Siswa Pertemuan Pertama Siklus II ..................................

55

4.12 Hasil Belajar Kelompok Pertemuan Pertama Siklus II ..........................

56

4.13 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus II ................

58

4.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Kedua Siklus II ..................

59

4.15 Hasil Belajar Siswa Pertemuan Kedua Siklus II.....................................

61

4.16 Hasil Belajar Kelompok Pertemuan Kedua Siklus II .............................

62

4.17 Rekapitulasi Nilai Aktivitas Belajar Siklus I dan II ...............................

63

4.18 Rekapitulasi HasiL Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ................

64

4.19 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II ....................................

65

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

3.1 Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart ...........................

28

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pendidikan di Indonesia pada era globalisasi ini ternyata telah
mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah
dilakukan berbagai macam pembaharuan dalam dunia pendidikan diantaranya
adanya perubahan kurikulum pendidikan mulai dari cara belajar siswa aktif
sampai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Akibat perubahan-perubahan
itu dunia pendidikan di Indonesia semakin mengalami banyak kemajuan
dibidang kegiatan pembelajaran yang tidak hanya terpusat kepada guru salah
satu contohnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi dimana tenaga pendidik
memiliki kemampuan sesuai dengan jalur pendidikan yang dijalaninya.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dunia pendidikan di tanah air
terutama di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat
pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan
tersebut, sehingga didalam pembelajaranpun guru selalu ingin menemukan
metode-metode dan media-media baru yang dapat memberikan motivasi
belajar bagi siswa. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan
dalam sistem pendidikan mencakup seluruh komponen yang ada diantaranya
peserta didik, pendidik atau guru, kurikulum atau materi pendidikan, sarana
dan prasarana pendidikan, lingkungan pendidikan dan lulusan proses
pendidikan. Pembangunan dibidang pendidikan baru dikatakan berhasil

2

apabila produk pendidikan atau lulusannya dapat dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara.
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
interaksi atau hubungan timbal batik antara guru dan siswa dalam satuan
pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar
mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya
sekedar penyampai materi saja, tetapi harus dapat menjadi pengatur sekaligus
pelaku dalam proses belajar. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses
belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses pembelajaran
itu dilaksanakan. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang afektif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga bahan pelajaran yang
disampaikan akan lebih mudah dimengerti oleh siswa.
Guru

secara

langsung

dapat

mempengaruhi,

membina,

dan

meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi
permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal
peran guru sangatlah penting dan diharapkan guru memiliki model-model
pembelajaran yang baik dan tepat serta sesuai dengan konsep-konsep mata
pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, salah satunya adalah
dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar
diperoleh peningkatan hasil belajar siswa.
Mata
pelajaran

Pelajaran

Pendidikan

Kewarganegaraan

merupakan

mata

yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang

3

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan tujuan tersebut maka
diperlukan upaya oleh guru untuk mewujudkan pembelajaran PPKn secara
maksimal dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dan membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf
intelektualnya sehingga dapat menguatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang akan diajarkan.
Suprayekti (2004:7) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya keterampilan guru dalam
mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, pemanfaatan metode, penggunaan
media dan mengalokasikan tindakan mengajar demi terciptanya tujuan
pembelajaran. Peran guru dalam pendidikan menjadi kunci keberhasilan dalam
misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini dalam mata
pelajaran PKn diperoleh gambaran bahwa selama ini guru banyak
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan hanya
mengerjakan tugas-tugas yang ada pada buku pegangan siswa yang
menyebabkan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak
cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena dianggap sebagai
pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan
aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa di
sekolah.

4

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan terhadap pembelajaran
PKn pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013 khususnya di kelas IV
SDN 3 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang diperoleh gambaran bahwa
selama ini guru banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan
materi dan hanya mengerjakan tugas-tugas yang ada pada buku pegangan
siswa, tanpa menggunakan metode pembelajaran lain yang dapat membantu
siswa dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan mata pelajaran
tersebut. Guru juga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih
aktif dan berusaha menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang
terdapat dalam pelajaran, sehingga nilai rata-rata mata pelajaran PKn sangat
rendah yang hanya mencapai nilai rata-rata 55,55 masih kurang dari nilai
KKM sebesar 62,00 hanya terdapat 17 dari 36 siswa atau baru mencapai
47,22% dari target sebesar 85% yang telah ditetapkan. Adapun data hasil
ulangan semester I tahun pelajaran 2013/2014 dari 36 siswa adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Perolehan Nilai Semester I Kelas IV TP. 2013/2014
No

Nilai

Banyak Siswa

Jumlah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total Jumlah Nilai
Nilai rata-rata

5
13
12
5
1
-

20
65
72
35
8
200
55,55

5

Metode pembelajaran diskusi kelompok berfungsi sebagai sarana dalam
proses pembelajaran agar peserta didik dapat meningkatkan partisipasi dan
aktivitas untuk mencapai sendiri materi (informasi) pelajaran dari buku
pelajaran atau dapat mencari informasi lain yang nantinya diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa, penulis ingin mengembangkan penggunaan metode
diskusi kelompok pada mata pelajaran PKn di kelas IV SDN 3 Jatibaru
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yang muncul sebagai berikut:
1.

Guru banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan
materi dan hanya mengerjakan tugas-tugas yang ada pada buku pegangan
siswa

2.

Kurangnya aktivitas siswa dalam mencari jawaban atas permasalahan
yang terdapat dalam pelajaran PKn.

3.

Masih rendahnya hasil belajar siswa mata pelajaran PKn hanya
mencapai nilai rata-rata kelas 55,55 masih kurang dari KKM sebesar
62,00. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM hanya terdapat 17 dari 36
siswa atau baru mencapai 47,22% dari target sebesar 85% yang telah
ditetapkan.

6

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yang muncul sebagai berikut:
1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan metode
diskusi kelompok mata pelajaran PKn pada siswa Kelas IV SDN 3
Jatibaru kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan tahun pelajaran
2013-2014?.
2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode diskusi
kelompok mata pelajaran PKn pada siswa Kelas IV SDN 3 Jatibaru
kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan tahun pelajaran 20132014?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar PKn pada siswa kelas IV SDN3 Jatibaru
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.
2. Meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas IV SDN 3 Jatibaru
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Dengan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa khususnya kelas IV SDN 3 Jatibaru KecamatanTanjung
Bintang Kabupaten Lampung Selatan pada pelajaran PKn.

7

2. Bagi Guru
Dapat menambah wawasan dan pengalaman yang baru dalam
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar yang lebih baik lagi, serta dapat lebih
profesional dan memahami akan manfaat digunakannya metode
pembelajaran yang bervariasi sehingga diharapkan menjadi guru yang
lebih kreatif dalam melakukan proses pembelajaran dan lebih jauh lagi
diharapkan metode ini dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain.
3 . Bagi Sekolah
Dapat lebih meningkatnya kualitas pendidikan, sebagai masukan yang
positif untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi di
sekolah dan menciptakan iklim kerjasama yang kondusif untuk
kemajuan sekolah.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari hidup
dan kehidupan manusia. Kegiatan belajar merupakan dasar dari setiap siswa
untuk memahami suatu mata pelajaran di sekolah dan suatu aktivitas yang di
dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak
mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil
yang optimal.
Menurut Rahadi (2004: 7) belajar merupakan usaha yang dilakukan
seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah perilaku.
Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Winkel (2004: 36) belajar
merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek
dengan

lingkungan

dan

menghasilkan

perubahan-perubahan

dalam

pengetahuan, pemahaman ketrampilan nilai sikap yang bersifat konstan atau
menetap.
Belajar sering disebut juga sebagai model perseptual dan tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman tentang situasi
berhubungan dengan tujuan belajar. Menurut teori konstruktivisme, satu
prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru
tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk

9

menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajarkan kepada
siswa untuk menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar.
Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus
memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002: 8).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa belajar itu adalah usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi
dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman ketrampilan nilai sikap yang bersifat konstan atau
menetap.
B. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan faktor

yang sangat

menentukan

keberhasilan belajar mengajar siswa karena pada prinsipnya belajar adalah
berbuat, “learning by doing” (Sardiman, 2001: 92). Setiap orang yang belajar
harus aktif, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
Aktivitas merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar.

Sardiman (2001: 93) mengemukakan bahwa: pada prinsipnya

belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi tidak ada
kegiatan belajar kalau tidak ada aktivitas.
Menurut pendapat Winkel (2004: 48) menyatakan bahwa aktivitas
belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan

siswa yang

menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai. Menurut
Abdurrahman (2006: 34) bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan

10

siswa baik kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung
keberhasilan belajar. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa,
diharapkan siswa akan semakin memahami dan menguasai pelajaran yang
disampaikan guru. Aktivitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan
mencatat seperti lazimnya terdapat di sekolah-sekolah pada umumnya.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa
dalam berfikir maupun berbuat. Slameto (2004:36) menyatakan bahwa
penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan
berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam
bentuk yang berbeda seperti: mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat,
dan membuat kesimpulan bersama guru.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa baik
kegiatan jasmani maupun rohani yang mendukung keberhasilan belajar yang
baik sehingga menghasilkan suatu perubahan yang positif sebagai hasil belajar
yang dicapai.
Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (2001: 95) membuat suatu daftar
yang berisi macam-macam kegiatan siswa, antara lain dapat digolongkan
sebagai berikut: 1) visual activities, 2) oral activities, 3) listening activities,
4) writing activities, 5) drawing activities, (6) motor activities. Bila siswa
menjadi partisipan yang aktif, maka siswa akan memiliki pemahaman yang
lebih baik. Pada kegiatan pembelajaran, perhatian siswa merupakan kesadaran
yang menyertai aktivitas siswa. Hamalik (1994: 145) berpendapat: kegiatan
atau aktivitas siswa dalam pembelajaran bermanfaat bagi dirinya yaitu siswa
memperoleh pengalaman langsung, memupuk kerja sama, disiplin belajar,

11

kemampuan berfikir kritis, dan suasana pembelajaran di kelas menjadi hidup
dan dinamis.
Siswa dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan
sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberikan tanggapan
terhadap suatu peristiwa dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam
proses belajarnya. Untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu
diperhatikan.
Beberapa aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan kegiatan
pembelajaran dimana siswa tidak terlibat dalam kegiatan yang berkaitan
dengan pembelajaran seperti: 1) berbicara yang tidak berhubungan dengan
pembelajaran, 2) tidak mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru,
3) mengerjakan tugas orang lain, 4) mengganggu teman kelompok, 5) mencari
perhatian.

C. Hasil Belajar
Hasil belajar digunakan guru untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat
menyerap materi pembelajaran yang telah diberikan. Melalui hasil belajar
tersebut dapat diambil beberapa tindak lanjut seperti perbaikan (remidial) bagi
peserta didik, perbaikan program dan proses pembelajaran, dan pelaporan
pada akhir proses belajar.
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mujiono (2002: 36), bahwa hasil
belajar yang diperoleh seseorang setelah belajar, berupa keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai. Poerwanto (1998: 28) mengemukakan bahwa
hasil belajar atau prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Sedangkan

12

Winkel (2004: 226) yang dikutip oleh Sudjana (2005: 22) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar, belajar itu sendiri merupakan perubahan yang terjadi
dalam tingkah laku manusia dan proses tersebut tidak akan terjadi apabila
tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Menurut Hamalik (2005: 155) hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan
menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3), hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam (Sudjana, 2007: 116) hasil
belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi,
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

13

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang
lebih baik lagi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan
yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka
waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya, karena hasil
belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
D. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar
Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa
Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam
kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu, masyarakat, warganegara
dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku tersebut adalah
seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang tentang
Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari
berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan
beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang
beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan, perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan

14

golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan di atas
melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya
untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mata pelajaran PKn terdiri dari dimensi pengetahuan Kewarganegaraan
(civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Dimensi
ketrampilan Kewarganegaraan (civics skill) meliputi ketrampilan, partisipasi
dalam

kehidupan

berbangsa

dan

bernegara.

Dimensi

nilai-nilai

Kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri,
komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai
keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara,
kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan
terhadap minoritas (Depdiknas, 2003: 2).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
terpaan moral yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya yang berkaitan dengan moral serta
perilaku manusia. Pendidikan Kewarganegaraan termasuk pelajaran bidang
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta perihal sosial yang
ada di sekitar lingkungan masyarakat kita.
E. Metode Diskusi Kelompok
1. Metode Belajar
Menurut Nana Sudjana (2005: 76), “Metode pembelajaran ialah
cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa
pada saat berlangsungnya pengajaran”. Menurut Sutikno (2009: 88)

15

menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi
pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran
pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan
tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran
merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar
terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.

2. Metode Diskusi
Hasibuan, dkk (2000: 97) mendefinisikan ”Diskusi adalah suatu
percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih.” Pengertian
yang dikemukakan diatas, mengindikasikan bahwa diskusi tidak terlepas
dari percakapan. Namun, perlu diketahui tidak semua percakapan dapat
dikategorikan menjadi sebuah diskusi. Terdapat syarat yang harus
dipenuhi dengan tujuan agar pembicaraan menjadi bermanfaat dan
berlangsung secara efektif. Suatu percakapan dapat dikatakan menjadi
sebuah diskusi apabila terjadi dalam sebuah kelompok, berlangsung dalam
interaksi secara bebas, mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung dalam
proses teratur dan sistematis.
Berdasarkan

beberapa

pengertian

diatas,

maka

penulis

menyimpulkan bahwa diskusi merupakan suatu perbincangan beberapa
orang untuk mendapatkan sebuah solusi terhadap apa yang sedang
diperbincangkan. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang
dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok, pertanyaan

16

atau problema, dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk
mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati
bersama.

3. Metode Diskusi Kelompok
Moh. Uzer Usman (2005: 94) menyatakan bahwa diskusi kelompok
merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman
atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.
Menurut Suryosubroto (dalam Trianto 2007: 117) “diskusi adalah
suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu
kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau
bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran
atas suatu masalah.
Berdasarkan

beberapa

pengertian

di

atas,

maka

penulis

menyimpulkan diskusi kelompok adalah suatu proses bimbingan yang
teratur yang melibatkan murid-murid guna mendapatkan suatu kesempatan
untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama
mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu
masalah.
Menurut Djamarah (2005: 159) yang perlu diperhatikan guru dalam
diskusi kelompok di kelas yaitu:
a. Diskusi harus dilakukan dalam suasana terbuka
b. Perlunya perencanaan yang meliputi:

17

1) Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Untuk ini
tiga hal yang perlu dipertimbangkan, adalah (1) minat anak didik,
(2) kemampuan anak didik, (3) bermakna.
2) Pada permulaan diskusi, kelompok dapat menentukan apa yang
dapat diharapkan dari hasil diskusi, dan dapat memecahkan topik
menjadi sub topik untuk diteliti sebelumnya.
3) Diskusi kelompok harus dipersiapkan secara baik, diperlukan nara
sumber, pertanyaan kunci dan bahan yang tepat untuk mengatur
jalannya diskusi, yang bertujuan membimbing dan memberi
stimulasi pada tanggapan siswa.
4) Dalam mempersiapkan diskusi, ditetapkan dulu besarnya kelompok.
5) Pengaturan tempat duduk.
Untuk meningkatkan perhatian dan partisipasi, siswa harus duduk
saling berhadapan sehingga dapat saling melihat atau memandang.

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Teknik Diskusi Kelompok
Menurut Romlah (1989: 99), pelaksanaan diskusi kelompok meliputi tiga
langkah yaitu sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan, fasilitator melaksanakan lima macam hal, yaitu:
1) Merumuskan tujuan diskusi.
2) Menentukan jenis diskusi, apakah diskusi kelas, diskusi kelompokkelompok kecil atau diskusi panel.

18

3) Melihat pengalaman dan perkembangan siswa, apakah memerlukan
pengarahan-pengarahan yang jelas, tugas yang sederhana dan
waktu diskusi yang lebih pendek, atau sebaliknya.
4) Memperhitungkan waktu yang tersedia untuk kegiatan diskusi
5) Mengemukakan hasil yang diharapkan dari diskusi, misalnya
rangkuman, kesimpulan-kesimpulan atau pemecahan masalah.
b. Tahap pelaksanaan
Guru memberikan tugas yang harus didiskusikan, waktu yang tersedia
untuk mendiskusikan tugas itu, dan memberitahu cara melaporkan
tugas.
c. Tahap penilaian
Guru meminta hasil diskusi kelompok dan memberikan komentar
mengenai proses diskusi dan membicarakannya dengan kelompok.

5. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok
Menurut Roestiyah (1991: 8) jenis-jenis diskusi ada beberapa
macam yaitu:
a. Whole-group, suatu

diskusi dimana anggota kelompok yang tidak

lebih dari 15 (lima belas) orang.
b. Buzz-group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 (dua) sampai 8
(delapan) kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil
ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar.
c. Panel, pada panel dimana satu kelompok kecil (antara 3 sampai 6
orang) mendiskusikan suatu subyek tertentu mereka duduk dalam

19

susunan semi

lingkaran dihadapakan pada satu kelompok besar

peserta lainnya.
d. Symposium, teknik ini menyerupai panel, hanya sifatnya lebih formal.
Dalam teknik ini peranan moderator tidaklah seaktif seperti pada
panel. Moderator lebih banyak mengkordinir pembicaraan saja.
e. Caologium, adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh satu atau
beberapa orang narasumber, yang berpendapat, menjawab pertanyaanpertanyaan, tetapi tidak

dalam

bentuk

pidato.

Dalam

bentuk

wawancara dengan narasumber tentang pendapatnya mengenai suatu
masalah, kemudian mengundang pertanyaan-pertanyaan tambahan dari
para pendengar.
f. Informal-Debate, dalam diskusi ini dilaksanakan dengan membagi
kelompok menjadi dua tim yang sama kuat dan jumlahnya agar
seimbang. Kedua tim ini mendiskusikan subjek yang cocok untuk
diperdebatkan dengan tidak menggunakan banyak peraturan, sehingga
jalannya perdebatan lebih bebas.
g. Fish Bowl, dalam diskusi ini terdiri dari seorang moderator dan satu
atau tiga narasumber pendapat, mereka duduk dalam susunan semi
lingkaran berderet dengan tiga kursi kosong menghadap kelompok.
Kemudian moderator memberikan pengantar singkat dan diikuti
dengan meminta kepada peserta dengan sukarela dari kelompok besar,
untuk menduduki kursi yang kosong yang ada didepan mereka.

20

Menurut Sanjaya (2006: 157) macam-macam jenis diskusi kelompok
antara lain :
a. Diskusi Kelas, disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan
masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta
diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini pertama, guru
membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, siapa yang akan menjadi
moderator dan penulis. Kedua, sumber masalah (guru, siswa, atau ahli
tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama
10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk

menanggapi

permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber
masalah memberi tanggapan dan kelima, moderator menyimpulkan
hasil diskusi.
b. Diskusi Kelompok Kecil, dilakukan dengan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.
Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara
umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam submasalah
yang dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam
kelompok kecil, ketua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
c. Simposium, adalah metode mengajar dengan membahas suatu
persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan
keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang
luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya
tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan

21

pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan
sebelumnya.
d. Diskusi Panel, adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan
audiens.Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam
diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan
hanya sekedar peninjau para penelis yang sedang melaksanakan diskusi.
Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektip perlu digabungkan dengan
metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk
merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

Dari berbagai jenis diskusi kelompok diatas tidak semuanya akan
digunakan. Dalam penelitian ini jenis diskusi kelompok yang digunakan
adalah diskusi kelompok kecil atau (buzz group). Karena dalam diskusi
kelompok kecil (buzz group) setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk
menuangkan ide-idenya untuk memecahkan permasalahan secara bersamasama. Dalam melaksanakan diskusi siswa dibagi menjadi kelompokkelompok kecil dari kelompok besar, kemudian dari hasil diskusi masingmasing kelompok kecil akan melaporkan hasil diskusinya ke kelompok
besar.

22

6. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)
Teknik kelompok buzz digunakan dalam kegiatan pembelajaran
pemecahan masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus
dalam masalah itu. Kegiatan belajar biasanya dilakukan melalui diskusi
dalam kelompok-kelompok kecil (sub-groups) dengan jumlah anggota
masing-masing kelompok sekitar 3-4 orang. Kelompok-kelompok kecil itu
melakukan kegiatan diskusi dalam waktu singkat tentang bagian-bagian
khusus dari masalah yang dihadapi oleh kelompok besar. (Sudjana, 2005:
122).
Diskusi kelompok kecil (buzz group discusion) adalah sebuah
kelompok besar yang berkumpul dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil sekitar 4 sampai 6 orang, untuk mendiskusikan masalah tertentu
dalam waktu yang singkat, misalnya 5 menit atau tidak lebih dari 15 menit.
Sesi buzz kemudian harus ditindaklanjuti dengan diskusi kelas utuh untuk
menyimpulkan hasil temuan. Seorang pemimpin yang telah ditunjuk oleh
masing-masing kelompok buzz melaporkan temuannya ke kelompok
besar. Lalu sebuah daftar dapat dibuat dengan menggabungkan ide-ide
yang berguna dari setiap kelompok.

7. Tujuan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)
Tujuan dari pengajaran kelompok buzz menurut Pinheiro &
Connors K, Bernstein B, (Ichsan, 2010: 39) yaitu:

23

a. Membina kerjasama.
b. Meningkatkan partisipasi di antara semua anggota kelompok.
c. Mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dari peserta didik.
d. Berfungsi sebagai metode untuk pemecahan masalah.
e. Mendorong refleksi kelompok.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari diskusi
kelompok kecil (buzz group discussion) yaitu berfungsi sebagai metode
untuk pemecahan masalah, membina kerjasama dan berpartisipasi dalam
sebuah kelompok, membantu melatih berpikir ketika berinteraksi dengan
orang lain.

8. Keuntungan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)
Menurut Sudjana (2005: 124) menyatakan bahwa keuntungan dari
diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik yang kurang bisa menyampaikan pendapat dalam
kelompok belajar dibantu untuk berbicara dalam kelompok kecil.
b. Menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat
orang lain, dan mungkin akan menyenangkan.
c. Dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah
dalam waktu singkat.
d. Dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini
bervariasi.
e. Menstimulasi pikiran dan mendorong tiap anggota untuk berpartisipasi
dalam diskusi dengan membuat suatu pernyataan.

24

Berdasarkan hal tersebut maka keuntungan dari diskusi kelompok
yaitu membantu peserta didik untuk bisa menyampaikan gagasan atau
pendapat di dalam kelompok, menumbuhkan suasana akrab dan
menyenangkan, mendorong tiap anggota untuk berpartisipasi dalam
diskusi, dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik
lebih bervariasi.

9. Kekurangan Diskusi Kelompok
a. Pemindahan informasi dari guru ke siswa atau antar siswa akan
memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan
demonstrasi atau metode ceramah, karena jumlah sasaran yang terlibat
dalam diskusi terbatas.
b. Terdapat peserta yang dominan berbicara atau bahkan kurang berbicara
sama sekali (Sudjana, 2005: 125).

10. Langkah-Langkah Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)
Berikut ini beberapa pendapat mengenai langkah-langkah diskusi
kelompok kecil (buzz group discussion). Sudjana (2005: 123) menyatakan
bahwa langkah-langkah diskusi kelompok adalah sebagai berikut:
a. Guru mungkin bersama peserta didik, memilih dan menentukan
masalah dan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan perlu
dipecahkan dalam kegiatan belajar.
b. Guru menunjuk beberapa peserta didik untuk membentuk kelompok
kecil. Jumlah kelompok yang akan dibentuk dan banyaknya

25

peserta dalam

setiap

kelompok

kecil

disesuaikan

dengan

jumlah bagian masalah yang akan dibahas.
c. Guru membagikan bagian-bagian masalah kepada masing-masing
kelompok kecil. Satu kelompok membahas satu bagian masalah.
Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus
dilakukan, waktu pembahasan (biasanya 5-15 menit), pemilihan
pelapor, dan lain sebagainya.
d. Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian
masalah yang telah ditentukan. Para peserta didik dalam kelompok
kecil itu memperjelas

bagian masalah, serta memberikan saran-

saran untuk pemecahannya.
e. Apabila

waktu

yang

ditentukan

telah

selesai,

pendidik

mengundang kelompok-kelompok kecil untuk berkumpul kembali
dalam kelompok besar, kemudian mempersilahkan para pelapor
dari

masing-masing kelompok

kecil

secara

bergiliran

untuk

menyampaikan laporannya kepada kelompok besar.
f. Guru atau seorang peserta didik yang ditunjuk, mencatat pokok- pokok
laporan yang telah disampaikan. Selanjutnya para peserta didik diminta
untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu.
g. Pendidik dapat menugaskan salah seorang atau beberapa orang peserta
didik untuk merangkum hasil pembahasan akhir laporan itu.

26

h. Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kemungkinan
kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan
selanjutnya melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi itu.

Dalam penelitian ini jenis diskusi kelompok yang akan digunakan
adalah Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion). Teknik
kelompok buzz digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan
masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus dalam
masalah itu. Kegiatan belajar biasanya dilakukan melalui diskusi dalam
kelompok-kelompok kecil (sub-groups) dengan jumlah anggota masingmasing kelompok sekitar 3-4 orang. Kelompok-kelompok kecil itu
melakukan kegiatan diskusi dalam waktu singkat tentang bagian-bagian
khusus dari masalah yang dihadapi oleh kelompok besar (Sudjana, 2005:
122).

F. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut: ”Jika pembelajaran PKn menggunakan metode diskusi kelompok
dengan

memperhatikan

langkah-langkah

secara

tepat,

maka

dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Jatibaru
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan tahun Pelajaran
2013-2014”.

III. METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada
Sekolah Dasar Negeri 3 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan pada siswa kelas IV.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama tiga
bulan sejak tanggal 21 Januari 2014 sampai dengan tanggal 21 April 2014.
B. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara berulang-ulang
dalam bentuk siklus. Subjek penelitian ini adalah peneliti selaku guru dibantu
oleh teman sejawat dan siswa kelas IV SDN 3 Jatibaru dengan jumlah siswa
36 orang yang terdiri dari laki-laki (23 orang) dan perempuan (13 orang).

C. Metode dan Prosedur Penelitian
Metode penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus,
dilakukan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok
yaitu: 1) perencanaan (plan), 2) pelaksanaan (action), 3) pengamatan

28

(observation), dan 4) refleksi (reflection) (Kemmis dan McTaggart dalam
Arikunto, 2010: 56).

Dalam PTK siklus selalu berulang, bila terdapat

masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka
dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus
pertama, seperti tersaji dalam gambar berikut:

Siklus 1

Siklus 2

Dst
Gambar 3.1 Siklus PTK
Sumber : Diadaptasi dari Kemmis dan McTaggart dalam Arikunto (2010: 93)

Prosedur penelitian tindakan yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus.
Tiap siklus terdiri dari 2 kali, dengan rencana pelaksanaan sebagai berikut:
1.

Siklus Pertama
Siklus pertama dilakukan melalui tahap-tahap.

29

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penetapan materi pelajaran, meliputi standar
kompetensi, menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), menyusun LKS dan soal tes formatif

b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini terdiri atas tahap pendahuluan dengan kegiatan apersepsi
guna membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik
untuk

berpartisipasi

aktif

dalam

proses

pembelajaran

serta

menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu
siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari, dilanjutkan
dengan proses diskusi kelompok dan diakhiri dengan

menyimpulkan

materi pembelajaran dan melakukan evaluasi untuk mengumpulkan hasil
dari pembelajaran.

c. Observasi
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi, yang bertujuan untuk mengumpulkan data selama proses
pembelajaran dan prosedur berdasarkan masalah dan tujuan pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi dilakukan pengkajian terhadap proses pembelajaran
yang telah dilakukan dan aktivitas siswa selama pembelajaran sebagai
acuan untuk melaksanakan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

30

2. Siklus Kedua
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penetapan materi pelajaran menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun LKS dan soal tes formatif
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus ini dimulai dengan membuat Rencana Perbaikan
Pembelajaran dan menyiapkan bahan pembelajaran berdasarkan hasil
perbaikan pada siklus kesatu.
1) Pendahuluan
Dimulai dengan apersepsi guna membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik serta menginformasikan kembali
hal-hal penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang
konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
2) Inti
Pada tahap ini terdiri atas tahap pendahuluan dengan kegiatan
penyajian sekilas materi pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti
yaitu diskusi kelompok.
3) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran dengan kegiatan menyimpulkan materi yang
telah dipelajari dan melakukan evaluasi guna mengetahuai sejauh mana
penguasaan materi yang telah siswa pelajari selama bekerja secara
mandiri dan kelompok. Kemudian melakukan tes formatif secara
individu guna mendapatkan nilai hasil belajar siswa dan refleksi,
umpan balik, dan tindak lanjut.

31

c. Observasi
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi, dan pengumpulan data untuk dilakukan analisis data dengan
menggunakan format pengolahan data.
d. Refleksi
Setelah dilakukan analisis data dan keberhasilan belajar siswa, peneliti
membandingkan analisis data siklus kesatu dan analisis data siklus kedua
dan kemudian mengambil kesimpulan.
D. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan yaitu non tes dan tes.
Pengumpulan data dengan cara non tes dilakukan untuk mengamati aktivitas
siswa serta kinerja guru dalam pembelajaran dengan observasi dan tes
dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar, dengan cara guru melakukan
tes formatif dengan memberikan soal-soal tertulis sedangkan

E. Alat Pengumpulan Data
Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan alat bantu
pengumpulan

data.

Instrumen

penelitian

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan data berupa:
1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Aktivitas Guru
Instrumen ini digunakan dengan berkolaborasi dengan guru kelas.
Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian dengan metode
diskusi kelompok.

32

2. Tes hasil belajar
Instrumen ini

digunakan untuk

menjaring data mengenai

peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap
materi yang diajarkan dengan metode diskusi kelompok.
F. Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Data
yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan tahapantahapan:
1. Data Kualitatif
Analisa data kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang
menunjukkan dinamika proses yaitu tentang aktivitas belajar siswa dan kine

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I TRIMULYO KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 81

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN KIT IPA DAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SDN 2 JATIBARU TANJUNG BINTANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 31

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN KIT IPA DAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SDN 2 JATIBARU TANJUNG BINTANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 20 41

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELAS V SEMESTER 1 SD NEGERI 1 SINDANGSARI KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 37

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL MENGARANG DESKRIPSI MELALUI METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINDANGSARI KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

1 7 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 63

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SDN 2 KARYA TUNGGAL KECAMATAN KETIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 45

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

0 8 56

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

0 4 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI I TRIMULYO KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 49