Pengaruh Partisipasi Pengguna Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Dan Implikasinya Pada Kualitas Informasi (Studi Pada KPP Pratama Bandung Di Wilayah Kanwil Jawa Barat)

(1)

The Influence of User Participation and Accounting Information System

To Information Quality

(Study On Small Taxpayers Office Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi Oleh :

NAMA : ADITYA SUNARYA

NIM : 21107027

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

vi

Partisipasi Pengguna menunjukkan keikutsertaan pemakai dalam pengembangan sistem informasi. Adanya partisipasi pengguna diharapkan dapat meningkatkan penerimaan sistem oleh pengguna. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan satu sama lain, bekerjasama secara harmonis untuk mengolah data menjadi informasi keuangan yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Di DJP terdapat sistem informasi akuntansi yaitu Sistem Informasi Keuangan, Kepegawaian dan Aktiva (SIKKA) dan Modul Penerimaan Negara (MPN) untuk menghasilkan informasi yang lebih berkualitas. Sedangkan Informasi dikatakan berkualitas apabila memiliki ciri yaitu Akurat, relevan, tepat waktu, dan lengkap dan dapat digunakan baik bagi pihak internal maupun eksternal organisasi sebagai bahan pengambilan keputusan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Partisipasi Pengguna terhadap Penerapan SIA dan implikasinya pada Kualitas Informasi Akuntansi di KPP Pratama Bandung di Wilayah Kanwil Jabar I.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran masing masing Variabel yang diteliti. Sedangkan verifikatif dengan analisis jalur digunakan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara Partisipasi Pengguna dan Penerapan SIA terhadap Kualitas informasi. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan softwareSPSS14.0for windows.

Hasil dari penelitian menunjukkan Partisipasi Pengguna berpengaruh terhadap Penerapan SIA secara signifikan sebesar 31,4%. Selain itu kedua variabel tersebut, berpengaruh secara Parsial dan Simultan terhadap Kualitas informasi. Pengaruh Partisipasi Pengguna terhadap Kualitas Informasi Melalui Penerapan SIA sebesar 34,8%.

Kata kunci: Partisipasi pengguna, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Kualitas Informasi.


(3)

v

User participation is used to indicate the user's participation in the development of information systems. The participation of users is expected to increase the system acceptance by the user. Then Accounting Information Systems (AIS) is a collection of subsystems that are interconnected with each other and work together harmoniously to process financial data into financial information required in decision-making process. In the DJP accounting information systems is MPN and SIKKA to produce higher quality information. While the information if the quality is said to have characteristics such that, Accurate, relevant, timely, and complete that can be used for both internal and external parties as a material corporate organizations the decision-making. The purpose of this study to determine the effect of user participation to the implementation of SIA and its implications on the Quality of Accounting Information in the KPP Pratama Bandung in West Java Regional Office of Region I.

The method used in this research is descriptive method and verifikatif. Descriptive methods are used to find a picture of each variable studied. While verifikatif with path analysis used to determine the relationship between User Participation and Application of SIA to the quality of information. To determine the effect of user participation to the implementation of SIA and its implications on the Quality of Accounting Information used statistical tests. The test statistic used is the calculation of Person Product Moment correlation, coefficient of determination, hypothesis test using the software SPSS 14.0 for windows.

The results of this study indicate the User's participation affect the application of SIA significantly by 31.4%. Besides these two variables, was effect partial and Simultaneous to the quality of information. Effect of User Participation on the Quality of Information Through the application of SIA (indirectly) by 34,8%.

Keywords: User Participation, Implementation of Accounting Information Systems,


(4)

vii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, penulis melaksanakan survei pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu: “Pengaruh Partisipasi Pengguna (User participation)

terhadap Penerapan Sistem Informasi Akuntansi (Accounting Information

System Implementation) dan Implikasinya pada Kualitas Informasi (Studi

pada KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat 1)”.

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun Skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak. Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat ikhtiar penulis mampu melewatinya.


(5)

viii

Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E.,M.Si selaku Dekan di Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Porgram Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ely Suhayati, SE., M.Si.,Ak. Selaku Dosen Wali 4 Ak 1.

5. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

6. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan Usulan Penelitian ini. 7. Lukman Effendi selaku Kepala Kantor Bagian Umum Wilayah DJP Jawa

Barat I yang telah memberikan ijin penelitian di KPP Wilayah Kota Bandung. 8. Seluruh kepala Sub Bagian Umum di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Wilayah Kota Bandung.

9. Seluruh Staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung yang telah bersedia menyediakan waktu dan tempat kepada penulis untuk melakukan pengumpulan data guna penyusunan skripsi.

10. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi (Mbak Senny, Teh puji dan Mbak Dona) makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.


(6)

ix

12. Semua teman-teman kelas AK1 yang tidak penulis sebutkan satu-persatu. 13. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Bandung, Agustus 2011 Penulis

Aditya Sunarya NIM. 21107027


(7)

1

1.1 Latar Belakang

Direktorat Jenderal Pajak melakukan terobosan dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak, dengan melakukan modernisasi perpajakan. Modernisasi perpajakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak merupakan wujud dari reformasi perpajakan yang telah dilakukan sejak tahun 2002. Penerapan sistem perpajakan modern dilakukan dengan mengoptimalkan pelayanan kepada Wajib Pajak, yang mencakup aspek-aspek perubahan struktur organisasi dan sistem kerja Kantor Pelayanan Pajak, perubahan implementasi pelayanan kepada Wajib Pajak, fasilitas pelayanan yang memanfaatkan teknologi informasi dan kode etik pegawai dalam rangka menciptakan aparatur pajak yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (Agus martowardojo,www.pajak.go.id, mei 2010).

Sebagai akibat dari perubahan organisasi menuju modernisasi, sistem informasi yang diperlukan DJP tentunya juga harus mampu menangkap permintaan-permintaan user atas informasi yang diperlukan, agar menghasilkan informasi yang berkualitas. Kriteria-kriteria kualitas informasi yang diperlukan menurut (Wilkinson, 1993:14-15) yaitu informasi harus dapat dipercaya (reliable), akurat (accuracy) dan tepat waktu (timely). Oleh karena itu, apabila adanya


(8)

keusangan dari sistem informasi (khususnya informasi akuntansi), maka harus segera diadakan modifikasi atau pengembangan terhadap sistem informasi tersebut secara umum, dicapai melalui beberapa tahap dimulai dengan perencanaan sistem, analisis sistem, implementasi sistem dan diakhiri dengan pengoperasian sistem.

Program modernisasi sistem perpajakan melalui pengembangan teknologi informasi dalam sistem informasi di DJP masih menunjukkan hasil informasi yang kurang optimal. Hal ini ditunjukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang masih menemukan 12 ketidakwajaran dalam pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh

pemerintah pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2008. Dalam hasil

pemeriksaan tersebut BPK mencatat masih ada sebagian departemen penting masih

memiliki opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dan Tidak Memberikan Pendapat

(TMP) dalam hasil audit laporan keuanganya. BPK berkeinginan untuk menjelaskan

sejauh mana transparansi dan akuntabiltas pengelolaan keuangan negara yang dilakukan

oleh pemerintah. BPK juga menyampaikan 12 penemuan penting, diantaranya yaitu

Hibah yang diterima langsung oleh 15 Kementerian/Lembaga (K/L) minimal sebesar Rp

3.93 triliun tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam mekanisme APBN. Selain itu,

temuan penting lainnya adalah Aset eks KKKS sebesar Rp 303,39 triliun dan aset eks

BPPN sebesar Rp12,42 triliun belum dapat diyakini kewajarannya, serta PBB Migas dan

Panas Bumi sebesar Rp 5,33 triliun atas KKKS yang belum berproduksi salah dibebankan

pada rekening 600 dan 508 (Hanif Wibisono,detikFinance,17/6/2009).

Selain itu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga akan menelusuri beberapa


(9)

hasil pemeriksaan BPK atas penerimaan pajak dan kegiatan operasional tahun anggaran

2008 dan 2009, ditemukan potensi kerugian negara di Kantor Pelayanan Pajak Wajib

Pajak Besar Satu (Jalan Medan Merdeka Timur 16, Jakarta) hingga Rp 96 triliun. Dalam

laporan hasil pemeriksaan BPK atas penerimaan pajak dan kegiatan operasional tahun

anggaran 2008 dan 2009 dikatakan, KPP Wajib Pajak Besar Satu belum melakukan tindak

lanjut secara optimal atas potensi penerimaan pajak maksimal sebesar Rp 96,91 triliun

dari selisih peredaran usaha PPN dan PPh pada 2007 dan 2008. Ini mengakibatkan

peredaran usaha yang dilaporkan tidak dapat diyakini kebenarannya. Potensi penerimaan

pajak yang bisa digali dari selisih peredaran usaha belum dapat direalisasikan. BPK

menilai potensi kerugian negara tersebut sebagai akibat dari kelemahan sistem

pengendalian internal pada kegiatan operasional di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib

Pajak Besar Satu pada tahun anggaran 2008 dan 2009. Namun BPK juga menyatakan hal

ini masih harus diteliti, diuji, dan didalami di mana dari hasil penelitian tersebut dapat saja

disimpulkan tidak terdapat potensi PPh dan PPN (Herdaru Purnomo, detikFinance,

19/04/2010).

Diterapkannya Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) khususnya dalam hal ini yang berkaitan dengan informasi akuntansi yaitu Program Aplikasi Modul Penerimaan Negara (MPN), informasi penerimaan pajak dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) dari seluruh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang dihasilkan belum menunjukkan kualitas yang baik dalam hal timelines atau ketepatan waktu. Hal ini ditunjukkan dengan Program Aplikasi Modul Penerimaan Negara (MPN) di KPP yang kemudian tersentralisasi di kantor pusat memiliki kendala kelambatan perolehan informasi yang diperlukan. Hal ini disebabkan oleh


(10)

sistem informasi yang lambat dalam running bahkan “hang” apabila beban kerjanya terlalu berat (kurnia:25 Maret 2011). Dengan begitu informasi tidak memenuhi salah satu ciri informasi yang berkualitas yaitu tepat waktu.

MPN dan SIKKA di KPP dirasa lambat saat ini karena server yang ada masih terbatas, jadi aksesnya menjadi lambat. Seperti yang dijelaskan oleh Ahmad Kasubag Umum di KPP Karees, SIDJP biasanya hanya digunakan di pulau Jawa sedangkan di luar Jawa masih memakai SIPMod. Karena SIDJP mengandalkan jaringan maka server itu sangat penting bagi SIDJP yang merupakan sistem yang terintegrasi ke seluruh Indonesia. Akibatnya KPP bisa terganggu masalah migrasi data dan kesulitan mendapat data / informasi yang sifatnya penting dan mendesak. Selain itu proses transfer data/informasi melalui SIDJP sangat “lemot” ini mungkin dikarenakan adanya tubrukan data saat pengiriman data secara bersamaan antar KPP. (Ahmad, 18 april 2011) Selain itu informasi yang dihasilkan DJP belum mencapai kualitas yang diharapkan. Mel-kias, mengatakan bahwa data realisasi penerimaan pajak belum terintegrasi, hal ini membuat sering terjadi perbedaan pencatatan antara Ditjen Pajak dan Ditjen Perbendaharaan Negara. Penerimaan perpajakan dicatat oleh Ditjen Pajak dalam SAI dengan menggunakan modul penerimaan negara (MPN) dan Ditjen Perbendaharaan Negara mencatatkannya dalam kas negara dengan sistem SAU. Perbedaan pencatatan Sebelumnya, dalam LHP atas LKPP 2008. BPK juga sudah menemukan adanya perbedaan realisasi penerimaan perpajakan menurut SAI dan kelemahan pencatatan penerimaan perpajakan dalam aplikasi modul penerimaan


(11)

negara (MPN). Penyebab lainnya adalah penerimaan PPh Pasal 23 juga turun 6,5%, karena turunnya volume transaksi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dan PPh Pasal 25 dan 29 orang pribadi yang juga turun 23,3% karena pada 2009 masih terdapat tambahan penerimaan dari program sunset policy Januari-Februari 2009 (lachmad.aris@bisnis.co.td, Jun 2010).

Informasi yang tersedia dan digunakan manajemen sangat membantu dalam menyelesaikan tugasnya, sehingga diharapkan kinerja akan meningkat. Seperti yang dinyatakan oleh Atkinson et al (1995: 5) bahwa informasi yang dihasilkan dari sistem informasi dapat digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi dari unit organisasi atau perusahaan. (Agus:September 2009). Demikian pula dengan DJP memerlukan informasi yang berkualitas untuk meningkatkan kinerja.

Informasi yang berkualitas diharapkan sebagai output suatu sistem informasi dalam organisasi. Sistem informasi senantiasa mengalami perubahan besar, dimungkinkan karena sistem informasi beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam instansi itu sendiri atau dengan lingkungannya. Kemudian pada hakikatnya, akuntansi merupakan penerapan teori umum informasi terhadap masalah operasi yang ekonomik dan efisien. Akuntasi juga membentuk sebagian besar informasi umum yang dinyatakan secara kuantitatif. Dalam konsep sistem informasi akuntansi ini, akuntansi menjadi bagian dari sistem informasi umum dari suatu kesatuan yang beroperasi sekaligus menjadi bagian dari suatu bidang yang dibatasi oleh informasi. Kemampuan instansi dalam mengumpulkan, mengelola dan menggunakan informasi akan menentukan apakah suatu instansi bersih atau


(12)

tidak. Salah satu syaratnya adalah tersedianya sistem akuntansi yang akurat di instansi tersebut. Dengan tersedianya sistem akuntansi yang akurat, mudah dioperasikan, mempersingkat waktu serta efektif pada saat ini merupakan salah satu solusi agar organisasi atau instansi dapat dipercaya oleh masyarakat dan diharapkan instansi tersebut dapat mengambil suatu keputusan yang tepat, sehingga dapat terus berkembang pada masa yang akan datang. Pendekatan sistem berusaha menjelaskan sesuatu dari sudut pandang sistem, yang berusaha menemukan struktur unsur yang membentuk sistem tersebut dan mengidentifikasi proses bekerjanya setiap unsur yang membentuk sistem tersebut. Setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang berulang kali atau yang secara rutin terjadi. (issuu.com, November, 2010).

Direktorat Jenderal Pajak memiliki sistem informasi yang dikembangkan yaitu sistem informasi yang memiliki core kepada pelayanan pada wajib pajak dan sistem informasi yang bukan termasuk core pelayanan yaitu sistem informasi akuntansi, yaitu Program Aplikasi Monitoring Pelaporan dan Pembayaran Pajak (MP3) yang sekarang digantikan Oleh Modul Penerimaan Negara (MPN), dan SIKKA. MP3 berfungsi untuk memonitor dan mengawasi penerimaan pajak secara on-line. Aplikasi MP3 ini adalah bagian dari Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP). Namun sekarang, penggunaan MP3 sudah digantikan dengan Program yang lebih maju dari MP3 yaitu Program Modul Penerimaan Negara (MPN). Sistem ini adalah suatu sistem yang terstruktur untuk mengatur proses penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai


(13)

dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara. MPN merupakan bagian dari Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), sistem ini mengintegrasikan tiga sistem penerimaan yang selama ini berjalan, yaitu Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) oleh Ditjen Pajak, Sistem Elektronik Data Intercharge (EDI) oleh Ditjen Bea dan Cukai, dan Sistem Penerimaan Negara (Sispen) oleh Ditjen Anggaran. Sedangkan Sistem informasi akuntansi Direktorat jenderal pajak yang lain adalah Sistem Informasi Keuangan, Kepegawaian dan Aktiva (SIKKA). Sistem ini terpisah dari SIDJP yang selama ini kita kenal. Sistem Informasi Keuangan, Kepegawaian dan Aktiva (SIKKA) ini adalah aplikasi yang digunakan untuk melaporkan data dan aktivitas pegawai pajak dan juga aktivitas keuangan Kantor pelayanan pajak. KPP adalah bagian dari instansi pemerintah yaitu dibawah lembaga Departemen Keuangan. Departemen Keuangan adalah salah satu instansi pemerintah yang harus mempertanggungjawabkan realisasi penggunaan anggaran untuk belanja rutin. Pertanggungjawaban tersebut membutuhkan informasi akuntansi yang diperoleh dari SIKKA. (SE - 24/PJ/2010)

Salah faktor yang menentukan keberhasilan implementasi Sistem Informasi Akuntansi guna menghasilkan informasi yang berkualitas adalah penggunanya (user). Informasi dalam suatu perusahaan adalah sebagai alat bantu mencapai tujuan melalui penyediaan informasi. Tetapi peranan yang penting dalam organisasi tetaplah manusia sebagai penentu keputusan. Jadi, peranan manusia dalam sistem informasi sangat vital, karena perencanaan dan perancangan


(14)

sistem harus lebih jauh memperhatikan faktor manusia (Burch dan Grudnitski, 1991). Selanjutnya Bodnar dan Hopwood, juga menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan sistem informasi sangat tergantung pada kesesuaian harapan antara system analyst, pemakai (user), sponsor dan customer. Pengembangan sistem informasi memerlukan suatu perencanaan dan implementasi yang hati-hati, untuk menghindari penolakan terhadap sistem yang dikembangkan (resistance to change). Untuk menghindari penolakan terhadap sistem yang dikembangkan, maka diperlukan partisipasi dari pemakai (user). Partisipasi pemakai pada tiap tahap pengembangan sistem informasi tentunya akan berpengaruh pada tingkat kepuasan pemakai atas sistem yang dikembangkan. Partisipasi pemakai pada tiap tahap pengembangan sistem informasi, tentunya akan berpengaruh pada tingkat kepuasan pemakai atas sistem yang dikembangkan (Sunarti Setianingsih, 1998:193).

Diperlukannya partisipasi dalam pengembangan sistem informasi telah diakui secara luas dalam literatur. Partisipasi merupakan perilaku, pekerjaaan dan aktivitas yang dilakukan oleh pemakai selama proses pengembangan sistem informasi. Oleh karena itu, partisipasi pemakai untuk mencapai keberhasilan sistem diharapkan akan meningkatkan komitmen dan ketelibatan pemakai dalam pengembangan sistem, sehingga pemakai dapat menerima dan menggunakan sistem informasi yang dikembangkan dan akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pemakai (Elfreda Aplonia, 2004:28).


(15)

Rosemary Cafasaro dalam O’Brien dan Marakas (2009) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa alasan yang menyebabkan sukses atau tidaknya suatu organisasi/perusahaan dalam menerapkan sistem informasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesukesan penerapan sistem informasi, antara lain adanya dukungan dari manajemen eksekutif, keterlibatan end user (pemakai akhir), penggunaan kebutuhan perusahaan yang jelas, perencanaan yang matang, dan harapan perusahaan yang nyata. Sementara alasan kegagalan penerapan sistem informasi antara lain karena kurangnya dukungan manajemen eksekutif dan input dari end-user, pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang tidak lengkap dan selalu berubah-ubah, serta inkompetensi secara teknologi.

Fokus program reformasi perpajakan pada perbaikan sistem dan manajemen SDM. Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa didukung SDM yang capable dan berintegritas. DJP dengan system administrasi perpajakan modern akan dapat didukung oleh sistem SDM yang berbasis kompetensi dan kinerja. DJP tealah melakukan pemetaan kompetensi (Competency Mapping) untuk seluruh 30.000 pegawai DJP guna mengetahui sebaran kuantitas dan kualitas kompetensi pegawai. Kemudian seluruh jabatan harus dievaluasi dan dianalisis untuk selanjutnya ditentukan job grade dari masing-masing jabatan tersebut. Selanjutnya beban kerja dari masing-masing jabatan tersebut dianalisis yang kemudian dikaitkan juga dengan pengembangan sistem pengukuran kinerja masing-masing pegawai. Sebagai catatan, pembuatan


(16)

dan dokumentasi SOP untuk seluruh proses pekerjaan dapat dimanfaatkan juga sebagai standar penilaian kinerja. Hampir 50% atau 14.073 pegawai berpendidikan dibawah D3. Dibandingkan dengan 3.000.000 WP terdaftar, luas wilayah geografi, heterogenitas masyarakat dan kompleksitas peraturan perundang-undangan perpajakan, maka beban kerja per pegawai amat berat, dan tidak semua pegawai pajak yang memahami tentang Sistem informasi dan paham bagaimana menjalankannya. (www.slidepajak.com,Maret 2010)

Hal ini juga terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Ditegaskan oleh Bapak Ahmad Kasubag Umum KPP karees bahwa tidak semua pegawai memahami tentang Sistem Informasi, menurutnya hanya sebagian saja yang tahu dan mengerti tentang pengoprasian Sistem Informasi Direktorat jenderal pajak tersebut. Selain itu menurutnya Pegawai pajak tidak dilibatkan dalam proses perancangan dan pengembangan Sistem Informasi. Sehingga mereka tidak tahu apabila terdapat ketidaksesuaian antara kondisi yang ada dalam system dengan yang terjadi di dalam kenyataan di KPP (Ahmad, 18 april 2011).

Sistem informasi harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna. Kompleksitas sistem bukanlah merupakan jaminan perbaikan kinerja, bahkan menjadi kontraproduktif jika tidak didukung oleh kesiapan sumber daya manusia dalam tahapan implementasinya. Hal ini sering terjadi terutama pada perusahaan yang pengetahuan teknologi informasinya rendah. Jika pengembangan sistem informasi diserahkan pada orang-orang yang kurang berkompeten


(17)

dibidangnya maka akan berakibat fatal bagi perusahaan ketika sistem tersebut telah diterapkan (O’Brien JA, Marakas G. 2009).

Berdasarkan masalah yang ada diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi Pengguna terhadap Sistem Informasi Akuntansi dan Implikasinya pada Kualitas Informasi (Studi pada KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat)”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Tidak semua pegawai pajak paham tentang sistem informasi dan cara menjalankannya.

2. Pegawai Pajak tidak dilibatkan dalam proses perancangan dan pengembangan Sistem informasi Akuntansi sehingga mereka tidak tahu kalau terjadi ketidaksesusaian dengan kodisi pekerjaan mereka.

3. Sistem pencatatan data realisasi penerimaan pajak sampai saat ini belum dilakukan secara terintegrasi.

4. Penerapan SIDJP khususnya MPN dan SIKKA di kantor pelayanan pajak dirasa lambat saat ini karena server yang ada masih terbatas.

5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang masih menemukan 12 ketidakwajaran dalam pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah pada Laporan


(18)

6. Hasil pemeriksaan BPK atas penerimaan pajak dan kegiatan operasional tahun anggaran 2008 dan 2009, ditemukan potensi kerugian negara di Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Satu hingga Rp 96 triliun.

7. Kantor pusat mengalami kendala yaitu apabila membutuhkan informasi data penerimaan pajak dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT), informasi yang diperlukan tersebut tidak dapat diakses secara cepat.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Partisipasi Pengguna Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat. 2. Bagaimana Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak di KPP

Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat.

3. Bagaimana Kualitas Informasi yang dihasilkan Direktorat Jenderal Pajak. 4. Seberapa Besar Pengaruh Partisipasi Pengguna Sistem Informasi dan Sistem

Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak terhadap Kualitas Informasi di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat secara parsial dan simultan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Partisipasi Pengguna Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat.


(19)

2. Untuk mengetahui Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui Kualitas Informasi yang dihasilkan Direktorat Jenderal Pajak.

4. Untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Partisipasi Pengguna Sistem Informasi dan Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak terhadap Kualitas Informasi di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat secara parsial dan simultan.

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Akademis

1. Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung bagaimana Partisipasi Pengguna Sistem Informasi dan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak terhadap Kualitas Informasi di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat.

2. Bagi Instansi

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Partisipasi Pengguna Sistem Informasi dan Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak terhadap Kualitas Informasi di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat.


(20)

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Pengaruh Partisipasi Pengguna Sistem Informasi dan Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak terhadap Kualitas Informasi di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai Pengaruh Partisipasi Pengguna Sistem Informasi dan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas Informasi di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berencana melaksanakan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung. Yaitu KPP Pratama Bandung Bojonagara yang berlokasi di Jalan Ir. Sutami Bandung, KPP Pratama Bandung Karees yang berlokasi di Jl. Ibrahim Aji Bandung, KPP Pratama Bandung Cibeunying Jl. Punawarman, KPP Pratama Bandung Cicadas yang berlokasi di Jl.Soekarno Hata, KPP Pratama Bandung Tegalega yang berlokasi di Jl.Soekarno Hata.


(21)

1.6.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada April 2011 sampai dengan Juli 2011.

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Maret

2011

April 2011

Mei 2011

Juni 2011

Juli 2011

Agustus 2011

I

Tahap Persiapan:

1.Bimbingan dengan dosen pembimbing 2.Membuat outline dan proposal UP 3.Mengambil formulir penyusunan UP 4.Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan :

1.Mengajukan outline dan proposal UP 2.Meminta surat pengantar ke KPP 3.Penelitian di perusahaan

4.Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan :

1.Menyiapkan draft skripsi 2.Sidang akhir skripsi

3.Penyempurnaan laporan skripsi 4.Penggandaan skripsi


(22)

16

2.1.1 Partisipasi Pengguna ( User Participation) 2.1.1.1 Pengertian Partisipasi Pengguna

Menurut Elfreda Aplonia Lau (2004:28) menerangkan partisipasi pemakai sebagai berikut:

“Partisipasi pemakai digunakan untuk menunjukkan intervensi personal yang nyata pemakai dalam pengembangan sistem informasi, mulai dari tahap perencanaan, pengembangan sampai tahap implementasi sistem informasi. Adanya partisipasi pemakai diharapkan dapat meningkatkan penerimaan sistem oleh pemakai yaitu dengan mengembangkan harapan yang realitis terhadap kemampuan sistem, memberikan sarana bargaining dan pemecahan konflik seputar masalah perancanagn sistem, serta memperkecil adanya resistance to change dari pemakai terhadap informasi yang dikembangkan.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Partisipasi pengguna digunakan untuk menunjukan intervensi personal yang nyata dalam pengembangan sistem informasi mulai dari perancanaan sampai implementasi.

2.1.1.2 Indikator Partisipasi Pengguna

Berikut ini alasan pentingnya keterlibatan pengguna dalam perancangan dan pengembangan Sistem informasi menurut Leela Damoderan dalam Azhar Susanto (2004:369) adalah:

Berikut ini alasan pentingnya keterlibatan pengguna dalam perancangan dan pengembangan Sistem informasi :


(23)

Sistem Informasi dikembangkan bukan untuk pembuat system tapi untuk User agar sistem dapat diterapkan, sistem tersebut harus bisa menyerap kebutuhan pengguna dan yang tau kebutuhan pengguna adalah pengguna itu sendiri, sehingga keterlibatan pengguna dalam pengembangan sistem akan meningkatkan tingkat keberhasilan walaupun tidak memberikan jaminan berhasil.

2. Pengetahuan akan Kondisi Lokal

Pemahaman terhadap lingkungan dimana sistem informasi tersebut akan diterapkan perlu dimiliki oleh perancang sistem informasi dan untuk memperoleh pengetahuan tersebut perancang sistem harus meminta bantuan user yang lebih memahami lingkungan tempatnya bekerja.

3. Keengganan untuk berubah

Seringkali user merasa bahwa sistem informasi yang disusun tidak dapat dipergunakan dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengurangi keengganan untuk berubah itu dapat dikurangi bila user terlibat dalam proses perancangan dan pengembangan sistem informasi.

4. User merasa terancam

Banyak user menganggap bahwa penerapan sistem informasi Komputer dalam organisasi mungkin saja akan mengancam pekerjaannya, atau menjadikan kemampuan yang dimilikinya tidak lagi relevan dengan kebutuhan organisasi. Keterlibatan user dalam proses perancangan dan pengembangan Sistem informasi merupakan salah satu cara menghindari dampak penerapan Sistem Informasi dengan Komputer.

5. Meningkatkan alam demokrasi

Makna dari demokrasi disini adalah bahwa user dapat terlibat secara langsung dalam mengambil keputusan yang mungkin berdampak terhadap terhadap mereka.

Sedangkan Menurut Azhar Susanto (2004:370) beberapa hal harus diperhatikan agar dukungan user menjadi efektif, yaitu :

Ada beberapa kriteria-kriteria yang harus diperhatikan agar dukungan user menjadi efektif :

1. Mempromosikan komunikasi dua arah. 2. Menyediakan jaringan kerja yang terintegrasi. 3. Mengenali kemajemukan User.

4. Memiliki kapabilitas yang dinamis. 5. Mudah menangani keinginan User. 6. Mudah mengenali kebutuhan user.

7. Tersedianya sumber daya yang memadai seperti keuangan, waktu, usaha dan tenaga ahli.


(24)

2.1.2 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Nash dan Robert yang diterjemahkan oleh La Midjan dan Azhar Susanto (2003:8) tentang Sistem Informasi :

“Sistem informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstrn serta menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.”

Pengertian Sistem Informasi menurut Laundon dalam Azhar Susanto (2004:24) adalah sebagai berikut :

“Komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mengumpulkan, memproses, koordinasi, pengendalian dan untuk memberikan gambaran aktivitas didalam perusahaan”.

Sedangkan definisi Sistem informasi akuntansi menurut Azhar Susanto (2004:24) adalah :

“Sistem Informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan yang diperlukan oleh pengambil keputusan dalam proses pengambilan keputusan”.


(25)

2.1.2.2 Indikator Sistem Informasi Akuntansi

Adapun komponen – komponen Sistem Informasi Akuntansi, Sebagai Berikut :

1. Hardware

Hardware merupakan peralatan phisik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan, memasukan, memproses, menyimpan dan mengeluarkan hasil pengolahan data dalam bentuk Informasi. Bagian –bagian hardware terdiri atas :

a. Bagian Input (Input device)

Peralatan input merupakan alat-alat yang dapat digunakan untuk memasukan data kedalam komputer seperti, keyboard, mouse, scanner, dll.

b. Bagian Pengolahan Utama dan Memori

CPU (Central Prossesing Unit) yang selama ini mungkin kita kenal adalah merupakan rumah atau (box) dari komponen-komponen lainnya, seperti :

Processor (otak computer)

Memory

Motherboard

Hardisk


(26)

CD ROM

Expansion slot

Devices controller (multi I/O, VGA card, Sound card)

Komponen lainnya (fan, baterai, conector, dll)

Power supply

c. Bagian Output ( Output Device )

Peralatan Output merupakan peralatan – peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan informasi hasil pengolahan data. Beberapa macam peralatan output yang sering digunakan seperti : printer, layar monitor, speaker LCD, dll.

d. Bagian komunikasi

Peralatan komunikasi adalah peralatan yang harus digunakan agar komunikasi data bias berjalan dengan baik. Seperti, Network card untuk LAN, wireless LAN, dan lain-lain.

2. Software

Software adalah kumpulan dari program-program yang digunakan untuk menjalankan aplikasi tertentu pada Komputer, sedangkan program merupakan kumpulan dari perintah-perintah komputer yang tersusun secara sistematis. Pengelompokan software meliputi :


(27)

Berfungsi untuk mengendalikan hubungan antara komponen-komponen yang terpasang dalam Komputer. Misalnya antara keyboard dengan CPU, Layar monitor, dan lain-lain. Contohnya : Microsoft windows. b. Interpreter dan comlier

- Interpreter merupakan software yang berfungsi sebagai penterjemah bahasa yang dimengerti manusia kedalam bahasa komputer atau bahasa mesin perintah per perintah. Contoh : Microsoft access, Oracle, Pascal, dll.

- Complier (komplier) untuk menterjemahkan bahasa manusia kedalam bahasa komputer secara langsung satu file.

c. Perangkat lunak aplikasi

Merupakan software jadi yang siap untuk digunakan. Software ini dibuat oleh perusahaan perangkat lunak (software house) baik dalam maupun luar negeri. Quicken merupakan salah satu contoh software system informasi akuntansi yang sangat baik.

3. Brainware

a. SDM Sistem Informasi dan Organisasi

Sumber Daya Manusia SIA merupakan sumber daya yang terlibat dalam pembuatan sistem informasi. Pengumpulan dan pengolahan data, pendistribusian dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut. Brainware dikelompokan sebagai berikut : 1. Pemilik sistem informasi


(28)

Pemilik sistem informasi merupakan sponsor terhadap dikembangkannya sistem informasi. Selain bertanggung jawab terhadap biaya dan waktu yang digunakan untuk pengembangan SI pemilik juga berperan sebagai penentu apakah sistem tersebut diterima atau ditolak.

2. Pemakai sistem informasi

Biasanya para pemakai merupakan orang yang hanya akan menggunakan sistem informasi yang telah di kembangkan (end user) mereka menentukan. yaitu, masalah yang harus dipecahkan, kesempatan yang harus diambil, kebutuhan yang harus dipenuhi, batasan-batasanbisnis yang harus termuat dalam sistem informasi. 4. Prosedur

a. Prosedur

Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulan-ulang dengan cara yang sama. Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. b. Aktivitas

Pada dasarnya melakukan sesuatu kegiatan berdasarkan Informasi yang masuk dalam persepsi yang dimiliki tentang informasi tersebut, karena itu aktivitas merupakan fungsi dari sistem informasi.


(29)

c. Fungsi

Fungsi merupakan kumpulan aktivitas yang mendukung operasi suatu organisasi.

5. Database dan Sistem Manajemen Database a. Database

Sistem database merupakan sistem pencatatan dengan menggunakan komputer yang memiliki tujuan untuk memelihara informasi agar selalu siap pada saat diperlukan.

b. Media dan Sistem penyimpanan data

Media dan system penyimpanan data terdiri dari dua :

1. Media penyimpanan data berurutan – melalui media ini record-record data akan dibaca dengan cara yang sama dengan saat penyimpanan. Sebagai contoh adalah pita magnetic (magnetic tape).

2. Media penyimpanan secara langsung – memungkinkan pemakai (user) membaca data dalam urutan yang dibutuhkan tanpa perlu memperhatikan urutan penyusunan secara physic dari media penyimpanan data tersebut.

c. Sistem Pengolahan

Ada dua cara pengolahan data yaitu :

1. Pengolahan secara Batch (mengumpulkan terlebih dahulu) 2. Pengolahan secara On-line


(30)

d. Organisasi Database

1. Organisasi data pada database tradisional

Memiliki tujuan agar sistem informasi secara efektif memberikan informasi yang akurat, relevan, tepat waktu dan lengkap. Tapi ada beberapa kelemahan dalam sistem ini seperti:

 Data rangkap dan tidak konsisten

 Kesulitan mengakses data

 Data terisolasi

 Data sulit diakses secara bersamaan

 Masalah keamanan data

 Masalah itegritas

2. Organisasi database modern

Memberikan banyak keuntungan bagi implementasi Sistem Informasi Akuntansi.

e. Model-model data.

Secara umum model data terbagi dalam beberapa model yaitu :

1. Model hierarki – model data yang menggambarkan hubungan antara data berdasarkan tingkatnya.

2. Model network – model data yang menggambarkan hubungan antara data berdasarkan kepentingannya.


(31)

3. Model relasi – model data yang disusun berdasarkan pada hubungan antar dua entitas/ organisasi.

6. Teknologi Jaringan Telekomunikasi

a. Perkembangan teknologi jaringan komunikasi 1. Penggabungan computer dan komunikasi 2. Jaringan informasi superhighway

b. Komponen-komponen dan fungsi dari sistem telekomunikasi c. Topologi jaringan telekomunikasi

Ada empat topologi jaringan yang digunakan yaitu : 1. Star network

2. Bus network 3. Ring network 4. Hibryd network

d. Jaringan berdasarkan Geografi 1. LAN (Local Area Network)

Merupakan jaringan yang ada pada lokasi tertentu misalnya suatu ruang atau suatu gedung.

2. WAN (Wide Area Network)

Merupakan jaringan yang tersebar ke beberapa lokasi. Atau bias juga di bilang kalau WAN adalah kumpulan dari beberapa LAN yang terhubung secara On-line melalui moden atau internet.


(32)

e. Penggunaan telekomunikasi

 Surat elektronik ( elektronik mail)

 Surat suara (voice mail)

 Mesin fax

 Layanan informasi digital

Teleconferencing, data conferencing dan video converencing

 Perpindahan data secara elektronik

 Perangkat untuk kerja berkelompok (groupware)

2.1.3 Kualitas Informasi 2.1.3.1 Pengertian Informasi

Tujuan utama akuntansi adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambil keputusan. Hasil akhir informasi akuntansi adalah keputusan yang dibuat oleh pengguna informasi yang memiliki kepentingan dalam kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Azhar Susanto (2004 : 46) menjelaskan informasi sebagai berikut : “Informasi merupakan hasil dari pengolahan data, akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan data tersebut bias menjadi informasi. Hasil pengolahan data yang tidak memberikan makna atau arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah informasi bagi orang tersebut.”

Williams et al (2005:5), memberikan penjelasan mengenai informasi akuntansi seperti berikut :


(33)

“Is the means by which we measure and communicate economic events. Whether you manage a business, make investments, or monitor how you receive and use your money, you are working with accounting concepts and accounting information.”

Agar informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk laporan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, maka bagian akuntansi dituntut untuk dapat menyajikan informasi akuntansi yang relevan, akurat, dan tepat waktu menurut William et al (2005:15), yaitu :

“Each enterprise has implicit and explicit goals and objectives. Many enterprises have a mission statement that describes their goals. These goals can vary widely among enterprises ranging from non profit organizations,

where goals are directed toward maximizing the owner’s objectives.”

2.1.3.2 Pengertian Kualitas Informasi

Menurut Mc. Leod dalam Azhar Susanto (2004:46) menjelaskan tentang kualitas informasi sebagai berikut :

“Informasi dikatakan berkualitas apabila memiliki ciri-ciri yaitu seperti Akurat, relevan, tepat waktu, dan lengkap.”

Sedangkan Menurut Shiper dan Vincent dalam Bavega (2003) menjelaskan bahwa :

“Kualitas informasi akuntansi merupakan konsep kompleks dan memiliki banyak definisi. Literatur tentang kualitas kualitas informasi akuntansi keuangan terletak di berbagai bidang seperti relevansi nilai informasi akuntansi, konservatisme akuntansi, dan manajemen laba. Keputusan kegunaan adalah ciri utama kualitas akuntansi keuangan seperti menangkap


(34)

nilai informasi akuntansi bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan mereka.”

Sebuah studi oleh Harding dan McKinnon menyarankan memperhatikan informasi akuntansi menyiapkan sebagai kelompok yang berpotensi mewakili kepentingan pengguna. Konseptual kerangka kerja dan daftar kriteria sederhana dari kualitas informasi yang merupakan suatu kata yang menggambarkan karakteristik informasi yang membuat informasi yang berguna bagi penggunanya berlimpah tersedia di bidang manajemen, komunikasi, dan literatur teknologi informasi (1996).

Menurut Eppler (2003) kerangka kualitas informasi harus menyediakan dengan jelas bentuk kriteria sistematis yang sesuai dengan informasi yang dihasilkan yang dapat dievaluasi, dimana suatu kerangka yang mampu memecahkan masalah pada kualitas informasi, dan memberikan dasar pengukuran dan perbandingan untuk kualitas informasi itu sendiri. Sedangkan Kahn et al (2002) mendefinisikan kualitas informasi sebagai informasi yang cocok untuk digunakan oleh konsumen atau pengguna informasi yang bersangkutan. Kualitas informasi dilihat memiliki ciri khas yaitu memenuhi atau bahkan dapat melebihi harapan pelanggan atau pengguna dari informasi yang tersedia.

Menurut Popovic (2009:12) memberikan penjelasan tentang kualitas informasi sebagai berikut :


(35)

“In general, it is relatively easy to assess the benefits deriving from information quality improvement goals of BIS. These aim at reducing the gap between the amount of data organizations collect and the amount of quality information available to users on the tactical and strategic level of business decisions. It is important to note that the amount of information increases slower than the number of decisions that (should) have appropriate information support. The intuition in business decisions is still important; however, its role has shifted towards a more supplementary element within the structured decision process that is based on information in all phases, i.e. fact-based decision-making”.

2.1.3.3 Indikator Kualitas Informasi

Hilton et al (2000:551) menjelaskan bahwa informasi akuntansi yang berkualitas harus memenuhi tiga karakteristik sebagai berikut:

Three characteristics of information determine its usefulness for decision making:

1. Relevance

Information is relevant if it is pertinent to a decision problem. 2. Accuracy

Information that is pertinent to a decision problem must also be accurate

3. Timeliness

Relevant and accurate data are valuable only if they are timely, that is available in time for a decision.

Sedangkan menurut Mc. Leod dalam Azhar Susanto (2004:46) mengatakan bahwa suatu informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Akurat

Artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pengujian terhadap hal ini biasanya dilakukan melalui pengujian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda dan apabila hasil pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka dianggap data tersebut akurat.

2. Tepat Waktu

Artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau beberapa jam lagi.


(36)

3. Relevan

Artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organisasi maka informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan informasi diberbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organisasi tersebut.

4. Lengkap

Artinya informasi harus diberikan secara lengkap. Misalnya informasi tentang penjualan tidak ada bulannya atau tidak ada data fakturnya.

2.1.4 Konsep Penghubung

2.1.4.1Kosep Penghubung Partisipasi Pengguna Sistem Terhadap Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak

Menurut Rajiv Sabherwal, Anand Jeyaraj, Charles Chowa (2006) menyatakan bahwa Partisipasi Pengguna Brpengaruh terhadap Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, yaitu sebagai berikut :

Interrelationships among four constructs representing the success of a specific information system (user satisfaction, system use, perceived usefulness, system quality), and the relationships of these IS success constructs with four user-related constructs (user experience with ISs, user training in ISs, user attitude towards ISs, and user participation in the development of the specific IS) and two constructs representing the context (top-management support for ISs and facilitating conditions for ISs)”.

Dari pengertian di atas dapat di artikan kurang lebih sebagai berikut Keterkaitan antara empat konstruksi yang mewakili keberhasilan sistem informasi spesifik (kepuasan pengguna, menggunakan sistem, kegunaan yang dirasa, kualitas sistem), dan hubungan ini SI sukses membangun dengan empat pengguna terkait


(37)

konstruksi (pengalaman pengguna dengan SI, pelatihan pengguna di SI , pengguna sikap terhadap SI, dan pengguna partisipasi dalam pengembangan spesifik SI) dan dua konstruksi yang mewakili konteks (dukungan top-manajemen untuk SI dan

kondisi yang memfasilitasi untuk SI).

2.1.4.2Kosep Penghubung Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak Terhadap Kualitas Informasi

William H. Delone, Ephraim R. McLean (1992) menyatakan bahwa Penerapan Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh Terhadap Kualitas Informasi, yaitu sebagai berikut:

“The dependent variable in these studies AIS success has been an elusive one

to define. This taxonomy posits six major dimensions or categories of AIS success, system quality, information quality, use, user satisfaction, individual impact and organizational impact”

Dari pengertian diatas dapat diartikan kurang lebih sebagai berikut Variabel dependen dalam keberhasilan studi SIA telah menjadi salah satu yang sulit dipahami untuk didefinisikan. Taksonomi ini berpendapat enam dimensi utama atau kategori keberhasilan SIA, kualitas sistem, kualitas informasi, penggunaan, kepuasan pengguna, dampak individu dan dampak organisasi.


(38)

2.2 Penelitian terdahulu

Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh para peneliti-peneliti terdahulu menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh Partisipasi Pengguna (user participation) Sistem Terhadap Penerapan Sistem Informasi Akuntansi yaitu sebagai berikut (Accounting Information System Implementation) dan juga kesimpulan penelitian tentang pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi yaitu sebagai berikut (Accounting Information System Implementation) terhadap kualitas informasi (Quality Information). Yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Tabel Jurnal Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Kesimpulan

1. Rajiv Sabherwal, Anand Jeyaraj, Charles Chowa

citeseerx.ist.psu.edu

Accepted: April 2006

Information System Success: Individual and Organizational Determinants (Penelitian)

This model explains interrelationships among four constructs representing the success of a specific information system (user satisfaction, system use, perceived usefulness, system quality), and the relationships of these IS success constructs with four user-related constructs (user experience with ISs, user training in ISs, user attitude towards ISs, and user participation in the development of the specific IS) and two constructs

representing the context (top-management support for ISs and facilitating conditions for ISs).

2. Amy W. Gatian

Information and management vol 26, issue 3, march 1994, paage 119-131

Is user satisfaction a valid measure of system effectiveness?

Results indicate that a relationship does exist between satisfaction and behavior for both user groups. User satisfaction (US) is often used as a surrogate measure of information system effectiveness. If an effective system is defined as one that adds value to the firm, then an effective system must have some positive influence on user behavior (i.e., improve productivity, decision making, etc.).


(39)

3. Jong-Min Choe

1998

The effects of user participation on the design of accounting information systems

The results suggest that under high task uncertainty, aggregated and timely information with high user participation is positively associated with increased AIS performance. However, when the task uncertainty is low, the user participation makes no impact on the relation between performance and information

characteristics.

4. Grafton Whyte, Andy Bytheway

Research paper, MCB UP Ltd

2000

Factors affecting

information systems’

success

States that there is continuing difficulty in achieving success with information systems, particularly in the sense of meeting users’ expectations and offers a fresh examination of those attributes of information systems by which users perceive success and failure, and through which they establish their expectations. Reviews existing research literature and suggests that, in addition to the process and product viewpoint, an important factor in achieving success is the service management perspective. Applies repertory grid techniques to uncover a total of 43 constructs which relate to users’ perceptions of success with information systems in business.

5. Mahdi Salehi, Vahab Rostami, Abdolkarim Mogadam

International Journal of Economics and Finance

Vol. 2, No. 2; May 2010

Usefulness of Accounting

Information System in Emerging Economy: Empirical Evidence of Iran

(Penelitian)

The results of this study showed that AIS improve financial statements and

reporting correctness in Iran. The results also revealed that there is hug gap between what AIS and what should be. The major weakness of AIS in Iran as follow: in is not affected to Iranian accounting standards, it is not confirms with other financial and managerial systems, it is not covers all information needs have

company and financial information and it is not covers all management levels information in Iran.

6. Ivana Mamić Sačer,

Katarina Žager, Boris Tušek IADIS International Conference e-Commerce 2006 Accounting Information System’s

Quality as the Ground for Quality Business Reporting

(Penelitian)

Goals of this research are tested using several scientific empirical methods: deductive and logical methods for shaping authors’ attitudes on the basis of theory and practice cognition; inductive method, as well as generalisation method, are used for shaping general conclusions on the connection between an AIS and business reporting on the basis of characteristics of quality accounting information;

comparative method is used for the comparison of authors’ empirical survey


(40)

results and international experience; and finally, the questionnaire and statistic methods are used for getting information on the state in Croatian companies.

7. Enrique Bonsón Ponte, María Pilar Journal Revista de Contabilidad - Spanish Accounting Review

2000

The Improvement of Accounting

Information Systems through the Integration of Emerging

Technologies

(Penelitian)

The accounting information system (hereafter AIS) can be considered as the basic support to satisfy demands for information during the decision making process.. This paper, on the one hand, describes the characteristics that AIS should have in each their operational phases in order to increase the quantity and quality of information.

8. Andreas I. Nicolaou

International Journal of Accounting Information Systems Volume 1, Issue 2, September 2000, Pages 91-105

A contingency model of perceived effectiveness in accounting information systems: Organizational coordination and control effects

Results of the empirical study indicated that, as hypothesized, the fit between the accounting system design and the contingency factors resulted in a more successful system. Specifically, system fit was a significant factor that explained variations in perceived AIS effectiveness, as measured by decision makers'

perceived satisfaction with the accuracy and monitoring effectiveness of output information. The effect of system fit on a second factor of perceived AIS

effectiveness, as measured by decision-makers' satisfaction with the perceived quality of information content in system outputs, was only marginally significant.

9. William H. Delone, Ephraim R. McLean

Information System Research The Institute of Mangement Science 1992

Information Systems Success: The Quest for the Dependent Variable

The dependent variable in these studies AIS success has been an elusive one to define. This taxonomy posits six major dimensions or categories of AIS success, system quality, information quality, use, user satisfaction, individual impact and organizational impact.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perubahan sistem administrasi pajak dalam hal pengelolaan sangat penting dan konstruktif untuk memenuhi tuntutan berbagai pihak sebagai pemangku kepentingan terhadap pajak. Modernisasi perpajakan yang dilakukan merupakan bagian dari reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu


(41)

kesatuan dilakukan terhadap tiga bidang pokok yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan yaitu bidang administrasi, bidang peraturan dan bidang pengawasan. Melalui modernisasi administrasi perpajakan, diharapkan terbangun pilar-pilar pengelolaan pajak yang kokoh sebagai fundamental penerimaan negara yang baik dan berkesinambungan. Modernisasi sistem perpajakan dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima kepada masyarakat. Good Governance, merupakan penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Selain itu untuk mencapai tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi, meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Pengelolaan pajak mengalami perubahan besar yang terus dikembangkan ke arah modernisasi. Tapi untuk mengimbanginya diperlukan partisipasi dari pegawai pajak sebagai pengguna sistem informasi, karena seperti apapun canggihnya suatu sistem informasi yang menjalankan dan menggunakannya adalah manuasianya itu sendiri (SDM). Dengan demikian optimalisasi penerimaan pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien.

Sejalan dengan perkembangan modernisasi yang ada di Direktorat Jenderal Pajak, perubahan-perubahan yang mendasar telah dan terus dilakukan untuk mengantisipasi modernisasi tetap konsisten sesuai dengan rencana semula. Modernisasi telah dimulai dengan adanya perubahan struktur birokrasi, bisnis


(42)

proses dan optimalisasi teknologi informasi, serta remunerasi pegawai. Berkaitan dengan teknologi informasi di Direktorat Jenderal Pajak ada dua sistem yang dikembangkan yang berbasis Sistem Informasi Akuntansi, yaitu Program Aplikasi Monitoring Pelaporan dan Pembayaran Pajak (MP3) yang berfungsi untuk memonitor dan mengawasi penerimaan pajak secara on-line sekarang Program aplikasi MP3 sudah digantikan oleh MPN atau Modul Penerimaan Negara. Aplikasi MPN adalah Sistem Informasi Akuntansi gabungan yang digunakan oleh DJP dan Dirjen Perbendaharaan Negara, Sistem ini adalah suatu sistem yang terstruktur untuk mengatur proses penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan Negara. Ada satu lagi sistem informasi akuntansi yang terdapat di direktorat jenderal pajak. Namun sistem yang satu ini terpisah dari Sistem Informasi Direktorat Pajak (SIDJP) yaitu Sistem Informasi Keuangan, Kepegawaian dan Aktiva (SIKKA). Sistem ini adalah aplikasi yang digunakan untuk melaporkan data dan aktivitas pegawai pajak dan juga aktifitas keuangan Kantor pelayanan pajak. Kedua sistem informasi akuntansi tersebut adalah Sistem Informasi Akuntansi organisasi yang berdasar kepada SAI (Sistem Akuntansi Instansi).

Seperti yang saya jelaskan di atas sebelum DJP menggunakan MPN seperti sekarang, DJP pernah menggunakan Program Aplikasi Monitoring Pelaporan dan Pembayaran Pajak (MP3). Program ini adalah sistem yang berfungsi untuk memonitor pelaporan dan pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak


(43)

secara online. Secara fisik, sistem ini dapat dilihat sebagai suatu koneksi antara satu komputer bank persepsi (gateway BP) yang terhubung secara online dengan komputer Direktorat Jenderal Pajak (gateway DJP). Koneksi ini terhubung melalui sarana komunikasi berupa modem. Komputer pada setiap cabang dari bank terhubunh ke gateway BP. Sehingga semua komunikasi data dari cabang BP ke gateway DJP harus melalui gateway BP. Gateway BP ini bisa diisi dengan program Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) yang spesifikasi dan bahasa komunikasinya telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak(ismail,2003).

Tahapan dari proses Perekaman data pembayaran melalui sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) adalah sebagai berikut (Ismail,2003) :

1. Petugas di BP meng-input NPWP, Kode KPP, dan Kode Cabang.

2. Data NPWP, Kode KPP, dan Kode Cabang di transmit ke sistem di Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

3. Suatu prosedur pencarian data di DJP akan mencari data nama, alamat, kota di Master file Wajib Pajak (MFWP) sesuai dengan NPWP, Kode KPP, dan Kode Cabang yang diterima dari BP.

4. Data nama, alamat, kota di transmit kembali ke sistem di BP yang kemudian ditampilkan di layar sistem MP3 di BP.


(44)

5. Petugas BP kemudian merekam kode MAP, kode jenis setoran, Nomor Ketetapan, dan Jumlah uang yang disetor lalu data tersebut di transmit ke DJP.

6. Prosedur Penulisan data, kode MAP, kode jenis setoran, Nomor Ketetapan, dan Jumlah uang yang disetor ke file transaksi SSP.

7. DJP melakukan proses pengesahan, dengan menerbitkan Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTTP).

8. Data tersebut diterima oleh bank.

9. Data NTPP dan data pembayaran lainnya di cetak oleh sistem bank. 10.WP akan Menerima hasil cetakan SSPyang kemudian disebut SSP khusus.

Dalam monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) terdapat Surat setoran Pajak (SSP) khusus. Kantor penerima pembayaran pajak (bank persepsi/kantor pos) yang telah menerapkan sistem ini dapat menerbitkan SSP khusus yang memuat data sebagai berikut : NPWP, Nama WP, identitas kantor penerima pembayaran, Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/ kode jenis pajak dank kode jenis setoran, masa pajak dan atau tahun pajak, nomor ketetapan untuk pembayaran STP, SKPKB atau SKPKBT, jumlah dan tanggal pembayaran serta Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB).

Proses pelaporan oleh wajib pajak (WP) saat masih berlakunya MP3, yaitu sebagai berikut:


(45)

1. WP membayar/menyetor kewajiban pajaknya ke kantor penerimaan pembayaran (bank persepsi/ bank devisa persepsi atau kantor pos) tanpa membawa SSP standar.

2. Bank secara online menghubungi kantor pusat DJP untuk mendapatkan Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) sebagai bukti bahwa ada data penerimaan tersebut telah masuk ke server DJP. Bank mencetak SSP Khusus (disertai NTPP) dan menyerahkan ke WP. Kemudian WP melaporkan pembayaran tersebut ke KPP. KPP mendownload data MP3 di server MP3 di DJP setiap hari.

3. Bank melaporkan penerimaannya hari itu ke KPKN dengan mencetak laporan per nota kredit rangkap 3 (tiga) yang terdiri dari :

a. Laporan per nota kredit detil yang disebut daftar nominative penerimaan (DNP) yang dipisahkan menurut kelompok penerimaan.

b. Laporan per nota kredit rekap yang disebut Rekap transaksi nota kredit. c. Rekaman Data DNP (RDD), yakni data transaksi harian menurut

kelompok penerimaan dan fisik SSP lembar ke-2.

4. KPKN menerima DNP, RDD, dan SSP lembar ke-2 dari bank, menggabungkan dengan DNP, RDD dan SSP lembar ke-2 yang diterima dari Bank dan membuat DNP kompilasi. KPKN menyerahkan DNP, RDD dan SSP lembar ke-2 tersebut ke KPP/Kanwil koordinator. KPP/Kanwil koordinator memeriksa kesesuaian DNP, RDD dan SSP lembar ke-2. Apabila telah sesuai kanwil/KPP koordinator membuat DNP Kanwil untuk kemudian


(46)

mengirimkan DNP kanwil, RDD dan SSP lembar ke-2 yang sah sebagai penerimaan sendiri.

Namun dalam pelaksanaannya ada beberapa kelemahan dalam penerapan MP3 seperti sering terjadinya perbedaan data antara data realisasi penerimaan pajak belum terintegrasi, hal ini membuat sering terjadi perbedaan pencatatan antara Ditjen Pajak dan Ditjen Perbendaharaan Negara. Penerimaan perpajakan dicatat oleh Ditjen Pajak dalam SAI sedangkan Ditjen Perbendaharaan Negara mencatatkannya dalam kas negara dengan sistem SAU. Maka diciptakanlah sistem gabungan kedua lembaga tersebut yaitu MPN untuk menyamakan persepsi kedua lembaga tersebut.

Apabila diatas sudah dijelaskan tentang tahapan – tahapan penyetoran atau pelaporan saat masih menggunakan MP3, berikut ini adalah tahapan – tahapan penyetoran dengan menggunakan Modul Penerimaan Negara (PER-78/PB/2006), yaitu :

1. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/Bendahara Penerimaan dapat melakukan pembayaran setiap saat melalui Bank/Pos yang terhubung dengan MPN.

2. Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/Bendahara Penerimaan diakui sebagai pelunasan kewajiban sesuai dengan tanggal pembayaran.


(47)

3. Tata cara penyetoran penerimaan negara oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/Bendahara Penerimaan diatur sebagai berikut:

a. Pembayaran melalui loket/teller Bank/Pos

1. Mengisi formulir bukti setoran dengan data yang lengkap, benar, dan jelas dalam rangkap 4 (empat);

2. Menyerahkan formulir bukti setoran kepada petugas Bank/Pos dengan menyertakan uang setoran sebesar nilai yang tersebut dalam formulir yang bersangkutan;

3. Menerima kembali formulir bukti setoran lembar ke-1 dan lembar ke-3, yang telah diberi NTPN dan NTB/NTP serta dibubuhi tanda tangan/paraf, nama pejabat Bank/Pos, cap Bank/Pos, tanggal, dan waktu/jam setor sebagai bukti setor;

4. Menyampaikan bukti setoran kepada unit terkait. b. Pembayaran melalui electronic banking (e-banking)

1. Melakukan pendaftaran pada sistem registrasi pembayaran via internet di www.djpbn.depkeu.go.id;

2. Mengisi data setoran dengan lengkap dan benar untuk mendapatkan Nomor Register Pembayaran (NRP). Masa berlaku NRP sampai dengan jangka waktu yang ditetapkan;

3. Untuk tagihan yang ditetapkan instansi pemerintah, pendaftaran dilakukan oleh instansi terkait dan NRP tercantum pada surat tagihan dimaksud;


(48)

4. Melakukan pembayaran dengan menggunakan NRP;

5. Menerima NTPN sebagai bukti pengesahan setelah pembayaran dilakukan;

6. Mencetak BPN melalui sistem registrasi pembayaran atau di Bank dengan menunjukkan NTPN/NTB;

7. Menyampaikan BPN kepada unit terkait.

Dari tahapan – tahapan yang di paparkan diatas maka dapat dilihat bahwa pembayaran atau pelaporan kewajiban setelah diterapkannya MPN lebih mudah dan simpel dibandingkan saat masih menggunakan MP3. Seperti yang telah penulis jelaskan di atas bahwa MPN dan SIKKA adalah Sistem Informasi Akuntansi yang ada di direktorat jenderal pajak yang berdasarkan kepada Sistem Akuntansi Instansi. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi menurut Gelinas, Orams, dan Wiggins (1997), yaitu :

“Mendefinisikan sistem informasi akuntansi (SIA) sebagai subsistem khusus dari sistem informasi manajemen yang tujuannya adalah menghimpun, memproses dan melaporkan informsi yang berkaitan dengan transaksi keuangan.”

Dalam sebuah organisasi diperlukan sebuah system informasi akuntansi, dan sebuah system informasi akuntansi akan terus berkembang sesuai dengan tuntutan jaman dan kebutuhan pengguna. Diperlukannya partisipasi dalam pengembangan sistem informasi telah diakui secara luas dalam literatur. Partisipasi merupakan perilaku, pekerjanaan dan aktivitas yang dilakukan oleh


(49)

pemakai selama proses pengembangan sistem informasi (Elfreda Aplonia Lau, 2004:27). Begitu pun Direktorat Jenderal Pajak, instansi pemerintah ini pun kemungkinan akan terus mengembangkan sistem informasi akuntansi guna menghasilkan kualitas informasi yang lebih baik.

Sistem Informasi Akuntansi yang berlaku di Direktorat Jenderal Pajak yaitu (SIKKA dan MPN) menghasilkan laporan keuangan yang digunakan untuk pertanggungjawaban kepada pemerintah dan Negara. SIKKA adalah Sistem informasi Akuntansi yang dibuat untuk kepentingan instansi pemerintah yang harus mempertanggungjawabkan realisasi penggunaan anggaran untuk belanja rutin. Pertanggungjawaban tersebut membutuhkan informasi akuntansi yang diperoleh dari SIKKA. Begitu pula dengan MPN yang dibuat untuk mengatur proses penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan Negara. Oleh karena itu Diharapkan dengan adanya Partisipasi Pengguna yang aktif dan membangun terhadap Penerapan Sistem Informasi Akuntansi yang terdapat di Direktorat Jenderal Pajak yaitu Program Aplikasi Modul Penerimaan Negara (MPN) dan Sistem Informasi Keuangan, Kepegawaian dan Aktiva (SIKKA) maka diharapkan kualitas informasi yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas dengan criteria sebagai berikut : akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikiran penulis dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut :


(50)

SEKEMA KERANGKA BERFIKIR

Gambar 2.1

Sekema Kerangka Berfikir Partisipasi

Pengguna

Kualitas Informasi

INPUT Proses output

Hardware Software Brainware Data base Prosedur Jaringan komunikasi

Sistem Informasi Akuntansi memperbaiki Kualitas laporan keuangan dan kebenaran pelaporan di Iran (Mahdi Salehi, Vahab Rostami, Abdolkarim Mogadam,

International Journal of Economics and Finance

Vol. 2, No. 2; May 2010)

MPN SIKKA

Akurat relevan tepat waktu

lengkap Moderenisasi

Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak

Pengaruh Partisipasi Pengguna terhadap Penerapan Sistem informasi Akuntansi dan Implikasinya pada Kualitas Informasi

SDM IT

Diperlukannya partisipasi dalam pengembangan sistem informasi telah diakui secara luas dalam literatur. Partisipasi merupakan perilaku, pekerjanaan dan aktivitas yang dilakukan oleh pemakai selama proses pengembangan sistem informasi (Elfreda Aplonia Lau, 2004:27).


(51)

2.4 Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ke tiga dalam penelitian. Setelah peneliti mengemukakan Landasan Teori dan Kerangka Berfikir. Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik”.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas maka penulis menarik hipotesis penelian bahwa Partisipasi Pengguna Sistem Informasi dan Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh terhadap Kualitas Informasi di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat secara parsial dan simultan.


(52)

46 3.1 Obyek Penelitian

Pengertian objek penelitian Menurut Suharsimin Arikunto (2006:118) menyatakan bahwa :

“Objek penelitian (variabel penelitian) adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.”

Adapun pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2009:13)adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal (variabel tertentu)”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Objek penelitian adalah sasaran atau titik perhatian dalam suatu penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah partisipasi pengguna, Sistem informasi akuntansi direktorat jenderal pajak, dan Kualitas Informasi. Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat. Mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan yaitu Untuk mengetahui Pengaruh Partisipasi Pengguna


(53)

Sistem Informasi dan Sistem Informasi Akuntansi Direktorat Jenderal Pajak terhadap Kualitas Informasi di KPP Pratama Bandung di wilayah Kanwil Jawa Barat.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:2) pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriftif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada kegiatan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:29) adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”


(54)

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke satu, dua dan tiga. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lajut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Mashuri (2009:45) pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Sedangkan verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik yaitu Analisis Jalur (Path Analysis).

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian yang telah dibuat.

Menurut Sugiyono (2008:13) dapat disimpulkan proses penelitian kuantitatif meliputi :

1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan.


(1)

Bab V Kesimpulan Dan Saran

142

Akuntansi (Y) dan juga memiliki hubungan yang cukup kuat serta positif atau searah. Ini menunjukan bahwa apabila Partisipasi pengguna makin baik akan diikuti dengan Penerapan Sistem Infomasi Akuntansi yang makin baik pula. Kemudian secara parsial kedua variabel tersebut yaitu Partisipasi Pengguna (X) dan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi (Y) berpengaruh terhadap Kualitas Informasi (Z). Penerapan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas informasi Lebih besar dari pada Pengaruh Partisipasi pengguna terhadap Kualitas informasi. Ini menunjukan secara parsial atau terpisah Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Memiliki peranan lebih besar dari pada Partisipasi pengguna dalam perubahan Kualitas Informasi.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan bahwa Partisipasi Pengguna dan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi telah terbukti membawa pengaruh yang positif terhadap Kualitas Informasi yang dihasilkan

pada KPP Pratama Bandung di Wilayah kanwil jabar I, maka peneliti

memberikan saran yang dapat dijadikan masukkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung di Wilayah kanwil jabar I sebagai berikut :

1. Partisipasi Pengguna Sistem Informasi Akuntansi di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Bandung di Wilayah Kanwil Jabar I sudah bisa dikatakan baik. Namun alangkah baiknya kalau dalam proses perancangan atau penyempurnaan sistem informasi akuntansi atau dalam hal ini SIKKA/MPN pegawai atau pengguna sistem informasi tersebut dilibatkan


(2)

Bab V Kesimpulan Dan Saran

143

dalam proses tersebut, misalkan saat proses perancangan disebarkan angket atau kuisioner kepada pengguna tentang bagaimanakah sistem informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan bagaimanakah kondisi lokal pekerjaan pengguna, selain itu pihak perancang sistem akan lebih baik apabila membuka layanan apabila terjadi keluhan yang dirasakan oleh pengguna sistem informasi tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa keterlibatan pengguna atau partisipasi pengguna sangatlah penting, karena pengguna lah yang mengetahui kondisi lokal pekerjaannya dan pengguna lah yang mengetahui apakah sistem yang di buat sudah sesuai dengan kebutuhan pekerjaannya atau tidak.

2. Penerapan Sistem Informasi Akuntansi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bandung di Wilayah Kanwil Jabar I pada dasarnya bisa dibilang sudah diterapkan dengan baik. Namun demikian masih terdapat beberapa masalah, jadi alangkah baiknya apabila semua pihak yang terlibat mulai membenahi Sistem informasi akuntansi yang ada (SIKKA/MPN) agar

lebih baik lagi. Seperti, mulai menggunakan software atau sistem

operasional yang lebih baik juga mulai membenahi database. Karena

seperti yang dijelaskan sebelumnya masih terdapat masalah dalam penerapan kedua komponen tersebut, jadi akan lebih baik untuk memperbaiki kedua komponen tersebut.

3. Pada dasarnya Kualitas Informasi Yang dihasilkan oleh Sistem Informasi

Akuntansi yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung di Wilayah Kanwil Jabar I, atau dalam hal ini SIKKA/MPN bisa dibilang


(3)

Bab V Kesimpulan Dan Saran

144

sudah baik atau berkualitas. Namun masih terkadang kurang tepat waktu, jadi alangkah lebih baik apabila mulai memperbaiki sistem atau jaringan komunikasinya agar informasi dapat diakses dengan cepat dan tidak menghambat proses pengambilan keputusan.


(4)

Daftar Pustaka 145

DAFTAR PUSTAKA

Agus D.W. Martowardojo. (2010). reformasi birokrasi harus dilanjutkan. Diakses

pada 21 maret 2011 dari World Wide Web : http://www.pajak.go.id

Aleš Popovič , Tomaž Turk, Jurij Jaklič Management, Vol. 15, 2010, 1, pp. 5-30,

Conceptual Model Of Business Value Of Business Intelligence Systems.

Amy, W.G. (1994). Is user satisfaction a valid measure of system effectiveness.

Information and management, vol 26, 119-131.

Andreas I. Nicolaou. (2000). A Contingency Model of Perceived Effectiveness in Accounting Information Systems: Organizational Coordination and Control

Effects. International Journal of Accounting Information Systems Vol. 1(2),

91-10.

Enrique Bonsón Ponte, María Pilar. (2000). The Improvement of Accounting Information Systems through the Integration of Emerging Technologies.

Journal Revista de Contabilidad - Spanish Accounting Review.

Grafton Whyte, Andy Bytheway. (2000). Factors Affecting Information Systems’

Success. Research paper, MCB UP Ltd.

Hanif Wibisono.(2009). BPK Masih Temukan 12 Ketidakwajaran Pengelolaan

Keuangan Pemerintah. Diakses pada 21 maret 2011 dari World Wide Web :

http://us.detikfinance.com

Herdaru Purnomo. (2010). BPK Temukan Kerugian Negara dari Pajak Rp 96 Triliun.

Diakses pada 21 maret 2011 dari World Wide Web : http://finance.detik.com

Ivana Mamić Sačer, Katarina Žager, Boris Tušek. (2006). Accounting Information System’s Quality as the Ground for Quality Business Reporting. IADIS

International Conference e-Commerce.

Lachmad Aris. (2010). Sistem pencatatan pajak dikritik. Diakses pada 19 maret 2011

dari World Wide Web : http://bataviase.co.id/node/247040

Mahdi Salehi, Vahab Rostami, Abdolkarim Mogadam. (2010). Usefulness of Accounting Information System in Emerging Economy: Empirical Evidence of


(5)

Daftar Pustaka 146

Narimawati, Umi (2010), Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis. Nur Indriantoro (2002), Metodologi Penelitian Bisnis, CV. Alvabeta

Rajiv Sabherwal, Anand Jeyaraj, Charles Chowa. (2006). Information System

Success: Individual and Organizational Determinants. citeseerx.ist.psu.edu

Accepted.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sunarti Setianingsih.(1998). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi. Diakses pada 19 maret 2011 dari World Wide Web : http://eprints.upnjatim.ac.id/745

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak tanggal 1 Maret 2010 Nomor SE - 24/PJ/2010

tentang Pelaksanaan ON THE JOB TRAINING bagi Pejabat Fungsional

Pemeriksa Pajak yang diangkat berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1389/KMK.1/UP.11/2009

Susanto, Azhar. 2004. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya.

Susanto, Azhar. 2004. Sistem Informasi Manajemen (konsep dan Pengembangan).

Bandung: Lingga Jaya.

William H. Delone, Ephraim R. McLean. (1992). Information Systems Success: The

Quest for the Dependent Variable. Information System Research The Institute


(6)

179

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : Aditya Sunarya

NIM : 21107027

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Tempat Tanggal Lahir : Sumedang, 22 Januari 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Karapyak No.2 RT.01/RW.08 Kel.Situ Kec. Sumedang Utara

Kab. Sumedang

Email : sunaryaaditya@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan Formal:

TAHUN PENDIDIKAN TEMPAT

1995 – 2001 SDN Karapyak 1 SMD Kab. Sumedang, Jawa Barat

2001 – 2004 SLTP N 5 Sumedang Kab. Sumedang, Jawa Barat

2004 – 2007 SMAN 1 Cimalaka SMD Kab. Sumedang, Jawa Barat


Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Manajemen Puncak Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Dan Implikasinya Pada Kualitas Informasi (Survey Pada KPP Di Kanwil Jawa Barat 1)

4 35 78

Pengaruh Partisipasi Pengguna terhadap Sistem Informasi Akuntansi dan Implikasinya pada Kualitas Informasi Akuntansi (Survei pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bandung)

7 27 49

Pengaruh stuktur organisasi terhadap sistem informasi akuntansi dan implikasinya pada kualitas informasi : (survey pada 10 KPP Kanwil Jawa Barat I)

4 31 67

Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Dan Implikasinya Pada Kualitas Informasi (Survey Pada KPP Di Kanwil Jawa Barat 1)

1 14 74

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Dan Implikasinya Pada Kualitas Informasi (Survey Pada KPP Pratama Wilayah Kota Bandung)

2 13 103

Pengaruh Partisipasi Pengguna Dan Kemampuan Teknis Pengguna Terhadap Sistem Informasi Akuntansi (Survey Pada KPP Di Kanwil Jawa Barat I)

1 20 132

Pengaruh kemampuan pengguna terhadap sistem informasi akuntansi dan impikasinya pada kualitas informasi : (survey pada KPP di Kanwil Jawa Barat I)

0 5 1

Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas Informasi Akuntansi Dan Implikasinya Pada Kepuasan Pengguna Akhir (Studi Kasus Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

1 4 1

Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Dan Implikasinya Pada Pengendalian Internal (Survey Pada 10 KPP Bandung Kanwil Jawa Barat I)

8 131 88

pengaruh Budaya Organisasi Dan kemampuan Pengguna Terhadap Kualitas Sistem Informasi Akuntansi (survey pada KPP Pratama di Wilayah Kabupaten Bandung)

3 13 50