Cara Penyembuhan Autokorelasi Uji Autokorelasi 1. Cara Mendeteksi Autokorelasi

Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu sama dengan nol. Ini menunjukan adanya masalah autokorelasi dalam model, dan sebaliknya jika nilai Chi-Squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka kita menerima hipotesis nul. Artinya, model tidak mengandung unsur autokorelasi karena semua nilai p sama dengan nol. 4. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitasnya.  Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari α = 5, berarti tidak ada autokorelasi.  Jika nilai probabilitasnya lebih kecil atau sama dengan ≤ dari α = 5, berarti ada autokorelasi.

3.7.3.2. Cara Penyembuhan Autokorelasi

Apabila data mengandung autokorelasi, data harus segera diperbaiki agar model tetap dapat digunakan. Terdapat beberapa alternatif menghilangkan masalah autokorelasi diantaranya adalah sebagai berikut: a. Jika struktur autokorelasi ρ diketahui, masalah autokorelasi dapat diatasi dengan melakukan transformasi terhadap persamaan. Metode ini sering juga disebut dengan generalized difference equation. Misal kita memiliki model regresi sederhana berikut, dengan residual et mengikuti pola autoregresif tingkat pertama AR1, seperti pada persamaan berikut ini. dengan Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Diasumsikan residual v t memenuhi asumsi residual model OLS, yakni E v t =0, var v t =σ 2 , dan cov v t ,v t-1 =0. Kemudian apabila persamaan di atas didiferensikan satu periode akan menjadi: Jika kemudian kedua sisi persamaan kita kalikan dengan ρ, maka menghasilkan persamaan: Dilanjutkan dengan mengurangi persamaan awal dan akhir, akan diperoleh persamaan diferensi tingkat pertama berikut: Dimana v t = e t – ρe t-1 dan sudah memenuhi asumsi OLS seperti pada persamaan dengan . Persamaan dengan dapat ditulis menjadi persamaan sebagai berikut: Dengan Rohmana, 2010: 203 b. Jika struktur autokorelasi ρ tidak diketahui, masalah autokorelasi dapat diatasi d engan mencari nilai ρ dengan menggunakan Metode Cochrane-Orcutt. Cochrane- Orcutt merekomendasikan untuk mengestimasi ρ dengan regresi yang bersifat iterasi sampai mendapatkan nilai ρ yang menjamin tidak terdapat Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu masalah autokorelasi dalam model. Adapun metode iterasi dari Cochrane- Orcutt dapat kita jelaskan sebagai berikut: 1. Estimasikan persamaan di atas untuk memperoleh residual êt. 2. Lakukan regresi untuk memperoleh nilai ̂ dengan persamaan berikut ini: ̂ 3. Dengan ̂ yang kita dapatkan pada langkah kedua kemudian kita jalankan regresi persamaan berikut ini: ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ atau dapat disederhanakan menjadi persamaan berikut: ฀ dimana: ̂ 4. Karena kita tidak mengetahui apakah nilai ̂ yang diperoleh dari persamaan di atas adalah nilai estimasi yang terbaik, maka masukkan nilai ̂ dan yang diperoleh persamaan di atas ke dalam persamaan awal dan kemudian dapat residualnya sebagai berikut: ̂ ̂ 5. Kemudian estimasi regresi sebagai berikut: ̂̂ ̂̂ yang kita peroleh dari persamaan di atas langkah 4 ini merupakan langkah kedua mengestimasi nilai ρ. Rohmana, 2010: 209 Teguh Nugraha, 2013 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Produksi Tahu Studi Kasus pada Produsen Tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, maka pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian berikut ini : 1. Berdasarkan analisis efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi, penggunaan faktor-faktor produksi berupa kedelai, tenaga kerja dan solar pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur belum mencapai efisien sedangkan berdasarkan analisis efisiensi harga, penggunaan faktor-faktor produksi berupa kedelai, tenaga kerja dan solar pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur tidak efisien. 2. Skala hasil pada industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur dalam penggunaan faktor produksi sebesar 1,694. Nilai tersebut menunjukkan bahwa skala hasil industri tahu di Kabupaten Cirebon bagian Timur berada pada kondisi skala hasil yang meningkat increasing returns to scale artinya dalam jangka panjang setiap penambahan faktor produksi akan menghasilkan output yang melebihi proporsi dengan penambahan input.