MODEL BANGKITAN PERJALANAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
MODEL BANGKITAN PERJALANAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
RUSMOKO PRIASMORO
Pertumbuhan kota akan berpengaruh terhadap pola perjalanan transportasi kota, seperti diketahui pertumbuhan kota sangat identik dengan perjalanan kota dan sosio ekonomi wilayah kota tersebut tidak terkecuali perubahan ini juga dialami Kota Bandar Lampung. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor sosio ekonomi yang berpengaruh terhadap perjalanan di Kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan adalah analisis regresi dengan basis data Matrik Asal Tujuan yang diperoleh dari penelitian sebelumnya (Tatralok, Bandar Lampung 2006). Data sosio ekonomi dikumpulkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya di Kota Bandar Lampung.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa faktor – faktor sosio ekonomi yang berpengaruh terhadap perjalanan di kota Bandar Lampung adalah jumlah penduduk (X1) , jumlah sepeda motor (X4), jumlah kendaraan ringan (X5), jumlah kendaraan berat (X6). Model bangkitan yang diperoleh dari hasil analisa adalah Y = - 0,15022 X1 + 0,98639 X4 + 7,7999 X5 – 7,96549 X6 + 66099,2 (R2 = 0,6302), sedangkan untuk model tarikan yang diperoleh adalah Y = - 0,019 X1 + 7,11 X4 + 0,459 X5 – 49,002 X6 + 66969,06 (R2 = 0,4974).
(2)
ABSTRACT
TRIP GENERATION MODEL IN BANDAR LAMPUNG CITY
By
RUSMOKO PRIASMORO
City growth will affect the travel patterns of urban transportation. This growth is synonymous with growth and socio-economic area of the city. It also happens in Bandar Lampung city. The study is aimed at determining the factors the sosio-economic that affect road in Bandar Lampung.
The method used is regression analysis with database of origin destination matrix gained from previous studies (Tatralok, Bandar Lampung, 2006). Socio-economic data were collected from Central Statistics Agency (BPS) and and other relevant agencies in the city of Bandar Lampung.
The findings showed that the factors that affect the socio- economic trip in Bandar Lampung is the total population (X1), number of motorcycles (X4), total light vehicles (X5), total heavy vehicles (X6). Generation model derived from the analysis is Y = - 0,15022 X1 + 0,98639 X4 + 7,7999 X5 – 7,96549 X6 + 66099,2 (R2 = 0,6302), whereas the attraction model derived is Y = - 0,019 X1 + 7,11 X4 + 0,459 X5– 49,002 X6 + 66969,06 (R2 = 0,4974).
(3)
MODEL BANGKITAN PERJALANAN DI KOTA
BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
RUSMOKO PRIASMORO
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
(4)
Judul Skripsi : MODEL BANGKITAN PERJALANAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Rusmoko Priasmoro Nomor Pokok Mahasiswa : 0715011112
Program Studi : S1 Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Sasana Putra, S.T., M.T NIP. 196911112000031002
Ir. Hadi Ali, M.T NIP. 195706191989031002
2. Ketua Jurusan Teknik Sipil
Ir. Idharmahadi Adha, M.T. NIP.195906171988031003
(5)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Sasana Putra, S.T., M.T. ...
Sekretaris : Ir. Hadi Ali, M.T. ... Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. ...
2. Dekan Fakultas Teknik
Dr.Ir. Lusmeilia Afriani, DEA. NIP. 196505101993032008
(6)
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah dilakukan orang lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang dituliskan atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar pustaka. Selain itu saya menyatakan pula, bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.
Apabila terdapat pernyataan tidak sesuai, maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.
Bandar Lampung, 1 Mei 2013
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Juli 1989. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Supriyadi dan Ibu Sri Sumarni.
Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-kanak Gema Nurani pada tahun 1994, SDN Pejuang VII Bekasi Barat pada tahun 1995, SLTP Negeri 19 Bekasi pada tahun 2001, dan SMA Negeri 10 Bekasi pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FT Unila, menjadi Serketaris Dinas Internal. Pada tahun 2011 penulis melakukan Kerja Praktik pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pekerjaan Umum Rajabasa - Bandar Lampung (tahap III) selama 3 bulan.
(8)
Sebuah Karyaku…
Kupersembahkan dengan sepenuh hati
untuk..
Allah SWT, atas hidayah dan
kemahakuasaan-Nya hingga Aku dapat
meyelesaikan karya kecil ini.
Kedua Orangtuaku,
Ayahanda Supriyadi dan Ibunda Sri Sumarni
sebagai satu pengganti atas jutaan
pengorbanan, terima kasih atas segalanya,
do’a, dan kasih sayang.
Adikku tercinta Jafar Rusdwiantoro, Ahmad
Faiz Rustamadji, Syahrul Rusnovianto, Om
Yusup dan Om Agus beserta keluarga yang
selalu memberikan dukungan baik moral
maupun moril yang amat berkesan selama
tinggal di lampung dan teman- teman
angkatan 2007 serta seluruh
saudara-saudara, terima kasih atas do’a dan
dukungannya.
Dan tak lupa kupersembahkan kepada
Almamaterku tercinta, semoga kelak ilmu
yang didapatkan berguna di kemudian hari.
(9)
Motto
“
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu
menjaga engkau dan engkau menjaga harta.
Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta
terhukum. Harta itu kurang apabila
dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila
dibelanjakan.
”
(Khalifah Ali bin Abi Talib)
“……….Sesungguhnya
bersama kesulitan ada
kemudahan
……….”
(Al-Qur'an - QS. Al- Insyirah' [94]:6)
“
Sesungguhnya orang-orang yang berkata,
”
Tuhan kami adalah Allah SWT
” kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka,maka
malaikat-malaikat akan turun kepada
mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu
merasa takut dan janganlah kamu bersedih
hati; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan
kepadamu.
”
(10)
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Model Bangkitan Perjalanan di Kota Bandar Lampung” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kelancaran penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada :
1. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
2. Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
3. Sasana Putra, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I skripsi, yang telah memberikan kesempatan terlibat dalam penelitiannya disamping bimbingan dan pengarahannya sampai selesainya penyusunan skripsi ini.
(11)
4. Ir. Hadi Ali, M.T., selaku Dosen Pembimbing II skripsi, atas kesediaan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan, serta nasehat selama penulis menyusun skripsi dan menempuh perkuliahan.
5. Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T., selaku Dosen Penguji skripsi, atas pengarahan dan bimbingan serta saran yang diberikan kepada penulis menyusun skripsi.
6. Seluruh Dosen staf pengajar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
7. Seluruh karyawan di Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
8. Ayah, Ibu, serta Adik-adikku yang aku sayangi yang telah memberikan dorongan materil dan spiritual dalam menyelesaikan kuliah di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
9. Om Yusup dan Om Agus beserta keluarga yang telah memberikan pelajaran yang teramat sangat berharga dalam perjalanan hidup penulis selama tinggal di Lampung.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 (Anna, Sanjaya, Made, Fadli, Deni, Judika, Mungek, Nia, Nisa, Arba, Henry, Anton, Roma) pada khususnya dan serta angkatan yang lain, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Semoga kita semua berhasil menggapai impian. Amin.
(12)
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca. Selain itu, penulis berharap dan berdoa semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis, mendapatkan ridho dari Allah SWT,
Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL i
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Pembatasan Masalah 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 5
B. Analisis Perencanaan Transportasi 8
C. Karateristik Perjalanan 12
D. Karakteristik Pelaku Perjalanan 12
E. Tataguna Lahan 13
F. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan 14
1. Jenis Tataguna Lahan 15
2. Intensitas Aktivitas Tataguna Lahan 15
3. Tataguna Lahan dan Trasnportasinya 15
G. Analisa Bangkitan Pergerakan 17
1. Metode Regresi Berganda 17
2. Metode Regresi Linier Sederhana 18
(14)
H. Angka Korelasi 20
I. Uji Validasi dan Kewajaran 21
1. Koefisien Determinasi 21
2. Uji F-Test 22
3. Uji T-Test 22
J. Penelitian Sejenis 23
III.METODOLOGI PENELITIAN A. Pengumpulan Data Sekunder 26
B. Kompilasi Data 27
C. Analisa Data 27
1. Koefisien Korelasi 27
2. Koefisien Determinasi 27
3. Model Pergerakan dengan analisa regresi 28
D. Diagram Alir 29
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Perjalanan Kota Bandar Lampung 30
B. Kondisi Demografi 27
1. Jumlah Penduduk 31
2. Luas Wilayah 33
3. Jumlah Sekolah 34
4. Jumlah Kendaraan Roda-2 35
5. Jumlah Kendaraan Roda-4 36
6. Jumlah Kendaraan Berat 37
7. Jumlah Hotel 38
8. Jumlah Pasar 39
9. Jumlah Sarana Kesehatan 40
10.Jumlah Sarana Peribadatan 41
11.Jumlah Perusahaan Industri 41
12.Jumlah Sarana Telekomunikasi 43
(15)
C. Analisa Sebaran Pergerakan 45
D. Permodelan Bangkitan Perjalanan 47
E. Permodelan Tarikan Perjalanan 53
F. Model Bangkitan dan Tarikan Perjalanan 57
1. Persamaan Regresi untuk Tarikan Perjalanan 57
2. Persamaan Regresi untuk Bangkitan Perjalanan 57
G. Nilai Bangkitan dan Tarikan Perjalanan 57
1. Nilai Tarikan 2013 58
2. Nilai Bangkitan 2013 58
H. MAT 2013 58
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 62
B. Saran 63 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Data Demografi ... 6
4.1 Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung ... 31
4.2. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ……… 32
4.3. Luas Wilayah ... 33
4.4 Jumlah Sekolah ... 34
4.5. Jumlah Kendaraan Roda-2 ... 35
4.6 Jumlah Kendaraan Roda-4 ... 36
4.7 Jumlah Kendaraan Berat ... 37
4.8 Jumlah Hotel ... 38
4.9 Jumlah Pasar ... 39
4.10. Jumlah Sarana Kesehatan ... 40
4.11. Jumlah Sarana Peribadatan ... 41
4.12. Jumlah Perusahaan Industri ... 42
4.13. Jumlah Perusahaan Industri menurut Jenis Usaha ... 42
4.14. Jumlah Sarana Telekomunikasi ... 43
4.15. Jumlah Rumah Makan ... 44
4.16. MAT 2006 hasil modifikasi ... 46
(17)
4.18. MAT 2006 ... 60 4.19. MAT 2013 ... 61
(18)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan transportasi merupakan rangkaian kegiatan persiapan pengadaan atau penyediaan sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand) pada setiap waktu di suatu ruang. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan menggunakan metode empat tahap (four stage method).
Langkah awal yang terdapat pada metode empat tahap yaitu analisis bangkitan perjalanan (trip generation) yang merupakan analisa terhadap jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan pada suatu zona. Adapun tujuan analisis bangkitan perjalanan ini adalah untuk memperkirakan jumlah perjalanan orang/kendaraan yang berasal atau bertujuan pada suatu zona di masa yang akan datang dengan menetapkan hubungan / model antara karakteristik perjalanan dengan tata guna lahan.
Pada dasarnya suatu daerah atau kompleks pemukiman akan membangkitkan perjalanan atau pergerakan yang dapat menambah beban lalu lintas pada jaringan jalan yang ada sehingga nantinya dapat mempengaruhi derajat
(19)
2
pelayanan jalan tersebut.
Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung yang perkembangannya begitu pesat dalam beberapa tahun terakhir akibat peningkatan pembangunan dan pendapatan masyarakat, maka dengan berjalannya waktu kawasan rumah pedesaan yang berkembang menjadi hunian yang tampak sama dengan hunian perkotaan. Dengan semakin bertambahnya jumlah hunian menyebabkan tingkat bangkitan perjalanan juga semakin tinggi.
Meningkatnya jumlah perjalanan yang dibangkitkan di Kota Bandar Lampung berpengaruh terhadap kapasitas pelayanan jalan yang ada. Semakin padatnya arus lalu lintas di sekitar jalan menuju perumahan dimana pergerakan arus lalu lintas tersebut mempunyai rute yang berbeda-beda dan menggunakan moda alternatif yang berbeda pula.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bangkitan perjalanan di Kota Bandar Lampung. Informasi tersebut dapat dijadikan salah satu dasar pertimbangan bagi perencanaan dan pemerintah dalam menentukan kebijakan terhadap masalah transportasi dan pengembangan prasarana wilayah kota Bandar Lampung yang menjadi ibu kota provinsi Lampung.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana atribut sosial – ekonomi berpengaruh terhadap perjalanan di Kota Bandar Lampung
(20)
3
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan antara lain:
1. Mengetahui karateristik sosial-ekonomi yang sangat mempengaruhi besarnya jumlah perjalanan di Kota Bandar Lampung.
2. Mengetahui model bangkitan perjalanan di Kota Bandar Lampung.
3. Mengetahui besarnya bangkitan perjalanan di Kota Bandar Lampung saat ini.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain :
1. Untuk perencanaan kebutuhan dan peningkatan jaringan jalan di Kota Bandar Lampung.
2. Untuk dapat memperkirakan jumlah pergerakan yang terjadi pada Kota Bandar Lampung.
3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk memperkirakan jumlah bangkitan perjalanan di Kota Bandar Lampung dimasa sekarang maupun dimasa akan datang.
E. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :
1. Analisa yang akan dilakukan berbasis data sekunder
(21)
4
b. Data atribut sosial – ekonomi (Bandar Lampung dalam Angka)
2. Perhitungan dan analisis data dibatasi pada perhitungan dengan metoda statistik regresi dengan variabel bebas masing-masing yang digunakan sebagai berikut, jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah sekolah, jumlah kendaraan roda-2, jumlah kendaraan roda-4, jumlah kendaraan berat, jumlah hotel, jumlah pasar, jumlah sarana kesehatan, jumlah sarana peribadatan, jumlah perusahaan industri, jumlah sarana telekomunikasi, dan jumlah rumah makan.
(22)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan, dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar pulau Sumatera dan pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. Secara geografis wilayah kota Bandar Lampung berada antar 5020’-5030’ LS dan 105028’-105037’ BT.
Secara geografis wilayah kota Bandar Lampung mempunyai luas wilayah 197,22 km2 yang terdiri dari 13 kecamatan dan 98 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Batas Utara : Kecamatan Natar,Kabupaten Lampung Selatan 2. Batas Selatan : Kecamatan Padang Cermin, Katibung dan Teluk
Lampung, Kabupaten Lampung Selatan
3. Batas Timur : Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan
(23)
6
4. Batas Barat : Kecamatan Gedungtataan dan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran
Tabel 2.1 Jumlah penduduk disetiap kecamatan di Kota Bandar Lampung :
NO KECAMATAN JUMLAH
PENDUDUK
LUAS WILAYAH
(km2)
KEPADATAN (per km2)
1 Teluk Betung Barat 59.396 20.99 2.83
2 Teluk Betung Selatan 92.156 10.07 9.152
3 Panjang 63.504 21.16 3.001
4 Tanjung Karang Timur 89.324 21.11 4.231
5 Teluk Betung Utara 62.663 10.38 6.037
6 Tanjung Karang Pusat 72.385 6.68 10.836
7 Tanjung Karang Barat 63.747 15.14 4.211
8 Kemiling 71.471 27.65 2.585
9 Kedaton 88.314 10.88 8.117
10 Rajabasa 43.257 13.02 3.322
11 Tanjung Seneng 41.225 11.63 3.545
12 Sukarame 70.761 16.87 4.194
13 Sukabumi 63.598 11.64 5.464
Jumlah 881.801 197.22 67.525
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung (2011)
Sejak era reformasi tahun 1999 terjadi pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi atau disebut Otonomi daerah yang mengandung makna, beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah (Armida, 2000). John Glasson (1990) mengatakan bahwa kemakmuran suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonominya dan faktor ini merupakan faktor utama. Perubahan wilayah kepada kondisi yang lebih makmur tergantung pada usaha di daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa, serta
(24)
usaha-7
usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai peranan penggerak utama (prime mover role) dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional.
Berdasarkan teori basis ekonomi, faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad,1999). Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk di ekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation). Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan perencanaan dan strategi yang tepat karena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik tersendiri, laju pertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing – masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka waktu panjang.
Dilihat dari segi ekonomi, total nilai PDRB menurut harga konstan yang dicapai daerah ini pada tahun 2006 sebesar 5.103.379 (dalam jutaan rupiah) dengan konstribusi terbesar datang dari sektor perdagangan, hotel, dan
(25)
8
restoran 19,12%, disusul kemudaian dari sektor bank/ keuangan 17,50%, dan dari sektor industri pengolahan 17,22%. Total nilai ekspor non migas yang dicapai Kota Bandar Lampung hingga tahun 2006 sebesar 4.581.640 ton, dengan konstribusi terbesar datang dari komoditi kopi (140.295 ton), karet (15.005 ton), dan kayu (1524 ton). (Bandar Lampung Dalam Angka 2011).
B. Analisis Perencanaan Transportasi
Dalam pelayanan transportasi diharapkan jasa yang dihasilkan oleh penyedia jasa transportasi dapat memenuhi kebutuhan para pengguna jasa transportasi. Oleh karena itu, dalam perencanaan sistem transportasi harus diperhatikan dengan benar aspek-aspeknya sehingga tercapai tujuan diadakan transportasinya. Dengan memulai identifikasi awal kenapa perencanaan diperlukan, maka dapat dilanjutkan dengan pengumpulan informasi mengenai pola perjalanan melalui survei asal tujuan beserta pengumpulan data sekunder, modeling dan dilanjutkan dengan membuat perkiraan permintaan dimasa yang akan datang. Selanjutnya dapat dirumuskan kebijakan untuk menghadapi masa yang akan datang dan sebagai tahapan terakhir adalah penyusunan rumusan rencana yang akan dikembangkan pada masa yang akan datang beserta jadwal dan waktunya.
Ada beberapa konsep perencanaan transoprtasi yang telah berkembang sampai dengan saat ini salah satunya adalah model perencanaan empat tahap (Tamin,2000). Masing-masingnya adalah bangkitan perjalanan (Trip
(26)
9
Genaration), sebaran perjalanan (Trip Distributioan), pemilihan moda (Modal Split) dan pemilihan rute perjalanan (Trip Assignment).
1. Bangkitan Perjalanan
Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam suatu proses perencanaan transportasi. Pergerakan ini digunakan dalam memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan pada suatu zona atau tata guna lahan wilayah analisis lalu lintas. Bangkitan perjalanan ini merupakan suatu fungsi dari kegiatan sosial, ekonomi keluarga. Sedangkan pada tingkat zona analisis lalu lintas, tata guna lahan akan menghasilkan atau membangkitkan perjalanan. Suatu wilayah juga merupakan tujuan perjalanan sehingga dapat menarik terjadinya perjalanan. Analisis dari tarikan perjalanan tersebut difokuskan kepada tata guna lahan yang bukan permukiman.
Bangkitan dan tarikan pergerakan lalu lintas mencangkup : a. Pergerakan yang meninggalkan suatu lokasi (trip production) b. Pergerakan yang menuju atau tiba ke suatu lokasi (trip attraction) Tujuan dasar tahap bangkitan pergerakan adalah menghasilkan model hubungan yang mengaitkan tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu zona. Model ini sangat dibutuhkan apabila efek tata guna lahan terhadap besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan berubah sebagai fungsi waktu. Tahapan bangkitan pergerakan ini meramalkan jumlah pergerakan dengan menggunakan data rinci mengenai tingkat bangkitan pergerakan, atribut sosio ekonomi, serta tata guna lahan.
(27)
10
2. Sebaran Perjalanan
Distribusi perjalanan ini berkaitan dengan distribusi jumlah perjalanan (trip) antara satu zona dengan zona yang lain. Dengan kata lain, apabila suatu kegiatan perjalanan dari suatu zona satu ke zona yang lain terjadi maka distribusi ini adalah jumlah perjalanannya.
Sebaran perjalanan juga berpengaruh terhadap sistem zona, dan itu merupakan hal yang sulit untuk meninjau dan melakukan permodelan terhadap pergerakan dari masing-masing individu. Karena itu pendekatan yang dilakukan dalam permodelannya adalah mengelompokan individu – individu dalam suatu daerah ke dalam satuan-satuan wilayah yang biasa disebut zona. Jadi wilayah studi dibagi–bagi kedalam wilayah-wilayah yang lebih kecil yang membentuk zona.
Batas wilayah kajian sendiri adalah merupakan garis imajiner yang dibentuk untuk menandai dan memisahkna jaringan jalan dan sistem zona yang masuk didalam wilayah kajian dengan yang dianggap berada diluar sistem yang dipelajari.
3. Pemilihan Moda
Pilihan moda adalah tahap ketiga dari perencanaan transportasi empat tahap. Tahap ini merupakan analisis terhadap pilihan moda dalam melakukan perjalanan, apakah menggunakan kendaraan pribadi atau
(28)
11
kendaraan umum. Menggunakan kendaraan pribadi bisa dengan berjalan kaki, sepeda, motor atau mobil. Sedangkan angkutan umum bisa menggunakan becak, taksi, bus, ataupun kereta api.
Faktor-faktor yang mempengaruhi untuk pilihan moda ini antara lain : a. Jaringan pelayanan angkutan umum.
b. Biaya angkutan. Apabila angkutan umum disubsidi akan mempengaruhi penggunaan angkutan umum, termasuk bila penggunaan kendaraan pribadi tinggi akan mempengaruhi penggunaan angkutan umum.
c. Kecepatan perjalanan dengan angkutan umum dan angkutan pribadi. d. Terdapat fasilitas yang disediakan untuk moda tertentu seperti
trotoar atau fasilitas pejalan kaki untuk menarik pejalan kaki agar berjalan kaki dan jaringan bagi sepeda.
4. Pemilihan Rute Perjalanan
Mengalokasikan arus perjalanan dari setiap moda ke rute tertentu pada jaringan yang menghubungkan zona asal dan zona tujuan. Adanya tahap ini adalah karena terdapatnya lebih dari satu alternatif pilihan jalur yang menghubungkan tempat asal dan tujuan. Tidak semua pengendara dari zona asal ke zona tujuan akan memilih rute yang sama, hal ini disebabkan oleh :
a. Perbedaan persepsi tentang pengertian biaya perjalanan, perbedaan kepentingan atau informasi yang tidak jelas tentang kondisi lalu lintas saat itu.
(29)
12
b. Adanya kemacetan pada suatu ruas jalan mengakibatkan arus pada beberapa rute lain meningkat.
C. Karateristik Perjalanan
Dua faktor karateriktik yang berpengaruh terhadap pemilihan moda yang digunakan :
1. Panjang Perjalanan
Panjang suatu perjalanan memiliki pengaruh pelaku perjalanan dalam pemilihan moda. Parameter ini dapat diukur dengan berbagai cara. Jarak lurus antara pusat zona mungkin ukuran yang paling sederhana dalam pengukuran perjalanan.
2. Maksud Perjalanan
Perjalanan dari rumah secara umum menunjukan jumlah pengguna angkutan umum lebih banyak daripada perjalanan tidak dari rumah.
D. Karateristik Pelaku Perjalanan
Karateristik pelaku perjalanan berpengaruh pada jumlah pergerakan yang akan dilakukan. Berbagai karateristik yang bisa mempengaruhi pelaku perjalanan antara lain :
1. Kepemilikan kendaraan ; orang yang memiliki kendaraan sendiri cenderung lebih aktif di luar rumah daripada yang tidak memiliki kendaraan sendiri, hal ini dikarenakan adanya kendaraan maka seseorang akan lebih mudah dan cepat untuk melakukan pergerakan.
(30)
13
2. Pendapatan ; pendapatan berpengaruh terhadap jumlah pergerakan, semakin besar pendapatan seseorang maka semakin besar keinginan untuk melakukan pergerakan.
3. Jenis Kelamin ; umumnya pria lebih banyak melakukan pergerakan daripada wanita, disebabkan pria lebih banyak melakukan pergerakan. 4. Usia ; usia bisa mempengaruhi pergerakan, semakin tua usia seseorang
maka pergerakan yang dilakukan semakin berkurang.
E. Tataguna Lahan
Definisi umum dari tataguna lahan adalah pola geografis dari suatu areal misalnya daerah hunian, perniagaan, pertokoan, pemerintahan dan lain sebagainya. Definisi lainnya menyatakan bahwa tataguna lahan melibatkan dua bagian yaitu pertama dalam bentuk pemanfaatan ruang akibat pola aktivitas manusia, perusahaan dan institusi dan kedua dalam bentuk fisik dari struktur prasarana yang dibuat untuk mengakomodasikan pola aktivitas dan fungsi dari areal tersebut (Alviansyah,1995).
Faktor tataguna lahan juga mempengaruhi bangkitan lalu lintas termasuk jumlah arus lalu lintas, jenis lalu lintas (pejalan kaki,mobil,truk) dan lalu lintas pada waktu tertentu. Tataguna lahan pendidikan menghasilkan pergerakan dengan tujuan pendidikan dan menghasilkan arus lalu lintas pada pagi dan siang hari. Perkantoran menghasilkan pergerakan ke tempat kerja dan menghasilkan arus lalu lintas pada pagi dan sore hari. Pertokoan dan pasar menghasilkan pergerakan untuk berbelanja dan arus yang dihasilkan adalah setiap hari.
(31)
14
Menurut kajian yang dilakukan di Amerika Serikat menerangkan bahwa tataguna lahan yang dipergunakan untuk pasar, pertokoan, dan sejenisnya menghasilkan rata-rata pergerakan yang lebih besar daripada tataguna lahan yang lainnya seperti pemukiman, pendidikan, dan indusri (Tamin,1997).
F. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
Tujuan dasar dari bangkitan pergerakan adalah menghasilkan model tujuan yang mengaitkan tataguna lahan dengan jumlah pergerakan yang menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu tata guna lahan atau zona (Tamin,1997).
Bangkitan pergerakan digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal tujuan dan atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah. Tarikan pergerakan digunakan untuk pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah.
Beberapa definisi dasar mengenai model bangkitan pergerakan yaitu :
1. Perjalanan adalah pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk pergerakan pejalan kaki.
2. Pergerakan berbasis rumah adalah pergerakan yang salah satu atau kedua zona (asal dan atau tujuan) pergerakan tersebut adalah rumah.
3. Pergerakan bukan berbasis rumah adalah pergerakan yang baik asal maupun tujuan pergerakan bukan rumah.
(32)
15
Bangkitan dan tarikan lalu lintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan :
1. Jenis Tataguna Lahan
Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan dan komersial) mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda :
1. Beberapa tipe tataguna lahan menghasilkan lalu lintas yang berbeda dengan tataguna lahan lainnya.
2. Tataguna lahan yang berbeda menghasilkan tipe lalu lintas yang berbeda (pejalan kaki, truk, mobil).
3. Tataguna lahan yang berbeda menghasilkan lalu lintas yang berbeda (kantor menghasilkan lalu lintas pagi dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan lalu lintas setiap hari).
2. Intensitas Aktivitas Tataguna Lahan
Bangkitan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis tataguna lahan, tetapi juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan lalu lintas yang dihasilkannya. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.
3. Tataguna Lahan dan Transportasinya
Pergerakan manusia dan barang dalam kota, atau dapat disebut arus lalu lintas, merupakan konsekuensi bersama akibat aktifitas lahan (tuntunan) dan kapasitas sistem transportasi untuk mengakomodasikan arus lalu
(33)
16
lintas tersebut (pasokan). Keterkaitan antara transportasi dengan perkembangan lahan ditinjau dari tiga konteks yang berbeda (Alviansyah,1995).
1. Keterkaitan fisik pada skala makro, yang merupakan kepentingan jangka panjang biasanya dipandang sebagai bagian dari proses perencanaan.
2. Keterkaitan fisik pada skala mikro, yang merupakan kepentingan jangka panjang dan pendek dan umumnya dipandang sebagai masalah-masalah perencanaan perkotaan.
3. Keterkaitan proses yang menyangkut dengan aspek hukum, administratif, finansial dan institusional dalam koordinasi pengembangan lahan dan transportasi.
Potensi tataguna lahan adalah suatu ukuran skala aktivitas sosial ekonomi pada suatu lahan. Sifat unik tataguna lahan adalah kemampuan atau potensi untuk membangkitkan lalulintas. Bangkitan perjalanan memberikan hubungan antara tataguna lahan dan perjalanan. Untuk keperluan bangkitan perjalanan, tataguna lahan digambarkan dalam bentuk intensitas tataguna lahan, karakter aktivitas lahan dan lokasinya di perkotaan.
Tataguna lahan dan sistem transprotasi dapat dipresentasikan dalam bentuk sederetan ruang tataguna lahan yang ditumpuki oleh suatu jaringan yang mempresentasikan sistem transportasi. Analisis tataguna lahan merupakan cara yang mudah untuk mempelajari aktivitas yang
(34)
17
menjadi basis bangkitan perjalanan karena pola perjalanan (rute dan arus lalu lintas) ditentukan oleh jaringan transportasi dan pengaturan tataguna lahan.
G. Analisa Bangkitan Pergerakan
Ada 2 metode analisa yang dapat digunakan untuk menganalisis bangkitan pergerakan, yaitu Metode Klasifikasi Silang (Cross Clasification) / Analisa Kategori (Category Analysis) dan Metode Regresi (Metode Regresi Linier Sederhana dan Metode Regresi Berganda. Tapi pada penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Regresi Berganda (Multiple Regression). 1. Metode Regresi Berganda (Multiple Regresion)
Metode ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor terhadap penentuan tujuan pergerakan. Kebutuhan data untuk perhitungan ini terdiri atas data-data untuk mendukung terbentuknya variabel bebas dan tidak bebas, kemudian dilakukan perhitungan dengan multiple regression (Wahyono dan Buchori,1998).
Analisa regresi linier adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antar sifat permasalahan yang sedang diselidiki. Model analisa regresi linier dapat memodelkan antar 2 variabel atau lebih. Pada model ini terdapat variabel tidak bebas (Y) yang mempunyai hubungan fungsional dengan satu atau lebih variabel bebas (X) (Tamin,2000).
(35)
18
Prinsip asumsi analisis regresi adalah :
a. Varian dari nilai variabel tidak bebas harus sama dengan semua besaran dari variabel bebasnya.
b. Deviasi dari nilai variabel tidak bebasnya harus tidak berhubungan satu dengan yang lainnya dan mempunyai distribusi normal. c. Variabel bebasnya terukur dan tidak sah.
d. Regresi dari variabel tidak bebas terhadap variabel bebasnya adalah linier. (Hutchinson,1974).
Persamaan umum dari analisis regresi linier adalah sebagai berikut : Y = a0 + a1.x1 + a2.x2+ ….. + an.xn……….. (1) Dimana :
Y = variabel tetap
x1, x2, xn = variabel bebas
a0, a1 ,a2 ,an = konstanta (angka yang dicari) 2. Metode Regresi Linier Sederhana
Persamaan umumnya adalah sebagai berikut (Tamin,2000) Y = A + BX ………. (2)
Dimana :
Y = peubah tidak bebas X = peubah bebas
A = intersep atau kontanta regresi B = Koefisien regresi
(36)
19
Jika persamaan diatas akan digunakan untuk memperkirakan bangkitan pergerakan berbasis zona, semua peubah diidentifikasikan sebagai “I” dan jika persamaan diatas akan digunakan untuk memperkirakan tarikan pergerakan berbasis zona diidentifikasikan dengan “d”. (Tamin,2000) Parameter A dan B dapat diperkirakan dengan menggunakan metode kuadran kecil yang meminimumkan total kuadratis residual antar hasil model dengan hasil pengamatan. Nilai Parameter A dan B bisa didapatkan melalui persamaan berikut. (Tamin,2000)
= ……….(3)
A = Y – BX
Dimana Y dan BX adalah nilai rata-rata dari Yi dan Xi
3. Metode Klasifikasi Silang (Cross Clasification)
Pertumbuhan perumahan di sekitar kota Bandar Lampung sudah begitu pesatnya, sehingga menimbulkan bangkitan pergerakan dari dan ke daerah tersebut. Bangkitan pergerakan merupakan elemen penting pada proses perencanaan transportasi, dimana tahapan ini bertujuan mendapatkan jumlah pergerakan yang dibangkitkan oleh setiap zona asal (Or) dan jumlah pergerakan yang tertarik ke setiap zona tujuan (Dd) yang ada di dalam daerah kajian, proses pemodelannya sensitif terhadap variasi kecenderungan sosial-ekonomi yang mempengaruhi pelaku perjalanan.
(37)
20
Maka untuk tingkat kompleksitas ini, bangkitan perjalanan diperhitungkan sebagai beberapa fungsi dari atribut rumah tangga antara lain, ukuran rumah tangga, pendapatan rumah tangga, pemilikan kendaraan, dan sebagainya. Metoda tersebut disebut metoda klasifikasi silang atau analisis kategori, metoda ini mengklasifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi bangkitan pergerakan. Oleh sebab itu pengetahuan tentang demografi pada daerah kajian adalah penting untuk digunakan sebagai dasar penentuan klasifikasi variabel-variabel tersebut. Metode ini didasarkan adanya keterkaitan antara terjadinya pergerakan dengan atribut rumah tangga (pendekatan disagregat). Asumsi dasarnya adalah tiap bangkitan pergerakan dapat dikatakan stabil dalam waktu tertentu untuk stratifikasi rumah tangga tertentu.
H. Angka Korelasi
Digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi linier antara 2 variabel, serta sifat/arah hunbungan kedua variabel. Untuk mengetahui arah hubungan antara 2 variabel dapat dijelaskan dengan tanda positif/negative dari nilai R. Jika R bernilai negatif (-) berarti hubungan yang didapat adalah berlaawanan arah, adalah jika variabel yang 1 bertambah nilainya maka variabel yang lain akan berkurang. Dan hubungan searah adalah bertambah/berkurangnya nilai kedua variabel tersebut secara bersama-sama. Besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
(38)
21
=
……….. 4)
I. Uji Validasi dan Kewajaran
Uji model dimaksudkan untuk mendapatkan persamaan regresi yang paling optimum yaitu dengan menilai dan menyaring hasil persamaan regresi yang telah diperoleh. Uji statistik yang digunakan dalam uji model tersebut antara lain:
1. Koefisien Determinasi (Coefficien of Determination)
Adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara 2 variabel indepeden dengan variabel independennya.
Untuk mengetahui hubungan/korelasi antara variabel digunakan nilai absolute R, yang berkisar antara 0 – 1. 0 berarti tidak ada hubungan antara 2 variabel tersebut. Jika R=1 maka hubungan variabel-variabel tersebut dikatakan sempurna.
Besarnya koefisien penentu (R2) ditentukan dengan rumus :
=
……….………(5)
Dimana :
R : koefisien penentu JKR : jumlah kuadrat regresi JKT : jumlah kuadrat total
(39)
22
Y :rata-rata nilai pengamatan yi
Yi : variabel tak bebas hasil pengamatan regresi Yi : variabel tak bebas hasil pengamatan
2. Uji F – Test
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebasnya yang dilihat dari nilai signifikannya dan tingkat kepercayaan tertentu. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F dari tabel dengan tingkat kepercayaan tertentu. Dikatakan signifikan apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar dari nilai F-tabel. Persamaan untuk memperoleh nilai F adalah :
………(6) Dimana :
R 2 : koefisien determinasi N : Jumlah data
M : Jumlah variable
F : Tebel Distribusi F sesuai dengan jumlah variable bebas (m), derajat kebebasan (n – m – 1) dan tingkat signifikasi (α), F α,m,n-m-1.
3. Uji T – test
Uji parameter statistik t dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.
(40)
23
Parameter statistik t dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
………. 7 Dimana :
t : parameter statistik untuk koefisien regresi bi : koefisien regresi
sbi : standar error untuk masing-masing variabel.
Nilai statistik t untuk masing-masing variabel harus memiliki nilai yang lebih besar dari t- tabel. Variabel bebas yang nilai t-nya lebih kecil dari t-tabel, maka variabel tersebut kurang signifikan, sehingga dapat dikeluarkan dari persamaan regresi yang telah diperoleh. Nilai t-tabel dapat diperoleh dari t-tabel distribusi t, sesuai derajat kebebasan (n- 2) dan tingkat signifikansi (α), t α,n-2
J. Penelitian Sejenis
1. Penelitian sejenis tentang bangkitan pergerakan pada Kota Cimahi,Jawa Barat sudah pernah dilakukan oleh Natalia Tanan (2009).
Pada penelitian ini menghasilkan persamaan sebagai berikut : Y = 0,851 X2 +631,516 X3 + 3,110 X6 – 3487,227
Dengan nilai R2 = 0,7169 dan F-stat = 12,8153
Dimana X2 = Jumlah Penduduk , X3 = Jumlah Sekolah, X6 = Jumlah tenaga industri
Dari semua persamaan model yang digunakan tersebut, untuk memperoleh persamaan
(41)
24
model terbaik perlu dilakukan uji model. Persamaan model bangkitan yang tarikan yang optimal dari hasil uji model yaitu didasarkan pada kriteria-kriteria berikut:
1.1Persamaan regresi yang memiliki nilai kefisien korelasi rendah antara variabel bebasnya, tetapi mempunyai korelasi yang tinggi terhadap variabel tidak bebas
1.2Semakin banyak variabel bebas yag digunakan, model semakin baik
1.3Lulus uji statistic
1.4Tanda aljabar sesuai dengan logika 1.5Memiliki nilai konstanta kecil
1.6Memiliki nilai koefisien determinasi (R2) besar (semakin mendekati satu, semakin baik).
Variabel seperti Luas Wilayah (X1) ; Jumlah Angkatan Sekolah(X4) ; Panjang Jalan (X5) ; Tenaga Kerja Industri (X7) ; Rata-rata jumlah anggota keluarga (X8); Kepemilikan Kendaraan Roda-2 (X9) ; rata-rata luas kavling (X10) ; Jumlah supermarket (X11); Jumlah Toko (X12) ; jumlah restoran (X13) ; jumlah industry besar (X14) ; jumlah ndustri kecil (x15) ; Jumlah Bank (X16) ; Jumlah Koperasi (X17), memiliki nilai korelasi yang lemah terhadap pergerakan (Y) yaitu dibawah 0,5. Hal ini menandakan variabel tersebut memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pergerakan (Y).
2. Muhammad Efrizal Lubis (2008) pada Kota Pematang Siantar dengan menghasilkan persamaan :
(42)
25
Y = - 0,728 + 1,885 X1 + 0,6449 X3 + 0,772 X6 Dengan nilai R square = 0,922 dan F-sat = 20,791
Dimana X1 = Jumlah Penduduk ; X3 = Jumlah kepemilikan kendaraan roda-4 ; X6 = Jumlah keluarga yang sekolah.
3. Model Bangkitan perjalanan Kota Mataram pada objek wisata alam yang dilakukan oleh Desi Widiyanty (2008)
Pada penelitian ini menghasilkan persamaan sebagai berikut :
Y = 8,141 + 1,055 X1 + 0,147 X2 – 0,753 X3 – 0,611 X4 + 0,116 X5 Dimana X1 = Penghasilan Keluarga ; X2 = Jumlah Keluarga ; X3 = Kepemilikan kendaraan bermotor ; X4 = Jarak Ke tujuan ; X5 = Tingkat Pendidikan.
4. Berikutnya penelitian sejenis tentang bangkitan pergerakan pada Kota Pamekasan, Madura sudah pernah dilakukan oleh Rr. Luciyana Emmy Hariyono (2008).
Pada penelitian ini menghasilkan persamaan sebagai berikut : Y = -0,0037 + 1,004 X2 + 0,997 X3 + 0,979 X4
Dengan nilai R square = 0,992
Dimana X2 = Pergerakan orang yang bekerja ; X3 = Pergerakan orang yang sekolah ; X4 = Pergerakan selain kegiatan bekerja dan sekolah.
(43)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip(data documenter yang di publikasikan dan yang tidak di publikasikan). Adapun data sekunder yang digunakan adalah :
1. Data Sebaran Perjalanan Kota Bandar Lampung 2. Data Bandar Lampung dalam Angka
3. Data Pertumbuhan perekonomian Kota Bandar Lampung
Sumber data diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.
(44)
27
B. Kompilasi Data
Kompilasi data adalah suatu proses seleksi data, tabulasi data dan mengelompokkan /mensistemasikan data sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan.
Data Sebaran berupa jumlah perjalanan dari MAT 2006 hasil modifikasi dan data sosio-ekonomi Kota Bandar Lampung untuk menghitung nilai bangkitan dan tarikan perjalanan,
C. Analisis Data
1. Koefisien korelasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur hubungan linier antara dua variabel. Nilai r terletak antara -1 sampai 1 (-1 ≤ r ≤ 1). Bila hubungan linier antara x dan y sempurna maka rxy = ± 1 ; +1 bila hubungan tersebut searah dan -1 bila berlawanan arah. Tiadanya hubungan linier antara variabel ditandai dengan rxy = 0
2. Koefisien determinasi
Setelah kita menaksir persamaan linier dari data, langkah selanjutnya adalah mengukur kecocokan data dengan model. Nilai dari koefisien penentu (R2) terletak di 0 < R2 < 1. Makin dekat R2 dengan 1 maka baik kecocokan data dengan model. Dan sebaliknya makin dekan R2 dengan 0 makin jelek kecocokan data tersebut. R2 biasanya dinyatakan dalam persen.
(45)
28
3. Model Pergerakan dengan Analisa Regresi
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menganalisa bangkitan lalu lintas adalah dengan Analisa Regresi Linier Berganda. Ini merupakan salah satu cara statistic yang digunakan untuk menghasilkan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Cara ini digunakan untuk melihat bagaimana dua variabel / lebih saling terkait.
(46)
29
Selesai
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Studi Kepustakaan
PENGUMPULAN DATA SEKUNDER : 1. Data Sebaran Perjalanan Kota Bandar
Lampung
2. Data Bandar Lampung dalam Angka 3. Data Pertumbuhan Perekonomian
Kompilasi Data
1. Modifikasi MAT 2006 (Tatralok,Bandar Lampung)
2. Jumlah pergerakan dan data sekunder berupa sosio ekonomi-kota Bandar Lampung ditabulasikan menjadi variable bebas dan tak bebas.
Analisa dan pembahasan 1. Koefisien Korelasi
2. Koefisien Determinasi
3. Model Pergerakan dengan Analisa Regresi
Simpulan dan Saran MULAI
(47)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh tentang bangkitan perjalanan di Kota Bandar Lampung yang telah dilakukan maka, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor / variabel yang berpengaruh terhadap bangkitan perjalanan di Kota Bandar Lampung adalah : Jumlah Penduduk (X1), Jumlah Kendaraan Roda – 2 (X4), Jumlah kendaraan Roda-4 (X5), Jumlah kendaraan berat (X6)
2. Faktor / variabel yang berpengaruh terhadap tarikan perjalanan di Kota Bandar Lampung adalah : Jumlah Penduduk (X1), Luas Wilayah (X2), Jumlah Sekolah (X3), Jumlah Kendaraan Roda-2 (X4), Jumlah Hotel (X7), Jumlah Pasar (X8), Jumlah Sarana Kesehatan (X9), Jumlah Sarana Peribadatan (X10), Jumlah Perusahaan Industri (X11), Jumlah Sarana Telekomunikasi (X12), Jumlah Rumah Makan (X13)
3. Model bangkitan yang didapat dari pola perjalanan di Kota Bandar Lampung adalah Y = - 0,15022 X1 + 0,98639 X4 + 7,7999 X5 – 7,96549 X6 + 66099,2.
(48)
63
4. Model tarikan yang didapat dari pola perjalanan di Kota Bandar Lampung adalah Y = - 0,01971 X1 + 7,1193 X4 + 0,459 X5 – 49,0025 X6 + 66929,06.
5. Nilai Bangkitan perjalanan terbesar untuk prediksi tahun 2013 terjadi pada zona kecamatan Teluk Betung Utara sebesar 178136 orang/hari, Kemiling sebesar 130670 orang/hari, dan Tanjung Karang Timur sbesar 125073 orang/hari. Sedangkan untuk nilai Tarikan perjalanan terbesar terjadi pada zona kecamatan Kedaton sebesar 180642 orang/hari, Kemiling sebesar 171288 orang/hari, Tanjung Karang Timur sebesar 170512 orang/hari dan Tanjung Karang Pusat sebesar 152604 orang/hari.
B. Saran
Adapun saran – saran yang perlu diberikan adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pengumpulan data yang lebih detail untuk menyempurnakan pemodelan bangkitan pergerakan di Kota Bandar Lampung, bukan hanya berdasarkan zona dengan batas administrasi kecamatan tetapi perlu adanya resolusi zona yang lebih kecil hingga batas administrasi kelurahan.
(49)
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2000. Analisis Regresi (Teori, Kasus, dan Solusi), Penerbit BPFE Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Bandar Lampung. 2011. Kota Bandar Lampung 2011
Badan Pusat Statistik Bandar Lampung. 2012. Kota Bandar Lampung 2012 Black, John, (1985), Urban Transportation Planning, Croom Helm, London.
Hariyono,Luciana Emmy. 2008, Bangkitan Pergerakan pada Kota Pamekasan, Madura. Hobbys,F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Edisi Kedua. Gajah Mada
University Press.
Lubis,Muhammad. 2008,Model Bangkitan Pada Kota Pematang Siantar, Medan. Sudjana, 1996. “Metoda Statistik”, Transito, Bandung.
Tamin, O.Z. (1997), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung. Tamin, O.Z. (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung. Tanan,Natalia. 2009,Permodelan Bangkitan dan Tarikan model sebaran Pergerakan Untuk
Perencanaan Jaringan Jalan di Kota Cimahi, Bandung. Tatralok. 2006. Bandar Lampung 2006.
Wahyono, H dan Bocheri, I (1998), Pola Produksi Perjalanan di Kawasan Permukiman Pinggiran Kotamadya Semarang, Prosiding SimposiumI - Forum Studi Transportasa antar PerguruanT inggi, Bandung3 Desember 1998, Institut Teknologi Bandung.
Widianty,Desy. 2008, Model Bangkitan perjalanan Kota Mataram pada objek wisata alam, Mataram.
(1)
27
B. Kompilasi Data
Kompilasi data adalah suatu proses seleksi data, tabulasi data dan mengelompokkan /mensistemasikan data sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan.
Data Sebaran berupa jumlah perjalanan dari MAT 2006 hasil modifikasi dan data sosio-ekonomi Kota Bandar Lampung untuk menghitung nilai bangkitan dan tarikan perjalanan,
C. Analisis Data
1. Koefisien korelasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengukur hubungan linier antara dua variabel. Nilai r terletak antara -1 sampai 1 (-1 ≤ r ≤ 1). Bila hubungan linier antara x dan y sempurna maka rxy = ± 1 ; +1 bila
hubungan tersebut searah dan -1 bila berlawanan arah. Tiadanya hubungan linier antara variabel ditandai dengan rxy = 0
2. Koefisien determinasi
Setelah kita menaksir persamaan linier dari data, langkah selanjutnya adalah mengukur kecocokan data dengan model. Nilai dari koefisien penentu (R2) terletak di 0 < R2 < 1. Makin dekat R2 dengan 1 maka baik kecocokan data dengan model. Dan sebaliknya makin dekan R2 dengan 0 makin jelek kecocokan data tersebut. R2 biasanya dinyatakan dalam persen.
(2)
3. Model Pergerakan dengan Analisa Regresi
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menganalisa bangkitan lalu lintas adalah dengan Analisa Regresi Linier Berganda. Ini merupakan salah satu cara statistic yang digunakan untuk menghasilkan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Cara ini digunakan untuk melihat bagaimana dua variabel / lebih saling terkait.
(3)
29
Selesai
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Studi Kepustakaan
PENGUMPULAN DATA SEKUNDER : 1. Data Sebaran Perjalanan Kota Bandar
Lampung
2. Data Bandar Lampung dalam Angka
3. Data Pertumbuhan Perekonomian
Kompilasi Data
1. Modifikasi MAT 2006 (Tatralok,Bandar Lampung)
2. Jumlah pergerakan dan data sekunder berupa sosio ekonomi-kota Bandar Lampung ditabulasikan menjadi variable bebas dan tak bebas.
Analisa dan pembahasan 1. Koefisien Korelasi
2. Koefisien Determinasi
3. Model Pergerakan dengan Analisa Regresi
Simpulan dan Saran MULAI
(4)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh tentang bangkitan perjalanan di Kota Bandar Lampung yang telah dilakukan maka, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor / variabel yang berpengaruh terhadap bangkitan perjalanan di Kota Bandar Lampung adalah : Jumlah Penduduk (X1), Jumlah Kendaraan Roda – 2 (X4), Jumlah kendaraan Roda-4 (X5), Jumlah kendaraan berat (X6)
2. Faktor / variabel yang berpengaruh terhadap tarikan perjalanan di Kota Bandar Lampung adalah : Jumlah Penduduk (X1), Luas Wilayah (X2), Jumlah Sekolah (X3), Jumlah Kendaraan Roda-2 (X4), Jumlah Hotel (X7), Jumlah Pasar (X8), Jumlah Sarana Kesehatan (X9), Jumlah Sarana Peribadatan (X10), Jumlah Perusahaan Industri (X11), Jumlah Sarana Telekomunikasi (X12), Jumlah Rumah Makan (X13)
3. Model bangkitan yang didapat dari pola perjalanan di Kota Bandar Lampung adalah Y = - 0,15022 X1 + 0,98639 X4 + 7,7999 X5 – 7,96549 X6 + 66099,2.
(5)
63
4. Model tarikan yang didapat dari pola perjalanan di Kota Bandar Lampung adalah Y = - 0,01971 X1 + 7,1193 X4 + 0,459 X5 – 49,0025 X6 + 66929,06.
5. Nilai Bangkitan perjalanan terbesar untuk prediksi tahun 2013 terjadi pada zona kecamatan Teluk Betung Utara sebesar 178136 orang/hari, Kemiling sebesar 130670 orang/hari, dan Tanjung Karang Timur sbesar 125073 orang/hari. Sedangkan untuk nilai Tarikan perjalanan terbesar terjadi pada zona kecamatan Kedaton sebesar 180642 orang/hari, Kemiling sebesar 171288 orang/hari, Tanjung Karang Timur sebesar 170512 orang/hari dan Tanjung Karang Pusat sebesar 152604 orang/hari.
B. Saran
Adapun saran – saran yang perlu diberikan adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pengumpulan data yang lebih detail untuk menyempurnakan pemodelan bangkitan pergerakan di Kota Bandar Lampung, bukan hanya berdasarkan zona dengan batas administrasi kecamatan tetapi perlu adanya resolusi zona yang lebih kecil hingga batas administrasi kelurahan.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2000. Analisis Regresi (Teori, Kasus, dan Solusi), Penerbit BPFE Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Bandar Lampung. 2011. Kota Bandar Lampung 2011
Badan Pusat Statistik Bandar Lampung. 2012. Kota Bandar Lampung 2012 Black, John, (1985), Urban Transportation Planning, Croom Helm, London.
Hariyono,Luciana Emmy. 2008, Bangkitan Pergerakan pada Kota Pamekasan, Madura. Hobbys,F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Edisi Kedua. Gajah Mada
University Press.
Lubis,Muhammad. 2008,Model Bangkitan Pada Kota Pematang Siantar, Medan. Sudjana, 1996. “Metoda Statistik”, Transito, Bandung.
Tamin, O.Z. (1997), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung. Tamin, O.Z. (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung. Tanan,Natalia. 2009,Permodelan Bangkitan dan Tarikan model sebaran Pergerakan Untuk
Perencanaan Jaringan Jalan di Kota Cimahi, Bandung. Tatralok. 2006. Bandar Lampung 2006.
Wahyono, H dan Bocheri, I (1998), Pola Produksi Perjalanan di Kawasan Permukiman Pinggiran Kotamadya Semarang, Prosiding SimposiumI - Forum Studi Transportasa antar PerguruanT inggi, Bandung3 Desember 1998, Institut Teknologi Bandung.
Widianty,Desy. 2008, Model Bangkitan perjalanan Kota Mataram pada objek wisata alam, Mataram.