4 melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman,
dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.”
B. Latar Belakang Masalah
Pengadaan tanah bagi masyarakat merupakan momok, karena dalam hal ini mereka harus kehilangan hak atas tanahnya. Oleh sebab itu pemilik hak atas
tanah sulit untuk melepaskan tanahnya karena tanah merupakan harta yang sangat berharga bagi mereka. Nilai jual akan tanah semakin tinggi, karena kebutuhan
akan tanah yang meningkat sementara jumlah tanah tidak akan bertambah. Disadari atau tidak, tanah sebagai benda yang bersifat permanen tidak dapat
bertambah banyak menimbulkan masalah jika dihubungkan dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan masalah pembangunan.
4
Pada dasarnya tanah mempunyai nilai yang sangat penting karena mempunyai 3 tiga komponen yang melekat, yaitu:
5
1. Tanah mempunyai manfaat bagi pemilik atau pemakainya, sumber daya
tanah mempunyai harapan di masa depan untuk menghasilkan pendapatan dan kepuasan serta mempunyai nilai produksi dan jasa.
4
Effendi Perangin, Praktek Permohonan Hak Atas Tanah, Rajawali Press, Jakarta, 1991, hal. 55
5
Bambang Tri Cahyo, Ekonomi Pertanahan, Liberty, Yogyakarta, 1983, hal. 16
5 2.
Komponen penting kedua adalah kurangnya supply, maksudnya di satu pihak tanah berharga sangat tinggi karena permintaannya, tapi di lain pihak
jumlah tanah tidak sesuai dengan penawarannya. 3.
Komponen ketiga adalah tanah mempunyai nilai ekonomi, suatu barang dalam hal ini tanah harus layak untuk dimiliki dan ditransfer.
Oleh karena itu tanah harus digunakan dan dimanfaatkan sebesar – besarnya demi kesejahteraan rakyat, secara lahir batin, adil dan merata. Disisi
lain, tanah harus dijaga kelestariannya.
6
Sehingga diperlukan campur tangan Negara untuk mengaturnya. Seperti yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 33
yang berbunyi bahwa, “Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar – besarnya
kemakmuran rakyat”. Maka dari itu pemerintah berusaha untuk menjembatani pengadaan tanah
untuk pembangunan kepentingan umum lewat jalur yang sah. Agar masyarakat dapat melepaskan tanahnya tanpa merasa dirugikan. Peranan pemerintah
diperlukan agar supaya masyarakat tahu ganti rugi seperti apa yang akan mereka terima, dasar pemberian ganti rugi serta mekanisme seperti apa yang harus di
6
Abdurahman, Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, PT.Citra Bakti, Bandung, 1994 Hal.277
6 lewati jika pemilik tanah tidak ingin melepaskan haknya karena ganti rugi yang
tidak sesuai. Di samping itu tidak boleh dilupakan pula bahwa interpretasi asas fungsi
sosial hak atas tanah harus digunakan sesuai dengan sifat dan tujuan haknya, sehingga bermanfaat bagi pemilik hak dan masyarakat, dan bahwa kepentingan
perseorangan itu diakui dan dihormati dalam rangka pelaksanaan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
7
Ini berarti bahwa harus terdapat keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum sehingga dengan
adanya keseimbangan antara dua kepentingan tersebut diharapkan dapat tercapai keadilan dan kesejahteraan seluruh rakyat.
8
Untuk menjamin hal tersebut maka diterbitkanlah Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 tentang Ketentuan – Ketentuan Mengenai
Tata Cara Pembebasan Tanah, yang kemudian digantikan oleh Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan kemudian yang berlaku sekarang
7
Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Jakarta, Kompas, 2006, hal. 79
8
Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung, Alumni, 1984, hal 21
7 yaitu Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, serta Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
C. Rumusan Masalah