Latar Belakang ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PRODUKSI TAHU.

Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor industri merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau bahkan barang jadi manufacturing. Kegiatan pengolahan ini sendiri dapat bersifat manual maupun menggunakan mesin. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia untuk memperbaiki keadaan ekonomi pada saat ini. Hal ini dikarenakan industri dan perdagangan merupakan tolak ukur bagi kemajuan suatu negara, apakah negara tersebut maju, berkembang atau miskin. Di Indonesia sendiri banyak sekali wilayah yang merupakan kawasan industri, salah satunya yaitu Cirebon. Cirebon termasuk kedalam kawasan industri, hal ini dikarenakan banyaknya unit usaha yang ada di sana. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS, pada tahun 2006 saja total industri di Cirebon mencapai 848 unit usaha. Sedangkan untuk tahun 2007 jumlahnya mengalami peningkatan sebanyak 84 unit usaha sehingga totalnya menjadi 932 unit usaha. Naiknya jumlah unit usaha yang ada di Cirebon dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang menyangkut insentif dalam bentuk subsidi seperti kredit usaha. Pada hakikatnya, tidak selamanya jumlah industri di Cirebon mengalami kenaikan. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah industi pada tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 282 unit dan 123 unit. Salah satu faktor yang Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu menyebabkan menurunnya jumlah industri di Cirebon adalah kurangnya ketersediaan bahan baku yang sebagian dialami oleh industri kecil. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah industri di Cirebon kembali mengalami kenaikan sebesar 338 unit atau sekitar 39 dari tahun sebelumnya. Dari total industri diatas, pembagiannya terdiri dari industri besar, industri sedang dan industri kecil. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Penggolongan Industri Tahun Penggolongan Industri Besar Sedang Kecil 2006 2007 2008 2009 2010 40 42 29 11 63 104 143 42 83 104 704 757 579 438 698 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon tahun 2009 dan 2010 Berdasarkan tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar industri di Kabupaten Cirebon adalah industri kecil. Industri kecil disini termasuk juga industri dengan skala mikro dan rumah tangga, yang mana industri tahu termasuk kedalamnya. Industri tahu merupakan industri yang tergolong ke dalam industri berskala mikro maupun rumah tangga. Hal ini dikarenakan jumlah modal dan tenaga tergolong sedikit, namun terkadang pemilik usaha juga bertindak sebagai pekerja. Ini dilakukan dengan alasan efisiensi yang mana tujuannya adalah mendapatkan keuntungan maksimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan DISPERINDAG Kabupaten Cirebon, jumlah industri tahu di Kabupaten Cirebon mencapai 192 unit usaha yang dapat dilihat pada tabel 1.2. Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 1.2 Pembagian Wilayah pada Industri Tahu Kabupaten Cirebon Jumlah Usaha Tahu Unit Usaha Bagian Timur Bagian Tengah 73 119 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon tahun 2011 Pada penelitian kali ini, yang menjadi sorotan utama adalah industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur. Alasan mengapa Kabupaten Cirebon bagian timur menjadi objek penelitian adalah sebagian besar aktifitas masyarakat di Kabupaten Cirebon bagian timur adalah berniaga dan berwirausaha. Mereka cenderung membuat sebuah bentuk kegiatan usaha yang mana salah satunya yaitu usaha tahu namun skala usahanya tergolong skala kecil. Usaha tahu ini tergolong banyak jumlahnya dan mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian sekitar terutama dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang ikut andil dalam kegiatan usaha tahu. Industri tahu tergolong kedalam usaha kecil ini dikarenakan tidak hanya dari modal dan jumlah tenaga kerja saja yang kecil akan tetapi laba atau keuntungan yang diperoleh dari industri ini cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pengusahanya, dan biasanya industri seperti ini rentan terhadap masalah efisiensi yang timbul akibat kurangnya memaksimalkan input untuk menghasilkan produk. Tidak efisiensinya pada industri tahu akan berpengaruh pada kelangsungan hidup industri tahu tersebut. Industri tahu di Kabupaten Cirebon tergolong industri yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Untuk mengetahui efisien atau tidaknya industri tahu yang ada di Kabupaten Cirebon bagian timur, maka sebelumnya perlu diketahui hasil produksi terlebih dahulu. Di bawah ini merupakan data produksi tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur dengan mengunakan metode sampling sebanyak 35 perusahaan dari tiap- tiap kecamatan periode Mei – Juni 2012 yang dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut ini: Tabel 1.3 Produksi industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur No Responden Mei Cetakan Juni Cetakan Perubahan 1 1500 1550 3,33 2 783 837 6,90 3 2232 2160 -3,23 4 10800 11160 3,33 5 2160 2240 3,70 6 3360 3480 3,57 7 928 896 -3,45 8 1395 1440 3,23 9 2784 2880 3,45 10 1728 1664 -3,70 11 432 448 3,70 12 864 832 -3,70 13 1560 1508 -3,33 14 980 945 -3,57 15 1740 1800 3,45 16 875 910 4,00 17 1200 1240 3,33 18 2030 2100 3,45 19 216 224 3,70 20 810 837 3,33 21 155 150 -3,23 22 290 300 3,45 23 1323 1372 3,70 24 2900 2800 -3,45 25 2520 2430 -3,57 26 2100 2030 -3,33 27 1305 1350 3,45 28 1595 1485 -6,90 29 1085 980 -9,68 30 1500 1400 -6,67 Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 31 1200 1120 -6,67 32 504 522 3,57 33 290 280 -3,45 34 336 324 -3,57 35 540 522 -3,33 Rata-rata -0,234 Sumber : Lampiran B Dari data diatas dapat diketahui bahwa rata-rata produksi tahu pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur periode mei sampai juni 2012 mengalami penurunan sebesar 0,234. Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DISPERINDAG Kabupaten Cirebon mengungkapkan bahwa menurunnya produksi pada industri tahu disebabkan oleh langkanya bahan baku yang berupa kedela. Kondisi ini disebabkan oleh bahan baku kedelai yang ada di Cirebon hampir seratus persen merupakan hasil impor dan pada saat itu pasokan kedelai dari negara produsen mengalami penurunan. Namun masalah yang sebenarnya dihadapi para produsen tahu di Kabupaten Cirebon tepatnya bagian timur adalah masalah efisiensi. Para produsen tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur kurang jeli dalam melakukan penekanan biaya yang dilakukan dalam kegiatan produksi, sehingga hasilnya banyak sekali input yang terbuang secara percuma. Berdasarkan penelitian awal ditemukan permasalahan antara besarnya perkembangan nilai output dengan biaya input. Apabila dibandingkan antara nilai output dengan biaya input maka kesimpulannya tidak seimbang. Dengan kata lain persentase perkembangan biaya input lebih besar dibandingkan dengan persentase nilai output yang dicapai. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1.4 di bawah ini. Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 1.4 Perubahan Output, Perubahan Biaya dan Koefisien Elastisitas Perubahan Output ∆Q Perubahan Biaya ∆TC Koefisien Elastisitas -0,234 5,806 -0,0403 Elastisitas E1 = Belum Efisien Sumber : Lampiran B Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata perubahan produksi lebih kecil yaitu sebesar -0,234 dibandingkan dengan rata-rata perubahan biaya 5,806 sehingga nilai koefisensinya -0,0403, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai elastisitas sebagian besar produsen tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur kurang dari satu 1, hal ini menandakan belum efisiennya kegiatan industri tersebut. Secara keseluruhan industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur belum mencapai efisien, dikarenakan tingkat elastisitas industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur hanya mencapai rata-rata -0,0403. Belum efisiennya industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian timur dikarenakan kondisi biaya rata-rata yang meningkat sebagai akibat kenaikan produksi sehingga hasilnya return to scale mengalami penurunan. Serta ketika biaya rata-rata meningkat maka economies of scale menjadi negatif dercreasing return to scale. Jika masalah ini dibiarkan maka akan merugikan para produsen karena dalam jangka panjang para produsen tidak akan mengalami keuntungan atau bahkan para produsen akan mengalami gulung tikar. Berkaitan dengan harga bahan baku, semakin hari harga bahan baku semakin meningkat walaupun tidak secara drastis. Berdasarkan data yang tercatat di DISPERINDAG Jawa Barat, pada tahun 2011 harga kacang kedelai impor rata- rata Rp 8.300 per kg, sedangkan pada tahun 2012 terjadi kenaikan rata-rata Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu sebesar Rp 200 per kg sehingga menjadi Rp 8.500 per kg. Otomatis dengan naiknya harga bahan baku maka akan meningkatkan biaya produksi. Me nurut Papas dalam Mardiyani 2011 mengatakan bahwa “kenaikan harga bahan baku akan menaikan biaya produksi sedangkan menurunnya harga bahan baku akan meningkatkan profitabilitas”. Namun yang menjadi masalah adalah ketika harga bahan baku naik produsen tidak mampu menaikkan harga jual. Kondisi ini akan mengakibatkan para produsen tahu gulung tikar. Berkaitan dengan tenaga kerja, Karl E Case Ray C Fair dalam Mardiyani 2011 mangatakan bahwa “...serikat-serikat buruh dapat menuntut upah yang lebih tinggi dan tunjangan yang lebih banyak, mogok, memaksa perusahaan untuk mengeluarkan biaya-biaya hukum dan melakukan tindakan-tindakan lain yang akan menaikan biaya produksi itu tidak berarti bahwa serikat buruh itu buruk, melainkan bahwa kegiatan mereka seringk ali menaikan biaya”. Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa perlu untuk meneliti permasalahan di atas. Dalam hal ini judul yang akan penulis angkat adalah: “ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI TAHU Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur”.

1.2. Rumusan Masalah