KESIMPULAN DAN SARAN 59 PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN WORD SQUARE PADA SUB MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 TANJUNG TIRAM TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif 11 Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen 35 Tabel 3.2. Kisi- kisi Soal Sistem Ekskresi Pada Manusia 39 Tabel 3.3 Indeks Kesukaran Butir Soal 42 Tabel 3.4 Kreteria Daya Beda 43 Tabel 4.1. Perbedaan Nilai Pretes Pada Kelas Jigsaw dan Word Square 47 Tabel 4.2. Perbedaan Nilai Postes Pada Kelas Jigsaw dan Word Square 48 Tabel 4.3. Pengujian Normalitas Data Penelitian 50 Tabel 4.4. Pengujian Homogenitas Data Penelitian 50 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Silabus Pembelajaran 63 Lampiran 2. RPP kelas Jigsaw 65 Lampiran 3. RPP kelas Word square 87 Lampiran 4. LKS Word Square 107 Lampiran 5. Instrumen Soal 109 Lampiran 6. Kisi- kisi Instrumen Soal 114 Lampiran 7. Validitas 115 Lampiran 8. Perhitungan Validitas 116 Lampiran 9. Perhitungan Reabilitas 119 Lampiran 10. Analisis Varians Butir Soal 121 Lampiran 11. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 122 Lampiran 12. Perhitungan Daya Beda Soal 124 Lampiran 13. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Jigsaw 126 Lampiran 14. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Word Square 127 Lampiran 15. Perhitungan Rata- rata, Standard Deviasi dan Varians Nilai Soal 128 Lampiran 16. Uji Normalitas Data Penelitian 132 Lampiran 17. Uji Homogenitas Data Penelitian 137 Lampiran 18. Uji Hipotesis Data Penelitian 140 Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian 143 Lampiran 20. Tabel Harga Kritik Dari r Product Moment 148 Lampiran 21. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi T 149 Lampiran 22. Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 150 Lampiran 23. Tabel wilayah luas di bawah kurva normal 0 ke z 151 Lampiran 24. Nilai- Nilai Distribusi F 153

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik mampu mendukung pembangunan di masa mendatang, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Menurut UNESCO, pembelajaran yang efektif pada abad ini harus diorientasikan pada empat pilar yaitu, 1 learning to know, 2 learning to do, 3 learning to be, dan 4 learning to live together. Keempatnya dapat diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melalui berbagai kegiatan pembelajaran peserta didik diarahkan untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, menerapkan atau mengaplikasikan apa yang diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinya sebagai seseorang yang lebih baik dalam kehidupan sosial bersama orang lain Anonim, 2010. Dalam rangka merealisasikan ‘learning to know’, guru memiliki berbagai fungsi yang di antaranya adalah sebagai fasilitator, yaitu sebagai teman sejawat dalam berdialog dan berdiskusi dengan siswa guna mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu. Learning to do belajar untuk melakukan sesuatu akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaplikasikan keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan dapat mendukung keberhasilan siswa nantinya. Learning to be belajar untuk menjadi seseorang erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya Anonim, 2010. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi anak yang pasif peran guru pengarah dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya dalam kegiatan belajar dan pengembangan diri. Selanjutnya, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu ditumbuh kembangkan termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses ‘learning to live together’ belajar untuk menjalani kehidupan bersama Anonim, 2010. Dalam proses pembelajaran sering kita jumpai adanya kecenderungan siswa tidak mau bertanya pada guru meskipun sebenarnya belum mengerti materi yang diajarkan. Strategi yang sering digunakan oleh guru untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkannya dalam diskusi kecil. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif, walaupun guru sudah mendorong siswa untuk berpartisipasi. Sebagian siswa terpaku hanya sebagai penonton dan proses diskusi hanya dikuasai oleh sebagian siswa yang lain. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dan berpartisipasi satu sama lain. Dari observasi yang dilakukan berdasarkan pengalaman penulis pada saat PPL di SMA Negeri 1 Tanjungtiram kelas XI IPA hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan hasil belajar rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yaitu 67. Berdasarkan data Kriteria Ketuntasan Minimal KKM untuk mata pelajaran biologi adalah 70. Dalam proses pembelajaran terdapat kendala-kendala atau permasalahan diantaranya seperti siswa terlihat kurang aktif, siswa malu mengemukakan pertanyaan atau pendapat dikarenakan sebagian besar dari siswa terlihat tidak memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran dan beberapa siswa berpendapat pembelajaran biologi merupakan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa karena terlalu banyak menghapal dan banyak berkaitan dengan gambar- gambar. Siswa kurang memahami gambar dengan konsep materi yang mereka peroleh. Permasalahan lainnya adalah metode atau model yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga banyak siswa yang merasa jenuh ataupun tidak

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN STAD

0 11 57

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV A SDN 1 KALIAWI TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 43

KOMPARASI HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 17 110

KOMPARASI HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 5 94

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DAN TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SEKAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 7 88

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 1 TALANGPADANG

0 6 110

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP

0 4 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 11

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI TEORI HIBRIDISASI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA

0 3 6