2..4.2.Kadar logam
Mutu dan kualitas minyak kelapa sawit yang mengandung logam-logam tersebut akan turun sebab dalam kondisi tertentu,logam-logam tersebut dapat menjadi
katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan akhirnya
menyebabkan ketengikkan.
2.4.3.Angka oksidasi
Proses oksidasi yang distimuliroleh logam jika berlangsung dengan intensif akan mengakibatkan ketengikkan dan perubahan warna menjadi semakin gelap.
Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun.
2.4.4.Pemucatan
Pemucatan dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan standar mutu minyak sawit
untuk pemucatan dengan alat lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan,biaya serta rendemen hasil akhir yang akan diperoleh. Untuk standar
mutu didasarkan pada warna merah 3,5 dan warna kuning. Tim Penulis,1997
2.5. Kegunaan Minyak Inti Sawit
Minyak inti sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning serta mudah dipucatkan. Pemakaian utama minyak inti sawit
disamping sebagai minyak yang dapat dimakan, minyak inti sawit juga dapat digunakan pada pembuatan sabun terutama sabun mandi bermutu tinggi,pembuatan
margarine,shortening,dan pembuatan kue.
2.6 Hasil Sampingan
Hasil sampingan minyak inti sawit adalah bungkil dan pellet inti sawit. Bungkil adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan
pengeringan,sedangkan pellet adalah bubuk yang dicetak kecil-kecil bentuk bulat panjang berdiameter kurang lebih 8mm. Di Indonesia kelapa sawit yang pabrik
ekstraksinya minyak kelapa sawit berada di belawan. Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka diperlukan standart dan
pengawasan mutu bungkil dan pellet inti kelapa sawit,untuk memberikan jaminan mutu pada konsumen. Ketaren,1986
2.7. Kadar air dan Zat Menguap
Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju,selalu menginginkan minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab
minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku industri dalam industri nonpangan saja,tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya. Lagi pula tidak
semua pabrik minyak sawit mempunyai teknologi dalam instalasi lengkap,terutama yang berkaitan dengan proses penyaringan minyak sawit. Pada umumnya proses
penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan,yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.
Dengan proses diatas,kotoran-kotoran berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi kotoran-kotoran ato serabut yang berukuran kecil tidak bisa
disaring.hanya melayang-layang didalam minyak sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja
yang berdasarkan berat jenis. Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan
beranggapan dan menuntut kebersihan serta kemurnian minyak sawit tersebut merupaka tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen.
Meskipun kadar asam lemak bebas dalam minyak sawit kecil,tetapi hal tersebut belum menjamin,mutu minyak harus dijaga dengan membuang kotoran dan
zat menguap.hal ini dilakukan dengan alat pemurnian modern. Dari hasil pengempaan,minyak sawit kasar dipompa kedalam melalui pipa,kurang lebih 30 menit
kemudian,minyak sawit kasar dapat telah dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80 minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari tangki
pemisah bersama air panas bersuhu 95
o
C dengan perbandingan 1:1 diolah pada purifier centrifuge.dari hasil pengolahan didapat minyak sawit dengan kadar zat
menguap sebesar 0,3 dan kadar kotoran hanya sebesar 0,0005. Dalam kondisi diatas,sudah dianggap mempunyai kondisi yang mantap.
Akan tetapi untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya hidrolisa ,perlu dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga minyak sawit tersebut
hanya mengandung zat menguap sebesar 0,1. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi proses
pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses
pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan proses pengeringan dengan bejana hampa pada
suhu 90
o
C. Tim penulis,1997.
2.8. Proses Pengolahan Kelapa Sawit